Bahwa pada tanggal 8 September 2007, penggugat dan tergugat telah melangsungkan perkawinan yang dicatatkan oleh pencatat perkawinan pada Biro Agama (KUA) Kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow yang dibuktikan dengan kutipan akta perkawinan nomor: 68 /10/IX/2007, tanggal 7 September 2007, diterbitkan oleh KUA Kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow; bahwa setelah akad nikah, penggugat dan tergugat tinggal bersama sebagai suami istri di rumah orang tua penggugat di Desa Pangian Barat, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow, sampai terjadi perceraian antara penggugat dan tergugat; Bahwa dari pernikahan tersebut penggugat dan tergugat dikaruniai seorang anak bernama Marsel Basiru, laki-laki, berusia tiga tahun.
Walaupun keadaan rumah tangga penggugat dan tergugat pada awalnya baik-baik saja dan harmonis, namun sejak terjadi antara penggugat dan tergugat pada hari Jumat tanggal 5 November 2010, sering timbul perselisihan dan pertengkaran yang berujung pada hubungan antara penggugat dan tergugat. . Pada akhirnya, tersangka tidak lagi harmonis; Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat terjadi pada hari Kamis tanggal 11 November 2010, ketika penggugat dan tergugat meninggalkan rumah selama ini tanpa memenuhi kewajiban bersama sebagai suami istri; Bahwa Penggugat prihatin terhadap masa depan anak-anak Penggugat dan Tergugat yang saat ini berada dalam pengasuhan Tergugat, mengingat sikap dan perilaku Tergugat sebagaimana dimaksud pada ayat (5);
Majelis hakim segera menyelidiki dan mengadili perkara ini dengan memanggil penggugat dan tergugat, kemudian mengambil keputusan sebagai berikut. Menimbang bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan penggugat dan tergugat telah hadir di persidangan, dan majelis hakim telah berupaya mendamaikan penggugat dan tergugat agar dapat dipertemukan kembali, baik melalui proses mediasi pada tanggal 13 Desember. , 2010 oleh mediator WAFA, S.H.I.
Rosnani Pasambuna, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Desa Pangian Barat, Kecamatan Passi Timur,
bahwa setelah perkawinan mereka, penggugat dan tergugat tinggal bersama di rumah orang tua penggugat sampai mereka berpisah; Pada saat awal perkawinan antara penggugat dan tergugat rumah tangganya rukun dan bahagia, namun sejak kurang lebih sebulan yang lalu timbul pertengkaran antara penggugat dan tergugat; Bahwa saksi mendengar langsung penggugat dan tergugat bertengkar, yang pada saat itu saksi mendengar teriakan penggugat;
Bahwa saksi tidak mengetahui penyebab terjadinya perkelahian antara penggugat dan tergugat, karena saksi tiba-tiba mendengar teriakan penggugat dan pada saat saksi hendak menuju rumah penggugat tiba-tiba listrik padam sehingga saksi tidak pergi ke rumah penggugat; Bahwa setelah kejadian malam itu, saksi tidak pernah melihat tergugat pulang menemui penggugat, dan sejak saat itu penggugat dan tergugat telah tinggal terpisah selama 1 (satu) bulan; Bahwa sepengetahuan saksi di rumah itu ada empat orang, yaitu penggugat, anak penggugat dari suami terdahulu, dan orang tua penggugat;
Bahwa sepengetahuan Saksi, baik orang tua Penggugat maupun anak Penggugat dari suami pertamanya beragama Nasrani, dan di rumah tersebut hanya Penggugat yang beragama Islam; Itek Mokoginta, 59 tahun, beragama Islam, bekerja sebagai petani, tinggal di Desa Pangian Barat, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang.
Itek Mokoginta, umur 59 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani, bertempat tinggal di Desa Pangian Barat, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang
sebab sepengetahuan saksi di rumah itu ada empat orang, yaitu penggugat, anak penggugat, dan orang tua penggugat; sebab sepengetahuan saksi baik orang tua penggugat maupun anak penggugat beragama Nasrani dan hanya penggugat yang beragama Islam di rumah tersebut; Bahwa penggugat dan tergugat saat itu menyatakan tidak akan mengusulkan lagi dan meminta keputusan;
Oleh karena perkara ini merupakan perkara perceraian, maka perlu dibuktikan terlebih dahulu adanya hubungan hukum antara penggugat dan tergugat sebagai suami istri yang sah yang diikat oleh perkawinan yang sah; Bahwa dibuktikan dengan bukti P.1 bahwa penggugat dan tergugat adalah suami istri yang sah, perkawinan mereka dilangsungkan di Bilalang, Kecamatan Passi, Kabupaten Bolaang Mongondow pada hari Sabtu, tanggal 8 September 2007; Menimbang bahwa saksi penggugat, Rosnani Pasambuna, memberikan kesaksian di bawah sumpah di persidangan bahwa rumah tangga penggugat dan tergugat sudah tidak harmonis lagi karena penggugat dan tergugat berselisih paham dan bertengkar, yang pada akhirnya mengakibatkan mereka tinggal terpisah sudah kurang lebih 1 bulan. ;
Mengingat saksi penggugat Itek Mokoginta menjelaskan di bawah sumpah di persidangan bahwa rumah tangga penggugat dan tergugat sudah tidak harmonis lagi karena sering bertengkar dan kini tergugat dan penggugat sudah tinggal terpisah selama kurang lebih 1 (satu) tahun. bulan; Terjadi perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat, selain karena tergugat kadang-kadang mabuk, tergugat juga berkata kasar kepada penggugat karena tergugat cemburu pada penggugat yang sedang mempermainkan pria lain; Mengingat meskipun dalil penggugat bahwa tergugat suka berjudi dan lalai, namun salah satu penyebab terjadinya beberapa perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat, tidak terbukti, maka alasan-alasan yang dikemukakan dalam perkara perceraian tidak bersifat kumulatif seluruh alasannya. Hal yang dikemukakan penggugat itu harus dibuktikan, tetapi bersifat alternatif, sehingga walaupun ada sebab-sebab yang tidak terbukti, hal itu tidak menghalangi majelis pengadilan untuk mempertimbangkan gugatan cerai yang diajukan penggugat, karena dalam perceraian itu ada sebab-sebab lain. tuntutan yang telah terbukti; .
Bahwa sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat sudah cukup jelas dan kedua saksi penggugat yang sama-sama merupakan tetangga dekat penggugat sebagai orang dekat kedua belah pihak juga telah didengar keterangannya dalam persidangan. dalam hal ini, ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam hal ini telah dipenuhi oleh penyidikan kasus ini. Pasal 22, par. Mengingat berdasarkan keadaan-keadaan tersebut di atas, maka majelis hakim berpendapat bahwa perkawinan antara penggugat dan tergugat benar-benar telah putus, maka perkawinan mereka tidak dapat lagi mencapai tujuan perkawinan, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. kekeluargaan, penuh cinta dan kasih sayang, saling mencintai. , sakinah, mawaddah dan rahmah, sebagaimana disyaratkan maksud Pasal 1 UU No. Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi penggugat Rosnani Pasambuna yang diperkuat oleh penggugat dan tergugat.
Bahwa berdasarkan gugatan penggugat dan pengakuan tergugat terbukti dari perkawinan penggugat dan tergugat dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Marsel Basiru berusia 3 tahun yang kini bersama tergugat. ; Mengingat, berdasarkan Pasal 42 ayat. (2) dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002, agama penggugat dan anak tergugat adalah Islam; Mengingat selama ini anak-anak penggugat dan tergugat telah bersama-sama dengan tergugat, dan selama ini tidak terjadi sesuatupun yang merugikan tumbuh kembang anak, baik jasmani, rohani, rohani, maupun sosial. Sehingga majelis hakim menilai anak penggugat dan tergugat yang kini berada dalam pengasuhan tergugat merasa aman, nyaman dan bahagia, sehingga kekhawatiran penggugat sebagaimana dikemukakan penggugat dalam persidangannya tidak menjadi kenyataan. terbukti, mengapa tuntutan penggugat mengenai hadhanah terhadap anak bernama Marsel Basiru, usia 3 tahun, harus ditolak;
Hakim berpendapat bahawa telah berlaku tarik-menarik antara plaintif dan defendan mengenai hak penjagaan kanak-kanak itu, sehingga dianggap perlu untuk mewujudkan hak penjagaan kanak-kanak itu bagi menjamin kedudukan kanak-kanak itu bagi penerusan kehidupan yang baik. kehidupan untuk kanak-kanak itu; Memandangkan Majlis Kehakiman berpendapat bahawa daripada peruntukan-peruntukan yang tersebut di atas, dapatlah dirumuskan bahawa pertimbangan yang paling penting dalam masalah Hadhanah ialah kemaslahatan dan kepentingan kanak-kanak di bawah bidang kuasa yang disebutkan tadi. Dalam perkara ini, Majlis Kehakiman membincangkan isu-isu berkaitan yang berkaitan dengan masalah tersebut seperti yang dibincangkan sebelum ini. Selepas itu, Majlis Hakim memutuskan, demi kepentingan kanak-kanak itu, bahawa anak plaintif dan defendan, bernama MARSEL BASIRU, berada di bawah penjagaan/nafkah defendan. (RIDWAN BASIRU Bin ASWAD BASIRU).
Agung Republik Indonesi
Sedangkan termohon sebelum menikah adalah seorang mualaf dan berstatus perawan, sedangkan pemohon berstatus lajang. Setelah menikah, Pemohon dan Tergugat tinggal di Jalan Kamboja Gg. Pada sidang yang diputuskan, pemohon dan tergugat hadir dalam persidangan, oleh karena itu hakim berupaya mendamaikan pemohon dan tergugat melalui proses mediasi dengan mediator Drs.H. Mediator melaporkan hasil mediasi kepada Ketua Majelis Hakim pada tanggal 3 Desember 2018, bahwa mediasi antara pemohon dan tergugat tidak mencapai kesepakatan damai, sehingga penyidikan kasus ini dilanjutkan;
Yang diketahui saksi, sejak Pemohon kembali ke agamanya semula, akhirnya Pemohon mengajukan gugatan cerai kepada Termohon karena Pemohon dan Termohon sudah tidak seiman lagi dan akhirnya Pemohon dan Termohon bercerai; Bahwa saksi telah berupaya untuk berdamai, namun tidak berhasil karena tergugat kembali ke agama asalnya dan pemohon serta tergugat tidak lagi seagama; bahwa pemohon dan tergugat masih tinggal serumah namun mempunyai tempat tidur terpisah dimana pemohon tidur bersama anaknya, namun saksi tidak mengetahui sejak kapan pemohon dan tergugat terpisah tempat tidur;
Sedangkan upaya keluarga Pemohon untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon dilakukan sebelum Termohon berpindah agama, namun tidak berhasil, hal ini dikarenakan Termohon kembali ke agama asalnya dan Pemohon dan Termohon tidak lagi seagama. ; Sebagaimana anak Pemohon dan Termohon diasuh dan diasuh oleh Pemohon dan ibu Pemohon pada siang hari, karena Termohon bekerja; Bahwa Pemohon dan Termohon berupaya berdamai melalui proses mediasi dengan menyepakati pemilihan mediator, Dr.
Mengingat majelis hakim dalam persidangan juga berupaya mendamaikan pemohon dengan tergugat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (1). Menimbang bahwa meskipun tidak ada keberatan atas keabsahan perkawinan antara pemohon dan termohon, namun karena fungsi akta perkawinan adalah Probationiscausa sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Dalam Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta perkawinan, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam hal ini akta perkawinan tetap diperlukan sebagai alat bukti; Menimbang bahwa berdasarkan bukti P.1 yang telah memenuhi syarat formil dan substantif surat bukti yang menyatakan pemohon dan tergugat adalah suami istri dan tidak pernah bercerai, maka majelis hakim berpendapat demikian selama sebagaimana adanya hubungan hukum antara pemohon dan tergugat, maka pemohon telah dapat membuktikan dalil-dalil permohonannya, oleh karena itu majelis hakim akan mempertimbangkan permohonan izin cerai yang diajukan pemohon;
Menimbang bahwa saksi pertama Pemohon bernama Saksi I menerangkan bahwa Pemohon dan Tergugat telah berpisah sejak dua bulan yang lalu karena Tergugat telah kembali memeluk agama Kristen Protestan dan Pemohon kini mengajukan cerai karena tidak lagi seagama dengan Tergugat. saksi mengetahui bahwa terdakwa kembali memeluk agama Kristen Protestan sebulan yang lalu dari pengakuan terdakwa dan keterangan pemohon; Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, majelis hakim berkesimpulan bahwa perkawinan antara pemohon dan tergugat telah putus (nikah putus) dan tidak lagi sesuai dengan tujuan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal dan alinea di atas, dimana hal. Mengingat hal tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa perkawinan pemohon dan tergugat dinyatakan batal karena fasakh.
Menimbang karena tidak adanya kesepakatan antara pemohon dan termohon mengenai tunjangan anak, maka majelis hakim akan mempertimbangkannya; Menimbang bahwa walaupun anak Pemohon dan Termohon berada dalam pengasuhan Pemohon sebagai pemegang hadiah, sedangkan anak Pemohon dan Termohon saat ini telah berusia 7 bulan dan anak tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan jasmaninya sendiri dan masih memerlukan ASI, maka Majelis Hakim memperkenankan ibu menyusui anak Pemohon bersama Termohon di tempat anak tersebut berada, diasuh oleh Pemohon, dan sedangkan Termohon tidak boleh memberikan makanan atau minuman yang diharamkan dalam ajaran Islam;