Sebuah wadah dimana mahasiswa baru pertama kali bersentuhan dengan lingkungan dan ekosistem sekolah di Muhammadiyah yang tentunya menjadi pembeda dengan sekolah pada umumnya. Meliputi guru, siswa dan IPM sebagai organisasi eksekutif di sekolah muhammadiyah yang turut menentukan arah masa depan siswa sesuai visi dan misi sekolah dan IPM. Terlepas dari motivasi siswa baru, mata mereka tetap penuh energi dan kecanduan.
Sebagai pintu gerbang utama memasuki kehidupan baru di sekolah Muhammadiyah, Fortasi tentu saja merupakan tahap awal pembentukan kaderisasi jangka panjang dalam organisasi. Apapun asal usul dan latar belakang siswa baru tersebut, ketika mereka menitipkan diri dan orang tuanya pada sekolah muhammadiyah, maka secara tidak langsung mereka menjadi anggota IPM. Oleh karena itu IPM wajib menyambut momen dan musim ini sebagai liburan kader dimana IPM se-Indonesia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam menyambut dan memberikan kesan pertama yang positif dan bermakna kepada setiap mahasiswa baru dengan berbagai paket fortasi konsep, materi, diskusi, permainan, hingga tercapai tahap orkestrasi yang kesemuanya ditujukan untuk memaksimalkan potensi dan ruang aktualisasi diri.
Upaya ini ditunjukkan melalui keseriusan panitia dan moderator yang terdiri dari IPM dan guru. Referensi ini disusun seideal dan seumum mungkin untuk memberikan ruang ijtihad dan kreativitas bagi panitia dan fasilitator dalam terealisasinya program ini, dalam hal ini para Kepala Cabang Madrasah/Madrasah/Lembaga.
PENDAHULUAN
Diharapkan dengan disusunnya panduan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pimpinan IPM khususnya di tingkat cabang. Panduan ini memuat prinsip-prinsip dan pedoman rinci yang membahas teknis pelaksanaannya dan dapat digunakan langsung oleh Komite Fortation dan pimpinan PHT. Hal ini tidak lain karena setiap proses penerapan Fortasi di sekolah menghadapi tantangan teknis yang serupa dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, panduan ini dirancang untuk digunakan sewaktu-waktu, namun juga dilengkapi dengan panduan tahunan untuk menjelaskan tema dan kampanye spesifik yang diangkat setiap tahunnya. Sebagai organisasi yang progresif, IPM harus siap memenuhi kebutuhan Fortation baik secara online, offline, maupun hybrid. Apapun kondisinya, kader IPM harus bersiap agar dapat mengadakan Fortasi yang seru dan menyenangkan agar dapat memberikan kesan yang baik bagi siswa baru di sekolahnya.
Selain itu, Fortasi juga memberikan momentum yang tepat untuk memperkenalkan agenda aksi dan kampanye IPM kepada seluruh mahasiswa Muhammadiyah di Indonesia.
TUJUAN
PESERTA
WAKTU PELAKSANAAN
PANITIA DAN PENGELOLA
MATERI−MATERI
DALAM JARINGAN (DARING)
Tiga model pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran daring, pembelajaran luring dan gabungan keduanya yaitu pembelajaran kombinasi (gabungan daring dan luring). Dalam melaksanakan pembelajaran daring, khususnya Fortasi online, penyelenggara kegiatan tentunya harus mampu memberikan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak mengalami kebosanan dan kebosanan. Tentu saja pembelajaran daring bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan, namun pembelajaran daring saat ini patut menjadi salah satu alternatif ketika terdapat beberapa permasalahan yang mendesak.
LUAR JARINGAN (LURING)
Tanya Jawab : Narasumber menyampaikan materi dengan metode tanya jawab yaitu komunikasi dua arah antara narasumber dan peserta, dimana narasumber memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, yang kemudian dijawab oleh narasumber dan peserta. ' pemahaman tentang pertanyaan itu. Dinamika Kelompok, narasumber menyampaikan materi dengan metode Dinamika Kelompok yaitu dengan mewajibkan peserta membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih agar dapat menerima dan mengikuti materi yang akan disampaikan narasumber. Sosiodrama, narasumber menyampaikan materi dengan metode Sosiodrama yaitu dengan menciptakan situasi dimana seluruh peserta akan memainkan perannya masing-masing sesuai dengan kondisi dan suasana yang diciptakan oleh narasumber, sehingga peserta akan mampu mengambil kesimpulan dan pemahaman akhir dengan lebih baik. tujuan materi tersebut.
Studi kasus, narasumber menyampaikan materi dengan metode studi kasus yaitu dengan melemparkan suatu kasus atau permasalahan kepada peserta yang kemudian akan diteliti dan dipelajari oleh peserta hingga seluruh peserta dapat menyelesaikan hasil penelitiannya dan mengetahui tujuan akhirnya. dari materi. Bentuklah kelompok dan panggillah setiap ketua kelompok untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang disampaikan. Setiap ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan kepada temannya.
Setiap siswa kemudian diberikan selembar kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok. Setelah setiap siswa diberikan bola/soal, biarkan setiap siswa secara bergiliran menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola tersebut.
HYBRID
PENGELOLAAN KEGIATAN
PENGORGANISASIAN
TIM FASILITATOR
PRINSIP FLEKSIBILITAS PELAKSANAAN FORTASI
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) bertujuan membentuk pelajar Islam yang berilmu, berakhlak mulia dan berketrampilan menjunjung dan menjunjung nilai-nilai syiar Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar. Jika ditelusuri jauh, usaha pelajar Muhammadiyah untuk menubuhkan organisasi pelajar Muhammadiyah telah bermula jauh sebelum Persatuan Mahasiswa Muhammadiyah ditubuhkan pada tahun 1961. Pada tahun 1919, Siswo Projo telah ditubuhkan yang merupakan pertubuhan persatuan pelajar Muhammadiyah di Madrasah Mu. 'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Penolakan berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah, terhadap upaya pembentukan wadah atau organisasi mahasiswa Muhammadiyah sebenarnya merupakan cerminan sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada saat gagasan ini pertama kali dicetuskan. Selain itu, penolakan Muhammadiyah terhadap gagasan IPM juga karena adanya anggapan bahwa terdapat kantong-kantong generasi muda Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, yang cukup mengakomodir kepentingan mahasiswa Muhammadiyah. Dengan kegigihan dan kegigihan para aktivis mahasiswa muhammadiyah saat itu dalam membentuk organisasi kader muhammadiyah dikalangan mahasiswa, akhirnya mulai terlihat titik terang dan mulai menunjukkan keberhasilan.
Yakni ketika pada tahun 1958 Musyawarah Pemuda Daerah Muhammadiyah di Garut berupaya melindungi aktivitas santri-santri Muhammadiyah yang berada di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah. Pembahasan mengenai perlunya mendirikan organisasi kemahasiswaan muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Akhirnya tercapai kesepakatan antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Dewan Pendidikan dan Pengajaran mengenai organisasi kemahasiswaan muhammadiyah.
Setelah melalui kajian intensif, tim keberadaan merekomendasikan perubahan nama dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi Ikatan Pemuda Muhammadiyah. Lambang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah perisai segi lima di bagian bawah, merupakan deformasi bentuk pulpen dengan garis besar meruncing di tengah bagian bawah berwarna kuning, diapit dua garis merah dan dua garis hijau bergambar matahari bersinar. sebagai keluarga muhammadiyah yang bagian tengahnya berbentuk lingkaran matahari, gambar kitab dan tulisan al quran surah al-qalam ayat 1 dan tulisan ipm di bawah matahari. Pada dasarnya mahasiswa Muhammadiyah masih sangat sedikit memahami tentang arah gerakan Muhammadiyah yang berlandaskan Al-Islam dan As-Sunnah.
Bahkan, tren yang mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa Muhammadiyah adalah kegagalan dalam memahami sejarah Nabi Muhammad SAW, sejarah peradaban Islam, dan dasar-dasar Islam secara utuh. Pada akhirnya banyak pengikut Muhammad yang berpikir dan terlihat seperti mereka bukan kader atau murid Muhammad. Mahasiswa Muhammadiyah mempunyai pengetahuan dasar memahami apa itu Islam berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta memahami Islam menurut jalan Kaffa.
Mahasiswa muhammadiyah dapat memahami pengertian santri islam berdasarkan syariat islam dan bagaimana mencapai indikator santri islam menurut muhammadiyah. Mahasiswa Muhammadiyah dimotivasi untuk memiliki keyakinan terhadap jati dirinya dan memahami akhlak keislaman yang dianut Muhammadiyah. Dalam FORTASI ini materi Kemuhammadiyahan difokuskan untuk mengenalkan Kemuhammadiyahan, Sejarah, Tujuan, Sasaran, Dasar-Dasar, Usaha Amal Muhammadiyah (AUM) dan Organisasi Otonomi (ortom), serta memotivasi para santri Muhammadiyah untuk bangga berbagi menjadi orang-orang besar. keluarga muhammadiyah.
Ortom adalah organisasi atau badan yang didirikan oleh Persatuan Muhammadiyah, yang diberi hak dan kewajiban melalui kepemimpinan dan pengendalian untuk mengurus rumah tangganya sendiri, pembinaan anggota organisasi Muhammadiyah tertentu atau daerah tertentu guna mencapai maksud dan tujuan. dari Persatuan Muhammadiyah.