• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR TRAUMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BUKU AJAR TRAUMA"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

116 Gambar 4.4 Memar sabuk pengaman (Diambil dari buku Atlas of Emergency Medicine edisi ke-4 karya KJ Knoop, dkk). Medicine, edisi ke-4 oleh KJ Knoop, dkk) 193 Gambar 8.6 Pemasangan penutup mata logam untuk. mencegah tekanan pada bola mata yang pecah-pecah.

Gambar   1.23   Macam-macam agen analgesik beserta
Gambar 1.23 Macam-macam agen analgesik beserta

1 KONSEP DASAR

Penilaian Derajat Keparahan

Sistem penilaian untuk menilai tingkat keparahan kasus trauma dapat menggunakan deskripsi anatomi cedera, parameter fisiologis, atau kombinasi keduanya. Penggunaan parameter fisiologis untuk menilai tingkat keparahan kasus trauma dapat mengatasi kelemahan sistem penilaian berbasis anatomi, yang tidak dapat mengidentifikasi pengaruh durasi cedera.

Tabel 1.3 Sistem Pemberian Skor untuk RTS
Tabel 1.3 Sistem Pemberian Skor untuk RTS

Bencana/Kejadian Korban Massal

Pusat trauma tingkat 1: fasilitas kesehatan yang mempunyai kapasitas menangani semua jenis kasus trauma termasuk semua dokter bedah subspesialisasi yang tersedia. Pusat trauma tingkat 2: fasilitas kesehatan yang tidak mempunyai kapasitas untuk menangani secara definitif semua jenis kasus trauma, termasuk tidak semua dokter bedah subspesialisasi yang tersedia.

Gambar 1.3 Kategori warna untuk triase.
Gambar 1.3 Kategori warna untuk triase.

Survei Primer dan Sekunder

Setelah pemeriksaan awal dengan resusitasi, pengobatan dapat dilanjutkan ke pemeriksaan sekunder dan pengobatan medis definitif. Survei utama harus diselesaikan dalam waktu kurang dari 1 menit (pengecualian berlaku untuk kondisi pasien yang memerlukan intervensi).

Tabel 1.4  Hal yang Perlu Dilakukan/Dievaluasi Dalam Survei Primer Teknik penilaian Penunjang Intervensi
Tabel 1.4 Hal yang Perlu Dilakukan/Dievaluasi Dalam Survei Primer Teknik penilaian Penunjang Intervensi

Pengelolaan Jalan Napas Pada Kasus Trauma

Cedera saluran napas langsung meliputi kasus trauma tumpul/tumpul pada daerah maksilofasial, leher, luka bakar, dan trauma inhalasi. Ketamin juga memiliki efek depresan pernapasan yang minimal dan tetap mempertahankan refleks pelindung saluran napas.

Gambar 1.5 Indikasi prosedur intubasi pada kasus trauma.
Gambar 1.5 Indikasi prosedur intubasi pada kasus trauma.

Suplementasi Oksigen

Ukuran tabung oksigen di Indonesia sangat bervariasi dan sayangnya tidak mengikuti standar tertentu. Jika tabung oksigen tidak mempunyai tanda seperti di atas, kita dapat memperkirakan isi tabung oksigen berdasarkan perkiraan panjang tabung sesuai gambar di bawah ini.

Gambar 1.9 Self-infl ating bag atau BVM. Pada kondisi tanpa sumber  oksigen, perangkat ini tetap bisa memberikan ventilasi buatan
Gambar 1.9 Self-infl ating bag atau BVM. Pada kondisi tanpa sumber oksigen, perangkat ini tetap bisa memberikan ventilasi buatan

Pengelolaan Syok Pada Kasus Trauma

Dalam memberikan resusitasi cairan pada kasus trauma, perlu diingat bahwa pemberian cairan kristaloid yang berlebihan dapat menyebabkan koagulopati dilusional dan hipotermia pada kasus perdarahan. Oleh karena itu, resusitasi cairan seimbang dan protokol transfusi masif memainkan peran penting dalam pengobatan perdarahan hebat pada kasus trauma.

Gambar 1.15 Tanda dan gejala syok
Gambar 1.15 Tanda dan gejala syok

Transfer dan Evakuasi

MRI tidak selalu perlu dilakukan sebelum pemindahan, apalagi jika dianggap akan menunda proses pemindahan pasien. Rasa sakit pasien, suatu kondisi yang sering diabaikan, harus diatasi sebelum dan selama proses pemindahan. Checklist diperlukan untuk memastikan seluruh perlengkapan dan perbekalan, lembar informasi kesehatan dan penunjang hasil pemeriksaan dibawa dan tidak tertinggal pada saat proses pemindahan.

Daftar periksa ini juga memuat informasi singkat mengenai kasus yang akan diserahkan ke fasilitas kesehatan penerima. Daftar Periksa Penyampaian Informasi dapat menggunakan format SBAR (Situasi, Latar Belakang, Penilaian, dan Rekomendasi). Pasien dapat dimutasi apabila telah mendapat persetujuan dari fasilitas kesehatan penerima dan yakin bahwa layanan yang tercantum untuk pemindahan benar-benar tersedia.

Seorang dokter di suatu fasilitas kesehatan harus mengenal ambulans dan fasilitas yang tersedia di dalamnya. Jika ada peralatan dan perbekalan yang tidak disimpan di dalam ambulans, sebaiknya dokter mengetahui di mana penyimpanannya.

Manajemen Nyeri Akut Pada Pasien Trauma

Rasa sakit akibat trauma tumpul dada, terutama bila dikaitkan dengan patah tulang rusuk, dapat menyebabkan pasien membatasi inspirasi. Pemberian analgesia intravena dikombinasikan dengan teknik analgesia regional, seperti blok interkostal, sangat berguna pada kasus trauma tumpul dada, karena dapat menurunkan dosis pemberian opioid dan efek pernafasan pernafasannya. Pasien luka bakar dapat merasakan nyeri hebat, tidak hanya akibat luka itu sendiri, namun juga akibat prosedur perawatan luka, penggantian balutan, dan debridemen.

Luka bakar yang sangat dalam bahkan mungkin tidak menimbulkan rasa sakit karena saraf rusak. Nyeri pada luka bakar juga cenderung berlangsung lama, bahkan melebihi proses penyembuhan luka bakar. Pemberian opioid pada kasus luka bakar dapat menimbulkan toleransi karena jangka waktu penggunaan yang lama.

Hal yang perlu diwaspadai adalah NSAID dapat meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna karena luka bakar terkadang disertai dengan maag/maag yang berhubungan dengan stres. NSAID juga dapat menghambat prostaglandin, sehingga meningkatkan risiko cedera ginjal akut pada pasien luka bakar yang mengalami dehidrasi.

Gambar 1.22 Efek eferen dari aktivasi nosiseptor oleh kejadian trauma.
Gambar 1.22 Efek eferen dari aktivasi nosiseptor oleh kejadian trauma.

2 CEDERA OTAK TRAUMATIK

  • Mekanisme Cedera
  • Survei Primer
  • Memiliki Daftar Diagnosis Banding
  • Survei Sekunder: Meyakinkan dan Menyingkirkan Diagnosis Banding
  • Survei Sekunder: Mencari Adanya Sinyal Bahaya
  • Pemeriksaan Lanjutan
  • Tatalaksana Awal

Ketahui langkah pengobatan pertama yang dapat dilakukan dokter ruang gawat darurat jika terjadi cedera otak traumatis. Cedera otak traumatis adalah kelainan fungsional dan/atau struktural otak akibat paparan kekuatan mekanis eksternal. Cedera otak traumatis akibat jatuh lebih sering terjadi pada orang dengan usia ekstrem (lansia dan bayi).

Cedera otak traumatis akibat kecelakaan kendaraan bermotor lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, penanganan awal cedera otak traumatis ditujukan untuk menghindari/mengurangi cedera otak sekunder. Peningkatan tekanan intrakranial pada kasus cedera otak traumatis menyebabkan hipertensi dalam upaya meningkatkan tekanan arteri rata-rata untuk menjaga tekanan perfusi serebral dalam kisaran fisiologis.

Kondisi cedera otak traumatis harus segera menjalani rawat inap awal untuk stabilisasi ABC sebelum melanjutkan lebih jauh. Oleh karena itu, transfusi darah sangat diperlukan pada kasus cedera otak traumatis yang disertai pendarahan hebat di daerah lain.

Gambar 2.1 Contoh kejadian cedera otak traumatik melalui  proses akselerasi-deselerasi tanpa benturan langsung.
Gambar 2.1 Contoh kejadian cedera otak traumatik melalui proses akselerasi-deselerasi tanpa benturan langsung.

3 TRAUMA DADA

Survei Sekunder: Meyakinkan dan Menyingkirkan Diag- nosis Banding

Keluhan nyeri saat bernapas atau batuk, disertai temuan krepitasi pada palpasi dinding dada dan kelainan pergerakan dinding dada menandakan adanya patah tulang rusuk. Kejang paru dapat terjadi tanpa adanya patah tulang rusuk pada anak karena masih terdapat sambungan tulang rawan pada tulang rusuk. Dada terbelah adalah suatu kondisi ketika terdapat salah satu segmen dada (dua atau lebih tulang rusuk yang berdekatan) yang tidak memiliki kontinuitas tulang dengan dada, biasanya berupa patah tulang rusuk pada lebih dari satu segmen.

Kondisi memar paru ini seringkali tidak terlihat pada rontgen dada selama 24-48 jam setelah trauma. Temuan patah tulang pada tulang belikat, tulang dada, serta tulang rusuk pertama dan kedua dapat mengindikasikan cedera serius pada kepala, leher, sumsum tulang belakang, paru-paru, dan pembuluh darah besar. Inspirasi: Inspirasi cukup bila aspek anterior iga VI dan aspek posterior iga X terlihat.

Jaringan lunak dan tulang: carilah emfisema subkutan dan patah tulang atau kelainan bentuk tulang rusuk. Lingkaran merah menandakan patah di 2 tempat pada rusuk III dan IV dan patah di 1 lokasi pada rusuk V.

Gambar 3.14 Dada tebah. Perhatikan adanya ketidaksesuaian gerakan  segmen tebah dengan pergerakan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi
Gambar 3.14 Dada tebah. Perhatikan adanya ketidaksesuaian gerakan segmen tebah dengan pergerakan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi

4 TRAUMA ABDOMEN

Mengetahui langkah pengobatan awal yang dapat dilakukan oleh dokter umum di unit gawat darurat untuk kasus trauma perut. Pemeriksaan fisik pada kasus trauma perut diawali dengan pemeriksaan daerah dada bagian bawah hingga perineum untuk mencari adanya luka, laserasi, memar, hematoma, atau pengeluaran isi usus. Pemeriksaan FAST diindikasikan pada kasus trauma abdominal tidak stabil yang belum memerlukan laparotomi darurat.

Pemeriksaan FAST sangat berguna pada kasus trauma abdominal karena dapat mendeteksi adanya cairan bebas pada rongga hepatorenal, fossa splenorenal, dan rongga Douglas. Bilas peritoneum diagnostik terutama diindikasikan untuk kasus trauma tajam pada perut di mana tidak ada indikasi untuk operasi laparotomi. Kasus trauma tumpul perut dengan kondisi tidak stabil yang tidak ada indikasi untuk operasi laparotomi juga dapat dipertimbangkan untuk prosedur diagnostik peritoneal lavage.

Hasil positif untuk diagnostik peritoneal lavage adalah jika ditemukan sel darah merah > 100.000 sel/mm3 untuk kasus cedera akut pada perut anterior dan > 10.000 sel/mm3 untuk daerah torakoabdominal, lumbal, dan punggung. Untuk kasus luka tumpul, hasil positif diperoleh jika darah saat aspirasi > 10 ml atau sel darah merah > 100.000 sel/mm3 pada jumlah sel cairan sisa.

Gambar 4.1 Batas-batas 4 regio abdomen  (diambil dari https://teachmeanatomy.info/).
Gambar 4.1 Batas-batas 4 regio abdomen (diambil dari https://teachmeanatomy.info/).

5 CEDERA TULANG BELAKANG

Mengetahui langkah pemeriksaan primer dan sekunder pada kasus cedera tulang belakang dan cedera tulang belakang; Mengetahui langkah pengobatan awal yang dapat dilakukan oleh dokter umum di unit gawat darurat pada kasus cedera tulang belakang dan cedera tulang belakang. Penyebab terbanyak cedera tulang belakang adalah kecelakaan kendaraan bermotor (48%), diikuti jatuh dari ketinggian (21%), kekerasan (15%) dan olahraga (14%).

Pendekatan pemecahan kasus Gambar 5.3 Konsep tiga kolom untuk vertebra torakolumbal untuk memperkirakan stabilitas vertebra pada kasus trauma tulang belakang. Cedera sumsum tulang belakang pada trauma sumsum tulang belakang dapat terjadi akibat benturan langsung atau gangguan perfusi akibat cedera arteri. Keadaan cedera tulang belakang sebaiknya segera menjalani pemeriksaan penunjang primer untuk stabilisasi ABC sebelum melanjutkan upaya pengobatan awal.

Cedera tulang belakang torakolumbalis dicurigai jika terjadi cedera pada tubuh akibat sabuk pengaman pada kecelakaan mobil. Adanya fraktur kalkanealis akibat jatuh dari ketinggian menunjukkan kemungkinan terjadinya cedera tulang belakang torakolumbal.

Gambar 5.1 Grafi k segmen tulang belakang yang paling sering mengalami  cedera (Disadur dari buku Trauma, 9 th  ed oleh David V Feliciano).
Gambar 5.1 Grafi k segmen tulang belakang yang paling sering mengalami cedera (Disadur dari buku Trauma, 9 th ed oleh David V Feliciano).

6 TRAUMA EKSTREMITAS

Namun, dokter tetap harus memantau potensi ancaman terhadap nyawa/anggota tubuh akibat cedera anggota tubuh selama pemeriksaan awal. Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada kruris, diikuti oleh lengan bawah, tangan, kaki, bokong, dan paha. Cedera anggota badan yang harus diketahui oleh dokter perawatan primer antara lain diskontinuitas tulang/dislokasi sendi, kerusakan pembuluh darah, kerusakan saraf, dan hancurnya otot.

Riwayat bagian tubuh tertimpa benda berat dapat menyebabkan cedera otot dan sindrom kompartemen. Kondisi tersebut antara lain patah tulang terbuka, cedera pembuluh darah, cedera saraf tepi, dan sindrom kompartemen. Prosedur fasiotomi untuk sindrom kompartemen harus dilakukan dalam waktu 4-6 jam untuk menghindari kematian jaringan permanen.

Untuk cedera anggota badan yang diamputasi, bagian anggota tubuh bagian atas yang diamputasi dibilas dengan cairan isotonik kemudian dibungkus dengan kain kasa lembab dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Beban tarik femur ditempatkan pada pergelangan kaki Lutut fleksi 10 derajat, bukan ekstensi penuh Tibias Periksa gejala dan tanda sindrom kompartemen Pergelangan Kaki Tambahkan bantalan pada penonjolan tulang di Lengan Bawah.

Tabel  6.2.  Daftar  Keterampilan  Klinis  Terkait  Trauma  Ekstremitas
Tabel 6.2. Daftar Keterampilan Klinis Terkait Trauma Ekstremitas

7 LUKA BAKAR

Memiliki daftar diagnosis banding

Luka bakar derajat satu: luka bakar ini tidak menembus epidermis dan ditandai dengan munculnya kulit kering kemerahan tanpa bula, disertai rasa nyeri. Luka bakar ini tidak diperhitungkan saat menentukan persentase luas luka bakar terhadap luas permukaan tubuh total (LPTT). Luka bakar derajat IV (melibatkan organ dalam): Luka bakar ini dapat mengenai tendon, sendi, tulang, dan organ dalam lainnya.

Perubahan suara menjadi serak, batuk berdahak, luka bakar pada wajah menunjukkan kemungkinan adanya trauma inhalasi. Untuk luka bakar di sekitar ekstremitas, denyut nadi distal dan tingkat saturasi oksigen pada setiap jari harus dipantau. Luka bakar pada pasien dengan penyakit penyerta atau trauma lain yang dapat mempersulit pengobatan, menunda pemulihan, atau meningkatkan angka kematian.

Analisis gas darah diperlukan pada kasus trauma inhalasi, keracunan karbon monoksida, gangguan ventilasi dan luka bakar ≥ 20%. Untuk luka bakar ≥ 20% LPTT, resusitasi cairan diberikan sesuai formula dari American Burn Association (ABA).

Gambar 7.2 Klasifi kasi derajat luka bakar.
Gambar 7.2 Klasifi kasi derajat luka bakar.

Gambar

Gambar 1.1 Sistem pemberian skor untuk penilaian  derajat keparahan kasus trauma.
Gambar 1.9 Self-infl ating bag atau BVM. Pada kondisi tanpa sumber  oksigen, perangkat ini tetap bisa memberikan ventilasi buatan
Gambar 1.10 (Kiri) Non-rebreathing mask. Panah biru menunjukkan arah  aliran yang diijinkan melalui katup searah
Gambar 1.11 Contoh sirkuit rebreathing parsial. Perbedaan utama terletak  pada urutan inlet sumber oksigen – APL – reservoar (Mapleson D) dan inlet
+7

Referensi

Dokumen terkait

4. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal... Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow

Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan leher dan kepala, pemeriksaan saraf kranial, pemeriksaan wajah bagian tengah, pemeriksaan fisik yang

 Cidera Kepala /Head Injury/ Traumatic Brai Injury (TBI) merupakan kondisi trauma pada daerah kepala meliputi kulit kepala (skalp), tulang, atau otak.. Merupakan penyebab

Diagnosis dapat ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta.. dapat dibantu dengan

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung,

Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus,

Trauma  pada organ- organ retroperitoneal sulit dikenali karena daerah ini jauh dari  jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa, dan juga cedera pada daerah ini

Trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya laserasi pada kulit kepala atau fraktur pada tulang tengkorak yang selanjutnya bisa menimbulkan perdarahan karena mengenai pembuluh