• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar Pembelajaran Fisika Berbasis Riset

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Buku Ajar Pembelajaran Fisika Berbasis Riset"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASI S RI SET

BUKU AJAR

PEMBELAJARAN FI SI KA

SUDI RMAN, S. Pd. , M. Ed

(2)

BUKU AJAR

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET

PENULIS

Sudirman, S. Pd., M. Ed

ANGGOTA IKAPI No. 035/SBA/2022

(3)

BUKU AJAR

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET

Penulis:

Sudirman, S. Pd., M. Ed ISBN: 978-623-88334-2-9

Editor

:

1. Prof. Drs. Aris Doyan, P. hD 2. Dr. Ruth Rize Paas Megahati. S

Layout Editor: Risnawati Agustin, S. P

Penerbit:

CV. Radinka Jaya Utama

Alamat: Radinka Jaya Utama Building, 1St Floor Jl. Kp. Baru Berok RT 005 RW 004 No. 188 Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo9 Padang, Sumatera Barat, Indonesia 25147 HP/WA: 085263 860593

Website: http://rjupublisher.com Email: [email protected]

Cetakan pertama: April 2023 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk lain dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

(4)

Sudirman, 2023 | i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segenap daya, upaya, kekuatan, serta kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan Buku ajar Pembelajaran Fisika berbasis riset ini. Buku ini disusun sebagai pegangan dosen dan mahasiswa pada mata kuliah Pembelajaran Fisika berbasis riset - Pendidikan Fisika. Buku ini disiapkan untuk perkuliahan dengan bobot 2 sks, yang didalamnya terdapat materi pokok yang terdiri dari sub materi untuk mahasiswa dalam pembelajaran Fisika.

Tuntutan zaman yang semakin modern serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, menuntut para pendidik lebih kreatif dalam memberikan segala inovasi terhadap dunia pendidikan. Pendidik sebagai tenaga profesional merupakan gerbang inovasi yang membentuk dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang cakap, berpengetahuan, trampil, cerdas, kreatif dan bertanggungjawab.

Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku ajar pembelajaran Fisika berbasis riset ini dan pihak lain dalam proses penyusunan buku ini.

Makassar, April 2023

Penulis

(5)

Sudirman, 2023 | ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Gambar vi Daftar Tabel ii BAB 1 TUNTUTAN DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN FISIKA ABAD 21... 1

A Pendahuluan... 1

B Fenomena Pendidikan Abad-21... 4

C Pergeseran Paradigma Belajar Abad Ke-21... 7

D Keterampilan Abad Ke-21... 11

E Penyiapan Kompetensi Sumber Daya Manusia Di Abad-21... 13

F Tantangan Yang Terkait Dengan Pengembangan Kurikulum 2013 Sebagai Upaya Penyesuaian Terhadap Tantangan Pendidikan di Abad- 21... 14

G Pengembangan Teknologi Pada Abad Ke-21... 16

H Pengembangan Sumber Daya Manusia (Sdm) Di Era Global... 17

Daftar Pustaka... 21

BAB 2 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN FISIKA DI ERA 5.0... 23

A Pendahuluan... 23

B Pembahasan... 25

C Keterampilan Argumentasi di Era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0... 25

D Model Pembelajaran Yang Dapat membangun keterampilan Argumentasi Peserta Didik... 27

E Urgensi Society 5.0... 31

F Upaya Yang Harus Dilakukan Indonesia Dalam Menghadapi Era Society 5.0 Pada Dunia Pendidikan... 33

G Model-Model Pembelajaran Pada Era Society 5.0... 35

H Advantages & Disadvantages Web-based Learning Model... 46

I Developing Web-based Learning... 46

(6)

Sudirman, 2023 | iii

J Virtual Web-based Learning Menggunakan WordPress... 47

K Virtual Web-based Learning Menggunakan WordPress... 47

L Ringkasan... 52

M Latihan Soal... 54

N Jawaban... 55

Daftar Pustaka... 56

BAB 3 STRATEGI PEMBELAJARAN IPA FISIKA ERA PANDEMI DAN NEW NORMAL... 58

A Pendahuluan... 58

B Materi... 60

C Media Pembelajaran... 60

D Keterampilan Abad 21... 62

E Strategi Pembelajaran di Era Pandemi dan New Normal... 63

F Kelebihan dan Kekurangan Laboratorium Virtual... 68

G Ringkasan... 69

Daftar Pustaka... 70

BAB 4 KONSEP PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET... 72

A Pendahuluan... 72

B Definisi pembelajaran Fisika... 75

C Pengertian Pembelajaran Berbasis Riset... 77

D Pembelajaran Fisika Berbasis Riset... 80

E Fungsi RBL... 83

F Manfaat Pembelajaran Berbasis Riset... 83

G Tahapan Pelaksanaan RBL ... 85

H Ringkasan... 87

I Latihan Soal... 88

J Jawaban... 89

Daftar Pustaka... 90

BAB 5 PROSEDUR METODE TEKNIK PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET... 92

A Pendahuluan... 92

B Pembahasan... 94

C Filosofi Pembelajaran Berbasis Riset... 94

D Pembelajaran Fisika Berbasis Riset... 95

E Beberapa Model Pembelajaran Berbasis Riset... 99

(7)

Sudirman, 2023 | iv

F Prosedur Metode Teknik Pembelajaran Fisika Berbasis Riset... 102

G Metode Fisika Berbasis Riset... 104

H Ringkasan... 105

I Soal Latihan... 106

BAB 6 MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET... 107

A Pendahuluan... 107

B Definisi Media Pembelajaran... 109

C Definisi Media Pembelajaran Fisika... 110

D Pengembangan Media Pembelajaran... 111

E Manfaat Media Pembelajaran... 112

F Jenis – jenis Media Pembelajaran... 112

G Perkembangan teknologi Virtual Reality mengalami kendala... 114

H Penggunaan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Riset... 115

Daftar Pustaka... 118

BAB 7 EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET... 120

A Pendahuluan... 120

B Pembahasan... 122

C Hakikat Evaluasi Pembelajaran... 122

D Pembelajaran Berbasis Riset... 126

E Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Riset... 131

F Ringkasan... 136

G Soal Latihan... 138

Daftar Pustaka... 139

BAB 8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET 140 A Pendahuluan... 140

B Kelebihan Pembelajaran Berbasis Riset ... 142

C Kekurangan Pembelajaran Fisika Berbasis Riset 149 D Ringkasan... 150

E Soal Latihan... 152

Daftar Pustaka... 152

BAB 9 URGENSI PUBLIKASI DAN JURNAL ILMIAH... 154

A Pendahuluan... 154

B Publikasi Ilmiah... 159

(8)

Sudirman, 2023 | v

C Jurnal Ilmiah... 168

D Ringkasan... 160

E Latihan Soal... 176

Daftar Pustaka... 178

BAB 10 IMPLEMENTASI PEMBELAJARN FISIKA BERBASIS RISET... 179

A Pendahuluan... 179

B Definisi Fisika... 180

C Teori-Teori Pengembangan Pembelajaran Fisika 181 D Alternatif Pembelajaran Riset... 182

E Pembelajaran Guided Inquiry... 183

F Pembelajaran Berbasis Riset... 185

(9)

Sudirman, 2023 | vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Framework Pembelajaran Abad-21... 8 Gambar 2 Pergeseran Paradigma Belajar Abad

21... 10 Gambar 3 Menunjukkan skema pelangi

keterampilan pengetahuan abad 21...

Gambar 4 Tipe Sistem Distance Education 11 (DavidsonShivers, Rasmussen and Lowenthal, 2018... 40 Gambar 5 Web-Based Learning Framework

(khan,2005) ... 43 Gambar 6 Daftar Mata Kuliah di WordPress... 48 Gambar 7 Daftar Mata Kuliah di WordPress... 49 Gambar 8 Contoh Soal Ujian A&DIS

Menggunakan Google Forms...

51 Gambar 9 Dimensi Pembelajaran Abad 21

(Dimodfiaksi dari Fadel et al.2015) ... 62 Gambar 10 Play with simulation... 66 Gambar 11 Simulasi Baru, Fisika, Biologi, Kimia.... 66 Gambar 12 Menu desktop... 67 Gambar 13 Unduh installaser... 67 Gambar 14 Peta Konsep macam-macam Media... 114 Gambar 15 Pengisian identitas untuk dapat

memperoleh akses percobaan secara gratis... 117 Gambar 16 Penerimaan permintaan akses melalui

e-mail... 117 Gambar 17 Tampilan fitur Interaction yang tidak

dapat digunakan ketika menggunakan free trial... 117 Gambar 18 a) fitur asset b) Tampilan fitur skybox

c) BGM dengan berbagai pilihan... 118

(10)

Sudirman, 2023 | vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dimensi E-Learning... 43 Tabel 2 Daftar Penilaian Peserta Didik... 125 Tabel 3 Tampilan kisi-kisi instrumen penilaian

tes tertulis pilihan ganda dan uraian.... 133

(11)

Sudirman, 2023 | 1

BAB 1

TUNTUTAN DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN FISIKA ABAD 21

A. Pendahuluan

Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru yang mempunyai karakter. Bangsa yang masyarakatnya tidak siap hampir bisa dipastikan akan jatuh oleh dahsyatnya perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ciri khas globalisasi itu sendiri. Maka dari itu kualitas pendidikan harus ditingkatakan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut dengan 4C.

Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan terutama pada permendikbud nomor 20 tahun 2016. Perubahan tersebut adalah tentang keterampilan yang sangat diperlukan oleh anak-anak bangsa.

Oleh karena itu diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pihak sekolah dalam menyiapkan anak-anak bangsa agar memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman.

Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan

(12)

Sudirman, 2023 | 2 keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan model atau metode yang diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk hidup di abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era kemajuan teknologi dan informasi.

Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan berbagai keterampilan abad ke-21 sebagai sarana kesuksesan di abad dimana dunia berkembang dengan cepat dan dinamis.

Pentingnya penguasaan terhadap keterampilan abad 21 dikarenakan pada masa ini peserta didik dituntuk untuk dapat mengembangkan life skill dan soft skills, diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreativitas, berkomunikasi, serta berkolaborasi., disamping penguasaan terhadapt materi dan konsep pembelajaran di sekolah. Sehingga pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin siswa memiliki keterampilan- keterampilan tersebut. Pengembangan keterampilan abad 21 ini dapat dilakukan semua disiplin ilmu, salah satunya dalam pembelajaran fisika yang merupakan mata pelajaran pada rumpun sains. Adapun model pembelajaran yang dapat diterapkan guna meningkatkan kualitas dan sekaligus dapat mengembangkan keterampilan abad 21 adalah model pembelajaran creative problem solving. Indikator keberhasilan lebih didasarkan pada kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi, dan menggunakan

(13)

Sudirman, 2023 | 3 informasi untuk memecahkan masalah yang kompleks, dapat beradaptasi dan berinovasi dalam menanggapi tuntutan baru dan mengubah keadaan, dan memperluas kekuatan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru. Ketidakmampuan anak dalam mengungkapkan keinginan, perasaan serta mengaktualisasikan apa yang ada dalam diri mereka menjadikan masalah yang dihadapi oleh anak-anak semakin besar.

Sehingga anak-anak memerlukan sebuah kemampuan dan keterampilan untuk mengungkapkan masalah yang mereka hadapi kepada orang lain. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Ciri menonjol Abad-21salah satunya adalah semakin bertautnya dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology / ICT) di dunia pendidikan, telah mengakibatkan semakin meleburnya dimensi “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi faktor penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan manusia terhadap ilmu dan teknologi. Di Abad-21 ini kita ditantang untuk mampu menciptakan tatapendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu ikut membangun tatanan sosial dan ekonomi sadar-pengetahuan sebagaimana

(14)

Sudirman, 2023 | 4 layaknya warga dunia di Abad-21. Tentu saja dalam memandang ke depan dan merancang langkah kita tidak boleh sama sekali berpaling dari kenyatan yang mengikat kita dengan realita kehidupan. (BSNP, 2010:22) Berbagai upaya dalam rangka peningkatan mutu pendidikanpun senantiasa dilakukan, disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi, serta era yang terjadi. Dalam konteks Pendidikan di Abad-21 ini ada pihak-pihak yang menyikapinya sebagai sebuah peluang, namun ada juga yang memandangnya sebagai tantangan atau hambatan, atau cara-cara lain dalam menyikapinya, tergantung dari kemampuan serta cara pandang masing-masing.

Makalah sederhana ini mencoba membahas sekelumit tentang Tantangan Pendidikan di Abad-21: yang meliputi Pergeseran Paradigma Pendidikan, Penyiapan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Abad-21, Tantangan Prodi TP (Teknologi Pendidikan/Pembelajaran) terkait dengan Pendidikan di Abad-21, Tantangan yang Terkait dengan Pengembangan Kurikulum 2013 Sebagai Upaya Penyesuaian Terhadap Tantangan Pendidikan di Abad-21, dan Tantangan Profesi TP Terkait dengan Implementasi Kurikulum 2013.

B. Fenomena Pendidikan Abad-21

Banyak fenomena pening terkait dengan pendidikan di Abad-21, yang dapat kita saksikan.Beberapa di antaranya adalah:

1. Globalisasi dan Pendidikan

Globalisasi berawal dari niat negara-negara industri maju untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah

(15)

Sudirman, 2023 | 5 tinggi dengan muatan ilmu dan teknologi mutakhir. Mereka berusaha mendapatkan peluang untuk memenangkan pasar dengan keunggulan kompetitifnya. Mereka berupaya mengalihkan teknologi industri yang kokoh yang mereka kembangkan dengan infra- strukturnya yang padat investasi ke negara-negara berkembang melalui transfer/alih teknologi. Dengan begituglobalisasi dapat dimaknai sebagai: kompetisi ekonomi berbasis ilmu dan teknologi.

Implikasinya adalah munculnya ekonomi pengetahuan, yakni ekonomi yang dasarnya dan atau produknya adalah pengetahuan, yang pada umumnya melibatkan kegiatan penelitianpenelitian yang dilakukan di perguruan-perguruan tinggi ataupun lembaga-lembaga penelitian.

2. Budaya dan Karakter Bangsa

Sejak awal kemerdekaan, para pendiri negeri ini sebenarnya telah memiliki komitmen kuat dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Dalam pembukaan UUD disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya pemerintah negara Indonesia adalah untuk

“memajukan kesejahteraan umum, [dan] mencerdaskan kehidupan bangsa.” Sementara dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung-jawab.”

(16)

Sudirman, 2023 | 6 Tujuan pendidikan dirumuskan dalam konsep-konsep abstrak tinggi, sehingga harus dijabarkan ke dalam konsep yang lebih membumi,dan dapat dirumuskan tingkat ketercapaiannya secara terukur. Ketercapaian tujuan pendidikan itu juga harus dirumuskan dan dijabarkan secara rinci ke dalam kurikulum beserta metodologi yang digunakan agar keterkaitan antara tujuan dan cara pencapaiannya dapat tergambar jelas.

3. Budaya Internet dan Cyber Society

Perkembangan teknologi internet sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan itu ditunjang oleh perkembangan di bidang ilmu dan teknologi, sehingga memungkinkan pengguna internet melakukan berbagai kegiatan di dunia maya secara interaktif antara: dirinya dengan komputer atau dengan sesama pengguna; baik secara perorangan atau kelompok; di lingkungan sendiri atau di benua lain; dalam durasi waktu yang tak terbatas.

Ketika internet telah digunakan dalam dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kemampuannya-pun berkembang luar biasa. Jumlah pengguna internet/blogs yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet/blogs. Oleh karena itu ada anggapan bahwa generasi Abad-21 tidak boleh gagap dalam 3 hal, yaitu: gagap teknologi (gaptek), gagap internet (gapnet), dan gagap terhadap block (gap block). Konvergensi antara internet dengan komunikasi selular (mobile phone) yang disertai oleh semakin tinggi dan canggihnya kapasitas operasionalnya, kemudian didukung oleh berbagai inovasi perangkat keras yang semakin menubuh dengan diri kita, maka suka atau tidak, internet mulai

(17)

Sudirman, 2023 | 7 menggantikan moda komunikasi kehidupan sosial (ekonomi, politik, budaya), dan bahkan dapat mengubah system dan nilai budaya serta dimensi spiritual, berikut dengan implikasi baik buruknya.

C. Pergeseran Paradigma Belajar Abad Ke-21

Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan di atas menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui pendidikan kita adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal fakta tanpa makna. Merubah sistem pendidikan indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar 30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar dalam area yang hampir seluas benua Eropa.

Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita tidak ingin terlindas oleh perubahan jaman global. P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.

(18)

Sudirman, 2023 | 8 Gambar 1. Framework Pembelajaran Abad-21

Sejalan dengan hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:2010) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical- Thinking and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah.

b. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;

(19)

Sudirman, 2023 | 9 c. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical- Thinking and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;

d.Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;

e. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;

f. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;

g.Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills), mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan

h.Kemampuan informasi dan literasi media s, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.

(20)

Sudirman, 2023 | 10 Gambar 2. Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21

Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg &

Andone, 2011). sejumlah penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung pembelajaran abad 21 telah dilakukan di berbagai Negara.

(21)

Sudirman, 2023 | 11 D. Keterampilan Abad Ke-21

Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills rainbow (Trilling dan Fadel, 2009). Skema tersebut diadaptasi oleh organisasi nirlaba p21 yang mengembangkan kerangka kerja (framework) pendidikan abad 21 ke seluruh dunia melalui situs www.p21.org yang berbasis di negara bagian Tuscon, Amerika. Adapun konsep keterampilan abad 21 dan core subject 3R, dideskripsikan berikut ini.

Gambar 3. menunjukkan skema pelangi keterampilan pengetahuan abad 21.

Pada skema yang dikembangkan oleh p21 diperjelas dengan tambahan core subject 3R. dalam konteks pendidikan, 3R adalah singkatan dari reading, writing dan arithmatik, diambil lafal “R” yang kuat dari setiap kata. Dari subjek reading dan writing, muncul gagasan pendidikan modern yaitu literasi yang digunakan sebagai pembelajaran untuk memahami gagasan melalui media kata-kata.

Dari subjek aritmatik muncul pendidikan modern yang berkaitan

(22)

Sudirman, 2023 | 12 dengan angka yang artinya bisa memahami angka melalui matematika. Dalam pendidikan, tidak ada istilah tunggal yang relevan dengan literasi (literacy) dan angka (numeracy) yang dapat mengekspresikan kemampuan membuat sesuatu (wrighting). 3R yang diadaptasi dari abad 18 dan 19 tersebut, ekivalen dengan keterampilan fungsional literasi, numerasi dan ICT yang ditemukan pada sistem pendidikan modern saat ini. Selanjutnya, untuk memperjelas fungsi core subject 3R dalam konteks 21st century skills, 3R diterjemahkan menjadi life and career skills, learning and innovation skills dan information media and technology skills Penjelasan tentang keterampilan menurut (Trilling and Fadel, 2009:47) adalah sebagai berikut:

1. Life and Career

Skills Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir) meliputi (a) fleksibilitas dan adaptabilitas/Flexibility and Adaptability, (b) inisiatif dan mengatur diri sendiri/Initiative and SelfDirection, (c) interaksi sosial dan budaya/Social and crosscultural Interaction, (d) produktivitas dan akuntabilitas/Productivity and Accountability dan (e) kepemimpinan dan tanggungjawab/Leadership and Responsibility.

2. Learning and Innovation Skills

Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi (a) berpikir kritis dan mengatasi masalah/Critical Thinking and Problem Solving, (b) komunikasi dan kolaborasi/Communication and Collaboration, (c) kreativitas dan inovasi/Creativity and Innovation.

3. Information Media and Technology Skills

(23)

Sudirman, 2023 | 13 Information media and technology skills (keterampilan teknologi dan media informasi) meliputi (a) literasi informasi/information literacy, (b) literasi media/media literacy dan (c) literasi ICT/Information and Communication Technology literacy.

E. Penyiapan Kompetensi Sumber Daya Manusia Di Abad-21 Dari seluruh komponen dan aspek pertumbuhan yang ada, manusia merupakan faktor yang terpenting karena merupakan pelaku utama dari berbagai proses dan aktivitas kehidupan. Oleh karena itulah maka berbagai negara di dunia berusaha untuk merumuskan karakteristik manusia di Abad-21. Menurut “21st Century Partnership Learning Framework”, terdapat sejumlah kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di Abad-21, yaitu:

1. Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical- Thinking and Problem-Solving Skills)– mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;

2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills) - mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;

3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;

4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;

(24)

Sudirman, 2023 | 14 5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi;

6.. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.

F. Tantangan Yang Terkait Dengan Pengembangan Kurikulum 2013 Sebagai Upaya Penyesuaian Terhadap Tantangan Pendidikan di Abad-21

1. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013

Kondisi nyata pendidikan saat ini, masih jauh dari berjalannya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Mutu lulusan pendidikan nasional belum menunjukkan kemampuan berpikir kritis-kreatif-inovatifproduktif-solutif, kepribadian mereka juga belum seutuh dan sekokoh yang diinginkan. kurang memiliki kepekaan sosial-budaya, rendah rasa kebangsaannya, dan rendah kesadaran globalnya. Lulusan dengan mutu rendah seperti ini pasti kurang mampu dalam memberi kontribusi pada pemenuhan kebutuhan hidup bermartabat pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional meskipun bangsa ini memiliki SDA yang melimpah.

Sementara persyaratan untuk melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan kemerdekaan NKRI, diperlukan pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghasilkan lulusan yang memiliki:

kemampuan berpikir tingkat tinggi (kritis-kreatif-inovatif-produktif-

(25)

Sudirman, 2023 | 15 solutif), berkepribadian Indonesia (Pancasilais, yaitu beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berperikemanusiaan, memiliki rasa kebangsaan yang tinggi, demokratis, dan adil), menjunjung tinggi budaya bangsa, memiliki kemampuan sosial-budaya, dan memiliki kesadaran global. Lulusan yang demikian akan mampu berkontribusi kepada upaya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan bangsa yang bermartabat pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan menerapkan ilmu dan teknologi dengan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan.

2. Makna Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum sering dimaknai secara sempit, sebagai pergantian kurikulum. Padahal sesungguhnya terdapat sejumlah istilah yang setara dengan pengembangan kurikulum tersebut, di antaranya: Pengembangan kurikulum (Curriculumdevelopment), merupakan istilah yang lebih komprehensif, di dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada perubahan dan perbaikan: Perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), sering bersinonim dengan pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai hasil dari pengembangan; dan Perencanaan kurikulum (Curriculum planning), yang lebih dimaknai sebagai fase berfikir atau fase desain.

Ada sejumlah alasan mengapa kurikulum harus senantiasa dikembangkan, disempurnakan, diubah, diganti, atau istilah-istilah sejenis lainnya, di antaranyadisebabkan karena Perkembangan Ilmu, Teknologi dan Seni (ITS), Perubahan Sosial, serta perubahan tatanan

(26)

Sudirman, 2023 | 16 kehidupan global itu sendiri. Perubahan itu terjadi secara cepat dan terus-menerus dan oleh karena itu diperlukan adanya upaya-upaya secara terus menerus, berkesinambungan untuk melakukan pengembangansecara adaptif, dan kreatif pada perubahan itu sendiri. Oleh karena itu dalam konteks Perjalanan Panjang menuju Perbaikan Kualitas Pendidikan yang senantiasa harus disesuaikan dengan tuntutan era, sesungguhnya“Mitos” Ganti menteri ganti Kurikulum Tidak Pernah Ada.

G. Pengembangan Teknologi Pada Abad Ke-21

Kemajuan teknologi telah mempersingkat siklus produksi dan peningkatan produktivitas secara dramatis. Dalam kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi, komputer yang mengambil, menggantikan, atau melengkapi banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia di berbagai bidang seperti informasi pengolahan dan tugas berdasarkan aturan, mengakibatkan meningkatnya permintaan untuk keterampilan tingkat tinggi (Levy dan Murnane, 2004). Proses industrialisasi yang terus berjalan menyebabkan jenis jabatan dan pekerjaan semakin beragam dan profesionalisasi semakin terwujud. Pemilihan karier seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan, keahlian serta minatnya, bukan ditentukan semata- mata oleh ijazah. Atas dasar itu, salah satu peran penting pendidikan adalah membantu lulusan agar dapat membuat keputusan untuk memilih kariernya, sejak mereka di bangku sekolah (Suryadi, 2002:300).

Berdasarkan pengalaman Negara industri, penguasaan iptek tidak hanya ditentukan oleh faktor sekolah karena sifatnya yang

(27)

Sudirman, 2023 | 17 konservatif dan sekolah kurang memiliki kemampuan untuk mengikuti perkembangan iptek yang sangat cepat. Penguasaan iptek lebih disebabkan oleh beragamnya jenis jabatan dan pekerjaan di industri yang lebih peka terhadap inovasi-inovasi baru.

Perkembangan iptek ditentukan oleh industri yang memungkinkan pegawainya melakukan penyesuaian dan belajar mandiri untuk mendayagunakan teknologi baru dalam bekerja, termasuk melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Agar mampu menunjang penguasaan iptek, kerjasama antara industri dengan perguruan tinggi perlu diperdalam strukturnya, baik yang berkaitan dengan magang, pengadaan biaya pendidikan, maupun pelaksanaan penelitian dan pengembangan. Kerjasama berguna bagi sekolah untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi baru karena industri jauh lebih peka terhadap munculnya teknologi baru.

Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memainkan peran penting dalam masyarakat karena berperan dalam beberapa aspek seperti sosial, budaya dan ekonomi untuk mencari informasi dari Internet.

Mengingat bahwa semua anak-anak berhak mendapatkan wajib belajar, sekolah adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan kompetensi ICT.

H. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Sdm) Di Era Global Pergeseran masyarakat dari struktur tradisional ke struktur industri akan membawa implikasi terhadap terjadinya transisi ketenagakerjaan atau kualifikasi tenaga kerja, menurut Suryadi (2002:69) pergeseran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Jenis pekerjaan dan kualifikasi jabatan

(28)

Sudirman, 2023 | 18 Dewasa ini di dunia tengah ditandai dengan perubahan revolusioner dalam industri dan teknologi dibarengi dengan berbagai bentuk transformasi dalam jenis pekerjaan dan kualifikasi jabatan. Perubahan terjadi dalam sebagian jenis pekerjaan yang ada sekarang, sementara jenis pekerjaan yang lainnya mulai menyusut dan pada akhirnya menghilang. Perpaduan antara jenis-jenis pekerjaan dengan berkembangnya tuntutan akan pengetahuan dan ketrampilan terus terjadi dan hal tersebut mengakibatkan terjadinya transformasi yang sangat cepat. Berkembang dan berkurangnya jenis-jenis pekerjaan tersebut pada tingkatan mikro sangat ditentukan oleh kebijaksanaan masing-masing perusahaan dalam mendayagunakan teknologi baru dalam system produksi, pengorganisasian cara kerja, perluasan usaha, serta fluktuasi pasar barang-barang yang dihasilkan.

Perkembangan struktur ketenagakerjaan di Indonesia ditandai oleh terus berkurangnya kesempatan kerja pada sector pertanian dan perlahan-lahan berganti dengan bertambahnya kesempatan kerja sektor-sektor industri. Tidak lama lagi, industri- industri berteknologi tinggi terus berkembang sehingga menurunkan pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian yang umumnya bersifat tradisional. Kecenderungan ini akan semakin kentara sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri jasa dalam berbagai sector yang mampu menciptakan kesempatan kerja dengan pertumbuhan yang lebih pesat.

Pengaruh lain dari perkembangan teknologi tinggi adalah perubahan komposisi angkatan kerja menurut jenis jabatan dan tingkatan keahlian yang dimiliki oleh angkatan kerja. Sementara itu,

(29)

Sudirman, 2023 | 19 proporsi pekerja yang tidak terampil, operator, pengrajin dan sebagainya di negara-negara berkembang masih kelihatan dominan.

Namun, berkembangnya pendayagunaan teknologi baru dalam dunia produksi membutuhkan pekerja yang memiliki kemampuan lebih tinggi dalam kemampuan intelektual. Disamping itu, sumbangan para teknisi akan semakin meningkat dan perlahan menggantikan para pekerja yang tidak terampil yang jumlahnya terus menurun.

Pertumbuhan kebutuhan akan tenaga-tenaga teknisi sudah barang tentu akan menunjukkan berkembangnya kebutuhan akan pekerja yang lebih tinggi pendidikannya. Hal ini terjadi terutama pada masyarakat yang mulai beranjak dari era industri yang sangat membutuhkan lebih banyak tenaga-tenaga teknisi yang terdidik.

Dalam masyarakat industri, terdapat kecenderungan bahwa batas antara pekerja teknisi dan tenaga profesional menjadi kabur karena tenaga profesional dibentuk dari para teknisi yang berpengalaman.

Dengan demikian, pengembangan SDM di tempat kerja seperti pelatihan dalam jabatan akan memainkan peran yang sangat penting dalam menyiapkan para teknisi yang terampil agar menjadi tenaga professional sebagai penggerak industri.

2. Jenis pengetahuan dan keterampilan

Perubahan struktur pekerjaan dan jabatan tersebut akan mengakibatkan terjadinya pergeseran kebutuhan akan jenis-jenis pengetahuan dan keterampilan pekerja. Dalam masa pengetahuan (knowledge age) jenis-jenis pekerjaan tradisional atau subsistensi yang mengandalkan keterampilan motoris akan terus berganti dengan jenis-jenis pekerjaan yang berlandaskan pada otomatisasi

(30)

Sudirman, 2023 | 20 dan pengolahan informasi. Jenis-jenis pekerjaan dalam era teknologi yang diperkirakan akan berkembang sebagai berikut:

a. Pekerja pemikir (Mind worker)

Mind worker adalah pekerjaan yang lebih mengandalkan usaha manusia dalam mendayagunakan kemampuan intelektual dan daya inovasi. Dalam era industri, jenis-jenis pekerjaan industri konvensional yang ditandai dengan pengulangan (repetition), pemilihan (fragmentation) dan tidak manusiawi (dehumanization) akan semakin tidak relevan dengan era teknologi tinggi. Sebaliknya, industri berteknologi tinggi menciptakan jenis-jenis pekerjaan besar yang dijabarkan menjadi satuansatuan jenis pekerjaan kecil sebagai bagian dari pekerjaan besar tadi. Jenis-jenis pekerjaan tersebut lebih membutuhkan keterampilan, keahlian, dan kreativitas yang didukung oleh kemampuan profesional para pekerja. Mind worker tersebut bersandarkan pada kemampuan berpikir, kemampuan mengabstraksikan serta artikulasi dan estetika

b. Kemampuan belajar mandiri (Self training skill)

Selain itu, akan berkembang kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri (Self training skill) agar dapat ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan tingkatannya. Para pekerja harus memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang tujuan mereka mengerjakan sesuatu walaupun sangat kecil dan fragmental. Pekerja dituntut untuk dapat memadukan satuan-satuan pekerjaan yang bersifat fragmental ke dalam suatu kesatuan sistemnya. Dengan demikian, para pekerja industri tidak dituntut untuk menjadi para pelaksana yang hanya memiliki sifat penurut, tetapi para pekerja yang mampu

(31)

Sudirman, 2023 | 21 menunjukkan jiwa kreatif, mandiri, belajar terus, dan tidak menjadikan dirinya sebagai komponen dari mesin-mesin industri.

Daftar Pustaka

Arfin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfabeta. Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Illahi, Sailah.2008. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suryadi, Ace. 2002. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan.

Jakarta: Balai Pusataka

Trilling, Bernie and Fadel, Charles. 2009. 21st Century Skills:

Learning for Life in Our Times, John Wiley & Sons, 978-0-47- 055362-6.

Trilling, Bernie and Hood, Paul. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in The Knowledge Age, (Online), (https://www.wested.org/online_pubs/

learning_technology.pdf.)

Mukhadis, Amat. 2013. Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup di Era Globalisasi. (online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/143 4),

Tondeur.2007. Curricula and the use of ICT in education: Two Worlds

apart? (online),

(http://users.ugent.be/~mvalcke/CV/bjet_680. pdf, British Journal of Educational Technology),

Kemendagri. 2010. Profil Daerah Kabupaten Malang.

(http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabup aten/id/35/name/jawatimur/detail/3507/malang), Kompas. 2013. Sinergi dan Harmonisasi Menuju Penyelarasan Dunia

Pendidikan dan Dunia Kerja,

Beauchamp, G. (1975). Curriculum theory. Willmette, Illionis: The Kagg Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21. Jakarta:BSNP

(32)

Sudirman, 2023 | 22 Dahl, T. I., Bals, M., & Turi, A. L. (2005). Are students’ beliefs about

knowledge and learning associated with their reported use of learning strategies? British Journal of Educational Psychology, 75(2), 257–273

Dochy, F. (2001). A new assessment era: Different needs new challenges. Learning and Instruction, 10, 11–20. Isjoni, dkk.

2008. Pembelajaran Terkini:Perpaduan Indonesia- Malaysia.Yogyakarta:Pustaka Belajar

Joyce, B., dan Weil, Marsha. (1992). Models of teaching, 5th edition.

Boston: Allyn Bacon.

Kemdikbud (2013). Bahan-bahan Sosialisasi Kurikulum 2013 Oliva, Peter F. (2005). Developing The Curriculum (Sixth Edition).

Boston: Pearson Education, Inc.

Peraturan Pemerintah (2005) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidika. Jakarta:

Depdiknas Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah (2013) Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud.

Permendikbud (2014) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014, Tentang Peran Guru Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dan Guru Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Poldner, E., Simons, P. R. J., Wijngaards, G., & van der Schaaf, M. F.

(2012). Quantitative content analysis procedures to analyse students’ reflective essays: A methodological review of psychometric and edumetric aspects. Educational Research

Review, 7(1)

http://dx.doi.org/10.1016/j.edurev.2011.11.002.

Seller dan Miller. 1985. Curriculum; perspectives and practice. New York: Longman.

Undang-Undang (2003) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Saylor J.G. etc. 1981. Curriculum Planning for Better Teaching and

Learning. Fourth Edition. Japan: Holt, Rinehart and Winston.

(33)

Sudirman, 2023 | 23

BAB 2

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN FISIKA DI ERA 5.0

A. Pendahuluan

Revolusi industri merupakan sejarah perkembangan terpenting dalam kehidupan manusia selama toga abad terakhir yang bersifat berkelanjutan dalam membangun kehidupan dunia modern. Istilah revolusi industri telah lama digunakan untuk menjelaskan perubahan aspek general di bidang industri yang saling berkaitan. Laju perkembangan teknologi yang terjadi pada era revolusi industri mempengaruhi pola gaya hidup masyarakat global.

Perbedaan kondisi sosial ekonomi di masing-masing era mendesak adanya ketersediaan sumber daya manusia yang spesifik dan terampil (Puncreobutr, 2016). Adapun tugas untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan bergantung pada individu itu sendiri;

kemampuan manajemen pembelajaran untuk menggabungkan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan masyarakat (Puncreobutr, 2016).

Kemajuan teknologi yang dibuat oleh manusia seiring waktu semakin maju dan berkembang. Salah satunya ialah society 5.0 yang digagaskan oleh negara jepang. Konsep ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti loT, Al dan Robot untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dalam kehidupan dengan nyaman dan lebih efektif. Society 5.0 sendiri baru saja diresmikan 2 tahun yang lalu, pada 21 januari 2019 dan dibuat sebagai resolusi atas resolusi industri 4.0. konsep resolusi

(34)

Sudirman, 2023 | 24 industri 4.0 dan society 5.0 sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang jauh, akan tetapi konsep society lebih fokus pada konteks terhadap manusia. Jika revolusi industri menggunakan Al dan kecerdasan buatan sebagai komponen teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.

Era industri 5.0 muncul sebagai penyempurna atas era 4.0, kini manusia dapat bekerja bersama dengan robot dan kecerdasan buatan. Pada revolusi industri 5.0, karakter penekanan lebih kepada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai bidang. Industri 5.0 lebih menekankan tidak hanya relasi mesin ke mesin dan efektivitas robotik, tetapi juga interaksi manusia ke mesin dan sebaliknya.

Kemudian saat ini telah memasuki era society 5.0 yang dimaknai dengan tingginya persaingan diberbagai sector yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat karena pada masa ini masyarakat dituntut untuk hidup berdampingan dengan teknologi, menguasai dan memanfaatkan teknologi.

Model pembelajaran pada era society 5.0 ini ini mempersyaratkan tiga kemampuan yang harus dimiliki setiap individu yaitu: creativity, critical thinking, communication and collaboration, yang mana persyaratan tersebut menjadi kompetensi untuk mempersiapkan SDM yang mampu bersaing di abad ke-12.

Untuk menghadapi era society 5.0, pemerintah Indonesia sendiri mempersiapkan untuk penyesuaian pada beberapa sektor. Selain itu ada beberapa model pembelajaran bisa dipilih dan diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan

(35)

Sudirman, 2023 | 25 nalar berfikir kritis seperti : Inquiry Learning, Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning.

B. Pembahasan

C. Keterampilan Argumentasi di Era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0

Era perkembangan teknologi informasi yang pesat mempengaruhi aktivitas sekolah dengan sangat masif. Informasi dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh. Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan juga membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi.

Abad ke-21 ditandai dengan era revolusi industri 4.0, society 5.0 sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan- perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut meminta

(36)

Sudirman, 2023 | 26 berbagai terobosan dalam berpikir, penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan.

Dalam konteks pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan, keterampilan karakter, dan keterampilan argumentasi tetap harus dipertahankan sebagai lembaga pendidikan peserta didik yang memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung. merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan siapapun dan dimanapun, pembelajaran kelas dan lab dengan menggunakan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan hanya sekedar lengkap.

Menurut Hasnunidah (2013) keterampilan argumentasi merupakan proses yang sangat penting dalam pembelajaran sebagai bentuk komunikasi untuk mengeluarkan pendapat atau pemikiran melalui serangkaian wacana ilmiah. Argumentasi merupakan salah satu komponen penting dalam literasi ilmiah yang bertujuan untuk memperkuat mental peserta didik sehingga peserta didik dapat mengekspresikan diri secara bebas. Argumentasi peserta didik adalah pemahaman peserta didik pada proses interaksi sosial dan konstruktivisme. Peserta didik tidak hanya mampu mengungkapkan apa saja teori yang diketahuinya namun peserta didik harus mampu membuktikan kebenarannya juga (Handayani, dkk, 2015).

Pada pembelajaran sains, keterampilan argumentasi mengharuskan peserta didik membuat pernyataan dan menggunakan data sebagai alasan untuk mendukung klaim tersebut.

(37)

Sudirman, 2023 | 27 Dalam proses berargumentasi, peserta didik belajar mengenai konsep-konsep sains dan menggunakan metode sains saat mereka membenarkan atau menyangkal pernyataan.

Dunia pendidikan pada era revolusi industri 4.0, society 5.0 berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan kemajuan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information superhighway. Gaya pembelajaran pada masa pengetahuan (knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa pengetahuan (knowledge age). Bahan pembelajaran harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui tantangan di mana peserta didik mampu berkolaborasi menciptakan solusi memecahkan masalah pelajaran.

Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang selanjutnya dapat dicari pemecahan permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang tersedia.

D. Model Pembelajaran yang dapat Membangun Keterampilan Argumentasi Peserta Didik

Beberapa model dalam pembelajaran sains yang dapat digunakan untuk membangun argumentasi peserta didik adalah pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran inkuiri melibatkan peserta didik dalam kegiatan membuat hipotesis, menunjukkan bukti, dan menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri berbasis argumentasi ini biasa disebut dengan model pembelajaran Argument

(38)

Sudirman, 2023 | 28 Driven Inquiry (ADI). Demikian pula, dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik dihadapkan dengan masalah yang kompleks dan diharapkan menemukan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada konsep dan metode ilmiah. Sementara pada pembelajaran berbasis proyek melibatkan peserta didik dalam mencapai desain produk yang optimal (Fischer, dkk, 2014).

Pembelajaran berbasis argumen biasanya membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ilmiah dengan mewakili konseptual, prosedural serta teknologi yang berbasis sains dan memiliki pengaruh pada kehidupan sosial masyarakat. Masalah sosial ilmiah seringkali berasal dari bioteknologi dan lingkungan, contohnya masalah yang ditimbulkan oleh rekayasa genetika, kloning, polusi dan perubahan iklim global.

Dalam praktek pembelajaran sains, argumentasi merupakan hal utama yang melandasi siswa dalam belajar bagaimana berpikir, bertindak dan berkomunikasi seperti seorang ilmuwan sejati.

Suasana pembelajaran di dalam kelas turut menyumbang terjadinya komunikasi dalam bentuk adu argumentasi sebagai salah satu upaya untuk memvalidasi atau menyangkal pernyataan secara ilmiah.

Pernyataan dalam hal ini tidak hanya sekedar memberikan pendapat atau gagasan, tetapi harus memberi alasan yang kuat untuk menjawab masalah sehingga peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu berkolaborasi, dan memiliki kreativitas untuk menciptakan argumen yang dapat diterima oleh orang lain dalam meningkatkan kualitas diri menghadapi era revolusi industri 4.0 society 5.0 (Probosari, dkk, 2016). Pentingnya keterampilan argumentasi dalam pembelajaran

(39)

Sudirman, 2023 | 29 sains dapat diketahui dari berbagai hasil penelitian diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Admoko (2019) melaporkan bahwa model pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) mampu melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik SMA. Dimana setelah dilakukan tes, kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik mampu mencapai level 3 dan 4. Kemudian dalam penelitian oleh Jumadi dkk (2021) melaporkan bahwa model PBL- AMOL (Problem-based Learning with Argument Mapping and Online Laboratory) lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik dibandingkan dengan model PBL- OL (PBL with Online Laboratory) dan PBL.

Berdasarkan tes, PBL-AMOL mampu memicu peserta didik dalam keterampilan claim, data, warrant, backing, dan rebuttal dalam keterampilan argumentasi ilmiah. Penelitian oleh Riwayani, dkk (2019) melaporkan bahwa PBL berbantuan edu-media simulation dapat meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Widhi dkk (2021) melaporkan bahwa pembelajaran berbasis Toulmin’s Argument Pattern (TAP) dapat meningkatkan keterampilan argumentasi serta pada pemahaman konsep khususnya dalam bidang mata pelajaran fisika.

Rahman, dkk (2018) melaporkan bahwa Kemampuan argumentasi ilmiah sangat penting dalam mempersiapkan siswa yang berliterasi sains. Rahayu, dkk (2020) melaporkan bahwa keterampilan argumentasi tertulis siswa harus ditingkatkan kembali dengan menggunakan metode, model dan pendekatan pembelajaran yang mampu melatihkan keterampilan argumentasi tertulis siswa

(40)

Sudirman, 2023 | 30 Terdapat berbagai model pembelajaran yang bisa diimplementasikan dalam kegiatan belajar dan mengajar dikelas yaitu salah satunya adalah model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition). Auditory berarti belajar melalui indra pendengaran seperti mendengarkan, memerhatikan, berbicara, presentasi, menyimak, dan lain sebagainya. Intellectually yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir, memproses informasi dan berlatih dengan bernalar, menganalisis, mengidentifikasi, menyelidiki, mencipta ide, mengkreasikan, berinovasi, memecahkan masalah, menentukan, mengkonstruksi, dan menerapkan. Sedangkan Repetition merupakan pengulangan berupa pendalaman, pemantapan, dan perluasan dengan cara siswa berlatih dengan diberikan quiz atau tugas (Rahayuningsih, 2017).

Auditory berperan ketika siswa mendengar dan memerhatikan permasalahan yang dijelaskan oleh guru secara computational thingking Intellectually saat siswa bernalar untuk menyelesaikan solusi dari suatu permasalahan, dan Repetition mencoba dan memahami ulang untuk menguasai solusi permasalahan yang dipelajari.

Terdapat sebuah pendekatan yang mana pendekatan ini mampu membuat siswa menjadi berpikir secara kritis dalam berkomputasi, yaitu computational thinking (CT). Computational thinking merupakan proses pemecahan masalah yang mencakup karakteristik [1] merumuskan masalah dalam sebuah langkah yang memungkinkan kita untuk menggunakan sebuah komputer dan alat lainnya untuk membantu memecahkannya, [2] mengorganisasi secara logic dan menganalisis data, [3] mununjukkan data melalui

(41)

Sudirman, 2023 | 31 abstraksi seperti model-model dan simulasi, [4] mengotomatiskan solusi melalui pemikiran algoritma, [5] mengidentifikasi, menyelidiki, dan mengimplementasikan solusi–solusi yang tepat dengan tujuan pencapaian yang paling efesien dan kombinasi efektif dari langkah dan sumber, [6] menggeneralisasikan dan memindahkan proses pemecahan masalah ini ke variasi masalah yang luas (Easterbrook, 2014). Computational thinking merupakan pemecahan masalah yang asal mulanya berasal dari ilmu komputer.

Matematika adalah ilmu tepat untuk diterapkan computational thinking terhadap peserta didik karena ilmu komputer berisi algoritma-algoritma pemecahan masalah. Menurut (Kawuri et al., 2019a) algoritma berpikir, dekomposisi, abstraksi, dan pengenalan pola merupakan landasan dari computational thinking yang dapat membimbing siswa dalam memecahkan suatu masalah yang sukar.

Dalam hal ini, sistem kegiatan belajar mengajar matematika memungkinkan guru dan siswa untuk menggunakan teknologi didalamnya. Seperti yang disampaikan (Bower & Falkner, 2015) bahwa kita butuh untuk memastikan sistem pendidikan kita tersedia tidak hanya dasar literasi digital yang akrab dengan alat-alat dan mendekati dengan teknologi tapi juga computational thinking perlu memproses pemahaman praktik saintifik yang mendukung teknologi.

E. URGENSI SOCIETY 5.0

Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat. Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan berkelanjutan. Orang–orang akan

(42)

Sudirman, 2023 | 32 disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan pada waktu yang dibutuhkan.

Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.

Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan teknologi yang memungkinkan pengaksesan dalam ruang maya yang terasa seperti ruang fisik. Dalam teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau mendukung pekerjaan manusia. Berbeda dengan revolusi industry 4.0 yang lebih menekankan pada bisnis saja, namun dengan teknologi era society 5.0 tercipta sebuah nilai baru yang akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin, bahasa dan menyediakan produk serta layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan kebutuhan banyak orang.

Dalam Society 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor- sensor dalam ruang nyata diakumulasi dalam ruang virtual. Dalam ruang virtual, data yang besar ini akan dianalisa oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasil analisis akan diberikan kembali kepada manusia di ruang nyata dalam berbagai bentuk. Dalam masyarakat informasi yang lalu, praktek umumnya adalah dengan mengumpulkan informasi melalui jaringan dan informasi tersebut dianalisis oleh manusia. Namun, dalam Society 5.0, masyarakat, benda-benda, dan sistem-sistem semuanya dihubungkan dalam ruang virtual dam hasil-hasil yang optimal diperoleh oleh AI, yang mampu melampaui kemampuan manusia, dan akan diberikan kembali ke ruang nyata.

(43)

Sudirman, 2023 | 33 Akibatnya, proses ini akan memberikan nilai baru kepada industri dan masyarakat dalam berbagai cara yang sebelumnya mustahil untuk dilakukan. Dengan kata lain society 5.0, sebuah masa di mana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0.

Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya) akan berkurang agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.

Pada bidang pendidikan di era society 5.0 bisa jadi siswa atau mahasiswa dalam proses pembelajarannya langsung berhadapan dengan robot yang khusus dirancang untuk menggantikan pendidik atau dikendalikan oleh pendidik dari jarak jauh. Bukan tidak mungkin proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja baik itu dengan adanya pengajar ataupun tidak.

F. UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA SOCIETY 5.0 PADA DUNIA PENDIDIKAN.

Belum selesai dengan hiruk pikuknya era revolusi industri 4.0 Indonesia dikejutkan dengan konsep baru yaitu society 5.0 Fokus

(44)

Sudirman, 2023 | 34 keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini meliputi cretivity, critical thingking, communication dan collaboration atau yang dikenal dengan 4Cs (Risdianto, 2019).

Beberapa kemampuan yang harus dimiliki di abad 21 ini meliputi: leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, enterpreneurship, global citizenship, problem solving, team-working. Apakah pendidikan kita siap untuk menghadapi society 5.0? Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh dunia pendidikan di Indonesia untuk menghadapi society 5.0 yaitu yang pertama dilihat dari infrastruktur, pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan perluasan koneksi internet ke semua wilayah Indonesia, karena seperti yang kita ketahui bahwa saat ini belum semua wilayah Indonesia dapat terhubung dengan koneksi internet.

Kedua, dari segi SDM yang bertindak sebagai pengajar harus memiliki keterampilan dibidang digital dan berfikir kreatif. Menurut Zulkifar Alimuddin, Director of Hafecs (Highly Functioning Education Consulting Services menilai di era masyarakat 5.0 (society 5.0) guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas (Alimuddin, 2019).

Ketiga, pemerintah harus bisa menyinkronkan antara pendidikan dan industri agar nantinya lulusan dari perguruan tinggi maupun sekolah dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh industri sehingga nantinya dapat menekan angka pengangguran di Indonesia. Keempat, menerapkan teknologi sebagai alat kegiatan belajar – mengajar.

(45)

Sudirman, 2023 | 35 G. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PADA ERA SOCIETY 5.0 a. Experiential Learning

Model pembelajran Experiental Learning adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan proses pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung. Model ini akan bermakna bila siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan (Silberman, 2015).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang model pembelajaran Experiential Learning di antaranya oleh Raga (2014) model pembelajaran Experiential Learning berpengaruh terhadap keterampilan berfikir kritis siswa. Pengaruh-pengaruh yang positif dari model ini dimungkinkan karena model ini mampu menarik dan menantang seseorang untuk belajar sehingga menumbuhkan motivasi yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses belajarnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang memperhatikan dan menitiberatkan pada pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik. Dengan terlibatnya langsung dalam proses belajar dan menkontruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.

Konsep Experiental Learning theory (ELT), yang kemudian menjadi dasar mdoel pembelajaran experiental learning dikembangkan oleh davud kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistic dalam

(46)

Sudirman, 2023 | 36 proses belajar. Dalam experiental learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar.

Pembelajaran Experiental Learning adalah suatu model proses belajar mengajae yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiental learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu

1) Mengubah struktur kognitif siswa 2) Mengubah sikap siswa

3) Memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Model ini menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya.

Model experiential learning memebri kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut.

Fathurrohman (2015:130) menyatakan “Experiental learning “itu sendiri berisi tiga aspek, yaitu pengetahuan (konsep, fakta, dan informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan

(47)

Sudirman, 2023 | 37 individu). Ketiganya merupakan kontribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Flipped Clasroom

Flepped Clasroom merupakan model pembelajaran yang masih minim dilakukan di Indonesia. Jika kita mendnegar flipped room secara arti bahasa memang akan mengandung arti kelas yang dibalik. Tapi, bukan ruang kelas yang dibalik melainkan prosesnya.

Definis dari flipped classroom adalah proses pembelajaran di mana pengajar memberikan materi kepada para pelajar untuk dipelajari di rumah mereka dan membahas ketika sampai di rumah.

Flipped Clasroom adalah model pembelajaran yang mengurangi proses belajar langsung, dimana murid mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dirumah terlebih dulu. Pada dasarnya, konsep pembelajaran ini yaitu pembelajaran formal di kelas dilaksanakan dirumah dan tugas rumah dari pembelajaran formal dikerjakan di kelas. Sehingga model pembelajaran flipped Clasroom disebut juga pembelajaran kelas terbalik.

Model pembelajaran ini dikenalkan pada tahun 2000 dengan tokoh yang pertama kali memperkenalkan metode belajar flipped classroom adalah J. Wesley Baker. Metode Flipped Clasroom juga diartikan sebagai pembelajaran yang mengombinasikan pembelajaran dalam dan luar kelas guna mengomptimalkan proses belajar dan mengajar yang dilakukan. Pada model pembelajaran terbalik abad ke- 21, guru sebagai fasilitator menyediakan materi yang akan dipelajari dalam bentuk video untuk murid pelajari di rumah sehingga saat di kelas murid sudah siap dengan materi pembelajaran.

(48)

Sudirman, 2023 | 38 Flipped Clasroom adalah model di mana proses belajar mengajar tidak dilakukan seperti pada umumnya yaitu dalam proses pembelajaran siswa mempelajari materi pelajaran di rumah sebelum kelas dimulai dan kegiatan belajar mengajar di kelas berupa mengerjakan tugas, membahas materi atau masalah yang belum dipahami siswa dengan teman atau guru sehingga masalah biasa diselesaikan.

Konsep Flipped Clasroom adalah bentuk pembelajaran blended (melalui interaksi tatap muka dan virtual/online) yang menggabungkan pembelajaran sinkron (synchronous) dengan pembelajaran mandiri yang di askinkron. Pembelajaran sinkron biasanya terjadi sexara real time di kelas. Sedangkan pembelajaran asinkron adalah pembelajaran yang sifatnya lebih mandiri. Kontens biasanya diakses melalui beberapa bentuk media pada platform digital.

Metode Flipped Clasroom, dibagi menjadi tigas kegiatan yaitu, sebelum kelas dimulai (pres-class), saat kelas dimulai (in-class) dan setelah kelas berakhir (out of class). Menurut Utami (2017) model pembelajaran flipped Clasroom memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Traditional Flipped 2) Mastery Flipped

3) Peer Instruction Flipped 4) Problem Based Learning Flipped

Menurut Abeysekera dan Dawson (2015), karakteristik model pembelajaran Flipped Classroom, yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya diantarannya yait :

Gambar

Gambar       1  Framework Pembelajaran Abad-21......    8  Gambar       2  Pergeseran  Paradigma  Belajar  Abad
Gambar 3. menunjukkan skema pelangi keterampilan pengetahuan  abad 21.
Gambar 4. Tipe Sistem Distance Education (DavidsonShivers,  Rasmussen and Lowenthal, 2018)
Tabel 1. Dimensi E-Learning  Dimensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan capaian keterampilan proses sains peserta didik yang mengikuti pembelajaran model project based learning dan model direct

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik model pembelajaran fisika yang dapat mengoptimalkan keterampilan proses sains siswa adalah model pembelajaran berbasis

Dan adapun tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning ) ini adalah Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan

Ada beberapa rumusan masalah yang dike- mukakan, yakni: (1) apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penga- jaran keterampilan menulis paragraf argumentasi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa untuk

Artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains fisika peserta

Ada banyak model, pendekatan, dan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya model yang direkomendasikan

Pembelajaran menggunakan strategi ini dapat menjadikan salah satu rujukan untuk permasalahan kemampuan proses sains peserta didik yang beragam dan kesulitan materi yang beragam pula