Salah satu bentuk layanan dalam bidang BK yang sangat penting namun sering kali belum dipahami secara menyeluruh oleh para pendidik maupun pemangku kebijakan adalah layanan alih tangan kasus, yang di dalamnya mencakup dua bentuk utama: layanan referal (rujukan) dan layanan konferensi kasus. Namun, dalam praktiknya, pelaksanaan layanan referal dan konferensi kasus masih menghadapi berbagai kendala, seperti kurangnya pemahaman para pemangku kepentingan mengenai mekanisme alih tangan kasus, minimnya kerja sama antara sekolah dan pihak luar, keterbatasan sumber daya, serta belum optimalnya sistem dokumentasi dan evaluasi tindak lanjut. Dalam praktiknya, layanan dalam bimbingan dan konseling mencakup berbagai bentuk kegiatan seperti layanan orientasi (untuk mengenalkan lingkungan baru), layanan informasi (untuk memberikan wawasan yang dibutuhkan siswa), layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling individual, serta layanan alih tangan kasus, seperti layanan referal dan layanan konferensi kasus.
Layanan Referal atau Alih Tangan Kasus, merupakan kegiatan mengalih tangankan peserta didik yang bermasalah kepada pihak lain seperti guru bidang studi, wali kelas atau ahli lain seperti dokter, psikiater dan lain-lain agar masalahnya dapat teratasi sampai tuntas. Di sekolah, alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru, wali kelas, orang tua, dan/atau staf sekolah lainnya mengalih tangankan peserta didik yang bermasalah pada bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belaja, dan atau bimbingan karier kepada guru pembimbing atau konselor. Alih tangan kasus bermaksud mendapatkan penanganan yang tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari.
Untuk terselenggaranya kegiatan alih tangan yang dinamis dan produktif diperlukan kerjasama sebaik-baiknya dan berbagai pihak yang terkait, termasuk peserta didik yang bersangkutan. Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik, tepat, dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan jalan memindahkan penanganan kaasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Atau dengan kata lain tujuan dari alih tangan kasus ialah untuk membantu melimpahkan siswa yang menghadapi masalah tertentu kepada petugas di dalam sekolah sendiri atau lembaga pelayanan alih tangan kasus (rujukan) di luar sekolah disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan alat.
Tenaga ahli yang menjadi arah alih tangan kasus diminta memberikan pelayanan yang secara spesitik lebih menuntaskan pengentasan masalah klien.
Fungsi pencegahan
Fungsi pengembangan dan pemeliharaan
Fungsi advokasi
Komponen Alih Tangan Kasus
Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu klien dengan masalahnya, konselor, dan lain-lain.
Klien (siswa) dan masalahnya
Konselor (pembimbing)
Konselor atau pembimbing bekerja juga atas prinsip kerja sama baik dengan sesama kolega (sesama konselor atau pembimbing lain dan juga ahli-ahli lain yang terkait). Ahli bidang tertentu yaitu mereka yang menguasai bidang-bidang tertentu contohnya seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli pengembang pribadi tertentu yang memerlukan kekhususan.
Teknik Alih Tangan Kasus
Pertimbangan-pertimbangan itu antara lain mencakup kenormalan dan ketidaknormalan siswa, substansi masalah dan ahli yang terkait. Maka, konselor pun menyarankan alih tangan kasus, dan siswa serta orang tua menyetujui keputusan tersebut.
Kontak
Contohnya: Seorang siswa kelas 10 menunjukkan perilaku menyendiri, menarik diri dari pergaulan, dan mengalami penurunan prestasi secara drastis. Konselor sekolah bersama wali kelas kemudian melakukan diskusi untuk mempertimbangkan apakah perilaku tersebut merupakan bentuk stres biasa atau gejala gangguan psikologis yang lebih serius. Contohnya: Setelah pertimbangan matang, konselor sekolah memutuskan untuk merujuk seorang siswa yang mengalami gangguan tidur dan kecemasan ke psikolog anak.
Waktu dan tempat
Dalam beberapa kasus lain, alih tangan kasus juga bisa dilakukan langsung di sekolah jika psikolog tersebut bersedia datang ke sekolah.
Evaluasi
Langkah-langkah Alih Tangan Kasus
Apabila konselor tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut dirujuk kepada ahli psikologi atau psikolog untuk diperiksa, apakah siswa tersebut memerlukan penanganan dalam suatu pembahasan kasus atau pelayanan testing dan dalam hal apa. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenamya siswa tersebut tidak memerlukan pembahasan kasus dan tidak memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut memberikan rekomendasi tentang status siswa tersebut sebagai balikan kepada sekolah, misalnya siswa tersebut membutuhkan perlakuan lemah lebut dari pihak guru dan sebagainya. Apabila hasil pemeriksaan itu ternyata bahwa siswa (klien) tersebut tidak memerlukan pembahasan kasus, tetapi membutuhkan pelayanan testing.
Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara itu disusunlah rekomendasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka rujukkan berakhir sampai disini. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau kepada lembaga pelayanan alih tangan kasus atau rujukan telah disertai dengan data atau informasi kasus yang diperlukan. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan rekomendasi entag masalah kasus pada sumber alih tangan kasus,.
Pelaksanaan Alih Tangan Kasus
Perencanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengomunikasikan rencana alih tangan kasus kepada pihak yang terkait, dan mengalih tangankan klien kepada ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah membahas alih tangan kasus melalui klien yang bersangkutan, laporan ahli yang terkait dengan kasus yang dialih tangankan, dan dianalisis dan mengkaji hasil alih tangan kasus terhadap pengesahan masalah siswa. Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis terhadap efektivitas alih tangan kasus berkenaan dengan pengentasan masalah klien secara menyeluruh.
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan (apabila diperlukan) oleh pemberi layanan terdahulu dan atau alih tangan kasus lanjutan. Yang dilakukan adalah menyusun laporan kegiatan alih tangan kasus menyampaikan laporan terhadap pihak-pihak terkait dan mendokumentasikan laporan. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan dengan masalah yang hadapi siswa (konseli) bersangkutan.
Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau rekomendasi yang menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu. Pihak yang dialihtangan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada sekolah.
Konferensi Kasus
- Pengertian Konferensi Kasus
- Tujuan Konferensi Kasus
- Fungsi Konferensi Kasus
- Fungsi Pemahaman
- Fungsi Pencegahan
- Fungsi Pengentasan
- Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan
- Fungsi Advokasi
- Peserta Konferensi Kasus
- Kepala sekolah
- Guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor
- Wali kelas
- Guru mata pelajaran
- Orang tua siswa
- Prosedur Konferensi Kasus
- Pendekatan dan Teknik Konferensi Kasus
- Implikasi Pelaksanaan Konferensi Kasus
- Implikasi terhadap Siswa (Klien)
- Implikasi terhadap Konselor atau Pembimbing
- Implikasi terhadap Sistem Bimbingan dan Konseling
Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang 51 bersangkutan. Teknik-teknik bantuan yang akan diberikan dan dibicarakan dalam suatu pertemuan disebut dengan konferensi kasus atau case conference. Tujuan dari konferensi kasus biasanya lebih terfokus pada acara yang lebih formal, tereneana, dan terstruktur terpisah dari kontak biasa.
Selanjutnya konferensi kasus dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau mengklarifikasi isu-isu mengenai klien atau status agunan, kebutuhan. Menurut Prayitno (2017), tujuan konferensi kasus adalah untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan. Konferensi kasus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperoleh masukan data yang bermanfaat bagi upaya melengkapi data yang telah ada.
Seperti halnya fungsi dalam bimbingan konseling, konferensi kasus memiliki fungsi untuk dapat mengentaskan klien dari permasalahan yang dihadapinya secara integral-komprehensif. Hasil konferensi kasus juga dapat digunakan untuk upaya pengembangan dan pemeliharaan potensi individu dan/atau pihak-pihak lain yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus. Pembahasan permasalahan dalam konferensi kasus menyangkut upaya pengentasan masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang dimaksud itu.
Dengan demikian, fungsi utama bimbingan dan konseling yang diemban oleh konferensi kasus adalah fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan. Pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, justru sebaliknya harus berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus ini. Diharapkan pula melalui konferensi kasus itu akan terbina kerja sama yang harmonis diantara peserta pertemuan dalam mengatasi masalah yang dialami klien.
Pendekatan konferensi kasus adalah cara pandang atau strategi dasar yang digunakan dalam menyelenggarakan konferensi kasus, yaitu pertemuan antara konselor dan pihak-pihak terkait (seperti guru, wali kelas, orang tua, psikolog, dan tenaga ahli lain) untuk membahas dan mencari solusi terbaik atas permasalahan siswa (klien). Implikasi Pelaksanaan Konferensi Kasus dalam layanan bimbingan dan konseling merujuk pada dampak atau konsekuensi positif maupun tantangan yang. Konferensi kasus bisa menjadi ajang belajar dan refleksi bersama dalam menangani kasus-kasus serupa di masa depan.
Karena Permasalahan dibahas olch banyak orang maka bisa saja permasalahan yang seharusnya dirahasiakan menjadi bocor, pemecahan kasus cenderung membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan kesepakatan pihak- pihak yang terlibat dalam konferensi kasus. Jadi dapat disimplkan, pelaksanaan konferensi kasus memiliki implikasi luas yang bersifat positif jika dikelola dengan baik.
Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dilaksanakan konferensi kasus, ialah untuk mencapai kesepakatan bersama bagi pemecahan masalah kasus maka pihak-pihak yang diundang atau dihadirkan dalam rapat itu haruslah pihak yang diperhitungkan memiliki sangkut paut tentang masalah kasus maupun yang berkepentingan dengan penyelesaian masalah serta memiliki kemampuan, wewenang dan tanggung jawab bagi penanganan masalah konseli. Beberapa pihak yang mutlak perlu dihadirkan ialah: Kepala sekolah, konselor, wali kelas, guru mata pelajaran yang ada sangkut pautnya dengan masalah konseli, orang tua siswa, dan pihak lain seperti dokter, psikiater, psikolog maupun helper lain yang sekiranya kemampuan dan kewenangannya relevan. Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri.
Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus. Pendekatan dan Teknik Konferensi Kasus yaitu Kelompok Non- Formal, Pendekatan Normatif dan Implikasi pelaksanaan konferensi kasus membawa dampak positif dan negative.
Saran
Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap siswa yang mengalami permasalahan serius dapat memperoleh penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, dibutuhkan evaluasi berkala guna mengukur efektivitas layanan referal dan konferensi kasus dalam membantu penyelesaian masalah siswa secara tepat dan profesional.