• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK kel 3

N/A
N/A
Bulan zahurina

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK kel 3"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

“TEORI-TEORI PERKEMBANGA MENURUT FREUD, ERIKSON DAN PIAGET”

DOSEN PENGAMPU : MUHAMADI M.Si

DISUSUN OLEH:

BULAN ZAHURINA (24129133) SALSABILA DWI KARNA (24129285)

ALIFA HUMAIRA PUTRI (24129206) AMALYA DARMAWEL (24129005)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“TEORI-TEORI PERKEMBANGA MENURUT FREUD, ERIKSON DAN PIAGET”. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dengan memberikan sumbangan materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun meraa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyususan makalah ini karna keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman saya. Unutk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 12 September 2024.

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

BAB I ...iii

PENDAHULUAN...1

1.1LATAR BELAKANG...2

1.2RUMUSAN MASALAH...2

1.3TUJUAN MAKALAH...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

2.1 TEORI PERKEMBANGAN...3

2.2 PENGAPLIKASIAN TEORI AHLI DALAM PEMBELAJARAN 6

BAB III...7

PENUTUP ...7

3.1 KESIMPULAN...7

DAFTAR ISI...8

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan manusia meliputi aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional.

Freud dikenal dengan teori psikoseksualnya, yang menekankan pengaruh pengalaman masa kecil terhadap kepribadian. Erikson mengembangkan teori psikososial yang mencakup delapan tahap perkembangan sepanjang hidup, sedangkan Piaget fokus pada perkembangan kognitif anak melalui empat tahap.

Dengan memahami ketiga teori ini, pendidik dapat lebih efektif dalam mendukung proses belajar siswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tahapan perkembangan menurut Freud, Erikson, dan Piaget?

2. Bagaimana masing-masing teori tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran?

3. Apa dampak pemahaman tentang teori perkembangan terhadap strategi pengajaran di kelas?

1.3 TUJUAN MAKALAH

1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah perkembangan belajar peserta didik.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 TEORI PERKEMBANGAN

1. Teori Piaget

Teori perkembangan anak menurut Jean Piaget, yang dikenal sebagai epistemologi genetik, menjelaskan bagaimana anak-anak

mengembangkan kemampuan kognitif mereka melalui empat tahap yang berbeda. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah

proses bertahap, di mana anak-anak membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan.

Empat Tahap Perkembangan Kognitif

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Anak belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik. Mereka mengembangkan pemahaman dasar tentang objek melalui eksplorasi dan interaksi fisik.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Pada tahap ini, anak mulai

menggunakan bahasa dan simbol, tetapi berpikir secara egosentris dan belum mampu memahami perspektif orang lain.

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak mulai berpikir logis tentang objek konkret dan memahami konsep seperti konservasi, tetapi masih kesulitan dengan pemikiran abstrak.

4. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Remaja dapat berpikir

secara abstrak, logis, dan sistematis, serta mampu merumuskan hipotesis

dan berpikir tentang kemungkinan.

(6)

Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga tentang perubahan cara berpikir seiring bertambahnya usia.

2. Teori Freud

Sigmund Freud merupakan ahli psikologi asal Austria, yang terkenal dengan teori psikoanalitiknya. Freud percaya bahwa pengalaman masa kanak-kanak dan keinginan bawah sadar memengaruhi perilaku manusia. Ia menilai, konflik pada setiap tahap tersebut dapat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak seumur hidup nantinya.

Menurut Freud, perkembangan anak terjadi dalam serangkaian tahapan pada area kesenangan tubuh yang berbeda. Di setiap tahap itu, anak

menghadapi konflik yang memainkan peran penting seiring dengan pertumbuhan fisiknya.

Sigmund Freud, membagi tahapan perkembangan anak berdasarkan kematangan fisiolokgis dari bagian tubuh tertentu. Freud yang merupakan seorang ahli psikoanalisa, menyebut tahapan-tahapan ini dengan istilah Fase Oedipal.

lima tahapan perkembangan yang dapat diamati dalam Fase Oedipal ini:

1. Fase Oral (0 sampai sekitar 1,5 tahun)

Pada fase ini daerah mulut merupakan pusat kepuasan yang diperoleh melalui berbagai kegiatan. Misalnya kegiatan mengisap atau menggigit yang dilakukan bayi. Melalui mulut, bayi melakukan kontak pertama dengan lingkungan.

Jadi, biarkan saja bila bayi memasukkan jari-jari atau mainannya ke mulut. Melalui kegiatan ini, ia tengah belajar banyak dan terus berkembang.

2. Fase Anal (1,5 sampai 3 atau 3,5 tahun)

(7)

Pusat kepuasan pada fase ini terletak pada daerah anus atau dubur. Anak mendapat kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotoran menurut kemauannya sendiri. Melalui kegiatan ini, anak belajar tentang adanya

kebebasan untuk menentukan sendiri kemauannya.

Karena itu, tahap ini merupakan saat yang tepat untuk mengajarkan disiplin kepada anak agar ia tidak keliru mengartikan kebebasan.

3. Fase Phallic (3 sampai 5 tahun)

Pada fase ini, anak mulai menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai menangkap perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki-laki. Anak mulai tertarik pada orang tua yang berlainan jenis kelamin dengan dirinya.

Selain itu, anak mungkin akan menjadi senang memainkan kelaminnya.

Bila Anda melihat ini, jangan langsung menegur apalagi membentak anak. Jelaskan pada anak bagaimana ia harus menyentuh, membersihkan dan menjaga alat kelaminnya. Katakan bahwa kelamin disebut sebagai kemaluan yang artinya malu bila dilihat apalagi disentuh oleh orang lain.

Misalnya jelaskan pada anak cara membersihkan alat kelaminnya setelah buang air kecil dan ajarkan untuk tidak menggaruk alat kelaminnya agar tidak lecet dan luka maupun memasukkan benda apapun ke dalam alat kelaminnya.

Ajarkan juga anak untuk selalu menutup bagian kelaminnya dengan pakaian yang sopan dan beritahu anak nama sebenarnya untuk alat kelaminnya.

Selain itu, para ahli menyarankan Anda tidak memakai istilah lain seperti 'burung', 'pistol'' kepada anak. Ucapkan dengan istilah anatomi yang benar seperti penis dan vagina. Ini penting agar anak dapat menyebutkan alat kelamin dengan istilah yang benar dan terhindar dari kebiasaan penyebutan yang

terkesan vulgar atau porno.

Kenalkan perbedaan diri anak dengan jenis kelamin lain sehubungan dengan identitas gender, bukan perbedaan peran gender.

4. Fase Laten (5 sampai 10 tahun)

(8)

Fase ini sering disebut sebagai 'masa tenang' karena anak tidak terlalu menaruh perhatian pada diri dan bagian tubuhnya. Karena anak mulai masuk sekolah, perhatian anak umumnya akan tercurah pada kegiatan belajar.

Selain itu, anak juga sedang sibuk belajar bersosialisasi, termasuk belajar membedakan benar dan salah hingga konsep hukuman dan pujian.

5. Fase Genital (10 tahun sampai masa remaja)

Pada fase ini, terjadi kematangan alat seksual primer (organ reproduksi) dan alat seksual sekunder (payudara, bulu dada, kumis dan lain-lain). Hal ini menyebabkan meningkatnya dorongan seksual yang ditampilkan lewat

ketertarikan terhadap lawan jenis.

3. Teori Erikson

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori

perkembangan psikososialnya. Teori ini berfokus pada bagaimana individu berkembang melalui interaksi sosial dan bagaimana pengalaman tersebut membentuk identitas dan kepribadian mereka sepanjang hidup. Erikson mengembangkan teori ini sebagai perluasan dari teori Freud, tetapi dengan penekanan yang lebih besar pada aspek sosial dan budaya daripada aspek seksual.

Erikson membagi perkembangan manusia menjadi delapan tahap, masing- masing dengan konflik atau krisis yang harus dihadapi individu. Setiap tahap memiliki tantangan yang berbeda dan keberhasilan dalam mengatasi tantangan tersebut akan mempengaruhi perkembangan kepribadian di tahap-tahap

berikutnya. Berikut adalah delapan tahap tersebut:

1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-2 tahun):

- Pada tahap ini, anak belajar untuk mempercayai orang tua dan lingkungan mereka. Jika kebutuhan dasar mereka terpenuhi, mereka akan mengembangkan rasa percaya. Sebaliknya, jika tidak, mereka mungkin mengalami

ketidakpercayaan.

2. Otonomi vs. Rasa Malu (2-3 tahun):

(9)

- Anak mulai belajar untuk mandiri dan melakukan hal-hal sendiri, seperti berpakaian dan menggunakan toilet. Keberhasilan dalam mencapai otonomi akan meningkatkan rasa percaya diri, sedangkan kegagalan dapat

menyebabkan rasa malu.

3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun):

- Anak mulai mengeksplorasi lingkungan mereka dan mengambil inisiatif dalam kegiatan. Jika anak didukung, mereka akan merasa percaya diri. Namun, jika mereka dihukum atau ditekan, mereka mungkin merasa bersalah.

4. Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun):

- Pada tahap ini, anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar tentang kerja keras. Keberhasilan dalam tugas-tugas ini akan membangun rasa percaya diri, sedangkan kegagalan dapat menyebabkan perasaan inferior.

5. Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun):

- Remaja mulai mencari identitas diri mereka dan mencoba berbagai peran.

Keberhasilan dalam menemukan identitas yang jelas akan menghasilkan rasa percaya diri, sedangkan kebingungan dapat menyebabkan krisis identitas.

6. Intimasi vs. Isolasi (dewasa muda):

- Pada tahap ini, individu mencari hubungan intim dengan orang lain.

Keberhasilan dalam membangun hubungan yang sehat akan menghasilkan rasa intim, sedangkan kegagalan dapat menyebabkan isolasi.

7. Generativitas vs. Stagnasi (dewasa tengah):

- Individu berusaha untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan generasi berikutnya. Keberhasilan akan menghasilkan rasa generativitas, sedangkan kegagalan dapat menyebabkan stagnasi dan kehilangan tujuan.

8. Integritas vs. Keputusasaan (dewasa akhir):

- Pada tahap ini, individu merenungkan hidup mereka. Jika mereka merasa puas dengan pencapaian mereka, mereka akan merasa integritas. Sebaliknya, jika mereka merasa menyesal, mereka mungkin mengalami keputusasaan.

(10)

2.2 PENGAPLIKASIAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Pemahaman tentang teori perkembangan ini dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Freud: Pendidik perlu memahami bahwa pengalaman awal siswa dapat mempengaruhi perilaku dan sikap mereka di kelas. Lingkungan belajar yang aman dan mendukung dapat membantu siswa merasa nyaman dan percaya diri.

2. Erikson: Pendidik dapat menciptakan kegiatan yang mendukung

perkembangan sosial dan emosional siswa. Misalnya, mendorong kerja sama dalam kelompok untuk membantu siswa mengatasi konflik sosial dan membangun kepercayaan diri.

3. Piaget: Pendidik harus merancang aktivitas yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Misalnya, menggunakan permainan dan kegiatan praktis untuk siswa di tahap sensori-motor dan praoperasional, serta mendorong pemecahan masalah yang lebih kompleks untuk siswa di tahap operasional formal.

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Teori perkembangan menurut Freud, Erikson, dan Piaget memberikan wawasan berharga tentang bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang.

Dengan memahami ketiga teori ini, pendidik dapat merancang metode pengajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa. Penerapan teori-teori ini dalam proses pembelajaran tidak hanya

(11)

membantu siswa dalam aspek akademis, tetapi juga dalam perkembangan sosial dan emosional mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Freud, S. (1923). The Ego and the Id. New York: W.W. Norton &

Company.

(12)

3. Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. New York:

International Universities Press.

4. Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. New York: McGraw-Hill.

5. Woolfolk, A. (2016). Educational Psychology. Boston: Pearson.

Referensi

Dokumen terkait

 Jean Piaget menyebut perkembangan anak usia dini sebagai tahap operasional dalam perkembangan kognitif, karena anak pada usia ini belum siap terlibat dalam operasi mental logis

Mata kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik ini meliputi: hakikat perkembangan anak didik, perkembangan biologis dan perseptual anak, perkembangan keceerdasan dan

Teori Piaget jelas sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu

Teori Piaget jelas sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu

Mata kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik ini meliputi: hakikat perkembangan anak didik, perkembangan biologis dan perseptual anak, perkembangan keceerdasan dan

Maka dari itu penulis ingin menggali pemahaman Jean Piaget dengan judul Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Tahap Pra Operasi dan Dampaknya Terhadap

Perkembangan sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif, Sosial dan Psikososial • Sesuai dengan konsep anak sebagai suatu totalitas atau sebagai individu, perkembangan

konsep konservasi Konsep Konservasi Konservasi adalah salah satu konsep kunci dalam teori perkembangan kognitif Jean Piaget, yang merujuk pada pemahaman bahwa jumlah, volume, atau