BUSINESS PLAN
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada jajaran manajemen sehingga FORKALIM dapat merampungkan penyusunan Rencana Usaha Jangka Panjang (Business Plan) Tahun 2019 – 2024.
Business Plan ini akan menjadi pedoman bagi semua stakeholder dan seluruh pengurus dan anggota dalam menjalankan dan mengembangkan usaha Asosiasi Pengelola Air Limbah Domestik (FORKALIM) selama kurun waktu 6 (enam) tahun ke depan.
Business Plan ini tersusun berkat dukungan dari semua pihak termasuk IUWASH.
Oleh karena itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga termasuk pihak pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu dalam kesempatan ini.
Dengan diterbitkannya Business Plan ini diharapkan FORKALIM dapat memberikan sumbangsih nyata kepada pembangunan Indonesia melalui peningkatan sektor air limbah secara berkelanjutan dan diharapkan pula akan meningkatkan komitmen pemerintah dan segenap unsur lainnya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan bermartabat.
Asosiasi Pengelola Air Limbah Domestik Ketua
Dr. Subekti, SE, MM
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD) merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana untuk pelayanan air limbah domestik. Saat ini, beberapa Pemerintah Daerah telah membentuk Organisasi Daerah Pengelola Air Limbah (PDPAL) atau menggabungkan dengan pengelola air minum dalam bentuk PDAM. Asosiasi Pengelola Air Limbah Domestik (FORKALIM) dibentuk pada September 2003 dengan tujuan utama untuk membantu para anggota meningkatkan performance mereka dalam hal penanganan pelayanan dibidang air limbah yang meliputi peningkatan efisiensi dalam hal operasional dan manajemen, mencapai kelangsungan dibidang keuangan dan advokasi untuk pembaharuan disektor air limbah untuk meningkatkan kebijakan lingkungan.
Visi FORKALIM adalah menjadi organisasi yang profesional dan inovatif dalam meningkatkan pengelolaan air limbah domestik yang berkelanjutan di Indonesia. Sedangkan Misi yang menunjang visi FORKALIM adalah:
1. Mengembangkan kapasitas dan kompetensi pengelola SPALD di Indonesia;
2. Meningkatkan pengelolaan SPALD yang terpadu, tepat guna dan inovatif;
3. Menjalin kemitraan, kerjasama dan kolaborasi dengan stakeholders;
4. Membangun sinergitas dan komunikasi pengelola SPALD yang berkelanjutan.
Dengan misi tersebut, FORKALIM akan senantiasa meningkatkan mutu, kualitas dan pengalaman para penyelenggara air limbah domestik dari berbagai tipologi melalui pengembangan kapasitas dan kompetensi. Upaya peningkatan pengelolaan SPALD didukung oleh saling tukar pengetahuan dan pengalaman dalam jejaring air limbah domestik untuk tercapainya pengelolaan SPALD yang bermanfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang. Untuk mencapai visi dan misi yang dimaksud maka FORKALIM mengembangkan strategi pengembangan organisasi dengan pokok utama Memperkuat dan mengembangkan organisasi, Memantapkan program-program yang dapat meningkatkan peluang pemasukan, Memperkuat jaringan dan relasi, serta menjaga hubungan baik dengan para pemangku kepentingan.
Stakeholder dalam FORKALIM merupakan kunci utama dalam penyusunan business model. Dengan identifikasi yang tepat, maka stakeholder yang ada di dalam lingkaran
FORKALIM dapat dipetakan berdasarkan interest, kapasitas dan tingkat pengaruh masing- masing. Inisiatif pengembangan model bisnis yang dapat dilakukan untuk menggambarkan porsi dan posisi setiap pihak dapat tergambar secara sederhana dalam sebuah kanvas model bisnis.
Sembilan elemen pada Business Model Canvas mencakup customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partnerships, dan cost structure.
Menurut informasi yang diperoleh dari para informan, cost structure pada FORKALIM berfokus pada cost-driven yang artinya berfokus pada meminimalkan biaya sedapat mungkin untuk menciptakan dan memelihara kemungkinan struktur biaya yang paling ramping, menawarkan value proposition yang murah dan outsourcing yang luas agar stakeholders mendapatkan manfaat yang paling optimum. Hal lain yang perlu dikembangkan adalah oportunity untuk mendapatkan pendanaan lebih yang akan berguna bagi para anggota sehingga menarik minat para pelaku bisnis air limbah domestik (ALD) menjadi anggota. Relasi terhadap pemerintahan dan donor merupakan peluang terbesar dalam menarik minat calon anggota untuk bergabung. Keuntungan organisasi dengan semakin banyaknya anggota juga menjadi kekuatan internal dalam memberikan nilai jual terhadap platform bisnis ALD.
Secara umum FORKALIM berdiri atas kepentingan dan dasar usaha yang sama. Prinsip dasar ini yang kemudian perlu di kembangkan dan dinarasikan menjadi daya tawar yang menguntungkan untuk para calon anggota. Delapan anggota yang saat ini berada dalam organisasi, akan cukup untuk memberikan sebuah deskripsi platform usaha ALD. Namun, dengan strategi horizontal yang ada, maka mencakup banyak anggota adalah strategi yang perlu dilakukan dalam 6 tahun kedepan.
Tahapan-tahapan yang telah dikembangkan dalam rencana kegiatan FORKALIM, selanjutnya perlu di jabarkan dalam rencana kerja anggaran dan biaya. Pada poin ini, FORKALIM didesain untuk dapat menjalankan organisasi secara mandiri tanpa adanya penyertaan modal dari pihak pemerintah.
Kondisi eksisting menjadi acuan dan program kegiatan menyesuaikan dibiayai seluruhnya oleh internal. Ini dapat dilihat sebagai alternatif “do nothing”. Perhitungan dengan alternatif ini memperlihatkan bahwa dana akan yang tersedia setiap tahunnya hanya bersumber dari iuran dan atau sumbangan. Dengan kata lain, FORKALIM perlu merubah kondisi yang ada dengan menambah jumlah anggota atau besaran iuran, dan memaksimalkan pendapatan dari sumber lainnya. Alternatif berikutnya adalah memaksimalkan pendapatan lainnya (sertifikasi, endorsement dan event). Alternatif selanjutnya dapat dilakukan dengan memaksimalkan kerjasama dengan berbagai pihak.
Elaborasi terhadap rencana dan strategi pengembangan FORKALIM adalah sebagai berikut :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
RINGKASAN EKSEKUTIF ... 3
DAFTAR ISI ... 6
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... 7
1. PENDAHULUAN ... 10
1.1. Latar Belakang ... 10
1.2. Maksud dan Tujuan ... 12
1.3. Sasaran Pemanfaatan ... 13
1.4. Landasan Hukum ... 13
1.5. Ruang Lingkup ... 14
1.6. Sistematika Penyusunan ... 14
2. GAMBARAN UMUM FORKALIM ... 16
2.1. Sejarah Singkat FORKALIM ... 16
2.2. Visi dan Misi FORKALIM ... 17
2.2.1 Visi ... 17
2.2.2 Misi ... 17
2.3. Profil FORKALIM ... 18
2.4. Analisis Stakeholders ... 19
2.5. Kanvas Model Bisnis ... 20
3. ANALISIS ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM BUSINESS PLAN .... 26
3.1. Trend Perkembangan Bisnis IPALD ... 26
3.1.1. Kondisi Sanitasi ... 29
3.1.2. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 30
3.2. Prinsip Dasar Pemikiran Business Plan ... 35
3.3. Analisis Faktor Internal ... 36
3.4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 38
3.5. Posisi Organisasi ... 39
4. FORMULASI STRATEGI ... 43
4.1. Isu Strategis ... 43
4.2. Tujuan dan Sasaran ... 44
4.3. Tahapan Proses Strategi ... 44
4.4. Formulasi Strategi ... 45
4.5. Program dan Kegiatan ... 47
4.6. Pengembangan Organisasi ... 69
5. PROYEKSI KEUANGAN ... 84
5.1. Asumsi Proyeksi ... 86
5.2. Proyeksi Kelayakan Keuangan ... 88
6. PENUTUP ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Analisis Stakeholders FORKALIM ... 20 Tabel 3. 1 Kondisi Kependudukan Indonesia ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 2 Sarana Kesehatan di Indonesia Tahun 2012 ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 3 Delapan Kasus Penyakit Tahun 2015 ....Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 4 Penggunaan Jamban di Indonesia ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 5 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja (2016) ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 6 Analisis Faktor Internal ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 7 Analisis Faktor Eksternal ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 8 Posisi FORKALIM ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 9 Penetapan Strategi ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 2 Daftar 35 WPS ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 3 Rencana Pendanaan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 4 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 5 Program dan Kegiatan 2018 – 2024 ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 6 Rencana Kegiatan 2018 – 2024 Bidang IError! Bookmark not defined.
Tabel 4. 7 Rencana Kegiatan 2018 – 2024 Bidang II ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 8 Rencana Kegiatan 2018 – 2024 Bidang III ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Lambang Forkalim ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 2 Dokumentasi Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)
FORKALIM 2018 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 3 Kanvas Model Bisnis FORKALIM Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 1 Proporsi Penggunaan Jamban di IndonesiaError! Bookmark not defined.
Gambar 3. 2 SFD (Shit Flow Diagram) Nasional Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 3 Kondisi Sarana Sanitasi akibat Masih Rendahnya Jaringan
Sanitasi ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 4 Tingkat Akses Sanitasi di Indonesia Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 5 Skema Diagramatis Penyusunan Business PlanError! Bookmark not defined.
Gambar 3. 6 Hubungan Antar Proponen dalam Bisnis Kanvas ModelError! Bookmark not defined.
Gambar 4. 1 Tahapan Proses Strategi... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005- 2025 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 3 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR
2015-2019 ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 4 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 5 Piramida Strategi Organisasi Publik Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 6 Struktur Organisasi Eksisting ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 7 Rencana Skema Organisai FORKALIMError! Bookmark not defined.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah BMC : Business Model Canvas
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
FORKALIM : Asosiasi Pengelola Air Limbah Domestik MDGs : Millennium Development Goals
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PDPAL : Pemerintah Daerah Pengelola Air Limbah PPSP : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman RAKERNAS : Rapat Kerja Nasional
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional SDGs : Sustainable Development Goals
SPALD : Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati tahun 2015 merupakan keberlanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). SDGs menjadi sejarah baru dalam pembangunan global, karena dalam kesepakatan SDGs dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 ini memiliki tujuan pembangunan universal baru yang dimulai pada tahun 2016 hingga tahun 2030.
SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperty (kemakmuran), 4) Peace (perdamaian), dan 5) Partnership (kerjasama).
Kesepakatan SDGs ini memiliki 17 tujuan dan 169 sasaran, berbeda dengan MDGs yang hanya memiliki 8 tujuan dan 21 sasaran.
SDGs disepakati oleh 193 kepala negara dan pemerintahan yang merupakan anggota PBB dan termasuk Negara Indonesia. Penerapan SDGs di Indonesia telah
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017. Dalam Perpres tersebut menguraikan 17 tujuan dari implementasi SDGs yang mana termasuk dalam sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di Indonesia. Penerapan Sustainable Development Goals dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017 memuat antara lain: 1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun. 2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. 3.
Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. 4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan. 6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. 7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua. 8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua. 9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi. 10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara. 11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. 12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. 13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. 14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan. 15.
Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati. 16.
Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan. 17.
Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
Dari sisi pencapaian program kesehatan dan sanitasi, maka penyediaan akses
Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD) merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana untuk pelayanan air limbah domestik. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) No. 04/PRT/M/2017 pada pasal 1. Penyelenggaraan SPALD dapat dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dapat berbentuk organisasi daerah atau Organisasi Perseroan Terbatas, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Saat ini, beberapa Pemerintah Daerah telah membentuk Organisasi Daerah Pengelola Air Limbah (PDPAL) seperti PDPAL Provinsi DKI Jakarta dan PDPAL Kota Banjarmasin, atau menggabungkan dengan pengelola air minum dalam bentuk PDAM seperti yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Prov. Sumatera Utara, PDAM Tirtawening Kota Bandung, PDAM Kota Surakarta dan PDAM Kota Balikpapan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pasal 137 ayat 1 menyebutkan BUMD dapat berhimpun dalam asosiasi BUMD atau dengan nama lain.
Asosiasi Pengelola Air Limbah Domestik (FORKALIM) dibentuk pada September 2003 untuk menjadi forum komunikasi dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul dalam penyelenggaranaan SPALD dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan SPALD yang berkelanjutan dan memberikan manfaat kepada masyarakat. FORKALIM juga diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta para stakeholder lainnya dalam rangka menentukan arah kebijakan dan strategi pengembangan dan peningkatan kinerja penyelengara SPALD. Saat ini FORKALIM sebagai organisasi tengah mengembangkan diri. Untuk itu, diperlukan Business Plan sebagai pedoman pengembangannya kedepan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dibuatnya Business Plan FORKALIM yaitu untuk:
1. Mentapkan langkah awal pengembangan FORKALIM;
2. Membuat pencapaian tujuan fokus dan terarah;
3. Memprediksi masa depan;
4. Mencari sumber-sumber pendanaan;
5. Meningkatkan kemampuann FORKALIM.
Adapun tujuan dibuatnya Business Plan FORKALIM yaitu untuk:
1. Mengetahui arah dan tujuan FORKALIM;
2. Menetapkan cara mencapai sasaran yang ingin dicapai;
3. Mempertajam rencana-rencana yang telah ditetapkan atau rencana yang diharapkan;
4. Mencari dukungan dari para stakeholders.
1.3. Sasaran Pemanfaatan
Business Plan FORKALIM disusun agar dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pengembangan kemampuan dan kapasitas organisasi dan anggotanya.
Lebih jauh lagi, stakeholders FORKALIM juga dapat menggunakan Business Plan FORKALIM sebagai acuan untuk melakukan kerjasama dengan para penyelenggara SPALD.
1.4. Landasan Hukum
Business Plan FORKALIM didasarkan pada peraturan dan ketentuan yang berlaku terkait dengan air limbah domestik yaitu:
1. Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah No. 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
4. Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2017 tentang penyelanggaraan sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
1.5. Ruang Lingkup
Penyusunan Business Plan dilakukan dengan menghimpun data dan melakukan diskusi baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi yang memadai dan relevan untuk bahan penyusunan. Adapun ruang lingkup yang akan dituangkan dalam Business Plan FORKALIM tahun 2018-2024 adalah :
a) Identifikasi kondisi saat ini sebagai acuan untuk melakukan perbaikan dan mengukur seberapa besar kemampuan organisasi untuk mencapai sasaran tertentu pada lima tahun mendatang.
b) Evaluasi terhadap kondisi saat ini baik internal maupun eksternal. Evaluasi internal dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator kinerja dari dalam organisasi. Evaluasi kondisi eksternal dilakukan terhadap faktor- faktor luar organisasi yang mempengaruhi kinerja.
c) Berdasarkan evaluasi internal dan eksternal, organisasi memilih alternatif strategi yang akan dijalankan.
d) Strategi-strategi yang telah ditetapkan kemudian ditetapkan sasaran yang ingin dicapai secara bertahap beserta indikator kinerja setiap tahunnya.
e) Program-program kemudian ditetapkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
f) Program-program dirinci menjadi kegiatan-kegiatan yang setiap itemnya ditetapkan anggarannya
g) Berdasarkan kegiatan dan anggaran maka disusun proyeksi keuangan yang menggambarkan antara lain proyeksi laba rugi, kas dan neraca serta kelayakan keuangan.
1.6. Sistematika Penyusunan
Business Plan ini mengikuti sistematika sebagai berikut : 1) Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang disusunnya Business Plan, maksud dan tujuan penyusunan serta ruang lingkup dan sistematika penyusunan.
2) Gambaran Umum Forkalim
Bab ini menjelaskan tentang kondisi organisasi berkaitan dengan sejarah singkat, visi dan misi organisasi, profil organisasi dan stakeholders yang terkait dengan kegiatan yang tertera dalam Business Plan ini.
3) Analisis Aspek Internal dan Eksternal
Bab ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi baik dari sisi internal maupu eksternal. Identifikasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran faktor internal yang menjadi kekuatan dan faktor yang merupakan kelemahan agar dapat ditentukan strategi untuk memanfaatkan kekuatan maupun menutupi kelemahan.
Selain faktor internal dalam bab ini juga akan diidentifikasi faktor eksternal untuk mengetahui faktor yang merupakan peluang dan faktor yang menjadi ancaman agar dapat ditentukan strategi untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan.
4) Formulasi Strategi
Bab ini menjelaskan tentang strategi pengembangan yang akan dijabarkan kedalam program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sasaran yang telah ditetapkan serta kebutuhan biaya.
5) Pengembangan Organisasi dan Proyeksi Keuangan
Bab ini menggambarkan aspek keuangan yang diperlukan dalam pengembangan organisasi. Pada bab ini juga digambarkan hasil keuangan yang dicapai apabila program dan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana dengan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan. Hasil keuangan dalam bab ini digambarkan pada proyeksi laba rugi, kas dan neraca serta indikator utama keuangan
2. GAMBARAN UMUM FORKALIM
2.1. Sejarah Singkat FORKALIM
FORKALIM didirikan pada saat seminar Pengelolaan Air Limbah di Indonesia pada 29 – 30 September 2003. Seminar yang diselenggarakan Perpamsi dengan bantuan USAEP dihadiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum, PD PAL JAYA, PDAM Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Medan, Kota Surakarta, Kota Banjarmasin, Kota Bengkulu dan SKPD dari Kota Yogyakarta, Kota Bogor, Kota Tangerang serta Akademi Tirta Wiyata, Indah Water Konsortium Malaysia, operator swasta (PT. Biothane), Bank Dunia dan IATPI.
Pada seminar tersebut dibahas masalah-masalah dari aspek teknis, kelembagaan dan keuangan yang mencakup masalah-masalah umum, pengalaman operator air limbah, kebijakan pemerintah, sistem pembayaran dan kesempatan pelatihan dan program sertifikasi operator.
Pada akhir seminar, seluruh peserta menyetujui dengan pembentukan Forum Komunikasi Air Limbah, yang selanjutnya dikenal sebagai FORKALIM, yang
digagas oleh PERPAMSI dan terbuka untuk keanggotaan oleh seluruh instansi yang mengoperasikan sistem pengolahan air limbah (PDAM, DINAS dan PD).
Pada saat itu FORKALIM didirikan dengan tujuan utama untuk membantu para anggota meningkatkan performance mereka dalam hal penanganan pelayanan dibidang air limbah yang meliputi peningkatan efisiensi dalam hal operasional dan manajemen, mencapai kelangsungan dibidang keuangan dan advokasi untuk pembaharuan disektor air limbah untuk meningkatkan kebijakan lingkungan.
2.2. Visi dan Misi FORKALIM 2.2.1 Visi
Visi FORKALIM adalah:
“ Menjadi organisasi yang profesional dan inovatif dalam meningkatkan pengelolaan air limbah domestik yang berkelanjutan di Indonesia”
Organisasi yang profesional dan inovatif senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas serta pengalaman untuk memperbaiki dan memberi nilai yang berarti bagi stakeholders. Dengan senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas serta pengalaman dalam penyelenggaraan air limbah domestik di indonesia maka diharapkan akan menciptakan pengelolaan air limbah domestik yang lebih baik saat ini maupun dalam jangka panjang.
2.2.2 Misi
Misi FORKALIM adalah:
1. Mengembangkan kapasitas dan kompetensi pengelola SPALD di Indonesia;
2. Meningkatkan pengelolaan SPALD yang terpadu, tepat guna dan inovatif;
3. Menjalin kemitraan, kerjasama dan kolaborasi dengan stakeholders;
4. Membangun sinergitas dan komunikasi pengelola SPALD yang berkelanjutan.
Dengan misi tersebut, FORKALIM akan senantiasa meningkatkan mutu, kualitas dan pengalaman para penyelenggara air limbah domestik dari berbagai tipologi melalui pengembangan kapasitas dan kompetensi. Peningkatan mutu, kualitas dan
pengalaman akan berdampak positif pada upaya meningkatkan pengelolaan SPALD yang terpadu, tepat guna dan inovatif. Upaya peningkatan pengelolaan SPALD didukung oleh saling tukar pengetahuan dan pengalaman dalam jejaring air limbah domestik untuk tercapainya pengelolaan SPALD yang bermanfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang.
2.3. Profil FORKALIM
SUSUNAN PENGURUS FORKALIM PERIODE 2018-2021 DEWAN
PENASEHAT
:
1. Dirjen Cipta Karya
2. Direktur Pengembangan PLP Kementerian PUPR 3. Direktur BUMD Kementerian Dalam Negeri 4. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 5. Menteri PPN/BAPPENAS
DEWAN
PENGAWAS :
1. Ir. Pian Sopian, MT
2. Boy Tagajagawani ST, MT 3. Ir. Kumala Siregar
PENGURUS
Ketua : Dr. Subekti, SE, MM (PD PAL Jaya)
Wakil Ketua : Sutedi Raharjo, ST (PDAM Tirtanadi Medan) Sekretaris : Haidir Effendi, SH (PDAM Balikpapan)
Bendahara : H. Sonny Salimi, S.ST, MT (PDAM Tirtawening Kota Bandung)
BIDANG I PENGEMBANGAN INSTITUSI DAN KEANGGOTAAN Ketua : Ir. Rahmatullah (PD PAL Banjarmasin)
Anggota : 1. Ir. Maryanto.MT (PDAM Surakarta) Gambar 2. 1 Lambang Forkalim
Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) FORKALIM 2018
Gambar 2. 2 Dokumentasi Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) FORKALIM 2018 2. Ir. Binsar O. Tambunan (Kantor Pengelolaan Air dan
Limbah BP Batam) BIDANG II PROMOSI DAN KERJASAMA
Ketua : Ir. Heri Batangari Nasution, M.Psi (PDAM Tirtanadi Medan)
Anggota :
1. Hidayat Sigit Suryanto, SE (PD PAL Jaya)
2. Ida Bagus Putu Ari Chandana, ST, M.Si. (UPT PAL Dinas PU Provinsi Bali)
BIDANG III PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Ketua : Ir. Maryanto.MT (PDAM Surakarta)
Anggota :
1. Ir. Hj. Novera Deliyasma, MT (PDAM Tirtawening Kota Bandung)
2. Ir. Erwin Marphy Ali (PD PAL Jaya)
) 83791557, (021)
2.4. Analisis Stakeholders
FORKALIM sebagai sebuah wadah atau lembaga memiliki tujuan, target dan pola pencapaian serta sarana untuk saling tukar pengetahuan dan pengalaman dalam jejaring air limbah domestik. Fungsi dan capaian dalam sistem kelembagaan tersebut dapat tercapai dengan adanya parapihak yang saling berinteraksi didalamnya. Identifikasi para pihak yang berkepentingan dan terlibat dengan FORKALIM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 1 Analisis Stakeholders FORKALIM
No Nama Mitra Keterkaitan
1 Direktorat Perkim, Bappenas Dukungan kebijakan dan pendanaan 2 Direktorat PPLP Ditjen Cipta
Karya, PUPR Dukungan kebijakan dan pendanaan 3
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, Kementerian LHK
Dukungan kebijakan 4 Direktorat Perkotaan Ditjen
Bina Bangda Dukungan kebijakan
5 AKKOPSI Dukungan pimpinan daerah
6 AKSANSI, Appsani Dukungan operasionalisasi
7 Lembaga Donor Dukungan pendanaan dan penguatan kapasitas
8 Swasta - CSR Dukungan pendanaan dan informasi
9 IATPI Dukungan keahlian
10 Perguruan Tinggi Dukungan keahlian
11 Operator swasta Dukungan informasi dan keahlian 12 Vendor Dukungan finansial dan teknologi 13 Masyarakat Dukungan sosialisasi dan input
pengguna
Stakeholder dalam FORKALIM merupakan kunci utama dalam penyusunan business model. Dengan identifikasi yang tepat, maka stakeholder yang ada di dalam lingkaran FORKALIM dapat dipetakan berdasarkan interest, kapasitas dan level pengaruh masing-masing. Inisiatif pengembangan model bisnis yang dapat dilakukan untuk menggambarkan porsi dan posisi setiap pihak dapat tergambar secara sederhana dalam sebuah kanvas model bisnis.
2.5. Kanvas Model Bisnis
Kanvas Model Bisnis (Business Model Canvas / BMC) ialah suatu kerangka kerja yang membahas model bisnis dengan disajikan dalam bentuk visual berupa kanvas lukisan, agar dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah. Model ini digunakan untuk menjelaskan, memvisualisasikan, menilai, dan mengubah suatu model bisnis, agar mampu menghasilkan kinerja yang lebih optimal. BMC dapat digunakan untuk semua organisasi, baik itu sektor bisnis maupun organisasi non- profit. Pada organisasi non-profit, perlu tambahan komponen blok “impact” untuk menjelaskan manfaat dari dampak model bisnis yang dijalankannya.
Business Model Canvas disajikan berupa suatu kanvas yang terdiri dari 9 kotak yang saling berkaitan. Model bisnis terbaik dapat digambarkan melalui sembilan blok bangunan dasar yang menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk mendapatkan uang. Setiap dari nine basic building blocks, dapat menjadi langkah awal untuk menentukan darimana suatu perusahaan/organiasasi melakukan transformasi model bisnis mereka. Sembilan blok meliputi empat bidang utama bisnis, yaitu: pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kemampuan finansial.
Kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan blok yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan di mana menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan manfaat dan mendapatkan manfaat bagi dan dari pelanggannya. Berikut merupakan gambaran sembilan elemen Business Model Canvas:
Sembilan elemen pada Business Model Canvas mencakup customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partnerships, dan cost structure.
Customers Segments
Pelanggan (customer) merupakan inti dari suatu bisnis model yang dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan/organiasasi. Tanpa pelanggan, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama. Perusahaan dapat mengelompokkan pelanggan ke dalam segmen yang berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku umum, atau atribut lainnya. Sebuah model bisnis dapat menentukan besar atau kecil segmen pelanggan. Dalam konteks organiasasi nirlaba, customer yang dimaksud adalah para pemangku kepentingan (stakeholders).
Value Propositions
Value Propositions (Proposisi nilai) merupakan berbagai macam produk dan jasa yang akan menciptakan nilai bagi pelanggan segmen tertentu. Value adalah alasan mengapa pelanggan memilih produk dan jasa dari sebuah perusahaan/organisasi dibandingkan perusahaan lain karena perusahaan tersebut dianggap memiliki kelebihan dalam memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
Channels
Channels adalah media dari perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggannya untuk menyampaikan proposisi nilai.
Customer Relationships
Customer Relationships menjelaskan tentang menjaga hubungan antara perusahaan/organiasi dan konsumen/stakeholders. Perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangun oleh masing-masing segmen pelanggan.
Macam-macam jenis hubungan mulai dari memberi bantuan personal perorangan kepada tiap konsumen, memanfaatkan komunitas, atau bahkan berupa “self- service”.
Revenue Streams
Revenue streams adalah pendapatan atau pemasukan yang diterima perusahaan/organisasi atas value proposition yang diberikan.
Key Resources
Key Resources menjelaskan aset yang paling penting yang dibutuhkan untuk membuat sebuah model bisnis berjalan dengan baik. Setiap model bisnis membutuhkan key resources (sumber daya utama). Key resources ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan value proposition (proposisi nilai), menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan pelanggan, dan memperoleh pendapatan.
Key Activities
Key Activities menjelaskan hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk membuat model bisnisnya bekerja.
Key Partnership
Key partnership menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis berjalan dengan baik. Perusahaan menjalin kemitraan karena berbagai alasan, dan kemitraan menjadi landasan banyak model bisnis. Perusahaan
menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi resiko, atau memperoleh sumber daya.
Cost Structure
Struktur Biaya menjelaskan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Cost structure menggambarkan biaya yang paling penting yang terjadi saat beroperasi di model bisnis tertentu. Menciptakan dan memberikan nilai, menjaga hubungan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan semua dikenakan biaya.
Skema ini akan menjadi salah satu acuan dalam penentuan bisnis model dari FORKALIM sesungguhnya. Karena dengan adanya pemetaan di awal, maka inisatif dari masing-masing pihak dapat lebih mudah dilihat korelasi dan konektivitas yang diharapkan akan saling bekerja sama sesuai dengan tujuan lembaaga atau organisasi FORKALIM.
Adapun rancangan kanvas bisnis model dari FORKALIM ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2. 3 Kanvas Model Bisnis FORKALIM
Menurut informasi yang diperoleh dari para informan, cost structure pada FORKALIM berfokus pada cost-driven yang artinya berfokus pada meminimalkan biaya sedapat mungkin untuk menciptakan dan memelihara kemungkinan struktur biaya yang paling ramping, menawarkan value proposition yang murah dan outsourcing yang luas agar stakeholders mendapatkan manfaat yang paling optimum. Dengan adanya key partners yang lebih luas dari para relasi, maka dapat diperoleh beneficiaries yang lebih besar. Masing masing stakeholders dapat dianggap sebagai kontributor yang paling utama karena secara khusus FORKALIM tidak memiliki pelanggan layaknya sebuah perusahaan.
Pengeluaran FORKALIM secara umum terbagi atas 2, yaitu fixed cost dan variable cost. Biaya fixed cost artinya biaya yang setiap bulannya tetap dan tidak dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya aktivitas organisasi, sedangkan variable cost artinya biaya yang bisa berubah-ubah setiap bulannya tergantung dari banyak sedikitnya aktivitas organisasi.
Biaya yang termasuk dalam fixed cost adalah biaya gaji karyawan, biaya sewa gedung, biaya listrik / telepon / air. Untuk komponen yang masuk dalam kategori variable cost adalah biaya bahan baku, biaya transportasi delivery, dan lain-lain.
Untuk cost yang susah dikontrol seperti biaya listrik, FORKALIM selalu menjaga pemakaian listrik agar tidak boros misalkan jika belum gelap, maka bagaimana pun keadaannya diusahakan untuk tidak menyalakan lampu dan begitu juga dengan pemakaian AC. Jika di dalam ruangan AC tidak ada customer, maka AC selalu dimatikan. Pada malam hari sebelum meninggalkan kantor, para karyawan mengecek kembali apakah masih ada lampu dan AC yang menyala dan segera mematikannya jika tidak diperlukan.
Hal lain yang perlu dikembangkan adalah oportunity untuk mendapatkan pendanaan lebih yang akan berguna bagi para anggota sehingga menarik minat para pelaku bisnis ALD menjadi anggota. Relasi terhadap pemerintahan dan donor merupakan peluang terbesar dalam menarik minat calon anggota untuk bergabung.
Keuntungan organisasi dengan semakin banyaknya anggota juga menjadi kekuatan internal dalam memberikan nilai jual terhadap platform bisnis ALD.
3. ANALISIS ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM BUSINESS
PLAN
3.1. Trend Perkembangan Bisnis IPALD
Sektor penyehatan lingkungan permukiman khususnya bidang air limbah (Municipal Waste Water) merupakan hal yang menarik perhatian secara global maupun nasional. Secara global Indonesia terikat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Hal ini disebutkan pada KTT Bumi di Johannesburg 2000, dimana salah satu sasarannya adalah bidang penyediaan air minum dan sanitasi. Sasaran tersebut diagendakan dalam Millenium Development Goals (MDGs) dengan menetapkan horizon pencapaian sasaran pada tahun 2015.
Sasaran kuantitatifnya adalah ”Mengurangi 50% proporsi jumlah penduduk yang kesulitan memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai”. Indonesia yang ikut meratifikasi sasaran MDG’s 2015 tersebut harus mempersiapkan langkah pencapaian sasaran tersebut.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009, setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan syarat memenuhi baku mutu lingkungan hidup.
Dari latar belakang tersebut maka diperlukan perencanaan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Permasalahan utama sub sektor air limbah domestik di Indonesia adalah hampir semua pengelolaan air limbah domestik, pembuangan akhir diarahkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Permasalahan tersebut mencakup daerah pedesaan maupun perkotaan yang menggunakan sistem on-site dengan tingkat teknologi sederhana. Selain itu juga terdapat permasalahan sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya :
1. Pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat.
2. Belum memiliki master plan air limbah.
3. Belum ada perda yang mengatur tentang air limbah domestik
4. Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pembuangan air limbah domestik secara higienis.
Pemerintah Indonesia pun memiliki visi dalam terwujudnya akses terhadap sarana sanitasi dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah dengan sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site);
b) Mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh air limbah permukiman;
c) Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha agar lebih berperan aktif dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman;
d) Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman;
e) Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman dengan prinsip good corporate governance;
f) Meningkatkan dan mengembangkan alternatif sumber pendanaan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Republik Indonesia, yang umumnya disebut Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang berada dalam lintasan garis khatulistiwa dan terada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Hindia dan Pasifik. Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dengan populasi sekitar 258.794.900 jiwa pada tahun 2016 dengan
luas wilayah sebesar 1.905 juta km2. Kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut provinsi ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Kondisi Kependudukan Indonesia No Provinsi Luas(1) (km2)
Jumlah Penduduk(2)
(jiwa)
Jumlah Rumah Tangga(2)
(Ribu)
Kepadatan Penduduk(2)
Per km2
Laju Pertumbuhan
Penduduk 2010-2016(2)
1 Aceh 57.956,00 5.096.200 1208.90 88 2,01
2 Sumatera Utara 72.981,23 14.102.900 3295 193 1,33
3 Sumatera Barat 42.012,89 5.259.500 1249.10 125 1,31
4 Riau 87.023,66 6.501.000 1560.40 75 2,59
5 Jambi 50.058,16 3.458.900 861.10 69 1,80
6 Sumatera Selatan 91.592,43 8.160.900 1985.30 89 1,46
7 Bengkulu 19.919,33 1.904.800 480.30 96 1,69
8 Lampung 34.623,80 8.205.100 2082 237 1,21
9 Kep. Bangka Belitung 16.424,06 1.401.800 357 85 2,20
10 Kep. Riau 8.201,72 2.028.200 535.60 247 3,06
11 DKI Jakarta 664,01 10.277.600 2685.30 15478 1,07
12 Jawa Barat 35.377,76 47.379.400 12585.10 1339 1,54
13 Jawa Tengah 32.800,69 34.019.100 9129.40 1037 0,79
14 DI Yogyakarta 3.133,15 3.720.900 1118.40 1188 1,18
15 Jawa Timur 47.799,75 39.075.300 10797.30 817 0,66
16 Banten 9.662,92 12.203.100 2986.70 1263 2,23
17 Bali 5.780,06 4.200.100 1112.60 727 1,21
18 Nusa Tenggara Barat 18.572,32 4.896.200 1360.40 264 1,36
19 Nusa Tenggara Timur 48.718,10 5.203.500 1126.50 107 1,69
20 Kalimantan Barat 147.307,00 4.861.700 1130.80 33 1,63
21 Kalimantan Tengah 153.564,50 2.550.200 661.20 17 2,33
22 Kalimantan Selatan 38.744,23 4.055.500 1089.90 105 1,81
23 Kalimantan Timur 129.066,64 3.501.200 870.60 27 2,58
24 Kalimantan Utara 75.467,70 666.300 150 9 -
25 Sulawesi Utara 13.851,64 2.436.900 623.50 176 1,13
26 Sulawesi Tengah 61.841,29 2.921.700 688 47 1,67
27 Sulawesi Selatan 46.717,48 8.606.400 1975.70 184 1,10
28 Sulawesi Tenggara 38.067,70 2.551.000 574.10 67 2,16
29 Gorontalo 11.257,07 1.150.800 270.20 102 1,62
30 Sulawesi Barat 16.787,18 1.306.500 291.80 78 1,93
31 Maluku 46.914,03 1.715.500 355.60 37 1,79
32 Maluku Utara 31.982,50 1.185.900 244.90 37 2,16
33 Papua Barat 319.036,1 893.400 197.30 9 2,61
34 Papua 99.671,63 3.207.400 745.40 10 1,95
Indonesia 258.704.900 66385.40 135 1,36
Sumber : (1)Permendagri Nomor 56, 2015 dan (2)Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017
3.1.1. Kondisi Sanitasi
Profil sanitasi kota sebagai gambaran kondisi sanitasi di Indonesia ditinjau dalam berbagai aspek seperti kesehatan masyarakat, sarana kesehatan dan akses terhadap sarana dan prasarana sanitasi. Tinjauan lebih lanjut untuk masing-masing aspek disajikan dalam uraian berikut ini.
Kesehatan Masyarakat
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Rincian sarana kesehatan yang dimiliki secara keseluruhan dan daftar penyakit berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
Tabel 3. 2 Sarana Kesehatan di Indonesia Tahun 2012 Sarana Kesehatan Jumlah Sarana Kesehatan
Rumah Sakit (unit) 2.083
Puskesmas (unit) 9510
Pustu (unit) 23.049
Posyandu (unit) 276.392
Apotik (unit) 17.613
Tempat Tidur (unit) 231.432
Dokter (orang) 76.523
Bidan/ perawat (orang) 361.772 Sumber: BPS Indonesia, 2017
Tabel 3. 3 Delapan Kasus Penyakit Tahun 2015 Jenis Penyakit Banyaknya Kasus
Pneumonia 554.650
Kusta 17.202
Tetanus Neonatorum 53
Campak 8.815
Diare 1.213
DBD 129.650
TB Paru 188.450
Malaria 1.612.777
Sumber: BPS Indonesia, 2017
3.1.2. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kondisi sanitasi Indonesia terbagi menjadi penduduk yang menggunakan sarana dan prasarana, serta yang masih belum mendapatkan fasilitas sanitasi. Berdasarkan data dari monev Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), 73% penduduk Indonesia telah memiliki jamban sehat baik berupa jamban sehat permanen maupun semi permanen. Sedangkan BABS masih dilakukan oleh 20% penduduk Indonesia. Tabel 3.4 dan Gambar 2.2 menunjukkan penggunaan jamban di Indonesia.
Tabel 3. 4 Penggunaan Jamban di Indonesia
No Nama Provinsi
Identitas Data (Jumlah data/keseluruhan*) Jumlah
Kab/Kot Jumlah
Kec Jumlah
Desa/Kel Jumlah KK
% Akses JSP
% Akses JSSP
% Akses Sharing
% Akses BABS
% Akses Baseline 1 DI YOGYAKARTA 5/5 78/78 438/438 1087130/1039754 71,01 16,00 7,47 5,51 94,49 2 DKI JAKARTA 6/6 44/44 267/267 3040787/2333781 85,17 7,84 4,79 2,20 97,80 3 SULAWESI
SELATAN 24/24 306/306 3047/3047 2175221/2057228 51,61 15,78 5,37 27,24 72,76
4 BALI 9/9 57/57 716/716 1045251/1088136 74,12 4,75 8,97 12,16 87,84
5
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 7/7 47/47 391/391 393864/344533 55,77 17,52 3,26 23,45 76,55 6 JAWA TENGAH 35/35 573/573 8578/8578 10217782/9670248 45,96 15,73 7,83 30,48 69,52 7 JAWA TIMUR 38/38 665/666 8498/8498 11582341/11358833 47,67 17,14 7,65 27,54 72,46 8 NUSA TENGGARA
BARAT 10/10 116/116 1137/1137 1446616/1374434 41,62 9,06 8,72 40,60 59,40 9 RIAU 12/12 169/169 1875/1875 1606102/1329932 46,23 24,14 4,15 25,48 74,52 10 JAMBI 11/11 141/141 1562/1562 907896/819189 47,17 19,05 6,54 27,25 72,75 11 KALIMANTAN
TIMUR 10/10 103/103 1020/1020 944415/817162 43,53 15,20 4,92 36,35 63,65 12 SULAWESI BARAT 6/6 69/69 649/649 299559/290070 37,32 10,31 3,81 48,57 51,43 13 BANTEN 8/8 155/155 1551/1551 3126414/2755292 31,18 18,16 6,28 44,38 55,62 14 SUMATERA
UTARA 33/33 443/443 6113/6113 3660265/3245639 37,03 17,24 6,89 38,84 61,16 15 KALIMANTAN
UTARA 5/5 50/53 480/480 132203/0 30,11 27,86 6,03 35,99 64,01
16 GORONTALO 6/6 76/76 731/731 307588/288869 28,32 3,55 13,52 54,61 45,39 17 KALIMANTAN
TENGAH 14/14 136/136 1565/1565 637815/599253 24,70 16,22 5,87 53,20 46,80 18 KALIMANTAN
BARAT 14/14 174/174 1984/1984 1274095/1163044 2,65 33,04 0,79 63,52 36,48 19 NUSA TENGGARA
TIMUR 22/22 306/306 3295/3296 1139049/1136690 25,94 29,76 8,42 35,88 64,12 20 KALIMANTAN
SELATAN 13/13 152/152 2008/2009 1060415/1027867 35,47 18,41 5,22 40,90 59,10 21 SULAWESI
TENGAH 13/13 171/171 1971/1974 728021/617761 34,51 12,04 3,93 49,53 50,47 22 ACEH 23/23 289/289 6492/6509 1239614/1193463 38,91 16,51 11,11 33,48 66,52 23 SUMATERA
BARAT 19/19 179/179 1112/1117 1280776/1241663 46,73 10,24 3,56 39,46 60,54
No Nama Provinsi
Identitas Data (Jumlah data/keseluruhan*) Jumlah
Kab/Kot Jumlah
Kec Jumlah
Desa/Kel Jumlah KK
% Akses JSP
% Akses JSSP
% Akses Sharing
% Akses BABS
% Akses Baseline 24 BENGKULU 10/10 129/129 1520/1527 523567/485346 41,15 23,97 6,74 28,14 71,86 25 JAWA BARAT 27/27 625/627 5905/5937 14639999/12334586 45,03 12,42 6,64 35,91 64,09 26 LAMPUNG 15/15 228/228 2627/2643 2125255/1926840 50,02 24,22 8,22 17,54 82,46 27 SULAWESI
TENGGARA 17/17 211/212 2225/2247 583840/549907 40,51 21,70 6,41 31,38 68,62 28 SUMATERA
SELATAN 17/17 232/232 3214/3261 2151256/1998599 34,46 15,67 4,92 44,95 55,05 29 KEPULAUAN
RIAU 7/7 70/70 410/416 696320/496398 34,20 30,55 6,21 29,04 70,96
30 SULAWESI
UTARA 15/15 166/167 1751/1779 563429/630028 50,60 19,02 9,18 21,19 78,81 31 MALUKU 11/11 106/111 1045/1078 312149/342017 18,78 24,05 7,59 49,58 50,42 32 MALUKU UTARA 10/10 111/113 1130/1194 268548/248714 37,76 4,82 11,29 46,12 53,88 33 PAPUA 28/29 225/399 1765/3769 544601/666454 7,99 4,78 1,58 85,64 14,36 34 PAPUA BARAT 10/13 78/177 609/1447 82498/182235 11,78 10,58 5,84 71,79 28,21
510/514 6680/6968 77681/80805 71824681/65653965 38,71 16,82 6,82 37,65 62,35 Sumber: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, 2017
Sumber: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, 2017
Gambar 3. 1 Proporsi Penggunaan Jamban di Indonesia
Selain itu berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2016, diketahui bahwa penyaluran akhir tinja di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik, namun masih banyak penduduk yang masih membuang tinja langsung ke lingkungan. Tabel 3.4 menunjukkan persen penyaluran akhir tinja di Indonesia.
57%
16%
7%
20%
JSP JSSP Sharing BABS
Tabel 3. 5 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja (2016)
Provinsi (PDRB)
Tempat Pembuangan Akhir Tinja (%) Tangki
Septik SPAL
Kolam/
Sawah/
Sungai/
Danau/ Laut
Lubang Tanah
Pantai/ Tanah Lapang/
Kebun/
Lainnya
Aceh 66,75 0,59 13,94 11,65 7,07
Sumatera Utara 73,36 0,73 11,63 9,30 4,98
Sumatera Barat 53,61 0,76 32,28 11,03 2,32
Riau 71,00 1,31 7,03 17,52 3,14
Jambi 66,55 0,27 17,29 12,49 3,40
Sumatera Selatan 66,40 0,38 16,47 14,83 1,92
Bengkulu 50,96 0,12 15,02 30,31 3,60
Lampung 59,60 0,04 8,25 30,39 1,72
Kep. Bangka Belitung 84,04 1,02 2,43 3,59 8,93
Kep. Riau 81,81 0,05 7,51 8,02 2,60
DKI Jakarta 90,87 2,16 4,28 1,02 1,68
Jawa Barat 63,16 2,28 24,14 8,52 1,90
Jawa Tengah 70,40 1,47 15,56 11,09 1,49
DI Yogyakarta 78,69 8,37 3,46 8,64 0,84
Jawa Timur 68,20 1,32 13,00 14,60 2,88
Banten 72,98 1,82 11,86 6,99 6,36
Bali 87,49 2,15 3,68 2,42 4,26
Nusa Tenggara Barat 71,24 1,42 16,90 2,86 7,57
Nusa Tenggara Timur 44,32 0,14 0,67 40,33 14,53
Kalimantan Barat 52,80 0,44 14,70 24,67 7,39
Kalimantan Tengah 52,02 0,00 27,02 20,08 0,88
Kalimantan Selatan 62,75 0,18 17,72 17,95 1,40
Kalimantan Timur 73,61 4,05 7,77 12,84 1,72
Kalimantan Utara 66,55 0,20 10,57 16,00 6,67
Sulawesi Utara 78,34 0,77 7,73 9,36 3,80
Sulawesi Tengah 64,79 0,04 16,33 9,83 12,01
Sulawesi Selatan 77,74 0,90 5,90 9,14 6,32
Sulawesi Tenggara 71,17 0,99 5,81 12,08 9,94
Gorontalo 75,02 0,21 8,92 1,84 14,02
Sulawesi Barat 64,93 0,12 14,36 8,31 12,28
Maluku 72,37 0,27 6,33 4,51 16,51
Maluku Utara 75,94 1,90 4,13 3,85 14,18
Papua Barat 72,37 3,49 9,04 10,54 4,56
Papua 32,15 2,10 5,58 36,39 23,79
Indonesia 68,13 1,49 14,43 12,16 3,80
Sumber: BPS Indonesia, 2016
Selain data dari BPS dan STBM, pada tahun 2017 sempat dilakukan kegiatan kerjasama dengan EAWAG dalam penyusunan SFD tingkat nasional dan beberapa kota. Hasil SFD pada kegiatan tersebut Berikut pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3. 2 SFD (Shit Flow Diagram) Nasional
Hasil studi yang pernah dilakukan tersebut mengungkapkan beberapa peluang dan tantangan ke depan untuk pengelolaan air limbah domestik. Akses masyarakat terhadap sarana pengolahana ir limbah dan jamban di beberapa daerah masih jauh dari harapan dan target pemerintah. Kondisi ini merupakan peluang terhadap pengembangan jaringan limbah air domestik yang akan menjadi inti dari rencana pengembangan bisnis bagi air limbah domestik, baik melalui dukungan pemerintah maupun sokongan hibah dan bantuan luar negeri. Ceruk peluang pasar yang ada ini selaras juga dengan tujuan dari program pemerintah dan dapat memepkuat skema peluang bisnis yang dikembangkan oleh Forkalim sebagai sebuah asosiasi profesional.
Gambar 3. 3 Kondisi Sarana Sanitasi akibat Masih Rendahnya Jaringan Sanitasi
Gambar 3. 4 Tingkat Akses Sanitasi di Indonesia
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2011* 2012 2012* 2013 2013* 2014 2015 2016 2017
Tingkat Akses Sanitasi
3.2. Prinsip Dasar Pemikiran Business Plan
FORKALIM sebagai mitra terdepan pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan memiliki fungsi dan kedudukan yang strategis dalam setiap pengambilan keputusan di bidang pengelolaan air limbah domestik. Kegiatan ini yang akan menjadi acuan utama dalam penyusunan Business Plan FORKALIM.
Kontribusi aktif dan pola pemanfaatan sumber daya yang ada dalam tubuh organisasi FORKALIM merupakan kunci dari berjalannya rencana yang dibuat.
Sehingga Business Plan FORKALIM disusun untuk memenuhi kebutuhan/keinginan organisasi melalui penyediaan kebutuhan anggota dan stakeholders dengan mengacu pada rencana strategis yang dijabarkan dalam rencana operasional dan keuangan.
Penyusunan Business Plan FORKALIM ini akan memastikan kegiatan yang sedang dan akan dilakukan berjalan pada jalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan, juga memberi pedoman penajaman rencana termasuk pencarian dukungan stakeholders. Untuk itu, Business Plan FORKALIM harus mencakup visi- misi, rencana strategis, operasional dan keuangan.
Gambar 3. 5 Skema Diagramatis Penyusunan Business Plan
Skema yang disusun dalam business canvas model setidaknya telah memberikan gambaran identifikasi awal (Initial Identification) mengenai capaian, tujuan serta pembiayaan. Dengan skema yang sudah disusun, maka penyusunan business plan akan mengacu kepada beberapa asumsi yang dibangun agar perhitungan FORKALIM sebagai institusi mandiri ke depan dapat dilakukan.
Selain asumsi, prinsip-prinsip yang sesuai juga digunakan dalam pengembangan Business Plan FORKALIM, yakni:
- Perencanaan harus diterima oleh semua pihak;
- Perencanaan usaha harus fleksibel dan realistis;
- Perencanaan usaha harus mencangkup seluruh aspek kegiatan;
- Perencanaan usaha harus merumuskan cara-cara kerja usaha yang efektif dan efisien;
- Pengembangan rencana operasional mengacu pada visi, misi, rencana strategis yang telah ditetapkan; dan
- Pengembangan mengacu pada potensi yang dimiliki organisasi (internal) serta lingkungan (eksternal).
Penjabaran dari identifikasi parap pihak yang telah dilakukan akan berhungan erat dengn pemilihan faktor faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh FORKALIM. Dengan serangkaian FGD yang telah dilakukaan, kondisi dan tatanan dalam tubuh FORKALIM mulai dapat di jabarkan sebagai sebuah nilai kekurangan dan kelemahan. Analisis sederhana untuk melihat seberap ajauh pengaruh dan ineteraksi dari faktor internal dan eksternal dijelaskan dalam sebuah analisis SWOT. Hasil analisa kedua faktor, akan menentukan posisi organisasi.
3.3. Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal dilakukan berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6.