• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Memahami Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak

N/A
N/A
Fiksionalistis

Academic year: 2024

Membagikan "Buku Memahami Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak "

Copied!
114
0
0

Teks penuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya buku tentang Kejahatan Eksploitasi Seksual Anak ini dapat kami selesaikan. Kejahatan eksploitasi seksual terhadap anak merupakan kejahatan yang sering terjadi di masyarakat kita, baik secara online maupun offline. Penulis berharap dengan hadirnya buku ini dapat menjadi buku referensi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam memahami makna Perlindungan Anak dalam tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak, yang tentunya didukung dengan buku-buku referensi lainnya.

Semoga kekurangan-kekurangan yang ada pada buku ini dapat menjadi motivasi baik bagi tim penulis maupun penulis lainnya, sehingga kedepannya. Eksploitasi seksual terhadap anak merupakan suatu bentuk kejahatan terorganisir yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dan otoritas. Tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak berbeda dengan tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak, baik dari segi kasus maupun penanganannya.

Jumlah korban kejahatan eksploitasi seksual anak sangat tinggi dan kejahatan tersebut dapat menimbulkan trauma yang mendalam, sehingga restitusi dan rehabilitasi dapat dilakukan sebagai bentuk perlindungan terhadap anak korban.

Pendahuluan

Pencegahan dan hukuman jenayah adalah penting, tetapi setiap usaha untuk menamatkan eksploitasi seksual komersil kanak-kanak juga mesti menyedari kepentingan menentang dan mengutuk tingkah laku, kepercayaan dan sikap yang menyokong dan mengecam dakwaan ini.

Pengertian Hak Anak

Pembukaan Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa “anak-anak, karena ketidakdewasaan fisik dan mentalnya, memerlukan perlindungan dan perawatan khusus, termasuk perlindungan hukum yang memadai sebelum dan sesudah kelahiran.”

Prinsip-Prinsip Hak Anak Berdasarkan Konvensi Hak

Pengantar

Konvensi Hak Anak dikatakan memuat hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya; Eddyono, Pengantar Konvensi Hak Anak dalam Seri Bahan Bacaan Kursus Hak Asasi Manusia untuk Pengacara IX, Jakarta: ELSAM, 2007, hal. Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diterapkan kepada setiap anak tanpa adanya pembedaan apapun.

Perlindungan khusus terhadap anak yang menjadi korban kejahatan eksploitasi seksual terhadap anak, Pasal 34 Konvensi Hak Anak mengatur bahwa setiap negara berupaya melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi seksual dan pelecehan seksual. Dalam Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak, kejahatan eksploitasi seksual terhadap anak dimasukkan dalam setiap pasal yang diatur dalam Konvensi ini. Ketidakpatuhan, yaitu negara tidak mengambil tindakan apa pun, baik legislatif, administratif, atau lainnya, yang diwajibkan oleh Konvensi Hak Anak untuk memenuhi hak-hak anak, khususnya yang berkaitan dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak (OPSC) merupakan instrumen yang menetapkan hak dan kewajiban tambahan terhadap Konvensi Hak Anak.

Latar Belakang Protokol Opsional

Program aksi untuk mencegah penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak, disusun oleh Kelompok Kerja.7. Selanjutnya, pada tahun 1990, Komisi Hak Asasi Manusia PBB menunjuk Pelapor Khusus untuk penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak, yang berperan untuk meningkatkan kesadaran akan isu/fenomena ini. Hasil laporan Pelapor Khusus tahun 1994 menghasilkan rekomendasi untuk memperkuat strategi pencegahan negara-negara peserta dan untuk mengidentifikasi akar penyebab perdagangan seks anak, prostitusi anak dan pornografi anak.8.

Perdagangan anak internasional sedang meningkat dan berkembang untuk tujuan penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak serta praktik pariwisata seks yang terus meluas dan berlanjut. Oleh karena itu, protokol opsional ini dibuat.10 Protokol Opsional pada Konvensi Hak Anak tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak telah diratifikasi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 25 Mei 2000 dan mulai berlaku. mulai berlaku pada tanggal 18 Januari 2002. Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak mengenai penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak penting karena protokol ini mendefinisikan tindak pidana “penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak.” pornografi". anak-anak" dan menyerukan kepada semua Negara Pihak untuk mengkriminalisasi pelanggaran-pelanggaran ini dan memastikan bahwa para pelakunya dihukum dengan hukuman yang pantas.

10 Protokol Opsional Konvensi Hak Anak mengenai penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak, hal.

Isi Protokol Opsional

Protokol Opsional memberikan kerangka kerja untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang ini, khususnya dalam penuntutan terhadap pelanggar. Pasal ini penting karena mewajibkan Negara-Negara Pihak untuk menentukan siapa yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan hukum dan menghukum siapa pun yang melanggar Protokol Opsional ini melalui penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak. Protokol Opsional ini memungkinkan negara-negara yang belum menandatangani perjanjian ekstradisi untuk mengirim seseorang kembali (diekstradisi) jika kedua negara telah menandatangani Protokol Opsional ini.

Karena banyak penjahat melakukan kejahatan di negara lain atau melarikan diri ke negara lain, penting bagi setiap negara untuk bekerja sama dan bekerja sama dalam menyelesaikan berbagai kasus. Pemerintah juga harus meningkatkan kesadaran anak-anak dan orang dewasa mengenai isu-isu yang tercantum dalam Protokol Pemilu. Namun, undang-undang nasional kadang-kadang mempunyai solusi yang lebih baik, dalam hal ini Protokol Opsional menghimbau negara-negara untuk selalu mengambil tindakan terbaik bagi anak.

Dalam melakukan hal ini, Protokol Opsional meminta setiap negara untuk menjelaskan (atau melaporkan) langkah-langkah yang telah diambil untuk memenuhi komitmen dan kewajibannya.

Ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam Undang-

Komite Hak Anak terdiri dari 18 ahli hak anak, yang memantau atau melihat bagaimana negara/pemerintah memenuhi kewajiban dan janji yang mereka buat saat meratifikasi Konvensi Hak Anak dan/atau Protokol Opsionalnya.14. Protokol Opsional bertujuan untuk melindungi anak-anak agar tidak menjadi korban tindak pidana di bidang penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak. Protokol ini mengatur upaya pencegahan, pemberantasan, dan penghukuman pelaku tindak pidana perdagangan seks anak, prostitusi anak, dan pornografi anak, baik secara nasional maupun internasional.

Pembuatan, pendistribusian, pendistribusian, impor, ekspor, penyajian, penjualan atau kepemilikan barang untuk tujuan pornografi anak. Mengambil tindakan untuk melakukan penyitaan dan penyitaan terhadap benda, aset, dan barang bukti yang digunakan untuk melakukan tindak pidana serta pencabutan izin, baik yang bersifat sementara maupun tetap, terhadap tempat usaha yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sesuai dengan hukum nasional; mengambil tindakan yang tepat dan efektif untuk melarang produksi dan distribusi materi iklan yang mengandung tindak pidana berdasarkan Protokol ini;

Memperkuat kerja sama internasional untuk mengatasi permasalahan yang lebih dalam, seperti kemiskinan dan ketidakberdayaan, yang mendasari kerentanan anak terhadap perdagangan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak;

Pengertian Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak

Konvensi Hak Anak Protokol Tambahan pada Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, prostitusi anak dan pornografi anak atau. Indonesia saat ini belum memiliki undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai tindak pidana eksploitasi seksual anak. Dalam undang-undang ini, pornografi anak hanya merupakan bagian dari tindak pidana inti yaitu tindak pidana pornografi;

UU Kejahatan Perdagangan Manusia, dimana perdagangan anak untuk tujuan seksual hanyalah bagian dari undang-undang. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian tentang Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Terhadap Anak hanya terdapat pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pada Pasal 76I yang menyatakan bahwa “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melaksanakan, menyuruh melakukan atau turut serta dalam eksploitasi ekonomi dan/atau seksual terhadap anak.” Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa yang dimaksud dengan eksploitasi seksual adalah segala bentuk penggunaan organ seksual atau bagian tubuh lain dari anak untuk memperoleh keuntungan, termasuk namun tidak terbatas pada segala kegiatan prostitusi dan pelecehan seksual.

Setiap orang menyebarkan dan/atau mentransmisikan dan/atau dengan sengaja membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang mempunyai muatan yang melanggar kesusilaan.

Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Eksploitasi Seksual

Permintaan berhubungan seks dengan anak bisa datang dari pelaku eksploitasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Pornografi yang tidak eksplisit secara seksual, namun berisi gambar anak-anak telanjang dan menggairahkan; Pertama, anak-anak mungkin ditipu atau dipaksa melakukan tindakan seksual untuk membuat materi pornografi, atau mungkin gambar-gambar tersebut dibuat dalam rangka eksploitasi seksual terhadap seorang anak tanpa sepengetahuan anak tersebut.

Kedua, orang-orang yang “mengkonsumsi” dan/atau memiliki gambar anak-anak tersebut terus mengeksploitasi anak-anak tersebut. Permintaan mereka terhadap gambar anak-anak menjadi insentif untuk memproduksi materi pornografi; Anak-anak yang menggunakan TI dalam kehidupan sehari-hari juga berisiko mengalami eksploitasi seksual.

Gambar non-pornografi, yaitu gambar anak sungguhan, dapat dibuat menyerupai gambar porno “anak sungguhan”. Keinginan berhubungan seks dengan anak sungguhan tidak bergantung pada apakah gambar anak itu "nyata" atau tidak. Internet telah digunakan oleh para pelaku eksploitasi seksual anak untuk mendapatkan akses terhadap pornografi anak dan anak-anak yang masih hidup.

Penyebaran pornografi anak secara global melalui Internet tanpa adanya payung hukum untuk melindungi anak-anak menciptakan dampak buruk. Tindakan untuk memerangi perdagangan anak harus mengatasi kondisi yang membuat anak-anak rentan dan menghukum pelakunya, bukan korbannya. Guatemala dapat dianggap sebagai negara asal anak-anak tersebut, karena anak-anak ini diperdagangkan ke Meksiko atau Amerika Serikat.

Menjadi negara transit bagi anak-anak dari negara tetangga Amerika Tengah yang diperdagangkan ke Amerika Serikat. Dalam kasus anak-anak, pemberian persetujuan tidak dipertanyakan dan anak-anak selalu menjadi korban perdagangan manusia.21.

Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak dan

Perawatan dan rehabilitasi anak korban eksploitasi seksual komersial merupakan proses yang sangat kompleks dan sulit. Eksploitasi seksual terhadap anak dapat berupa tindakan yang dilakukan pada saat hari libur atau lainnya. Dan pada alinea pertama Pasal 52 juga dijelaskan bahwa untuk tindak pidana pada alinea pertama Pasal 27 yang menyangkut eksploitasi moral atau seksual terhadap anak dikenakan sepertiga pidana pokok.

Dalam Undang-Undang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Manusia dijelaskan pada ayat pertama Pasal 2 bahwa setiap orang yang merekrut, mengangkut, menyembunyikan, mengirim, memindahkan atau menerima seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan. , penculikan, penahanan. pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan yang rentan, perbudakan hutang atau pemberian pembayaran atau keuntungan meskipun telah mendapat persetujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan atas orang lain dengan tujuan untuk mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dipidana. dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak. empat puluh juta) dan paling banyak Rp. Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak. lima puluh juta rupee) atau paling banyak Rp.

Seorang anak yang menjadi korban tindak pidana eksploitasi seksual anak juga mengalami kerugian akibat tindak pidana yang dialaminya. pasal 48, pasal 49 dan pasal 50 undang-undang no. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (KTPP); Perlindungan Hukum Bagi Korban Kriminal Eksploitasi Seksual Anak. struktur otot saraf, serta gangguan mental, sosial dan pekerjaan yang menyertai disabilitas ini.

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Perempuan Di Bawah Umur Di Pengadilan

dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Perempuan di Bawah Umur,

dalam Pasal 26 undang – undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang bahwa persetujuan korban perdagangan orang tidak.. menghilangkan

Tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh korporasi, yaitu dalam Undang-undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, penentuan

Tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh korporasi, yaitu dalam Undang-undang No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, penentuan

21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, telah memberikan jaminan dan kepastian hukum tentang perlindungan hukum bagi korban tindak

75 Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Undang-Undang Republik

Di dalam pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, bahwa: “Eksploitasi adalah tindakan dengan atau