• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trauma Tembus pada Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Trauma Tembus pada Mata"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TRAUMA TEMBUS PADA MATA

Disusun Oleh :

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA /

RSUP HAJI ADAM MALI

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar ... iii

1. Pendahuluan ... 1

2. Tinjauan Pustaka ... 3

2.1. Definisi ... 3

2.2. Etiologi ... 5

2.3. Epidemiologi ... 5

2.4. Patofisiologi ... 7

2.5. Gejala Klinis ... 8

2.6. Diagnosis ... 10

2.6.1. Anamnesis ... 10

2.6.2. Pemeriksaan Fisik ... 11

2.6.3. Pemeriksaan Penunjang ... 12

2.7. Penatalaksanaan ... 14

2.8. Komplikasi ... 17

2.9. Prognosis ... 18

3. Kesimpulan ... 19

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Aktivitas yang berhubungan dengan terjadinya paparan trauma ... 6

Tabel 2. Anamnesis pada pasien datang dengan keadaan trauma tembus

Pada Mata ... 11

Tabel 3. Tanda dan gejala yang didapatkan dari pemeriksaan fisik... 11

Tabel 4. Pemeriksaan Penunjang pada Trauma Tembus Mata ... 12

Tabel 5. Pemeriksaan Fisik dan Penemuan Radiologis yang dilakukan

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Klarifikasi Trauma Mekanik pada mata menurut BETT ... 3

Gambar 2. Klarifikasi trauma okuli menurut BETT ... 4

Gambar 3. Ilustrasi trauma tembus pada mata ... 4

Gambar 4. Diagram Frekuensi Trauma Berhubungan dengan Gender

dan Aktivitas ... 6

(7)

Trauma Tembus pada Mata

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M. Ked(Oph), Sp. M

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penglihatan adalah salah satu fungsi tubuh yang sangat penting dalam

menjalani kehidupan.Penglihatan dengan kedua bola mata yang lengkap dan utuh

sangat penting dalam pengembangan diri, rasa kemandirian, kualitas hidup serta

keamanan dan kenyamanan seorang individu.Trauma pada mata sering terjadi dan

sebenarnya merupakan penyebab gangguan penglihatan yang dapat dicegah.

Angka kejadian trauma pada mata mencapai 19.8% secara keseluruhan mulai dari

abrasi epitel kornea yang kecil sampai trauma tembus yang lebih berat serta

trauma yang menyebabkan ruptur pada mata.1

Pada kelompok usia anak-anak angka kejadian trauma pada mata

mencapai 8-14% dan biasanya terjadi karena kasus kecelakaan dan mengenai

salah satu mata saja. Sebaliknya, pada orang dewasa sering terjadi akibat kelalaian

atau kesengajaan dengan maksud mencelakai seseorang. Pria lebih sering

mengalami dibandingkan dengan wanita, kira-kira 4:1 dan paling sering pada

kelompok usia dewasa muda. Mekanisme terjadinya trauma termasuk tingkatan

trauma tembus pada mata, klinis perdarahan yang berat pada vitreous dan

keberadaan benda asing intraokular menentukan bagaimana nantinya daya visual

akhir setelah terjadinya trauma tembus pada mata.1

Trauma pada mata secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu trauma

terbuka dan trauma tertutup, akan tetapi mungkin saja menjadi tumpang tindih

saat mengelompokkannya oleh karena agen penyebab atau objek yang

menimbulkan trauma tersebut. Seperti hahiya klasifikasi trauma yang

distandarisasi oleh Birmingham Eye Trauma Terminology membuat deflnisi

merujuk pada keseluruhan bagian mata, bukan pada jaringan yang spesifik maka

yang termasuk di dalam trauma mata terbuka yaitu laserasi yang

selanjutnyadibagi lagi menjadi trauma tembus, perforasi, dan benda asing

(8)

Sedangkan yang termasuk dalam trauma mata tertutup yaitu trauma akibat luka

bakar, kontusio, trauma tumpul dan laserasi lamellar.2,3,4

Insidensi trauma mata terbuka sekitar 3.6-3.8 per 100.000 populasi di

seluruh dunia.Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology System trauma

mata terbuka dapat diklasifikasikan menjadi laserasi dan ruptur akibat trauma

bergantung pada mekanismenya. Pada laserasi, jika terdapat celah masuknya

benda dan menyebabkan adanya jaringan yang keluar dan terjadi pada satu waktu

yang sama dan disebabkan oleh faktor yang sama dikatakan sebagai

double-penetrating globe injury atau perforasi. Namun apabila hanya satu saja tempat

paparan terjadinya luka tanpa adanya bagian mata yang menonjol keluar

didefinisikan sebagai penetrating injury.Terdapat dua puncak angka kejadian,

yang pertama pada kelompok usia dewasa muda dan lainnya pada kelompok

lansia yang di atas 70 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,

mungkin dapat dihubungkan dengan kepribadian atau perilaku pria yang memiliki

karakteristik lebih agresif.5

Trauma mekanik pada mata dapat mengakibatkan gangguan morfologi dan

fungsional mata yang sangat serius.Kebutaan sering digunakan untuk

menggambarkan gangguan visual yang berat dengan fungsi penglihatan yang

tersisa. Menurut WHO International Statistical Classification of Diseases,

Injuries and Causes of Death, penglihatan yang rendah apabila akuisi visual

kurang dari 6/18 tetapi sama atau lebih tinggi dari 3/60 atau hilangnya lapangan

pandang tidak sampai 20° pada mata dengan koreksi yang memungkinkan

menjadi lebih baik. Kebutaan (blindness) didefinisikan sebagai akuisi visual yang

kurang dari 3/60 atau korespondensi hilangnya lapangan pandang kurang dari 10°

pada mata dengan koreksi yang memungkinkan menjadi lebih baik.4

Negrel dan Thylefors melaporkan di seluruh dunia ada sekitar 1.6 juta

orang yang mengalami kebutaan akibat trauma okular, 2.3 juta lainnya dengan

akuisi visual bilateral yang buruk dan 19 juta orang lainnya dengan kebutaan

unilateral atau penglihatan yang buruk. Prevalensi kebutaan akibat trauma secara

nasional belum diketahui secara pasti, namun pada survei kesehatan indera

penglihatan dan pendengaran pada tahun 1993-1996, trauma mata dimasukkan

(9)

sekitar 0,15 % dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%.Menurut

hasil survei morbiditas mata dan kebutaan Departemen Kesehatan tahun 1993,

kebutaan karena trauma tidak termasuk di dalam 10 besar penyakit mata penyebab

kebutaan. Meskipun demikian, keluhan akibat trauma mata mempunyai dampak

yang sama dengan kebutaan lainnya, yaitu turunnya kualitas sumber daya

manusia.6,7

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi

Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud

trauma tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu masuk"

terjadinya luka (injury with an entance wound) yang menembus ke intraokular.

Mekanisme terjadinya trauma tembus pada mata ini adalah trauma terbuka (open

globe)8,9

Trauma tembus menyebabkan gangguan pada lapisan mata terluar tanpa

menganggu kontinuitas anatomi keseluruhan mata, tidak sampai terjadi prolapsus

dari isi bola mata. Namun demikian trauma ini menjadi hal yang sangat serius dan

mengancam fungsi penglihatan yang memakan waktu serta biaya yang mahal dan

prognosis kebanyakan kasus adalah buruk.10,11

Skema berikut ini menjelaskan terminologi yang digunakan untuk

membedakan istilah-istilah trauma pada mata

(10)

Gambar 2. Klarifikasi trauma okuli menurut BETT2

Trauma tembus pada mata merupakan laserasi dengan luka yang tunggal

dengan ketebalan penuh disebabkan objek yang tajam tanpa adanya jaringan yang

keluar (exit wound) sedangkan perforasi akibat trauma terdapat laserasi akibat

trauma yang mengakibatkan keluamya jaringan disebabkan oleh benda yang

sama.2

cornea

Gambar 3. Ilustrasi trauma tembus pada mata.8

Trauma tembus maupun perforasi penting untuk dibedakan. Apabila yang

(11)

di dalam mata, namun apabila yang terjadi adalah perforasi, luka akan berjalan

melewati struktur tersebut. Sebagai contoh, suatu objek yang berhasil melewati

kornea dan tersangkut di segmen anterior melubangi (terjadi perforasi) kornea

tetapi menembus mata. Perforasi menyebabkan gangguan anatomi yang komplit

dari sklera maupun kornea, dan bisa saja berhubungan dengan prolapsus struktur

internal.10,12

2.2. Etiologi

Trauma tembus pada mata merupakan salah satu ancaman bagi

penglihatan dan dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Hal-hal yang

berkaitan dengan kejadian trauma ini antara lain,

 pekerja industri terbanyak pada industri logam

 pekerja pertanian misahiya karena tusukan duri ranting atau dirunduk oleh

hewan seperti sapi seperti yang terjadi di India

 peralatan rumah tangga seperti pisau, gunting, jarum

 olahraga seperti bola kaki, bola basket, baseball, biasanya sering dialami

anak-anak dan dewasa muda. Pada orang yang bepergian dibawah

pengaruh alkohol bisa saja terjadi trauma secara tidak sadar

mengakibatkan kecelakaan

 kelalaian yang mengakibatkan cedera akibat benda tajam seperti pisau,

pecahan kaca

 bencana perang

 penggunaan senjata api 2,9,10,13

Smith, Wrenn, Lawrence (2002) melakukan penelitian dan mendapatkan

hasil dari 372 kasus trauma tembus, 26.1% berkaitan dengan pekerjaan industri,

23.1 % disebabkan kelalaian berakibat cedera, 22.9% terjadi pada anak-anak,

14.9% karena kecelakaan lalu lintas, dan 12% terjadi sehari-hari akibat kelalaian

penggunaan alat rumah tangga.14

2.3. Epidemiologi

Secara umum insiden trauma mata terbuka sebanyak 3.6-3.8 per 100.000

populasi seluruh dunia dimana puncak insidensi ada pada kelompok dewasa

(12)

lainnya menyebutkan angka kejadian trauma tembus berkisar 3.1 dari

100.000orang.70-80 % terjadi pada kaum pria, kecuali pada lansia dan bayi.Bisa

dikatakan perbandingannya 3:1 antara pria dengan wanita, ini dikarenakan

laki-laki lebih sering berhadapan dengan aktivitas beresiko terhadap paparan trauma

okular.Kecenderungan pada anak-anak terutama yang tumbuh dalam keluarga

miskin atau pendidikan rendah atau pengawasan yang buruk lebih sering terpapar

dengan trauma. Dari penelitian yang dilakukan oleh oleh Daza A.B Larque,dkk

pada 92 pasien rawatan open globe trauma (trauma terbuka) di Hospital de

Poniente sebanyak 72% trauma intraokular ini disebabkan oleh trauma

tembus.3,5,9,13

Tabel 1. Aktivitas yang berhubungan dengan terjadinya paparan trauma.6

Activity No. of eyes Percentage SEAsia20 Australia1

Assault 81 9.8 8.8 3.0

Motor Vehicle Accident 65 7.9 13.1 1.9

Sports 62 7.6 3.1 3.3

Falls at home 31 3.7

Work (professional &DIY) 203 24.7 48.1 60

Hammering/chiselling/chainsawing 71

Fencing/farm related 89

Others 44

Chemical 61 7.5 4.7

Fireworks 5 0.7 1.8

Others 313 38.1 20

DIY=do it yourself work.

Work Home Sport MVA Assault Outdoors

Gambar 4. Diagram Frekuensi Trauma berhubungan dengan Gender dan Aktivitas.6

(13)

2.4. Patofisiologi

Keutuhan struktur anatomi mata dapat terganggu karena adanya paparan

benda seperti jarum, stik, pensil, pisau, mata panah, pulpen, kaca maupun benda

tajam lainnya yang menyebabkan perlukaan pada mata atau bisa juga karena

peluru berkecepatan tinggi atau potongan logam.Beratnya trauma bergantung

pada ukuran objek, kecepatan menembus dan kandungan yang terdapat

didalamnya. Benda yang tajam seperti pisau akan mengakibatkan laserasi

sempurna pada mata. Sementara benda yang melayang ditentukan oleh energi

kinetik dalam hal menyebabkan berat ringannya trauma yang dialami penderita.2

Luka bisa saja hanya terkena pada kornea dan tidak sampai menembus

segmen anterior yang mungkin kecil kemungkinan hilang penglihatan namun

dalam proses penyembuhannya akan meninggalkan bekas (skar). Lentikular difus

atau lokalisata terjadi akibat trauma di segmen anterior yang melibatkan kapsul

anterior dari lensa.Terbentuknya traksi pada vitreo-retina dan skar beberapa saat

setelah terjadinya luka di bagian posterior berperan penting terhadap kejadian

lepasnya retina (retinal detachment)?

Enukleasi pada mata bisa diakibatkan oleh infeksi, abses vitreous, sinekia

anterior, katarak dan fractional retinal detachment.Trauma tembus pada salah

satu mata (unilateral) dapat menyebabkan reaksi inflamasi simpatis pada mata

yang tidak terkena trauma kapanpun mulai 2 minggu sampai hitungan tahun

dimana terjadi penyakit autoimun saat pigmen uveal dikeluarkan dan masuk

aliran darah menyebabkan produksi antibodi dan akibatnya terjadi uveitis di

kedua mata baik yang terpapar trauma maupun yang tidak. Faktor resiko akan

terminimalisasi apabila jaringan mata yang terpapar trauma ini dibuang dalam

waktu 2 minggu jika tidak ada lagi bukti untuk menyelamatkan fiingsi

penglihatannya dan jika pada mata yang terpapar trauma ini tetap berlangsung

(14)

2.5. Gejala klinis

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam

bola mata maka akan terlihat tanda-tanda trauma tembus seperti:

- Nyeri

- Tajam penglihatan yang menurun

Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Boo Sup Oum, dkk di Korea

trauma tembus menjadi penyebab teratas terhadap terjadinya penurunan akuisi

visual dilanjutkan berturut-turut dengan IOF, retinal detachment, corneal ulcer,

chemical burn, dan penyebab lainnya

- Defek kehitaman (prolapsus koroid) atau prolapsus vitreous

- Injeksi sklera dan perdarahan subkonjungtiva

- Kebocoran cairan vitreous

- Hyphaema

- Prolapsus iris

- Lensa yang dislokasi, katarak traumatik

- Tekanan bola mata rendah

- Bilik mata dangkal

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Pupil yang tidak sama; berdilatasi dan nonreaktif pada sisi yang terkena

- Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera10,15,16

Gejala yang muncul dari trauma tembus mata dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Efek mekanik langsung

Efek yang segera muncul setelah terjadinya trauma okular yang terlihat

bergantung bagaimana efek mekanik pada struktur yang terlibat.Yang paling

umum ditemukan adalah laserasi di kornea maupun sklera dengan atau tanpa

keterlibatan struktur mata lainnya. Dapat muncul dalam beberapa variasi seperti:

- simple corneal laceration, melibatkan kornea dan tertahan sampai di

limbus, tidak ada keterlibatan iris, lensa maupun vitreous

- stellate corneal laceration

- corneal laceration with iris incarseration, laserasi kornea lebih lanjut

dengan bagian anterior mengalami pendangkalan dengan tertahannya iris

(15)

- corneal laceration with lens involvement, laserasi yang besar pada kornea

disertai prolapsus iris sering melibatkan lensa. Trauma minimal karena

tembakan atau tusukan juga dapat menyebabkan kerusakan pada lensa.

Kerasakan tersebut dapat melibatkan kapsul anterior, korteks, kapsul

posterior dan zonula. Dapat menyebabkan katarak traumatik bergantung

sejauh mana akibat dari trauma yang ditimbulkan

- corneal laceration with vitreous involvement, laserasi yang sudah

melibatkan lensa sering diikuti dengan terganggunya bagian vitreous

- simple corneoscleral laceration, penyembuhan dari jaringan sklera dapat

begitu berbeda dari kornea dan limbus, hal ini dikarenakan tidak terjadi

pembengkakan pada seratnya namun cenderung ada kontraksi akan tetapi

tidak ada lapisan epitel maupun endotel untuk menutup celah sehingga

tujuan untuk pemulihan secara primer tidak terjadi

- posterior scleral laceration

- corneoscleral laceration with tissue loss

- irreparable penetrating injury9

b. Efek kontusio

Kebanyakan kasus trauma tembus pada mata berhubungan dengan efek

kontusio, bervariasi mulai dari abrasi kornea yang sederhana sampai rupturnya

bola mata.Pada beberapa kasus, perubahan bisa saja lamban atau malah

progresif. Untuk itu pasien harus tetap dalam pengawasan untuk beberapa

bulan.9

c. Infeksi

Ada tiga mekanisme terjadinya infeksi:

- Infeksi primer; terjadi bersamaan dengan trauma

- Infeksi sekunder; infeksi ini terjadi sebelum luka pulih/sembuh

- Infeksi yang terjadi lambat; timbul akibat konsolidasi skar yang buruk

khususnya apabila ada fistula9

Infeksi menjadi tantangan besar dalam manajemen trauma tembus oleh

karena bisa mengakibatkan komplikasi di kemudian hari seperti cincin abses

di kornea, iridocyclitis purulen dengan hipopion, skleritis infeksi nekrotik,

endophtalmitis, panopthahnitis, jarang namun bisa saja terjadi yaitu adanya

(16)

d. Iridocyclitis post trauma

Kejadiannya cukup sering, muncul tanda-tanda inflamasi pada pasien

eperti nyeri, mata kemerahan, fotofobia, dan penurunan kemampuan melihat.9

e. Sympathetic Ophtalmitis

Hal ini jarang terjadi, sifatnya bilateral, merupakan suatu granuloma dari

panuveitis yang terjadi setelah pembedahan atau trauma pada uvea salah satu

nata.Onset klinis didahului oleh inflamasi ringan oleh mata yang tidak ada trauma

dan perburukan inflamasi pada mata yang terkena trauma.

Gejala seperti nyeri, fotofobia, lakrimasi dan penglihatan

kabur.Pencegahannya yaitu dengan melakukan enukleasi pada mata yang terpapar

trauma dalam 2 minggu setelah onset trauma. Ini dikerjakan pada mata yang

sudah terpapar trauma sangat berat dan tidak ada lagi potensi untuk

mengembalikan penglihatannya.9

f. Benda asing intraokular yang tertahan

Materi atau partikel yang sering tertahan misalnya potongan besi atau

logam, batu, pecahan, sampai yang jarang seperti duri rerumputan.9

2.6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis suatu trauma tembus pada mata dapat dilakukan

tahapan sebagai berikut, dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.12

2.6.1. Anamnesis

Diagnosis dari trauma mungkin dapat terlihat nyata secara klinis dari

pemeriksaan fisik mata yang biasa dilakukan, akan tetapi tetap diperlukan

anamnesis untuk mencari tahu riwayat berhubungan dengan kejadian trauma

tersebut untuk mengetahui predisposisi bagaimana terjadinya penetrasi pada mata.

Faktor yang perlu ditanyakan seputar objek yang menembus mata antara lain,

materi logam, proyektil berkecepatan tinggi, tubrukan berenergi tinggi pada bola

(17)

Tabel 2. Anamnesis pada pasien datang dengan keadaan trauma tembus pada mata.12

Nature of injury

Concomitant life-threatening injury Time and circumstances of injury

Suspected composition of intraocular foreign body ibrass, copper, iron, vegetable, soil Contamination)

Use of eye protection Prior treatment of injury

Past ocular history

Risk factors fat HIV/hepatits Currency of tetanus propltylaxis Previous surgery

Recent food ingestion

2.6.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik secara umum dan

pemeriksaan ophtalmikus.Sesegera mungkin, pemeriksa dapat menentukan akuisi

visual, yang menjadi prediktor reliabel untuk visual akhir pada mata yang

mengalami trauma dan melakukan pemeriksaan pada pupil untuk mendeteksi

adanya defek pada pupil aferen.Pemeriksaan akuisi visual dan pupil dilakukan

pada kedua mata. Secara khusus akuisi visual awal (kurang dari 20/200), adanya

hyphema, serta pupil dan uvea yang abnormal adalah indikator dari trauma

tembus pada mata yang harus sesegera mungkin mendapat penanganan dan

respon yang cepat oleh tenaga medis.1,12,13

Tabel 3. Tanda dan gejala yang didapatkan dari pemeriksaan fisik.12

Suggestive Diagnostic

Deep eyelid laceration

(18)

Evaluasi awal yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan akuisi visual, lapangan

pandang konfrontasional, pemeriksaan pupil, dan funduskopi mungkin dilakukan

secara eksttim karena ada penekanan yang menyebabkan ekstrusi dari isi bola

mata melalui perlukaan pada sklera maupun kornea. Tanda-tanda penetrasi yang

dapat dilihat yaitu prolapsus uvea, distorsi pupil, katarak, dan perdarahan

vitreous.11

Jika diduga sebagai suatu trauma tembus mata maka sudah seharusnya

dilakukan perlindungan yang aman dan nyaman terhadap mata yang terpapar

trauma dengan pelindung dari plastik yang jernih di sekitar mata (disanggakan ke

dahi dan pipi).Eye patchtidak dianjurkan untuk menghindari tekanan langsung

pada mata. Pasien diberitahu untuk tidak batuk dengan keras dan segera merujuk

ke ophthalmologist untuk penanganan selanjutnya.11

2.6.3. Pemeriksaan Penunjang

Apabila diduga sebagai suatu trauma tembus pada mata maka dapat

dilakukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan antara lain dengan plain radiography, USG dan CT scan yang dapat

memberikan informasi yang adekuat apabila ada benda asing yang tertinggal di

dalam mata.1,5

Tabel 4. Pemeriksaan Penunjang pada Trauma Tembus Mata.12

Useful in many cases (to assess extent of injury and provide needed information for preoperative assessment of patient)

CT scan

Plain-film x-rays igenerally not as useful as CT scans) CBC, differential, platelets

Electrolytes, blood urea nitrogen, creatinine Test for HIV estetue, hepatitis

Useful in selected cases

MRI (especially in cases of suspected organic foreign objects in the eye or orbit; this should Never be used if a metallic foreign object is suspected)

Prothrombin time, partial thromboplastin time, bleeding time Sickle cell

(19)

Tabel 5. Pemeriksaan Fisik dan Penemuan Radiologis yang dilakukan pada 384 kasus trauma tembus pada mata oleh Smith dkk, 2002.14

Injury Positive Total No.

(20)

2.7 Penatalaksanaan

Jika penanganan dengan teknik pembedahan diperlukan, maka waktu

untuk melakukannya sangat penting. Meskipun beberapa studi belum bisa

mencatat beberapa kerugian apabila dilakukan penundaan untuk perbaikan

pada trauma terbuka sampai 36 jam setelah kejadian, intervensi yang ideal

sesegera mungkin dilakukan pada pasien. Perbaikan segera dapat menolong

untuk meminimalisir sejumlah komplikasi termasuk

- nyeri

- prolapsus struktur intraokular

- perdarahan suprakoroidal

- kontaminasimikrobapadajaringan

- proliferasi mikroba ke dalam mata

- migrasi epitel ke dalam jaringan

- inflamasi intraokular

- ketidakmampuan lensa ditembus cahaya12

Hal-hal berikut ini sementara dapat dilakukan selama periode preoperatif:

- Menggunakan pelindung pada mata

- Hindari penggunaan obat topikal atau intervensi lainnya yang membuat

kelopak mata harus dibuka

- Pasien dipuasakan untuk persiapan operasi

Sediakan medikasi yang sesuai untuk sedasi dan kontrol nyeri

- Mulailah pemberian antibiotik IV

- Profilaksis tetanus

- Konsul bagian anestesi12

Trauma berhubungan dengan kontaminasi hal-hal yang kotor dan atau

benda asing intraokular yang tertahan membutuhkan perhatian khusus akan resiko

Bacillus endophtalmitis. Karena organisme ini dapat menghancurkan jaringan

mata dalam 24 jam, terapi antibiotik yang efektif terhadap Bacillus diberikan

intravena maupun intravitreal, biasanya golongan fluoroquinolone (seperti

levofloxacin, moxifloxacin), clindamycin atau vancomycin dapat

dipertimbangkan. Pembedahan untuk perbaikan harus dilakukan sesegera

(21)

Terapi non pembedahan

Beberapa kasus trauma tembus ada yang sangat minimal yang didapatkan

dari pemeriksaan fisik awal dengan tidak ada kerusakan intraokular, prolapsus,

atau perlekatan.Kasus seperti ini mungkin hanya membutuhkan terapi

antibiotik sistemik maupun topikal selama pengawasan ketat.Jika terdapat

kebocoran di jaringan komea, tetapi ruang anterior tetap utuh, klinisi bisa

mencoba untuk menghentikan kebocoran dengan farmakologi menekan

produksi aqueous (misal dengan |3-blocker sistemik atau topikal), penutup

yang dilekatkan ke mata, dan atau suatu kontak lensa terapeutik. Umumnya,

apabila tindakan ini gagal untuk menutup luka dalam 2-3 hari, pembedahan

untuk penutupan dengan jahitan direkomendasikan.12

Pembedahan

Mata dapat bertahan dari terjadinya kerusakan internal yang berat bahkan

dengan luka yang nampaknya kecil.Pada kasus laserasi korneaskleral dengan

prolapsus uvea biasanya membutuhkan pembedahan.Tujuan utamanya adalah

untuk mengembalikan keutuhan dari bola mata. Tujuan sekunder untuk

memenuhi perbaikan primer yaitu mengembalikan penglihatan melalui perbaikan

kerusakan internal dan eksternal mata.12

Apabila prognosis penglihatan mata yang terpajan trauma sangat tidak ada

harapan dan pasien beresiko untuk terjadi simpatetik oftalmia, tindakan enukleasi

dapat dipertimbangkan. Enukleasi primer seharusnya dikerjakan pada trauma

yang benar-benar menghancurkan jaringan mata sehingga untuk mengembalikan

anatominya menjadi sangat tidak mungkin.12

Pada beberapa kasus, penundaan enukleasi dalam beberapa hari memberi

keuntungan lebih daripada enukleasi primer.Penundaan ini (yang tidak boleh

lebih dari 12-14 hari karena bisa mencetuskan simpatetik oftalmia) diikuti dengan

evaluasi fungsi penglihatan postoperatif, konsultasi vitreoretina atau bedah plastik

oftahnia dan stabilisasi kondisi umum pasien. Lebih penting lagi, penundaan

enukleasi mengikuti perbaikan yang gagal dan hilangnya persepsi terhadap

cahaya memberikan pasien waktu untuk mengetahui kehilangan ini dan

pertimbangan untuk melakukan enukleasi dalam keadaan non-emergensi.12

Tindakan anastesi umum hampir selalu perlu untuk perbaikan dari trauma

(22)

meningkatkan tekanan orbita, yang bisa mengakibatkan eksaserbasi atau ekstrusi

dari isi intraokular. Setelah pembedahan selesai, injeksi anestesi periokular dapat

digunakan untuk kontrol nyeri paska operasi.12

Pada penutupan luka segmen anterior, sebaiknya digunakan teknik -teknik

bedah mikro.Laserasi komea diperbaiki dengan jahitan nylon 10-0 untuk

menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau corpus ciliare yang mengalami

inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata

dengan viskoelastik atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis melalui

insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan dari bibir luka. Bila hal ini tidak

dapat dilakukan, bila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam, atau bila jaringan

tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, jaringan yang prolaps haras

dieksisi setinggi bibir luka.12

Sampel untuk kultur diambil bila terdapat kecurigaan adanya superinfeksi

bakteri atau jamur, contohnya yang terjadi (terutama) pada benda asing organik

dan cedera pada pekerja perkebunan. Benda asing logam-berkecepatan tinggi

sendiri biasanya steril.Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan aspirasi dan

irigasi mekanis atau dengan peralatan vitrektomi. Pembentukan kembali bilik

mata depan selama tindakan perbaikan dicapai dengan cairan intraokular

fisiologik, udara atau viskoelastik.12

Luka di sklera ditutup dengan jahitan interrupted menggunakan benang

nonabsorbable 8-0 atau 9-0. Setiap upaya dilakukan untuk mengidentiflkasi dan

menutup perluasan sklera ke posterior. Untuk sementara waktu, otot-otot rektus

mungkin perlu dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah dilakukan.17

Prognosis ablasio retina akibat trauma buruk karena adanya cedera makula,

robekan besar pada retina, dan pembentukan membran fibrovaskular intravitreal

yang terjadi pada trauma tembus. Membran-membran intravitreal tersebut

menghasilkan gaya kontraktil yang cukup besar untuk menimbulkan ablasio

retina.17

Vitrektomi merupakan tindakan terapi yang efektif, tetapi masih

diperdebatkan kapan sebaiknya tindakan ini dilakukan.Vitrektomi dini dengan

antibiotik intravitreal diindikasikan pada endoftalmitis. Pada kasus-kasus

(23)

resikoperdarahan intraoperasi dan memungkinkan terjadinya perlepasan

vitreous posterior sehingga teknik bedah menjadi lebih mudah.17

Bedah vitreoretina pada luka kornea yang besar dapat dilakukan melalui

keratoprostesis Landers-Foulke temporer sebelum melakukan tandur kornea

(corned grafting). Enukleasi maupun eviserasi primer dipertimbangkan hanya

bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata sebelahnya rentan terhadap

oftalmia simpatika bila terjadi trauma tembus mata, terutama bila ada

kerusakan di jaringan uvea walaupun hal ini sangat jarang terjadi.17

2.8 Komplikasi

- nyeri

- prolapsus struktur intraokular

- perdarahan suprakoroidal

- kontaminasi mikroba pada jaringan

- proliferasi mikroba ke dalam mata

- migrasi epitel ke dalam jaringan

- inflamasi intraokular

- ketidakmampuan lensa ditembus cahaya

- hilangnya penglihatan yang ireversibel

- endophtalmitis

- oftahnia simpatik

- ablasio retina

- katarak

- perdarahan di vitreous

- retinal detachment1,8,12,17

Suatu penelitian yang dilakukan Rao Laavanya, dkk dari 166 pasien

sejumlah komplikasi yang dijumpai adalah sebagai berikut:

- 56.7% pasien dengan prolapsus iris

- 21.6% pasien dengan perdarahan vitreous

- 13.5% pasien dengan delayed endophtalmitis

- 12% pasien dengan katarak

- 8.1% pasien dengan benda asing intraocular

(24)

- 5.4% pasien dengan retinal detachment

- 5.4% pasien dengan phthisis bulbi

- 2.7% pasien dengan eviserasi19

Studi lainnya yang dilakukan oleh Christopher A. Girkin, dkk yaitu suatu studi

kohort dari 3.627 pasien yang mengalami trauma tembus mata selama periode

tahun 1988 sampai Januari 2003 di Amerika Serikat, didapatkan 97 orang

mengalami glaukoma sekunder post-traumatik, secara akumulasi angka

kejadiannya 2.67% selama follow-up 6 bulan pada masing-masing subjek.

Peningkatan usia berhubungan dengan perkembangan glaukoma pada pasien

post trauma tembus ini. Selain itu akuisi visual awal yang krang dari 20/200

secara signifikan berhubungan dengan terjadinya glaukoma paska trauma ini,

demikian juga pada pasien yang mempunyai kelainan pada matanya sebelum

terpajan trauma. Kerusakan iris atau lensa, perdarahan vitreous dan inflamasi,

merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya glaukoma paska

trauma ini.19

Gambar 6. Katarak Paska Trauma Tembus mata20

2.9 Prognosis

Trauma tembus pada mata merupakan trauma yang serius dan mengancam

penglihatan, prognosisnya seringkali sangat buruk. Ada beberapa faktor prediktor

berkaitan dengan prognosis yang buruk misalnya akuisi visual yang menurun

bahkan hilang penglihatan, seperti defek pupil aferen, laserasi di kelopak,

(25)

3. Kesimpulan

Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud

trauma tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu masuk"

terjadinya luka (injury with an entance wound) yang menembus ke

intraokular.Trauma tembus menyebabkan gangguan pada lapisan mata terluar

tanpa menganggu kontinuitas anatomi keseluruhan mata, tidak sampai terjadi

prolapsus dari isi bola mata.

Smith, Wrenn, Lawrence (2002) melakukan penelitian dan mendapatkan

hasil dari 372 kasus trauma tembus, 26.1% berkaitan dengan pekerjaan industri,

23.1 % disebabkan kelalaian berakibat cedera, 22.9% terjadi pada anak-anak,

14.9% karena kecelakaan lalu lintas, 12% terjadi sehari-hari akibat kelalaian

penggunaan alat rumah tangga. Secara umum insiden trauma mata terbuka

sebanyak 3.6-3.8 per 100.000 populasi seluruh dunia dimana puncak insidensi ada

pada kelompok dewasa rata-rata di sekitaran usia 30-an tahun, remaja <20 tahun

dan orangtua usia >70. Perbandingan angka kejadian antara pria dengan wanita

3:1.

Tahapan untuk menegakkan diagnosis trauma tembus diawali dengan

anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.Riwayat berhubungan dengan kejadian trauma tersebut untuk

mengetahui predisposisi bagaimana terjadinya penetrasi pada mata, sifat objek,

kecepatan objek, ada atau tidaknya pelindung mata saat trauma terjadi.Evaluasi

awal yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan akuisi visual, lapangan pandang

konfrontasional, pemeriksaan pupil, dan funduskopi.Tanda-tanda penetrasi yang

dapat dilihat misalnya prolapsus uvea, distorsi pupil, katarak, dan perdarahan

vitreous.Pemeriksaan penunjang misalnya dengan CT scan, USG.

Setelah diagnosis dini ditegakkan, dilakukan pencegahan komplikasi

seperti pemberian pelindung mata, antibiotik, antiinflamasi dan juga vaksin

tetanus.Setelah itu pasien dirujuk ke dokter spesialis mata untuk penanganan dan pemeriksaan lanjutan.Tindakan pembedahan segera atau ditunda bergantung

kepada derajat trauma dan pertimbangan lainnya.Prognosis kebanyakan kasus buruk antara lain menurun bahkan hilangnya fungsi penglihatan, komplikasiseperti prolapsus iris, katarak paska trauma, endophtalmitis,

(26)

DAFTARPUSTAKA

1. Havens Shane, Kosoko-Lasaki Omofolasade, Palmer Millicent. 2009.

Penetrating Eye Injury: A Case Study. American Journal of Clinical

Medicine Winter 2009;6(l):42-44,48

Available from: http://www.aapsus.Org/articles/7.pdf [Accesed May 02nd 2014]

2. Sukati VN. 2012. Ocular injuries-a review. The South African

Optometrist 2012;71(2):86,89. Available from:

http://www.saoptometrist.co.za/SUKATI JUN2012.pdf [Accesed May 02nd 2014] http://www.bmi.Sk/2010/l 1106-05.pdf [Accesed May 02nd 2014]

5. Hung Kuo Hsuan, Yang Chang Sue.,et al. 2011. Management of Double- Penetrating Ocular Injury with Retained Intraorbital Metallic Foreign

Body. Journal of The Chinese Medical Association 2011;74:525. Available

from: http://homepage.vghtpe.gov.tw/~jcma/74/11/523.pdf [Accesed May 02nd 2014]

6. Pandita Archana, Merriman Michael. 2012. Ocular Trauma Epidemiology: 10-year Retrospective Study. The New Zealand Medical Journal

2012;125(1348):64. Available

from:http://iournal.nzma.org.nz/iourna

l/l 25-1348/5025/content.pdf [Accesed

May 02nd 2014]

7. Aldy F., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten

Tapanuli Selatan. Available from:

http://repositorv.usu.ac.id/bitstream/123456789/6381/l/10E00180.pdf [Accesed May 3rd 2014].

8. Kuhn Ferenc, Morris Robert.,et al. Terminology of Mechanical Injuries: The Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT). In: Kurun Ferenc. 0050.pdf [Accesed May 3rd 2014]

10.Mattera Connie J. Ocular Trauma, page 13. Available from: https://www.vdh.virginia.gov/OEMS/Files page/svmposium/2010Presenta tions/TRA-4021.pdf [Accesed May 3rd 2014]

11.Briffa Benedict Vella Agius Maria. 2010. Penetrating Eye Injuries at The

Workplace: Case Report and Discussion 2010;22(4):34-35. Available

(27)

12. American Academy of Ophtalmology. 2012. Clinical Aspects of Toxic and Traumatic Injuries of The Anterior Segment. In: American Academy of Ophtalmology. External Disease and Cornea, 373-376

13.Dingwall Douglas. 2010. Synopsis of Causation: Eye Injuries. London: Ministry of Defence,8,12 Available from: http://www.veterans-uk.info/publications/eve injuries.pdf [Accesed May 2nd 2014]

14. Smith David, Wrenn Keith, Stack Lawrence B. 2002. The Epidemiology

and Diagnosis of Penetrating Eye Injuries. Academic Emergency

Medicine 2002;9(3):209,212-213

Availablefrom:http://onlinelibrarv.wilev.eom/doi/l0.1197/aemi .9.3.209/pdf [Accesed May 4th 2014]

15.Ilyas Sidarta, Yulianti R Sri. 2011. Hmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan PenerbitFKUI,274

16.Oum Boo Sup, Lee Jong Soo, Ham Young Sang. 2004. Clinical Features

of Ocular Trauma in Emergency Department. Korean J Ophtalmol

2004;18:75.Availablefrom:http://svnapse.koreamed.org/Svnapse/Data/PDFDat a/0065KJO/kio-18-70.pdf [Accesed May 4th 2014]

17.Riordan- Eva Paul, Whitcher John P. 2010. Vaughan & Asbury:

Oftalmologi Umum edisi ke-17. Jakarta: EGC, 375-376

18.Rao Laavanya G.,et al. 2010. Penetrating Ocular Trauma-Comparison of Visual Outcome, Ocular Survival and Complication in <18 and >18 Yrs.

AIOC 2010 Proceedings,696. Available from:

http://www.aioseducation.org/PDF/AIOS%20Proceedings%202010/TRA LVTrau3.pdf [Accesed May 4th 2014]

19.Girkin Christopher A.,et al. 2005. Glaucoma Following Penetrating Ocular Trauma: A Cohort Study of the United States Eye Injury Registry.

American Journal of Ophtalmology 2005;139(l):101. Available from: http://www.rima.org/web/medline pdf/AmJOphthalmo 100-5.pdf

[Accesed May 4th 2014]

20.Scribbick Frank, Antonio San. 2009. The Pathology of Ocular Trauma.

San Fransisco:ATPO, page 8. Available from: http://www.atpo.org/documents/handouts/atap 1140.pdf

(28)

Gambar

Gambar 1. Klarifikasi trauma mekanik pada mata menurut BETT.8
Gambar 2. Klarifikasi trauma okuli menurut BETT2
Gambar 4. Diagram Frekuensi Trauma berhubungan dengan Gender dan Aktivitas.6
Tabel 3. Tanda dan gejala yang didapatkan dari pemeriksaan fisik.12
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada sebagian besar pusat trauma, trauma tumpul lebih umum daripada trauma tembus, sehingga membuat luka ginjal tumpul sebanyak 9 kali lebih umum daripada cedera

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut5.

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN MANDIBULA PADA KASUS POST TRAUMA MENGGUNAKAN BONE WINDOW DAN 3D PADA ALAT.. CT-SCAN64

Tajam penglihatan akhir pada kasus trauma mata dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain : penyebab trauma, akibat langsung pada jaringan ikat bola mata yang terkena, ada

Trauma  pada organ- organ retroperitoneal sulit dikenali karena daerah ini jauh dari  jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa, dan juga cedera pada daerah ini

Penelitian oleh Gupta et al, melaporkan kasus kista iris akibat trauma tembus lebih sering terjadi pada laki-laki, sama halnya seperti kasus ini.1,3,6,8 Pada pemeriksaan oftalmologis,

15 Buku Ajar Trauma: Sebuah Pendekatan Untuk Memecahkan Kasus Tabel 1.5 Hal yang Perlu Dicari Saat Pemeriksaan Fisik Survei Sekunder Area Pencarian Kepala Laserasi kulit kepala