Ketertarikan penulis terhadap pokok bahasan buku ini bermula dari kegelisahan akademis setelah membaca banyak publikasi terkait tradisi Tabut. Macam-macam..54 Tabel 2.5 Raja-Raja Kerajaan Sungai Lemau di Bengkulu..56 Tabel 3.1 Keturunan Tradisi Bahtera..83 Tabel 3.2 Penerus Keturunan Tradisi Bahtera.
Latar Belakang
Dengan kata lain tradisi Tabut berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan, sejarah dan ekologi masyarakat Bengkulu. Dalam tradisi dada, beberapa benda budaya lokal digunakan sebagai simbol dari sesuatu yang mempunyai makna.
Kajian Penelitian Terdahulu
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat Bengkulu. 27 Sementara itu, Amin menyatakan bahwa ada nilai-nilai kebaikan dan nilai pendidikan yang dapat dipetik dari setiap rangkaian kegiatan ritual dan simbol-simbol yang ditampilkan dalam bahtera 28. 28 Alfauzan Amin, “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Tradisi Tabot di Bengkulu "dalam Al-Ta'lim Jilid 9, No.
Fokus Masalah
Telaah Pustaka
Interaksi Islam dengan budaya lokal dalam proses masuk dan berkembangnya Islam di suatu daerah pada akhirnya mewakili wajah Islam yang diwarnai oleh budaya lokal. Kehadiran Islam di Indonesia erat kaitannya dan tidak lepas dari budaya lokal yang ada di Indonesia.
Catatan Metodologis
Pengamatan dilakukan pada tempat pelaksanaan tradisi Tabut, yaitu pada Gerga kelompok Tabut Imam di desa Berkas dan pada Gerga kelompok Tabut Bansal, serta pada saat prosesi mengelilingi tradisi Bawa Bahtera. Penerapan makna segitiga dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan sebagai berikut, data yang terkandung berupa simbol-simbol dalam tradisi Tabut yang diidentifikasi maknanya (representasinya), dan ditanyakan makna simbol tersebut kepada informan ( sebagai interpretant) kemudian dideskripsikan dengan dukungan data observasi dan dokumen yang ada.
Susunan Isi Buku
Bengkulu dan Tabut
Kemajemukan penduduk Kota Bengkulu – bahkan Provinsi Bengkulu – tercermin dari aspek bahasa yang digunakan masyarakatnya. Kecamatan Teluk Segara merupakan salah satu dari empat kecamatan tertua yang ada di kota Bengkulu (sebelum dimekarkan, karena kota Bengkulu kini mempunyai 13 kecamatan, dan setelah mengalami pemekaran menjadi empat kecamatan, maka kecamatan Teluk Segara menjadi kecamatan yang paling tua. kecamatan dengan wilayah terkecil di kota Bengkulu).
Nuansa pra Islam di Bengkulu
Masyarakat Rejang saat ini walaupun sudah memeluk agama Islam, namun dalam perilakunya sehari-hari masih menemukan hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap makam suci Puyang. 12 Muhamad Nofri Fahrozi, “Sub-etnis pada Masyarakat Bengkulu” dalam Peradaban Pembangunan Permukiman dan Kebudayaan Pantai Barat Sumatera di Wilayah Bengkulu–Balar Palembang (Yogyakarta: Ombak, 2013), 21.
Islam di Bengkulu
Di Bengkulu belum ada bukti pasti mengenai perkembangan agama tertentu sebelum abad ke-15. Identifikasi berbagai bukti sejarah keberadaan Islam di Bengkulu (tanggal masuk, dan peninggalan sejarah yang berwujud dan tidak berwujud) belum dilakukan secara maksimal. Masih belum ada informasi atau bukti bahwa Sentot Ali Basya menyebarkan agama Islam di Bengkulu.28 Secara hukum, Islam termasuk dalam wilayah hukum Bengkulu, yang salah satunya tertuang dalam hukum adat Raja Melayu.
Tidak banyak masjid tua yang dapat dijadikan sumber informasi tentang sejarah Islam di Bengkulu.
Teks Naskah Cerita Tabut
Tabut: Islam, Budaya, dan Kolonialis
Tujuh Peran dalam Eksistensi Tradisi Tabut
Perkembangan Tabut dalam Berbagai Dimensi
Tabut: Masa Kini dan Akan Datang
Lokasi Tabut Ngambik Tanah
Proses pengambilan tanah dijalankan di lokasi pengambilan tanah yang ditetapkan untuk setiap kumpulan Tabut. Inskripsi boleh dibaca di pintu dalam tapak pengumpulan tanah ini: 'Tapak Pengumpulan Tanah untuk Bahtera Imam'. Pada malam Jumaat 19 Zulhijjah 1416 H / 19 Mei 1995 Masihi, pemindahan lokasi dada Imam telah dilaksanakan melalui satu.
Lokasi pengambilan tanah Bahtera Bansal ini termasuk dalam lokasi wisata Tapak Padri, tidak jauh (sekitar 50 meter arah barat) benteng Marlborough.
Gerga Tabut
Gerga lainnya adalah Gerga yang baru saja dibangun di depan Pak. Rumah Junaidi (disebut Juned) – Berada di kawasan perumahan, Gerga ini awal pengamatan penulis pada tahun 2011 masih berbentuk lingkaran semen dengan diameter sekitar 3 meter tinggi satu inci tanpa dinding, sehingga pada saat itu digunakan untuk Proses pencucian penja, dindingnya terbuat dari terpal plastik. Gerga ini mulai dibangun secara permanen pada awal tahun 2013, observasi terakhir penulis, pembangunan Gerga ini masih dalam tahap akhir.4 Berbeda dengan Gerga KPT Tabut Imam (keluarga Romo Syiafril), Gerga KPT Ark Bansal ( Pak Bambang Hermanto) masih berupa tiang bambu tanah seng ukuran 1 x 1 meter setinggi 1,5 meter dan beratap seng. 5 Pada tanggal 10 Desember 2010, penulis mengamati Gerga yang digunakan oleh Pengurus Tabut Bansal (informan BH), Gerga tersebut terbuat dari seng kotak/dinding berukuran ± 1x1 meter yang tidak permanen di halaman rumahnya dan juga dibuat pada pagi hari. tanggal 5 Muharram.
Namun penulis belum menemukan informasi siapa dan dari KPT Ark mana pemilik Gerga ini.
Penja Tabut
Kepemilikan penja oleh seseorang yang diperoleh melalui warisan secara turun-temurun menunjukkan identitas individu tersebut sebagai anggota keluarga Tabut KPT. Selain itu Penja juga merupakan identitas dari Tabut Suci, Penja inilah yang membedakan Tabut Suci dengan Tabut yang dibangun. Seiring perkembangannya yang terus berkembang, terdapat 17 Tabut Suci KPT dengan rincian: 8 kelompok Tabut Imam (Tabut Berkas) dan 9 Tabut Bansal.
Pembagian Penja tersebut terjadi karena Tabut KPT mewariskan Penja tersebut kepada keturunannya.7 Mengenai hal tersebut informan RG mengatakan: “Pembagian dua Penja menjadi 8, dari 8 dibagi menjadi 12 dan dari 12 menjadi 17.
Bangunan Tabut
Pada tahun 1994-1999, pemerintah kota mendanai pembangunan Arks (sebanyak 62 Arks) dan mendorong instansi-instansi, termasuk kantor kecamatan dan pelaku bisnis perhotelan, untuk membangun Arks. Pemerintah daerah Kota Bengkulu kesulitan membiayai pembangunan lembaran bangunan sehingga jumlah lembaran bangunan dikurangi menjadi 40. Bangunan Bahtera diabadikan oleh Pemerintah Kota Bengkulu sebagai simbol budaya dan tradisi khas Kota Bengkulu. .
Muharrem (petang) Berkas - Tengah Padang - dan Kampung Bali 4 Tabut Meradai Tarikh 6 Muharrem. pada siang hari) Kota Bengkulu 5 Arak Radjari Tarikh 7 Muharrem.
Pergulatan Budaya dalam Tradisi Tabut
Setelah melihat data lapangan yang ada dan membaca sejarah dan ekologi Bengkulu, membandingkan nuansa budaya lokal, kepercayaan dan agama pra Islam, serta nuansa Islam dalam tradisi Tabut, terdapat tiga pola: integrasi/asimilasi, akomodasi, dan kemandirian. Model hubungan akomodatif antara budaya lokal, kepercayaan dan agama pra-Islam, dan Islam adalah konstruksi fisik Bahtera. Penting untuk diingat bahwa fakta tersebut tidak berarti bahwa tradisi Tabut merupakan warisan agama Hindu-Buddha, karena nuansa semangat Islam cukup terlihat dalam tradisi Tabut.
Sedangkan lambang Husein bin Ali tampak pada spanduk-spanduk yang digunakan dalam proses pelaksanaan tradisi Tabut.
Mengingat Asal Kejadian Manusia melalui Tabut Ngambik
Umumnya anggota KPT Tabut yang akan menjalankan perarakan menggali tanah memakai pakaian berwarna putih lengkap berserban dan sebahagian anggota yang akan menggali tanah memakai baju koko berwarna putih. Tanah yang hendak diambil itu direnjiskan dengan air, kemudian pesalah menghamparkan kain pustih (sejenis kain) ke atas tanah, sambil tetap melafazkan doa pesalah yang mengambil tanah dan segera memasukkannya ke dalam balutan kain putih. Pada tahun 2014, penulis mengikuti perarakan mengambil tanah KPT Tabut Bansal di Gerga Tapak Paderi.
Rombongan yang turun ke darat memasuki halaman kompleks Gerga pada pukul 21.47 WIB.
Menghimpun yang Terserak dan Menjunjung Tinggi Pilar
Pada kelompok KPT Bahtera Bansal, penulis mengikuti pawai cuci Penja di Mr. Rumah Bambang Hermanto ikut serta. Seusai salat Ashar pada hari keempat bulan Muharam, tibalah saatnya rombongan Tabut Bansal mencuci Penja. Pada hari kelima Muharam setelah shalat Ashar merupakan waktu KPT Tabut Imam mencuci Penja.
Sementara itu, KPT Tabut Imam dari keluarga Rustam Gabe tetap melaksanakan pencucian Penja pada hari kelima Muharram.
Mengenang Perang Karbala melalui Tabut Menjara
Tabut Penjara dimulai setelah salat Isya sekitar pukul 19.30 WIB Massa mulai berdatangan dan berkumpul di dekat pintu gerbang Imam Tabut di Kecamatan Berkas. Jalur yang ditempuh pada saat penangkapan Tabut Imam oleh KPT pada tahun 2014 adalah melalui jalan dan tempat sebagai berikut: Sumur Peleburan, Malabero, Masjid al-Hasyimi, Penjara, Pasar Ikan, melewati PLN. Saat penelitian ini dilakukan – pada dua pengamatan prosesi penjara di tahun yang berbeda – Tabut Penjara menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua, Dhol masih berbunyi bip.
The Chest of Loot tidak kekurangan kehadiran unggun api, sebagai peningkatan semangat yang membara dalam peperangan.
Tabut Meradai: Kepedulian Sosial Ekonomi Krisis
Dikenal juga sebagai malam ujian (yaitu ujian keterampilan memainkan alat musik Dhol dan Tasa). Sidang rangkaian tradisi Tabut ini dimaknai sebagai peringatan masa perang di Karbala Irak, antara tentara Huein dan tentara Yazid, hal ini terlihat dari berbagai aktivitas penjara yaitu saling menyerang dan saling mengunjungi antar ke kelompok Arka secara bergantian. , mengingat perang itu terjadi dalam bentuk alat perkusi perang Dhol. Karena dimainkan dengan kekuatan penuh dan semua orang diperbolehkan mengalahkan Dhol, maka wajar jika kualitas menjadi tolak ukur kekalahan di malam ujian.
Meradai dipentaskan pada siang hari di kota Bengkulu khususnya di daerah sekitar kecamatan Teluk Segara sebagai dasar keberadaan tradisi Tabuta.
Kemuliaan dan Kehormatan dalam Arak Seroban
Gham: Refleksi Hari Kesedihan
Dengan mengingati ajal dan ajal yang akan datang, maka perlu menyediakan bekal yang akan dihadapkan ke hadapan Allah dalam penghakiman akhirat.
Mengangkat Kejayaan melalui Tabut Naik Puncak
Keadaan duka tersebut berlangsung hingga Tabut naik ke puncaknya yaitu pada sore hari bertepatan dengan waktu salat Asar. Adanya asap (bau) kemenyan dimaknai sebagai penetral bau tidak sedap yang dapat mengganggu kekhusyukan prosesi naik Tabut ke puncak, selain itu kehadiran bau kemenyan ibarat membangkitkan gairah Husein. semangatnya dalam mempertahankan putusan tauhid. Kedamaian dan ketenangan dalam kemuliaan menjadi makna selanjutnya yang diinginkan dalam prosesi naiknya Tabut ke angkasa.
Kesempurnaan dalam Arak Gedang
- Membuang Nafsu Angkara Murka melalui Tabut Tebuang
Setelah pengumpulan peti mati pada malam tanggal 10 Muharram di lapangan menara pengintai di Bengkulu, prosesi dilanjutkan dengan pengambilan peti mati Teuang pada sore hari tanggal 10 Muharram. Salah satu bagian dari Prosesi Bahtera dari Teburan adalah Prosesi Bahtera dari Lapangan Menara Pengamatan menuju Tempat Pemakaman Bahtera di Karbala. Kerumunan masyarakat yang ingin menyaksikan prosesi Tabut Teuang berbaur dengan anggota keluarga Tabut yang melakukan prosesi tersebut.
Sebelum keranda dibuang, tanah yang diambil pada malam 1 Muharram dan tempayan kecil (sejenis keranda kecil) berwarna merah dan hijau20 diletakkan di dalam kubur Imam Senggolo, sekali gus menyempurnakan perarakan peti mati yang dibuang.
Siklus Hidup Manusia dalam Simbolis Tabut
Ark: Peringatan Muharrem dalam Sejarah Bengkulu” dalam Kajian Islam: Jurnal Kajian Islam Indonesia, vol. Warisan Islam di Bengkulu", dalam Peradaban di Kawasan Permukiman dan Perkembangan Budaya Pesisir Barat Sumatera di Kawasan Bengkulu-Balar Palembang, Yogyakarta, Ombak: 2013. Islam dan Budaya Lokal: Kajian Makna Simbol dalam Pernikahan Adat Keraton" dalam Jurnal Ibda ' Jil.
Perubahan Ekonomi dan Perkembangan Islam di Bengkulu pada Akhir Abad 19 hingga Awal Abad 20” dalam Sociohumanics, Vol.