• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA DAN LINGKUP KERJA PERAWAT DALAM PENGKATAN PATIENT SAFETY

N/A
N/A
yani lestari

Academic year: 2024

Membagikan "BUDAYA DAN LINGKUP KERJA PERAWAT DALAM PENGKATAN PATIENT SAFETY"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA DALAM LINGKUP KERJA KEPPERAWATAN DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN

MIFTAHUL WAFA RIJA Email: miftahulwafarija@gmail.com

Abstrak

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien, keselamatan pasien merupakan prioritas bagi pelaksanaan lima isu penting tentang keselamatan di rumah sakit, karena masalah keselamatan pasien berkaitan erat dengan kualitas dan citra rumah sakit itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sedemikian pesat menyebabkan pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi sangat kompleks sehingga jika tidak dilakukan dengan benar dan hati-hati akan berpotensi untuk terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial Cedera (KPC) (Depkes,2006). Permasalahan keselamatan pasien di rumah sakit merupakan masalah yang memerlukan penanganan segera karena dapat mengakibatkan cedera langsung pada pasien.

Budaya keselamatan pasien merupakan komponen penting dan mendasar untuk membangun program keselamatan pasien secara keseluruhan. Berbagai studi melaporkan bahwa penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, terutama budaya non blaming culture, budaya pelaporan dan budaya belajar dari insiden belum dilaksanakan secara optimal. Dampak yang ditimbulkan dari budaya keselamatan pasien yang tidak optimal dapat menyebabkan kerugian bagi pasien dan pihak rumah sakit. Dalam membangun budaya keselamatan pasien, peran aktif pemimpin termasuk kepala ruang sebagai penggerak di ruangan yang dipimpinnya menjadi sangat penting.

Kata kunci : Pasien, Budaya, Perawat

(2)

Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika seseorang sakit dan membutuhkan bantuan dengan tujuan untuk menyelamatkan kondisi pasien. Dengan berlalunya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rumah sakit tidak hanya menjadi tempat untuk menyelamatkan pasien. Berbagai layanan dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan bantuan. Pasien yang memerlukan bantuan menyeluruh dan intensif selama 24 jam dapat mengakses layanan rawat inap. Perawatan rawat inap memiliki peran penting dalam pelayanan perawatan untuk observasi, diagnosis, pengobatan atau upaya perawatan kesehatan lainnya. Keselamatan pasien di rumah sakit melibatkan partisipasi dari semua petugas kesehatan, terutama perawat. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai jumlah cukup dominan di rumah sakit yaitu sebesar 50 sampai 60% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada.

Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan pelayanan yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan yang lainnya dan memiliki peran yang cukup penting bagi terwujudnya kesehatan dan keselamatan pasien.

Perawat adalah pejabat eksekutif kesehatan dengan waktu kerja tertinggi yang memberikan 24 jam pelayanan terus menerus serta harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan oleh karena itu lahhal tersebut dapat menyebabkan atau berisiko terjadinya Insiden Keselamatan Pasien1. Selain itu, perawat memiliki peran yang paling dominan dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam pengobatan, termasuk pelaporan insiden, mendidik diri sendiri dan orang lain.

Sejalan dengan definisi keperawatan ANA 2003 yang menyatakan bahwa keperawatan adalah perlindungan, promosi, dan optimalisasi kesehatan dan kemampuan, pencegahan penyakit dan cedera, pengentasan penderitaan melalui diagnosis dan pengobatan respon manusia, dan advokasi dalam perawatan individu, keluarga, masyarakat, dan populasi. Oleh sebab itu peran perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan dan mewujudkan keselamatan pasien di rumah sakit dapat dirumuskan sebagai berikut, perawat harus mematuhi standar layanan dan SOP yang telah ditetapkan, menerapkan prisip etik dalam meberikan asuhan keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang asuhan keperawatan yang sedang dijalankan, selalu bekerjasama dengan tim kesehatan yang lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap sejawat, pasien dan keluarga, selalu proaktif dan peka dalam setiap menyelesaikan kejadian atau insiden yang berkaitan

(3)

dengan keselamatan pasien, mendokumentasikan segala bentuk kegiatan yang ada hubungannya dengan asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasein.

Pengobatan dan manajemen dari pasien yang tidak dilakukan dengan hati-hati dan tidak berpotensi terjadinya prosedural Insiden Keselamatan Pasien. Insiden Keselamatan Pasien adalah peristiwa dan kondisi yang tidak disengaja yang mengakibatkan atau berpotensi menyebabkan cedera dapat dicegah pada pasien, Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial Cedera (KPC)2. Keselamatan pasien adalah prioritas utama dan harus segera dilaksanakan di rumah sakit karena dapat menyebabkan cedera langsung kepada pasien, juga terkait dengan kualitas dan citra rumah sakit serta standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit itu terkait dengan versi 2012 dari standar akreditasi mengacu pada Joint Commission International (JCI).

Budaya organisasi adalah pedoman tidak tertulis tentang aturan, standar perilaku baik diterima atau tidak oleh setiap karyawan dalam organisasi. Budaya keselamatan pasien adalah pola terpadu perilaku individu dan organisasi dalam memberikan pelayanan yang aman dan bebas dari cedera. Budaya keselamatan adalah output dari individu dan kelompok terhadap nilai-nilai, sikap, kompetensi, dan pola dan kebiasaan yang mencerminkan komitmen dan gaya dan kemampuan organisasi dan manajemen keselamatan kesehatan. Budaya keselamatan pasien merupakan suatu hal yang pentingkarena membangun budaya keselamatan pasien merupakan suatu cara untukmembangun program keselamatan pasien secara keseluruhan, karena apabila kita lebih fokus pada budaya keselamatan pasien maka akan lebih menghasilkan hasil keselamatan yang lebih apabila dibandingkan hanya menfokuskan pada programnya saja. Teori Reason menyatakan bahwa insiden keselamatan pasien disebabkan oleh dua faktor, kesalahan laten dan kesalahan aktif. Kesalahan laten terkait dengan insiden keselamatan pasien meliputi lingkungan eksternal, manajemen, lingkungan sosial atau organisasi, lingkungan fisik, interaksi antara manusia dan sistem. Budaya keselamatan adalah bagian dari kesalahan laten yang terkait dengan manajemen, sedangkan indikator budaya keselamatan meliputi kerja sama, komunikasi, kepemimpinan, pelaporan dan respon terhadap kesalahan tidak menghukum. Kunci pencegahan cedera dalam pelayanan keperawatan adalah identifikasi risiko. Hal ini sangat tergantung pada

(4)

budaya kepercayaan, kejujuran, integritas, dan keterbukaan berkomunikasi dalam sistem asuhan keperawatan.

Tujuan

Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan bagi pasien.

Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang keselamatan pasien. Mendorong upaya pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien sehingga pasien akan merasa puas bila pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya.

Metode

Metode yang digunakan adalah literature review. Literature review ini menganalisis jurnal, text book, dan ebook yang relevan ataupun sumber informasi lainnya yang memuat informasi dengan pembahasan langkah-langkah proses keperawatan. Dengan metode ini informasi pembahasan mengenai proses keperawatan bagi seorang perawat dapat mengupayakan untuk selalu mengaplikasikan asuhan keperawatan atau proses keperawatan dengan tahap-tahap yang baik dalam melakukan proses keperawatan.

Hasil

Berdasarkan hasil dari literature didapatkan bahwa kerja sama dari pasien dan keluarga pasien dengan terlibat aktif dalam perawatan yang dijalani pasien sangat mendukung dalam meningkatkan mutu keselamatan pasien di rumah sakit. Meningkatnya pemahaman tentang konsep Patient Safety secara lebih baik dan memahami upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menurunkan insiden yang tidak perlu. Pasien dan keluarga pasien dapat berpartisipasi agar tidak terjadinya insiden yang merugikan pada pasien. Perawat dapat memberikan orientasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarganya tentang rutinitas dan prosedur perawatan kesehatan dan cara mendeteksi serta melaporkan perubahan dalam kondisi

(5)

klinis mereka selama menjalani perawatan. Pengetahuan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya dapat mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan yang sedang dijalankan pasien seperti pasien tidak harus dipaksa menerima pengobatan yang bertentangan dengan keinginan mereka. Pengetahuan akan melahirkan kepercayaan sehingga pasien dan keluarganya akan lebih percaya dengan kemampuannya untuk membuat keputusan ketika diinformasikan dengan baik. Persepsi pasien juga harus diubah oleh perawat dengan cara menanamkan keyakinan dan pengertian kepada pasien dan keluarganya bahwa mereka memiliki peran untuk turut serta dalam proses perawatan.

Pembahasan

Keselamatan rumah sakit saat ini telah menjadi isu global. Terdapat lima komponen penting yang terkait dengan keselamatan rumah sakit yang salah satunya adalah keselamatan pasien.

Keselamatan pasien dipengaruhi oleh bagaimana budaya individu dan sistem yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Salah satu strategi untuk merancang sistem yang aman dalam lingkup pelayanan kesehatan adalah dengan memunculkan kesalahan melalui penyediaan sistem pelaporan insiden, sehingga dapat dilihat dan selanjutnya diambil tindakan untuk memperbaikinya. Laporan insiden keselamatan pasien lebih banyak dilaporkan oleh tenaga perawat, sedangkan sikap yang tidak mendukung pelaporan insiden akan menghambat upaya menciptakan pelayanan yang aman karena ketiadaan laporan insiden berdampak pada rumah sakit tidak mengetahui adanya peringatan potensial akan bahaya yang dapat menyebabkan error . Budaya keselamatan pasien yang ada dalam organisasi, berhubungan langsung dengan sikap dan motivasi individu untuk melaporkan adanya insiden. Sikap keterbukaan untuk melaporkan insiden merupakan salah satu indikator internalisasi budaya keselamatan pasien dalam perilaku individu.

Pelayanan keperawatan yang aman dan berkualitas merupakan harapan pasien dan keluarga dalam menentukan pilihan atas layanan keperawatan yang tersedia. Saat ini kualitas pelayanan keperawatan telah memasuki era keselamatan pasien sebagai fokus utama, dimana keselamatan pasien dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu, diantaranya: penerapan alat ukur;

peran dan kerja sama tim dan para ahli; peran dari proses; penggunaan efektif dari data untuk

(6)

peningkatan pelayanan; pembiayaan: serta dampak bagi pemimpin organisasi. Keselamatan pasien merupakan hasil dari interaksi komponen struktur dan proses, artinya proses pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan standar dan didukung dengan struktur terstandarisasi serta kondisi lingkungan yang optimal yang menghasilkan pelayanan yang aman bagi pasien.Pelayanan keperawatan berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat memiliki peran dalam menjaga mutu pelayanan rumah sakit pada keselamatan pasien. Perawat memiliki peran yang dominan dalam mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, diantaranya pelaporan kejadian, mendidik diri sendiri dan sesama perawat, memberikan rekomendasi tentang perubahan dalam prosedur dan kebijakan, dan keterlibatan dalam identifikasi masalah. Keselamatan pasien bagi perawat tidak hanya merupakan pedoman tentang apa yang seharusnya dilakukan, namun keselamatan pasien merupakan komitmen yang tertuang dalam kode etik perawat dalam memberikan pelayanan yang aman, sesuai kompetensi, dan berlandaskan kode etik bagi pasien (Setiowati, 2010).

Keselamatan pasien merupakan transformasi budaya, seorang pemimpin dengan kepemimpinannya dapat melakukan perubahan budaya menuju keberhasilan program keselamatan pasien (Cahyono, 2008). Hal ini perlu mendapat perhatian karena kepemimpinan merupakan elemen penting untuk menciptakan budaya yang kuat dalam menerapkan keselamatan pasien. Peran perawat dalam isu keselamatan pasien adalah menciptakan budaya organisasi dengan komunikasi dan alur informasi yang jelas dan tepat. Tujuan keselamatan pasien antara lain terciptanya budaya keselamatan pasien, menurunnya kejadian yang tidak aman bagi pasien, memberikan kepuasan bagi pasien maupun pihak internal rumah sakit, dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik. Tujuan keselamatan pasien sebagai arah dalam mencapai visi ke depan yaitu terciptanya penerapan budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien merupakan komponen yang penting dan mendasar karena memb a n g u n budaya keselamatan pasien merupakan suatu cara untuk membangun program keselamatan pasien secara keseluruhan (Fleming, 2006).

Budaya keselamatan pasien merupakan konsep yang menarik, dan umumnya menjadi penting dan mendasar untuk suatu organisasi dalam mengatur operasional keselamatan pasien (Walshe &

Boaden, 2006). Budaya keselamatan dalam implementasi sistem manajemen keselamatan yang kuat mencakup: mendorong setiap orang bertanggung jawab akan keselamatan terhadap diri

(7)

sendiri, rekan kerja, pasien, dan pengunjung; mengutamakan keselamatan di atas keuntungan dan tujuan organisasi; mendorong dan memberikan penghargaan terhadap identifikasi, pelaporan, dan penyelesaian isu keselamatan; memberi kesempatan pembelajaran dari kejadian celaka;

mengalokasikan sumber daya, struktur, serta tanggung jawab yang sesuai untuk memelihara sistem keselamatan yang efektif. Saat ini penerapan budaya keselamatan pasien, terutama non blaming culture dan budaya belajar dari insiden belum diterapkan secara optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika & Wulan (2013) memperjelas hal tersebut, budaya keselamatan pasien terutama non blaming culture dan budaya belajar dari insiden belum diterapkan secara optimal, budaya pelaporan belum berjalan dengan baik serta tujuh langkah keselamatan pasien belum dilaksanakan seluruhnya, diantaranya belum memotivasi staf dengan optimal, menjabarkan langkah-langkah penanganan insiden keselamatan pasien secara langsung di lapangan, mengembangkan sistem pengelolaan risiko, serta melaksanakan RCA di rumah sakit.

Rumah sakit apabila tidak memperdulikan dan tidak menerapkan budaya keselamatan pasien akan mengakibatkan dampak menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan berakibat pada penurunan mutu pelayanan rumah sakit.

Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Cahyono, 2008). Ketidakpedulian akan keselamatan pasien menyebabkan kerugian bagi pasien dan pihak rumah sakit, yaitu biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih besar, pasien semakin lama dirawat di rumah sakit, dan terjadinya resistensi obat. Lumenta (2015) mengidentifikasi akibat insiden pada pasien yaitu cidera, membahayakan jiwa, perpanjangan rawat, kematian. Kerugian bagi rumah sakit lainnya antara lain biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih besar yaitu pada upaya tindakan pencegahan terhadap kejadian, luka tekan, infeksi nosokomial, pasien jatuh dengan cidera, kesalahan obat yang mengakibatkan cidera. Menurut Kirk et al (2006), budaya patient safety merupakan produk dari nilai, sikap, komperensi dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen, gaya dan kemampuan suatu organisasi pelayanan kesehatan terhadap program patient safety. Akibat yang ditimbulkan dari organisasi yang tidak memiliki budaya patient safety yang baik menurut Kirk et al (2006) berupa kesalahan laten, gangguan psikologi maupun physiologi pada staf, penurunan produktivitas, berkurangnya kepuasan pasien dan dapat menimbulkan konflik interpersonal.

(8)

Membangun budaya keselamatan pasien di rumah sakit merupakan kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf terutama yang berhubungan langsung dengan pasien yaitu dokter dan perawat.

Penelitian Hamdani (2007) didapatkan data bahwa perawat adalah komponen tenaga kesehatan (profesi) yang paling banyak berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien. Beberapa studi melaporkan bahwa peran pimpinan senior sebagai faktor kunci dalam membentuk budaya keselamatan pasien. Peran kepala ruang sebagai leader di ruangannya menjadi sangat vital.

Tulisan ini mencoba mengkaji peran leadership kepala ruang dalam penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

Penutup

Budaya Keselamatan pasien merupakan fondasi keselamatan pasien. Membangun budaya keselamatan pasien merupakan kata kunci terwujudnya pelayanan yang bermutu dan aman, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan budaya keselamatan pasien yaitu salah satunya yaitu kerjasama tim. Tuntutan masyarakat saat ini terhadap kepuasan layanan dan keselamatan pasien selama dirawat menjadi tantangan besar bagi dunia keperawatan. Tuntutan masyarakat saat ini terhadap kepuasan layanan dan keselamatan pasien selama dirawat menjadi tantangan besar bagi dunia keperawatan. Budaya keselamatan pasien (KP) merupakan hal pokok dan mendasar dalam pelaksanaan KP di rumah sakit (RS). Setiap RS harus menjamin penerapan KP pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008).

Upaya KP diawali dengan penerapan budaya KP (KKP-RS, 2008). Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat yang mencerminkan perilaku kinerja dipengaruhi motivasi dan kepemimpinan, salah satunya kepemimpinan kepala ruang. Membangun budaya keselamatan pasien di rumah sakit merupakan kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf terutama yang berhubungan langsung dengan pasien yaitu dokter dan perawat. Penelitian Hamdani (2007) didapatkan data bahwa perawat adalah komponen tenaga kesehatan (profesi) yang paling banyak berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien.

(9)

Daftar Pustaka

Anggraeni. D. 2016. Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien terhadap Sikap Melaporkan Insiden pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 14 (2)

Arini, T.P, Yulia, S & Romiko. 2018. HUBUNGAN KERJASAMA TIM DENGAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2018. Volume 6, Nomor 2

Dewi. M. 2012. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden. Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3 Hartanto, Y. D & Bambang, E. W. Kepemimpinan Kepala Ruang dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit : Literature Review

Herawati. Y. T. 2015. BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT X KABUPATEN JEMBER. Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1

Mandriani. E , Hardisman & Husna Yett. 2019. Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Oleh Petugas Kesehatan di RSUD dr Rasidin Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, Volume 8 (1)

Nivalinda. D, M.C. Inge Hartini & Agus Santoso. 2013. PENGARUH MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG TERHADAP PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT PELAKSANA PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2

Nuryanti. A. PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Simamora, R. H. (2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima pasien berbasis komunikasi efektif: SBAR. Medan: USUpress.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556

(10)

Suci. W. P. 2018. PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN MELALUI PEMBERDAYAAN CHAMPION KESELAMATAN PASIEN. JKH, Volume 2(2)

Yulia. S, Achir. Y. S. H & Mustikasari. 2012. Peningkatan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam Penerapan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Keselamatan Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15(3)

Referensi

Dokumen terkait

Judul : HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. Menyatakan dengan sebenarnya

caring perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah. Sakit Jiwa

sistem keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kumpulan Pane Tebing tinggi. Mengetahui cara perawat di RSUD Dr. Kumpulan Pane melakukan.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pelayanan kesehatan pasien lebih aman dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

4 Perawat melibatkan diri saya dan bekerja sama dengan pasien dalam melakukan asuhan keperawatan3. 5 Perawat bekerja sama dengan pasien dalam melakukan asuhan keperawatan tanpa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Pelaporan insiden keselamatan pasien merupakan dasar untuk membangun suatu sistem asuhan pasien yg lebih aman, 3 kegiatan penting adalah: 1) Mendorong seluruh staf

Pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang asuhan keperawatan spiritual perlu diberikan untuk membantu pasien yang dirawat di rumah sakit dapat melakukan ibadah di rumah sakit.. Selain