BIOGRAFI KH. A. GHAZALY
Riwayat KH. A. Ghazaly
Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 8 Agustus 1935 Wafat : 7 September 2005 di Cianjur
Ali Ghazaly (dikenal sebagai Ustadz Ali; 1935-2005) adalah tokoh ahli hisab (ilmu falak, perhitungan posisi benda-benda langit secara matematis dan astronomis) dari Persatuan Islam yang berasal dari kabupaten Cianjur. Hidup pada tahun 1935 dan meninggal pada tahun 2005 dalam usia 70 tahun. Cikal bakal ulama besar Persatuan Islam ini lahir di Kabupaten Cianjur, tepatnya di Bojong Herang pada tahun 1935.
Ayahnya bernama Didi, ibunya bernama Maemunah. Saudaranya berjumlah 11 orang. Beliau merupakan putra yang ketiga.
Kehidupan KH. A. Ghazaly
Ali Ghazaly, akrab dipangil Ustad Ali atau Ustad Ghazaly,[2] lahir dikeluarga yang agamais serta taat beribadah. Ali Ghazaly sejak kecil telah memulai hidupnya dengan mandiri. Beliau mulai menekuni perdagangan sejak masih kecil, yaitu dengan berjualan Tauco milik ayahnya. Kendati ayahnya adalah seorang pengusaha besar Tauco, tetapi dia tidak mau menyandarkan namanya kepada nama besar ayahnya yang populer sebagai pengusaha Tauco waktu itu.
Riwayat Pendidikan
a. 1942-1947: Sekolah Rakyat (SR) Bojongherang.
b. 1947-1950: Madrasah Ibtidaiyyah (MI) al-Muawwanah, Cianjur.
c. 1950-1952: Madrasah Ibtidaiyyah (MI) al- ‘Ianah, Cianjur.
d. 1947-1952: Madrasah Diniyyah Persatuan Islam 04 Cianjur.
e. 1952-1953: Tajhiziyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.
f. 1953-1957: Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.
g. 1957-1959: Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.
Menginjak usianya yang ketujuh tahun, tepatnya pada tahun 1942 Ghazaly mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Rakyat (setingkat SD) di Bojong Herang sampai tahun 1947. Merasa tidak puas di Sekolah Rakyat, Ghazaly kecil mulai berminat belajar ilmu agama di Madrasah Mu’awanah Cianjur. Disekolah ini beliau berkenalan dengan berbagai pengetahuan agama.
Tahun 1950-1952, Ghazaly menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyyah al- I’anah Cianjur. Kemudian beliau melanjutkan ke Tajhijiyyah pada tahun 1952-1953. Setamat Tajhijiyyah, beliau merantau ke Bandung, melanjutkan ke Tsanawiyah pada tahun 1953-1957 di Pesantren Persis Pajagalan. Dan pada tahun 1957-1959 melanjutkan ke Mu’alimien di Pesantren yang sama.
Belajarnya Ali Ghazaly di Pesanteren Persis Pajagalan merupakan langkah strategis perjuangan pada waktu itu. Karena selain di Cianjur memerlukan seorang kader yang faqih terhadap agama, juga tantangan yang dihadapi jauh lebih berat. Oleh karena itu tak heran jika keberangkatan beliau ke Pesantren Persis Pajagalan adalah hasil musyawarah ayahnya dengan sejumlah tokoh Persis Cianjur dan di bawah tangung jawab KH. E.
Abdurahman.
Selama Ali Ghazaly belajar disana, beliau tinggal di rumah KH. E.
Abdurahman. Disanalah beliau lebih luas lagi mendalami ilmu agama dan disana pulalah beliau menemukan jati dirinya
Selama tinggal di Rumah KH. E. Abdurahman, beliau di amanahi untuk menjaga dan merawat perpustakan KH. E. Abdurahman. Oleh karena itu beliau tahu persis kitab apa saja yang sering jadi kajian para santri, juga kitab-kitab yang kerap kali digunakan gurunya. Dan dengan demikian beliaupun sering mengkaji ulang kitab-kitab tesebut.
Salah satu kajian yang ia minati adalah kajian ilmu Hisab. Beliau tekun mempelajarinya. Hingga pada suatu saat gurunya, KH. E. Abdurahman menemukan catatan kecil beliau yang terselip dalam sebuah kitab.
Dengan kejadian itu,KH. E. Abdurahman berkesimpulan bahwa muridnya yang satu ini mempunyai potensi untuk mengembangkan Ilmu Hisab.
Melihat potensi ini KH. E. Abdurahman tidak menyia-nyiakannya. Secara khusus beliau memberikan materi ke hisaban, serta memberikan mandat kepada Ali Ghazaly untuk berguru kepada ulama profesional dalam bidang hisab di Cibarusah, Kota Bogor. Atas biaya gurunya, Ali Ghazaly berangkat dan belajar Ilmu Hisab disana. Sepulangnya dari sana, beliau berupaya mengembangkan ilmu hisab, khususnya di lingkungan Persis.
Karir KH. A. Ghazaly
Ali Ghazaly adalah sosok ulama yang kharismatik dan mempunyai suluk yang Zuhud. Suatu saat beliau menemukan kelas yang kotor dan tidak tertata rapi. Tanpa rasa gengsi, bahwa beliau seorang Pimpinan Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur, beliau membersihkannya dengan tenang tanpa beban. Setamat Mu’alimein Ali Ghazaly terjun dan mengabdikan diri di masyarakat. Ibtidaiyah dan Diniyah, inilah tempat mengabdi beliau yang pertama.
Tahun 1999 beliau pernah memberikan kuliahan di STAI al- ‘Ianah di Cianjur namun hal itu tak berlangsung lama, karena kesibukan beliau.
Aktivitas yang lainnya, beliau menjadi anggota tim Thaifah Mutafaqihin fiddin (TMD) pada tahun 1987, tim yang terdiri dari para ulama mumpuni yang menangani persoalan dan pertanyaan-pertanyaan agama dalam Majalah Risalah. Selain itu, beliau juga aktif sebagai Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam.
Kemampuan dibidang hisab yang beliau miliki, menempatkannya juga di Dewan Hisab PP. Persatuan Islam. Banyak prestasinya di bidang ini yang secara langsung dirasakan oleh umat. Al-Manak Islam yang selain
memuat tanggal-tanggal hijriyah yang jadi acuan buat penetapan awal- awal bulan seperti awal bulan Ramadhan, Syawwal dann Dzulhijjah, juga memuat waktu-waktu shalat, waktu Syurq (terbit matahari), dan kejadian gerhana, adalah salah-satu buah tangannya.
Karena kepiawaiannya di bidang hisab, beliau pernah diberi penghormatan oleh pihak Institut Teknologi Bandung (ITB), serta oleh Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII). Dan dengan kepiawaiannya beliau sering diundang oleh Universitas-universitas ternama. Sebut saja Universitas Ibnu Khaldun Fakultas Agama Islam Bogor, pernah mengundang beliau dalam acara seminar ilmiah dengan tema: “Rukyat dan Hisab dalam tinjauan Astronomi dan Fuqaha”, yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 1999.
Dan karena kepiawayaannya juga beliau pernah di undang oleh lembaga-
lembaga yang memiliki popularitas tinggi,
seperti Bosscha, NASA, Planetarium, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Geofisika TNI AU, dll. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama Republik Indonesia
Riwayat Organisasi
Selama menjadi santri Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung, ia tinggal di rumah K.H. E. Abdurrahman selaku ketua umum PP Persatuan Islam (PERSIS), juga selaku pimpinan pesantren Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung yang tentu saja banyak memiliki kesempatan untuk langsung belajar dengan beliau secara privat, termasuk mempelajari ilmu hisab.
a
. 1953-
1956 : Anggota Pemuda PERSIS Bandung juga anggota RG Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.
b. 1959- 1960
: Asatidz Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung, disamping ditugaskan sebagai asatidz Pesantren Persatuan Islam 4 Cianjur.
c. 1960-
2003 : Mudirul ‘Am Pesantren Persatuan Islam 4 Cianjur.
d
. 1983-
2003 : Anggota dewan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Republik Indonesia.
d
. 1989-
1992 : Ketua Pimpinan Daerah PERSIS se-wilayah II Bogor.
e
. 1990-
2003 : Anggota Dewan Hisbah PP PERSIS.
f. 1992-2003 : Anggota TMD (Thaaifah Mutafaqqihiina Fiddien) Risalah
g
. 1992-
2003 : Wakil ketua PD PERSIS Kab. Cianjur.
h
. 1993-
2003 : Ketua Dewan Hisab dan Rukyat PP PERSIS