• Tidak ada hasil yang ditemukan

BJT Tugas2 MKDK4002 Perkembangan Peserta Didik

N/A
N/A
desti wahyuni

Academic year: 2024

Membagikan "BJT Tugas2 MKDK4002 Perkembangan Peserta Didik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Arintan Ayu Dira

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 859799285

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002/Perkembangan Peserta Didik Kode/Nama UT Daerah : 18/Palembang

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA

(2)

NASKAH TUGAS MATA KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER: 2023/2024 Genap (2024.1) Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kode/Nama MK : MKDK4002/Perkembangan Peserta Didik

Tugas 2

No. Soal

1 Perolehan bahasa anak dimulai ketika bayi dan berkembang sesuai usianya. Jelaskan proses perkembangan bahasa anak menurut teori empiris

2 Teori interaksi menyatakan bahwa pemahaman anak tentang angka/numerik ditunjukkan dengan kemampuan anak menyamakan angka dengan jumlah sesuatu (benda).

Berikan 2 contoh penerapan teori interaksi dalam dunia anak.

3 Emosi adalah perasaan atau efek yang terjadi ketika seseorang berada dalam interaksi yang penting baginya, ditandai oleh perilaku yang mencerminkan rasa senang atau tidak senang.

Berikanlah 3 contoh perkembangan emosi anak usia 3 tahun. Tuliskan 3 contoh tersebut termasuk emosi apa saja.

4 Identitas diri peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya faktor didikan orang tua, faktor lingkungan dan faktor budaya dll.

Berikanlah masing-masing 1 contoh identitas diri peserta didik yang dipengaruhi oleh faktor keluarga, teman sebaya, dan kebudayaan

(3)

JAWABAN

1. Proses perkembangan bahasa anak menurut teori empiris melibatkan pengamatan dan eksperimen untuk memahami bagaimana anak mempelajari bahasa. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Teori Empiris:

o Teori empiris beranggapan bahwa penguasaan bahasa oleh anak terjadi melalui proses belajar atau pengalaman.

o Menurut teori ini, anak mengasimilasi aturan-aturan bahasa dari lingkungannya melalui interaksi dan percakapan sehari-hari.

o Anak mempelajari bunyi, struktur kata, dan aturan sintaksis dari bahasa yang digunakan di sekitarnya.

2. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak:

o Pengamatan: Anak mengamati dan mendengarkan bahasa yang digunakan oleh orang di sekitarnya. Mereka memperhatikan bagaimana kata-kata diucapkan dan bagaimana kalimat dibentuk.

o Eksperimen: Anak mencoba mengucapkan kata-kata dan kalimat sendiri. Mereka menggabungkan bunyi-bunyi yang mereka dengar dan menguji aturan-aturan bahasa.

o Role Modeling: Anak meniru orang dewasa atau teman sebayanya dalam berbicara. Mereka belajar dari contoh yang mereka lihat.

o Input Bahasa: Anak memperoleh input bahasa dari lingkungan sekitarnya. Input ini mencakup percakapan, cerita, lagu, dan interaksi sosial lainnya.

o Interaksi Sosial: Anak berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa. Mereka belajar berkomunikasi dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan orang dewasa.

o Stimulasi Bahasa: Anak memerlukan rangsangan atau stimulasi bahasa yang beragam. Ini dapat berupa membaca buku, bermain permainan kata, dan berbicara dengan orang lain.

3. Pentingnya Lingkungan dan Interaksi:

o Lingkungan sosial dan interaksi dengan orang lain memainkan peran kunci dalam perkembangan bahasa anak.

o Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan percakapan dan rangsangan bahasa cenderung memiliki perkembangan bahasa yang lebih baik.

o Orang tua, anggota keluarga, dan pengasuh memiliki peran penting dalam memberikan input bahasa yang memadai kepada anak.

(4)

Dengan demikian, teori empiris menekankan pentingnya pengalaman dan interaksi dalam memahami dan menggunakan bahasa.

2. Berikut adalah dua contoh penerapan teori interaksi dalam dunia anak:

1. Interaksi Melalui Bermain:

o Bermain merupakan bagian vital dari perkembangan anak. Pada proses ini, teori interaksi dapat diterapkan.

o Anak-anak belajar banyak hal melalui bermain, termasuk bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka.

o Misalnya, saat anak bermain dengan teman-temannya di taman bermain, mereka berinteraksi dengan berbicara, berbagi mainan, dan memahami aturan permainan bersama.

o Melalui interaksi ini, anak-anak memperoleh keterampilan sosial, belajar menghormati batasan, dan memahami pentingnya kerjasama.

2. Interaksi di Lingkungan Sekolah:

o Lingkungan sekolah adalah tempat di mana anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan staf sekolah.

o Anak-anak belajar berkomunikasi dengan baik, mengikuti aturan, dan beradaptasi dengan norma-norma sosial yang berlaku di sekolah.

o Contohnya, saat anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan kelas, seperti diskusi kelompok atau proyek bersama, mereka berinteraksi dengan teman sekelas dan mengembangkan keterampilan sosial serta pemahaman tentang tanggung jawab.

Dengan demikian, teori interaksi memainkan peran penting dalam membentuk keterampilan sosial dan pemahaman anak tentang dunia di sekitar mereka.

3. Berikut adalah tiga contoh perkembangan emosi pada anak usia 3 tahun:

1. Lebih Ekspresif:

o Anak usia 3 tahun mulai dapat mengenali emosinya sendiri. Meskipun suasana hatinya masih mudah berubah-ubah secara tak menentu, mereka sudah mampu membedakan perasaan senang, takut, sedih, atau marah.

(5)

o Bahkan, anak-anak pada usia ini sudah mampu menunjukkan rasa kasih sayang kepada orang-orang yang mereka kenal. Mereka bisa mengekspresikan perasaannya menggunakan kata-katanya sendiri.

o Misalnya, ketika merasa diabaikan, mereka bisa marah dan berkata, “Aku sebel sama Ibu!”

atau ketika mendapat hadiah mainan baru, mereka bisa menunjukkan rasa terima kasih dengan berkata, "Makasih, Ayah! Aku suka!".

2. Kontrol Impuls:

o Anak usia 3 tahun memiliki kendali emosional yang belum sepenuhnya matang. Meskipun sudah mengenali perasaan, mereka belum selalu mampu mengendalikan impuls dan emosi dengan baik.

o Contohnya, jika mereka ingin mainan, mereka mungkin akan memenuhi keinginan tersebut meskipun harus merampas mainan teman mereka.

o Proses mengelola impuls ini merupakan bagian dari perkembangan emosi yang terjadi pada usia ini.

3. Berimajinasi dan Bermain Peran:

o Anak-anak usia 3 tahun mulai aktif berimajinasi dan bermain peran. Mereka bisa berpura- pura menjadi tokoh favorit mereka atau menghadapi situasi khayalan.

o Dalam bermain, mereka mengekspresikan emosi dan perasaan melalui peran yang mereka mainkan. Misalnya, berpura-pura menjadi pahlawan yang marah atau menjadi ibu yang penuh kasih sayang.

o Kemampuan berimajinasi ini memperkaya pengalaman emosional anak dan membantu mereka memahami dunia di sekitar mereka.

Dengan memahami perkembangan emosi pada anak usia 3 tahun, kita dapat memberikan dukungan yang sesuai dan membantu mereka mengelola perasaan dengan baik.

4. Identitas diri peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan berikut adalah contoh-contoh yang relevan:

1. Faktor Keluarga:

o Pengaruh Keluarga: Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk identitas diri anak. Misalnya, pola asuh orang tua dalam keluarga dapat memengaruhi bagaimana anak mengenali dirinya sendiri. Jika orang tua memberikan dukungan, kasih sayang, dan panduan yang positif, anak cenderung memiliki identitas diri yang kuat dan stabil.

(6)

o Contoh: Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang mendukung dan penuh kasih sayang mungkin memiliki identitas diri yang positif dan percaya diri.

2. Faktor Teman Sebaya:

o Pengaruh Teman Sebaya: Teman sebaya juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas diri. Anak-anak sering mengidentifikasi diri mereka melalui hubungan dengan teman sebaya.

o Contoh: Seorang remaja yang memiliki teman sebaya dengan minat yang sama (misalnya dalam olahraga, seni, atau hobi) dapat mengembangkan identitas diri yang terkait dengan minat tersebut. Teman sebaya membantu remaja memahami diri mereka dan mengukuhkan identitas mereka.

3. Faktor Kebudayaan:

o Pengaruh Kebudayaan: Kebudayaan dan norma sosial memengaruhi bagaimana seseorang mengenali dirinya dalam konteks masyarakat.

o Contoh: Seorang siswa yang tumbuh dalam lingkungan budaya yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai etnis mungkin memiliki identitas diri yang kuat terkait dengan budaya dan warisan mereka. Misalnya, pemahaman tentang bahasa, adat istiadat, dan nilai-nilai budaya dapat membentuk identitas diri yang unik.

Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat lebih baik menghargai kompleksitas identitas diri peserta didik dan memberikan dukungan yang sesuai.

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah PPD ini mempelajari konsep perkembangan secara umum dan hubungannya dengan perkembangan peserta didik, teori perkembangan,

Dari banyak pendapat mengenai teori tahap perkembangan manusia, teori tahapan yang dikemukakan Piaget dianggap paling mengena terhadap proses

Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan

Guru memiliki peran penting bagi fase perkembangan peserta didik ini, antara lain:  Guru dituntut harus membangun suasana belajar yang konkret bagi peserta didik sebagai guna

Model peran orang tua dalam membentuk minat dan kemampuan intelektual anak memegang peranan penting dalam perkembangan anak memberikan contoh positif dengan menunjukkan minat dan

Semua pihak dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan peserta didik, memungkinkan untuk bekerja sama dalam mendukung pembelajaran yang holistik.. Penjaminan mutu

Teori Piaget Teori perkembangan anak menurut Jean Piaget, yang dikenal sebagai epistemologi genetik, menjelaskan bagaimana anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif mereka melalui