• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar Pengantar Hukum Keluarga

N/A
N/A
agusmi wijaya

Academic year: 2024

Membagikan "Buku Ajar Pengantar Hukum Keluarga"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

PENGANTAR MATA KULIAH

Manfaat Mata Kuliah

Untuk itu diharapkan mata kuliah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam memahami dan menyelesaikan berbagai permasalahan perkawinan yang sering muncul di masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keberadaan hukum perkawinan yang mempunyai kedudukan penting dalam Islam.

Deskripsi Perkuliahan

Berbagai permasalahan perkawinan yang timbul seiring dengan perkembangan sosial juga menjadi perhatian berbagai pihak, tidak hanya para pihak yang berkepentingan saja namun juga para ahli, ulama, pemerintah dan akademisi. Berbagai hal yang berkaitan dengan hukum perkawinan dalam Islam disebut juga dengan Fiqh Munakahat yang merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang wajib ditaati oleh umat.

Capaian Pembelajaran

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam pengembangan atau penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sadar dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam Pengantar Hukum Keluarga; Mahir dan setia sebagai kader Persatuan Muhammadiyah, Umat dan Bangsa serta menguasai seluk beluk Hukum Keluarga (Islam) yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Strategi Perkuliahan

Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu melaksanakan tugas secara mandiri;

Tugas Perkuliahan

Kriteria Penilaian

Agenda Perkuliahan

Petunjuk Praktis Penggunaan Buku Ajar

Hukum Islam mengatur bahwa perkawinan diakhiri dengan akad atau perjanjian yang sah antara pihak-pihak yang terlibat, dengan disaksikan oleh dua orang laki-laki. Dengan demikian, Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mendefinisikan perkawinan menurut hukum Islam sebagai perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan merupakan ibadah.

Sejarah Hukum Perkawinan di Indonesia

Pengertian Perkawinan

Menurut pendapat para ahli, diantaranya Soedharyo Saimin, perkawinan adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan materil untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal harus didasarkan pada tentang keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa Esa, sebagai sila pertama dalam Pancasila (Soedharyo Saimin, 2002:6). Makna akad yang sangat kuat dalam Kompilasi Hukum Islam adalah jika telah terjadi pelaksanaan akad nikah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun perkawinan yang ditentukan oleh hukum Islam dan hukum negara, maka ikatan perkawinan tidak mudah putus.

Sumber hukum perkawinan di Indonesia

Walaupun Al-Qur’an telah memberikan ketentuan-ketentuan sahnya perkawinan dengan sangat rinci, namun sebagaimana disebutkan di atas, namun tetap perlu adanya penjelasan dari Sunnah, baik dalam hal-hal yang tidak disebutkan maupun dalam hal-hal yang disebutkan dalam Sunnah. Al-Qur'an secara detail. Hal-hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an atau Sunnah, namun memerlukan ketentuan hukum dalam Ijtihad, misalnya mengenai harta bersama yang diperoleh selama perkawinan, perkawinan wanita hamil karena zina, akibat batalnya suatu pertunangan, hadiah pertunangan dan sejenisnya.

Pengantar Hukum Keluarga di Indonesia

Dalam hal ini, ada wanita yang tidak boleh dikahwini oleh lelaki atau lelaki yang tidak boleh berkahwin dengan wanita yang kesemuanya telah diatur dalam Al-Quran dan Hadis Nabi. Ini bermakna tidak ada dalil lain mengenai hukum nikah atau tidak dengan lelaki ahli kitab, kecuali ayat di atas. Apabila disebut ahli kitab itu musyrik, berdasarkan ayat di atas, seorang muslimah tidak boleh berkahwin dengan lelaki musyrik.

Hal ini terjadi ketika seorang perempuan menikah dengan sepupu laki-lakinya, baik secara biologis maupun dari pihak ayah. Mahar adalah pemberian yang mengikat secara hukum yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita. Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut di atas merupakan dalil-dalil sebagai landasan hukum yang kuat bahwa laki-laki wajib membayar mahar kepada perempuan yang ikhlas hendak dinikahinya, agar hak-hak perempuan dapat dihormati.

Hadits di atas menjadi landasan dan dalil hukum bahwa kedudukan mahar dalam perkawinan adalah wajib bagi laki-laki dan harus dibayarkan kepada perempuan yang hendak dinikahinya. -Ayat-ayat Al-Qur'an yang disebutkan di atas merupakan dalil-dalil sebagai landasan hukum yang kuat bahwa laki-laki wajib membayar mahar kepada perempuan yang ikhlas hendak dinikahinya, agar hak-hak perempuan dapat dihormati.

Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974

Pencatatan Perkawinan

Kemudian, dalam Pasal 6 KHI, dijelaskan bahwa setiap perkawinan harus diakhiri sebelum dan di bawah kendali pendaftar (perenggan 1). Masalah sanksi bagi mereka yang melangsungkan perkahwinan yang tidak mendaftar di pejabat perkahwinan juga termaktub dalam Perkara 45 PP no.

Pencatatan Perkawinan Menurut Islam

Oleh karena itu pencatatan perkawinan bukanlah suatu hal yang penting pada waktu itu, sehingga pembuktian perkawinan itu tidak dengan suatu akta tertulis yang harus dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, melainkan hanya saksi dan wali yang hadir. buktikan pernikahannya. banyak orang. Pegawai pencatatan perkawinan sebagaimana diatur dalam UU No. 22 Tahun 1946 juncto UU No. 32 Tahun 1954.

Akibat hukum dari Perkawinan yang tidak Tercatat

Larangan ke atas perkahwinan adalah haram selama-lamanya dalam erti kata bahawa pada masa dan dalam keadaan apa pun, seorang lelaki dan seorang wanita tidak boleh berkahwin. Menurut ulama Hanafi, kafa ialah persamaan antara lelaki dan perempuan dalam beberapa perkara iaitu keturunan, Islam, pekerjaan, berdikari, nilai taqwa dan harta. Menurut ulama Hanafi, kafa ialah persamaan antara lelaki dan perempuan dalam beberapa perkara iaitu keturunan, Islam, pekerjaan, berdikari, nilai taqwa dan harta.

Ijab itu sendiri merupakan ucapan salam oleh wali mempelai wanita dan penerimaan oleh mempelai pria. Sedangkan kabul berasal dari kata qobul yang merupakan sapaan dari mempelai pria atau wakilnya sebagai tanda penerimaan. Nikah mut'ah adalah akad yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan dengan menggunakan kata “tamattu, istimta” atau sejenisnya (Beni Ahmad Saebani, 2001:55).

Jelas bahwa dalam keadaan apa pun seorang wanita Muslim tidak boleh menikah dengan seorang musyrik, termasuk pria Yahudi dan Kristen, karena Al-Qur'an telah menyatakan bahwa mereka dianggap kafir. Konstruksi sosial masyarakat itulah yang membentuk pola perilaku yang dianggap baik bagi laki-laki dan perempuan.

Khitbah (pinangan)

Pernikahan

Menurut para ahli, termasuk Soedharyo Saimin, perkawinan adalah suatu perjanjian antara dua insan, dalam hal ini harus berupa perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan materiil yaitu terciptanya keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila (Soedharyo Saimin, 2002:6). Sedangkan tujuan pengertian menurut UU Perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dapat dikatakan makruh jika seseorang tidak mau menikah karena sakit atau watak.

Hal ini bisa disebut haram jika seseorang tidak memiliki kemampuan atau tanggung jawab dalam membangun rumah tangga, seperti kewajiban melakukan hubungan seksual atau kewajiban lainnya.

Mahram

Apabila seorang lelaki mengahwini seorang perempuan, maka wujudlah hubungan antara lelaki dan kaum kerabat perempuan itu, begitu juga sebaliknya. Apabila seorang kanak-kanak menyusukan seorang wanita, susu wanita itu menjadi darah daging dan membesar untuk kanak-kanak itu sehingga wanita yang menyusu itu menjadi seperti ibunya. Termasuk dalam anak susuan ialah anak yang disusui oleh perempuan, anak yang disusukan oleh anak perempuan, anak yang disusukan oleh isteri anak lelaki, dan seterusnya dalam garis lurus ke bawah.

Menikah dengan laki-laki non-Muslim haram bagi perempuan Muslim, kecuali laki-laki tersebut masuk Islam.

Rukun dan Syarat Nikah

Terlepas dari itu semua, akad nikah merupakan akad yang menjadikan kehormatan seorang wanita halal. Sebagaimana disebutkan di atas, rukun perkawinan yang paling mendasar adalah persetujuan dan penerimaan antara wali calon mempelai wanita dan calon mempelai pria dalam suatu pertemuan perkawinan yang disebut dengan akad nikah. Pada dasarnya akad nikah dapat dilangsungkan dengan menggunakan bahasa apa saja yang dapat mengungkapkan keinginan dan dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat serta dapat dipahami oleh para saksi.

Maka perkawinan itu tidak ada dan akad nikah dianggap batal atau batal.

Kafa’ah

Menurut ulama Syafi'i, kafa' adalah persamaan antara laki-laki dan perempuan dengan kesempurnaan atau kekurangannya (kecuali hal-hal yang terlindung dari cacat). Jika kopi diartikan kesetaraan dalam hal kekayaan atau status sosial kebangsawanan, maka sama saja dengan sistem kasta. Kopi dalam pernikahan merupakan permohonan kesetaraan antara suami dan istri untuk menghindari rasa malu dalam beberapa hal.

Menurut ulama Syafi'i, kafa'ah adalah persamaan suami istri dengan kesempurnaan atau

Kriteria Pemilihan Jodoh Meuurut Sunnah

Kekayaan dalam bentuk harta benda sangat menarik dijadikan alasan seseorang dalam memilih pasangan hidupnya. Dalam membuat akad nikah, hendaknya digunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh masing-masing pihak yang melaksanakan akad nikah untuk menyatakan keinginan yang timbul dari kedua belah pihak untuk menikah, dan tidak boleh menggunakan kata-kata yang samar-samar atau tidak jelas. Ibnu Taimiyah mengatakan, akad nikah boleh menggunakan bahasa atau kata apa saja yang lazim digunakan masyarakat pada umumnya.

Para ahli fiqih juga sepakat bahwa di Kabul kata atau bahasa apa pun boleh digunakan asalkan kata-kata tersebut dapat mengungkapkan kesenangan atau persetujuan, misalnya: Saya menerima, saya setuju, saya melakukan itu, dan sebagainya.

Syarat Syah Ijab Qabul

Akan tetapi, apabila salah satu pihak tidak memahami tanda tersebut, maka penerimaan tersebut tidak sah, karena kedua orang yang melakukan penerimaan tersebut adalah kedua belah pihak yang berkepentingan. Ijab kabul adalah ucapan yang dianggap suci dalam setiap majlis perkahwinan kerana dapat menghalalkan hubungan antara lelaki dan perempuan. Ijab kabul lazimnya dimulakan dengan permintaan dari pihak pengantin lelaki yang kemudiannya diterima dan disampaikan oleh wali pihak perempuan.

Ijab berasal dari bahasa Arab dan merupakan sapaan yang diucapkan oleh wali (oleh pihak perempuan) atau wakilnya sebagai serah terima kepada mempelai pria.

Nikah Sighar, Mut’ah dan Muhallil

Muhallil juga dipanggil perkahwinan cinta buta, iaitu lelaki yang berkahwin dengan wanita yang telah diceraikan tiga kali selepas tempoh Idaat dan kemudian menceraikannya supaya bekas suami pertamanya boleh berkahwin dengannya semula. Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 1-3 yang bermaksud: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan daripadanya Allah menciptakan isterinya dan daripadanya Allah menciptakan lelaki dan perempuan yang sebanyak itu. Ketiga, Pemberian nafkah Seseorang lelaki yang ingin berpoligami hendaklah memikirkan masalah nafkah (fizikal dan mental), yang mesti dipenuhi nanti.

Struktur kekuasaan masyarakat yang patriarki telah memastikan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat selalu bersifat politis, dengan sekelompok orang dikendalikan oleh kelompok lain. Bagi Imam Syafi’i, yang berhak menjadi wali adalah ayah dan keluarga laki-laki. Ketentuan mengenai kepemilikan bersama tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur'an maupun Hadits Nabi.

Hukum Menikahi Musyrikah dan Ahli Kitab

Poligami

Wali Nikah

Hak dan Kewajiban Suami-Istri

Harta Bersama dalam perkawinan

Referensi

Dokumen terkait

13 Hukum Berdasarkan Bentuk Hukum Berdasarkan Tempat berlakunya Hukum Berdasarkan Waktu berlakunya 3.Kebenaran 4.Penjelasan 5.Kemampuan 6.Menyampaikan pendapat

Buku I Hukum Perkawinan, berisi penjelasan istilah-istilah yang berkaitan dengan perkawinan, dasar-dasar dan prinsip-prinsip perkawinan, peminangan dan akibat

Buku Ajar Pengantar Perancangan Tapak ditulis oleh Dr. Ir. R. Siti Rukayah, MT dan bertujuan untuk menjelaskan tentang Pengantar Perancangan

Buku Ajar Bahasa Inggris Hukum ini disusun dengan harapan agar setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa mampu menganalisis secara konferensif berbagai masalah yang berkaitan dengan :

Buku ajar yang berisi tentang akuntansi manajemen bagi mahasiswa dan

Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal untuk Mahasiswa Kebidanan yang berisi tentang pelayanan kebidanan berbasis

Buku ajar yang membahas tentang prinsip dasar manajemen

134 PENGANTAR HUKUM PENITENSIER DAN SISTEM PEMASYARAKATAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG