Pada konteks ini, Helen Margetts dan Cosmina Dorobantu—peneliti di Oxford Internet Institute (OII)—membantu kita memaknai kembali manfaat hadirnya kecerdasan buatan. Margets dan Dorobantu menegaskan, sejatinya penggunaan aritificial intelligence (AI) dan inovasi digital dalam pemerintahan ditujukan untuk mendorong perbaikan atas pelayanan terhadap warga negara. Pembuat kebijakan sudah seharusnya memanfaatkan data untuk menghadirkan pelayanan publik yang responsif, efisien, dan adil untuk semua (Margetts & Dorobantu, 2019).
Kita perlu melihat inovasi digital pada konteks yang lebih jernih bahwa pada ranah pemerintahan, teknologi seharusnya untuk meningkatkan pelayanan publik.
Jangan sampai inovasi digital hanya berhenti sebagai jargon politik.
Big data adalah kumpulan data yang sangat besar, kompleks, dan akan terus bertambah setiap waktu. Data tersebut diperoleh dari aktivitas internet yang dilakukan, seperti pencarian Google, media sosial, transaksi, dan perangkat lunak IoT. Big data memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu volume, variety, veracity, value, dan Velocity. Volume merupakan ukuran data yang besar, variety merupakan ragam data yang dimiliki, veracity merupakan tingkat akurasi informasi, value merupakan nilai atau makna karena sebuah data, dan Velocity merupakan kecepatan data.
Big data penting karena dapat digunakan untuk pengurangan, pengurangan waktu, pengembangan produk baru, dan penawaran yang dioptimalkan, serta pengambilan keputusan yang cerdas. Big data dapat digabungkan dengan sistem dan perangkat teknologi cerdas seperti IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelligence) untuk memberikan dan menyimpan data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan sebuah produk. Big data juga dapat mendeteksi anomali secara cepat dan tepat, dan merencanakan opsi untuk mengurangi dan mengatasi anomali tersebut dengan lebih cepat.