BUDAYA ORGANISASI
Pengertian
BUDAYA ORGANISASI ADALAH SUATU SIKAP DESKRIPTIF, BUKAN SEPERTI KEPUASAN KERJA YANG LEBIH BERSIFAT EVALUATIF. PENELITIAN MENGENAI BUDAYA ORGANISASI BERUPAYA MENGUKUR BAGAIMANA KARYAWAN MEMANDANG ORGANISASI MEREKA: APAKAH MENDORONG KERJA TIM? APAKAH MENGHARGAI INOVASI? APAKAH MENEKAN INISIATIF? SEBALIKNYA, KEPUASAN KERJA BERUSAHA MENGUKUR RESPONS AFEKTIF TERHADAP LINGKUNGAN KERJA, SEPERTI BAGAIMANA KARYAWAN MERASAKAN EKSPEKTASI ORGANISASI, PRAKTIK-PRAKTIK IMBALAN, DAN SEBAGAINYA.
Model Hofstede
Dimensi-dimensi perbedaan budaya menurut Hofstede meliputi:
1. Power distance Adalah satu dari ‘dimensi’ budaya nasional yang merefleksikan
jarak jawaban yang ditemukan dalam beragam negara ke dalam pertanyaan mendasar tentang bagaimana mengelola fakta bahwa orang-orang dalam keadaan tidak
seimbang.
2. Collectivism vs Individualism Mayoritas orang di dunia yang tinggal dalam suatu komunitas yang memiliki minat pada kelompok melebihi secara individu disebut sebagai kelompok masyarakat collectivist.
3. Masculinity and Feminity Dalam suatu masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan. Secara biologis mereka berbeda. Perbedaan biologis menggunakan terminologi male dan female, sedangkan perbedaan sosial dan secara budaya
ditentukan oleh peran masculine dan feminine. Seorang laki-laki dapat berkelakuan feminim dan sebaliknya.
4. Uncertainty avoidance Terminologi uncertainty avoidance telah dipinjam dari organisasi sosiologi Amerika khususnya dari karya James G.March. Cara untuk mengatasi ketidakpastian merupakan bagian dan bidang dari setiap manusia di negara manapun. Sebagai manusia kita harus berhadapan dengan fakta bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok; masa yang akan datang tidak pasti tetapi kita harus menghadapinya.Ketidakpastian yang ekstrim menciptakan kegelisahan yang tidak dapat ditolelir. Setiap lingkungan masyarakat telah berkembang cara untuk meredakan kegelisahan tersebut. Cara-cara tersebut dapat berasal dari bidang teknologi, hukum dan agama.
Budaya Organisasi menurut OCAI
OCAI sangat berguna dalam mencerminkan ke arah mana perusahaan ini dikelompokkan berdasarkan kulturnya untuk mendukung misi dan tujuannya, dan juga untuk dapat
mengidentifikasi elemen-elemen di dalam kultur yang dapat
melawan misi dan tujuan. Hal ini juga bermanfaat, ketika sebuah perusahaan sedang mencari kembali jati dirinya dan
mendefinisikan ulang kebudayaan di dalamnya, sehingga dapat mencari elemen apa saja yang dapat mendukung kegiatan
perusahaan
Pengertian Budaya Organisasional
Dalam terminologi akademis, “Budaya organisasional” merupakan suatu konstruk, yang merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat diamati dari banyak dimensi. Sehingga banyak ahli ilmu-ilmu sosial dan manajemen belum memiliki “communal opinio” mengenai definisi budaya organisasional. Meskipun demikian banyak para ahli sepakat pada karakteristik konstruk budaya
organisasional. Hofstede membagi budaya organisasional ke dalam enam dimensi praktek:
(1) Process-Oriented vs. Results Oriented, (2) Employee-Oriented vs. Job-Oriented, (3) Parochial vs. Professional,
(4) Open System vs. Closed System (5) Loose Control vs. Tight Control (6) Normative vs. Pragmatic
5
Perbedaan Budaya Organisasional dan Budaya Nasional
Menurut hofstede antara budaya nasional dan budaya organisasional sulit
dibedakan dan merupakan fenomena yang identik. Perbedaan keduanya tercermin
dalam manifestasi budaya ke dalam nilai-nilai dan praktek. Pada budaya
organisasional, perbedaan banyak pada tingkat praktek dibandingkan perbedaan
nilai-nilai. Perbedaan budaya organisasional selanjutnya dianalisis pada tingkat
sub organisasi atau sub unit organisasi.
Pengaruh budaya organisasi
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu
menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
Budaya membentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan