CRITICAL BOOK REVIEW
“KEPEMIMPINAN”
Dosen Pengampu: Dr.Rosramadhana, M.Si.
Disusun Oleh Kelompok Etnis Simalungun:
Gabriel Josua Saputra Siregar (3232122001) Husniyah Rahmalia (3232422020) Mona Stephanie Girsang (3233122023) Adela Sahfira (3231122003)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Oktober, 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan Karunia yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review (CBR) ini tepat waktu. Adapun tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah Kepemimpinan dengan buku yang saya bahas berjudul “Perkembangan Simalungun Tempoe Doeloe Menafsirkan Kebudayaan Lewat Foto” dan “Sejarah Simalungun Pemerintahan tradisional, kolonialisme, Agama dan adat istiadat ”. Kami berterimakasih kepada ibu dosen pengampu, yang sudah memberikan bimbingannya kepada kami dalam mengerjakan CBR ini.
Kami berharap CBR ini bisa menjadi salah satu referensi bagi para pembaca bila mana hendak membandingkan isi buku ini. Kami juga menyadari bahwa tugas Critical Book Review ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas Critical Book Review ini.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan supaya CBR ini menjadi lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga dapat bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan bagi pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan Terimakasih.
Medan, 9 Oktober 2023
Kelompok Etnis Simalungun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….…….…………..2
DAFTAR ISI………...………….……3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR……….………….………....4
1.2 Tujuan Penulisan CBR………..……..……….4
1.3 Manfaat CBR………..……...….…………...4
1.4 Identitas Buku………....5
BAB II ISI BUKU 2.1 Isi Buku………..………...7
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kelebihan Buku………8
3.2 Kekurangan Buku……….………8
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan……….………11
4.2 Saran……….……….………..11
DAFTAR PUSTAKA………..…………...………….……….12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR
Critical Book Review bukan semata-mata hanya bertujuan untuk mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan analisis) kita mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dan bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu. Sehingga critical book review merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencari kelebihan dan kelemahan buku.
Setiap buku yang dibuat oleh penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Suatu buku dengan kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan kekurangan nya artinya buku ini sudah layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi bagi khalayak ramai. Diharapkan dengan adanya Critical Book Review buku ini, mahasiswa dapat menambah pemahaman tentang materi ini dan mampu berpikir lebih kritis maupun sistematis.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kepemimpinan 2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari sebuah buku.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan cbr dapat membuat penulis menjadi lebih memahami mengenai kepemimpinan etnis Melayu. Tugas ini juga bermanfaat langsung dalam melatih penulis, dalam hal ini saya sendiri sebagai mahasiswa menjadi lebih terasah dalam meringkas isi suatu buku, setelah itu menganalisa demi menemukan kelemahan dan kelebihan dari buku yang telah saya kritikalisasi. Tugas ini juga dapat menjadi rujukan bagaimana menyempurnakan suatu buku yang ada karena didalam tugas ini merupakan suatu rangkuman pembahasan dari ringkasan hingga analisis kelemahan dan kelebihan buku.
1.4 Identitas Buku BUKU UTAMA
IDENTITAS BUKU
Judul : Potret Simalungun Tempoe Doeloe Menafsirkan Kebudayaan Lewat Foto Pengarang : Erond L. Damanik
Bahasa : Bahasa Indonesia Tahun terbit : 2018
Isbn : 978-602-50158-5-4 Halaman :353
BUKU PEMBANDING
IDENTITAS BUKU
Judul : Sejarah Simalungun Pemerintahan tradisional, kolonialisme, Agama dan adat istiadat
Pengarang : Erond L. Damanik Bahasa : Indonesia
Tahun terbit :2019
Isbn : 978-623-7300-00-7 Halaman : XXVi
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
RINGKASAN BUKU UTAMA
Berdasar Staadblads 1881 N0. 31 dan No.216, susunan wilayah Pemerintahan afdeeling Deli dirombak yang terdiri dari 6 Onderafdeeling yakni Medan, Labuhandeli, Serdang, Langkat, Timbanglangkat dan Tamiang. Kedudukan Asisten Residen Sumatera Timur pada saat itu berdasarkan Staadblad 1879 No 205 Dipindahakan dari Bengkalis ke Labuhandeli.
Selanjutnya pada Tahun 1887, ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan ke Medan sejalan dengan faktor ekonomi dan keamanan di daerah yang Baru di buka itu. Penetapan itu tertuang pada Staatsblad 1887 No 21 Dimana Karasidenan Sumatera Timur terdiri dari afdeeling Deli, Afdeeling Batubara, afdeeling Asahan, afdeeling Labuhanbatu dan Afdeeling Bengkalis (Tim Penyusun, 1987)4 Simalungun menjadi bagian Karasidenan Sumatera Timur (Residentie Ooskust van Sumatra) yang beribukota di Medan. Secara Resmi, Simalungun menjadi tanah jajahan Belanda sejak tanggal 16 Oktober 1907. Kenyataan ini sejalan dengan pembuangan Sangma Damanik gelar Sang Naualuh Damanik, Raja Siantar ke Bengkalis Sesuai Besluit Gubernemen No. 1 tanggal 24 April 1906. Raja ini Merupakan penguasa lokal terakhir dari Simalungun termasuk Sumatera Utara yang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pasca pembuangannya ke Bengkalis, berdasarkan Besluit Dewan Kerajaan Siantar tanggal 29 Juli 1907, No. 254 yang diketahui Controleur, akhirnya Siantar menyatakan tunduk (takluk) kepada Pemerintah kolonial Belanda.Desember 1906 serta dicatat pada Staadsblad No 531 dengan Ibukota di Saribudolog. Asisten Residen pertama Afdeeling Simalungun en Karolanden adalah V.J.C. Westenberg.
Pada tahun 1909, Tanah Karo dibentuk menjadi satu onderafdeeling dengan Ibukota di Kabanjahe dan onderafdeeling Simalungun dengan Ibukota di Pematangsiantar. Daerah yang disebut dengan Onderafdeeling ini dikepalai Controleur. Pada tahun 1912, ibukota afdeeling Simalungun dipindahkan dari Saribudolog ke Pematangsiantar berdasarkan Besluit Gubernemen Tertanggal 27 Desember 1913 No. 4. Berdasarkan besluit Gubernemen tanggal 27 Juni 1917 No. 14 dan Staadsblad No. 285, Pematangsiantar dikeluarkan dari afdeeling Simalungun dan Dibentuk menjadi Gemeente (Kotapraja). Untuk melaksanakan Pemerintahan Gemeente Siantar, maka dibentuk Gemeenteraad (Dewan Kota) yang terdiri
dari 9 (sembilan) orang yang terdiri dari 5 Orang Eropa, 3 orang pribumi dan 1 orang Timur Asing (China). Berdasarkan Besluit Gubernemen tanggal 16 Agustus 1915 No. 3, Karasidenan Sumatera Timur terdiri dari 5 afdeeling dan 1 Gemeente. Sebagai catatan bahwa, sejak tanggal 1 Januari 1941 Afdeeling Bengkalis dikeluarkan dari Karasidenan Sumatera Timur Dan digabung ke Keresidenan Riau.seluruh pemimpin Simalungun berupa 7 Raja dan 26 Parbapaan yakni pemimpin di Partuanon (desa induk) disaksikan Controleur I.L.O. Brien Menandatangani Korte Verklaring. Sejak saat itu, seluruh Zeflbestuur landschappen menjadi bagian dari negara jajahan Netherland India. Simalungun dibentuk menjadi afdeeling yang Disebut dengan Afdeeling Simalungun en Karolanden pada tahun 1906.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING
Perubahan lain tampak pada perubahan sistem pemerintahan tradisional. Walaupun masa sebelum dan selama kolonialisme, Sistem monarhi tetap diakui dan dijalankan Belanda, tetapi wibawa, kuasa dan otoritasnya drastis berkurang. Belanda menerapkan Zelfbestuur (swapraja) tetapi cenderung sebagai kepala adat. Cara demikian dilakukan untuk ‘sekedar menyenangkan’ pemerintah swapraja sehingga dengan mudah dapat mengalihkan tanah- tanah untuk keperluan ekspansi perkebunan. Pengakuan terhadap Zelfbestuur berdampak pada pembedaan peradilan antara yang disebut kerapatan dan peradilan (landraad).
Masyarakat yang diadili di kerapatan adalah ‘kawula raja’ yakni inlanders seperti Toba, Simalungun, Jawa, Mandailing, Minangkabau yakni setiap pemukim yang berdomisili di Simalungun.
BAB III PEMBAHASAN 3.1.KELEBIHAN
Kedua Buku ini membahas suatu pembahasan yang sangat rinci dan detail mengenai etnik Simalungun. Pembahasan yang mudah di mengerti dan memiliki konsep pembahasan yang terurut.
Sehingga banyak wawasan yang dapat diketahui oleh mahasiswa dan pembaca.
3.2.KEKURANGAN
Kedua buku ini ada beberapa kata bahasa yang masih sedikit asing terdengar. Banyaknya tulisan yang sedikit membuat mahasiswa kurang tertarik membacanya dikarenakan bosan saat membacanya.
BAB IV PENUTUP 4.1.KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang diberi kuasa untuk memimpin dalam rangka mewujudkan kemajuan negeri dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan dimaksud, pemimpin wajib hukumnya mendahulukan kepentingan masyarakat banyak daripada kepentingan pribadi dan kelompok. Selain itu, pemimpin mesti mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugas dan perannya, cerdas dan berpengetahuan luas, dan berakhlak mulia. Di masa kolonial, sebenarnya banyak tokoh pejuang yang berasal dari Sumatera Utara. Mereka cukup gigih menentang penjajah. Selain Sisimangaraja XII dari Bakkara dan Garamata (Kiras Bangun) dari Karo, di daerah Simalungun ada sosok pejuang yang tak kalah kerasnya melawan penjajah. Dialah Tuan Rondahaim, bernama lengkap Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Tokoh ini menjadi pemimpin masyarakat Simalungun melawan penjajahan Belanda. Perjuangannya bahkan tidak hanya di sekitar Pematang Raya, tetapi juga mencakup Aceh dan Sumatera Timur.
4.2.SARAN
Sebagai salah satu sumber belajar, buku ini sangat menarik untuk dibaca bagi para pelajar terutama untuk orang-orang yang ingin tahu lebih banyak mengenai kebudayaan dan kepemimpinan Simalungun. Didalam buku ini juga dijelaskan dengan detail mengenai Simalungun dalam perspektif antropologi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Naskah diterbitkan
Abendanon. J.H. 2005 Door Duisternis tot Licht: Habis Gelap Terbitlah Terang (Armijn Pane, penerjemah). Jakarta: Balai Pustaka. Adishakti. L.T, 1997 A Study on the Conservation Planning of Yogyakarta Historic-tourist City Based on Urban Space Heritage Conception. Disertasi. Graduate School of Global Enviromental Engineering, Kyoto University, Japan. Anderson. John. 1971 Mission to the Eastcoast of Sumatra in 1823. Kuala Lumpur: Oxford University Press. Barth. Fredrik., 1969 Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: Universitas Indonesia. Press Barned. D. Joh.,1912 50 Jahre Batafmission in Sumatra. Berlin: Verlag von Martin Warneck Basundoro. Purnomo,2009 Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Zaman Kolonial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta:
Ombak. Breman. Jan,1997 Menjinakkan Sang Kuli. Politik Kolonial pada awal Abad ke-20. Jakarta:
Grafiti. Buiskool. Dirk A,2005 Medan Historical Tours and its Surounding. Medan. Trijaya Travel and Agency. 2007 Orang-orang yang membawa kontribusi positif terhadap Sumatera Timur masa 1860-1942. Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional: Tokoh, Pejuang Dan Pahlawan Sumatera Utara, oleh Pussis-Unimed, Medan 10 November.Budiharsono. S.,2001 Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Paramitha.Bintarto. R., dan Hadisumarno. Surastopo, 1982 Metode Analisis Geografi. Jakarta: LP3ES.