• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DALAM TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT "

Copied!
154
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Kelalaian Medis

Sebagai badan hukum, rumah sakit juga wajib mematuhi peraturan hukum mengenai pelaksanaan intervensi medis. Tanggung jawab pidana atas kelalaian intervensi medis di rumah sakit juga harus diperiksa secara komprehensif dalam tatanan hukum rumah sakit.

Perbuatan Melawan Hukum

Kelalaian sebagai salah satu bentuk pelanggaran hukum dalam rumusan kriminalisasi memerlukan penjabaran lebih lanjut jika rumusan kelalaian tersebut benar-benar dirumuskan dalam rumusan kriminalisasi25. 27 Roslan saleh, Sifat Melanggar Hukum Tindak Pidana, Edisi Kedua, 1962, Penerbit Jajasan Gadjahmada Jogjakarta, hal.

Tindakan Medis di Rumah Sakit

Berdasarkan definisi tersebut, maka prosedur medis di rumah sakit merupakan hal utama dalam isi kontrak pelayanan medis. Hal ini juga dapat mempengaruhi gambaran identifikasi kelalaian medis yang terjadi pada saat tindakan medis di rumah sakit.

Pertanggungjawaban Pidana

Rumah Sakit Tertutup, yaitu rumah sakit tempat bekerjanya tenaga kesehatan (khususnya tenaga medis) yang telah diberi izin oleh rumah sakit, izin tersebut dicatat dalam suatu kontrak (admission contract); Rumah sakit tertutup mutlak, yaitu rumah sakit yang hanya mempekerjakan tenaga kesehatan yang telah mengadakan kontrak kerja dengan rumah sakit tersebut.

KARAKTERISTIK PERBUATAN KELALAIAN

Hubungan Hukum Antara Pasien dengan Rumah Sakit

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa tugas rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara utuh. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit telah menjelaskan hubungan antara tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) dan rumah sakit pada Pasal 46 yang menyatakan.

Tanggung Jawab Dokter dan Tenaga Kesehatan Lainnya dalam

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum atas segala kerugian yang diderita akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.” Beban tanggung jawab ini timbul dari hak dan kewajiban antara dokter dan tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis terhadap pasien di rumah sakit. Dokter dan tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis terhadap pasien di rumah sakit wajib mengikuti standar pelayanan di rumah sakit tempat dokter dan tenaga kesehatan tersebut bekerja.

Jika dikaitkan dengan profesi dokter dalam tindakan medis di rumah sakit, maka timbul pertanyaan apakah unsur kesalahan dapat diterapkan pada tindakan yang dilakukan dokter. Tenaga kesehatan, termasuk dokter, diintegrasikan ke dalam rumah sakit untuk memberikan layanan medis. Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan dokter di rumah sakit pada prinsipnya karena adanya hubungan kerja berdasarkan kontrak.

Apabila dokter terbukti lalai dalam melakukan tindakan medis di rumah sakit (yang mengakibatkan pasien mengalami luka berat) dan tidak mempunyai surat izin praktik, maka dokter tersebut dapat diancam dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76. (pertemuan atau persetujuan). UU Praktek Kedokteran dan Pasal 360 juncto Pasal 361 KUHP. Membuktikan sifat ilegal dan bentuk-bentuk kesalahan prosedur medis di rumah sakit. Prosedur baku pelayanan rumah sakit di tempat dokter menjalankan profesinya atau pada saat melakukan tindakan medis.

Pembuatan MM (Memorandum of Understanding)/Memorandum Kesepahaman antara penegak hukum (Polri, Kejaksaan) dengan organisasi profesi (IDI), organisasi pelayanan kesehatan (PERSI) dan pemangku kepentingan di bidang kesehatan (Kemenkes), agar terjadi sinergi antara tingkat pusat. pejabat daerah di bidang penegakan hukum terhadap tindak pidana kelalaian medis yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya selama menjalankan profesinya di rumah sakit.

Standart Ukur Perawatan Medis yang Baik di Rumah Sakit

KESALAHAN SEBAGAI DASAR

Kedudukan Pemilik, Pihak Manajemen dan Pelaksana Tindakan

Dalam paragraf 1, dirumuskan “Pengelola rumah sakit haruslah tenaga medis yang mempunyai keterampilan dan keahlian di bidang rumah sakit”. Oleh karena itu, dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dokter yang berstatus pegawai (karyawan) dan dokter tamu (kontraktor mandiri).106. Dokter yang merupakan bagian dari staf rumah sakit apabila melaksanakan atau melaksanakan tugasnya di rumah sakit wajib mentaati perintah rumah sakit.

Selain itu, mereka juga melaksanakan tugasnya di rumah sakit atas nama rumah sakit.107. Apabila terjadi kesalahan profesi yang dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan pada saat melaksanakan tindakan medis/operasi di rumah sakit, maka tanggung jawab pidana tidak serta merta menjadi tanggung jawab pemilik, pengelola rumah sakit, atau pengurusnya. Hal ini berdasarkan Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa “Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum atas segala kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit”.

Pasal 8 menyatakan bahwa rumah sakit wajib berupaya mencapai tujuan keselamatan pasien, antara lain untuk mencapai hal-hal sebagai berikut: Khusus bagi perusahaan atau badan hukum, rumah sakit juga dapat dituntut sebagai pelaku tindak pidana berdasarkan ketentuan Pasal 80 ayat. 2, dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Pembuktian Sifat Melawan Hukum dan Bentuk Kesalahan

Dalam hukum pidana, pelanggaran hukum ini disebut pelanggaran hukum diam-diam. Pada umumnya para ahli hukum pidana menerima bahwa sifat melawan hukum yang dinyatakan secara tegas dalam suatu tindak pidana harus dibuktikan oleh penuntut umum. Sifat melawan hukum yang tidak disebutkan secara tegas dalam rumusan tindak pidana tidak perlu dibuktikan oleh penuntut umum.

Sedangkan dalam ajaran haram formil, sifat haram tidak selalu merupakan unsur tindak pidana. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai uraian pasal mengenai “pelanggaran diam-diam” sebagai bagian dari tindak pidana. Untuk menetapkan adanya kelalaian sebagai sifat melawan hukum yang merupakan unsur pidana, sebagaimana dalam rumusan Pasal 359 dan 360 KUHP, harus dibuktikan unsur-unsur sebagai berikut:131 1.

Oleh karena itu, acuan untuk menentukan apakah kelalaian dokter dalam melaksanakan tindakan medis itu melanggar hukum adalah dengan membandingkannya dengan kelalaian yang dilakukan oleh rekan-rekannya dalam suasana dan kondisi yang sama ketika melakukan tindakan medis di rumah sakit. Persyaratan siapa yang menerima pelayanan kesehatan dalam rangka pengobatan medis menjadi pertimbangan penting dalam menilai keabsahan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter.

Alasan Pembenar dan Alasan Pemaaf dalam Pembuktian Unsur

Harus diuji terlebih dahulu apakah ada korelasi antara tindakan ilegal yang dilakukan dokter dalam tindakan kelalaian medis dengan alasan pembenaran atau justifikasinya. Persetujuan tindakan medis juga menjadi pembenaran bagi dokter bedah ketika mengoperasi pasien. Terlebih lagi, jika dalam operasi ternyata ahli bedah tersebut melakukan penyimpangan dari standar profesi kedokteran dan standar prosedur operasional, maka persetujuan tindakan medis tersebut tidak dapat menjadi pembenaran atau penyangkalan terhadap sifat melawan hukum sebagaimana tercantum dalam rumusan pidana. pelanggaran. pelanggaran pasal 359 dan 360 apabila pasien menderita luka berat/kematian.

Dari yurisprudensi tersebut terlihat adanya alasan untuk menghilangkan sanksi pidana terhadap tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter, yaitu alasan untuk menghapuskan sanksi pidana yang berada di luar undang-undang. Dari yurisprudensi di atas dapat diketahui bahwa seorang dokter yang melakukan tindakan kedokteran dalam menjalankan profesinya sesungguhnya harus berlandaskan pengetahuan dan pengalamannya serta terikat pada standar profesi dan standar operasional prosedur di rumah sakit. Tanggung jawab pidana dalam hal kelalaian medik ditiadakan apabila terdapat alasan eksklusif berupa alasan pembenaran atau alasan pembenaran.

Alasan pencabutan pidana abolisionis dalam perkara lalai berobat bukan sebagaimana diatur dalam pasal KUHP, melainkan berdasarkan hukum perkara yang timbul dari putusan hakim dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal-hal yang menjadi pembenarnya adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar profesi medis dan standar operasional prosedur, tindakan medis tersebut berdasarkan kontrak/informed consent yang sah.

PENUTUP

Kesimpulan

Kelalaian medis merupakan suatu bentuk kelalaian yang diakibatkan oleh akibat yang dilarang secara pidana dalam Pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Ciri-ciri perbuatan kelalaian medik dalam intervensi medik di rumah sakit tidak lepas dari beberapa unsur, yaitu perbuatan tersebut melanggar hukum, akibat perbuatan itu dapat dibayangkan, akibat perbuatan itu sebenarnya dapat dihindari, perbuatan itu dapat dihindari. disalahkan karena Anda pelakunya sebenarnya bisa saja membayangkannya dan bisa saja menghindarinya. Ketika membuktikan suatu kejahatan medis, tidak hanya akibat yang penting, tetapi juga penyebabnya.

Ancaman pasal 359 KUHP dapat dikenakan kepada seseorang apabila memenuhi unsur-unsur yaitu kelalaian pelaku, adanya bentuk perbuatan tertentu, meninggalnya orang lain, dan adanya sebab akibat. hubungan antara bentuk perbuatan yang dilakukan pelaku dengan akibat matinya orang lain. Bukti adanya unsur kelalaian dalam pasal ini adalah penulis sama sekali tidak memikirkan akibat dari perbuatannya yang sebenarnya dapat mengarah pada hal-hal yang dilarang oleh undang-undang dan penulis mengira bahwa suatu akibat mungkin timbul, tetapi berasumsi bahwa akibat itu tidak akan terjadi. Bukti adanya unsur kecerobohan adalah perbandingan perbuatan yang dilakukan oleh orang satu kelompok dengan penulis dalam permasalahan yang sama, yaitu perbandingan sikap internal penulis dengan sikap internal orang satu kelompok dalam permasalahan yang sama. permasalahan yang sama dan didalamnya situasi dan kondisi yang sama atau perbandingan sesuatu – perbuatan yang dilakukan atas dasar sikap batin pelaku dan sikap batin orang yang lebih pintar yang satu golongan dengan pelaku.

Alasan kaum abolisionis membatalkan pidana dalam perkara kelalaian medik bukan sebagaimana diatur dalam KUHP, melainkan berdasarkan doktrin para ahli hukum dan yurisprudensi yang bersumber dari putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan alasan pemaafan adalah pertolongan hidup dalam keadaan darurat/Orang Samaria yang baik hati, kelalaian yang disebabkan oleh kelalaian pasien/penyumbang, merupakan suatu resiko tindakan medik yang tidak dapat diramalkan dan dihindari.

Saran

Perbaikan/Revisi Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, khususnya Pasal 50 huruf (a), memperjelas bentuk perlindungan hukum bagi dokter berupa alasan pembenaran (excusable ground) dan alasan pembenaran (exclpatory ground) bagi dokter yang bertindak sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur. Perbaikan/Revisi Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, khususnya huruf (f) ayat 1 pasal 30, memperjelas bentuk perlindungan hukum terhadap rumah sakit berupa alasan yang dapat dimaafkan dan remisi bagi rumah sakit yang memberikan pelayanan medik sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, sehingga sehingga dapat membatalkan tanggung jawab hukum rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46. Indar, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit dalam Pelayanan Kesehatan: Perspektif Hukum Kesehatan di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Amanagappa, Vol.

Rammelink, Jan, Hukum Pidana: Penjelasan Mengenai Pasal-pasal Terpenting KUHP Belanda dan Setara-nya dalam Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003. KUHP/UU - UU No. 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3850). 135 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 755/Menkes/Per/IV/ Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komisi Kesehatan di Rumah Sakit.

Rumah Sakit : Instansi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara lengkap, menyelenggarakan pelayanan 24 jam, rawat jalan, dan gawat darurat. Riwayat Penugasan di Kepolisian Republik Indonesia Sebagai Anggota Polisi Satgas Evakuasi Medis Polres Nangroe Aceh Darussalam, Kabid Medis Polsek Biddokkes dan Anggota Polisi BKO Reserse Kriminal Polda Bali, Kapolri RS Bhayangkara Akpol Semarang, Kepala RS Bhayangkara Bondowoso, Kepala RS Bhayangkara Polda Sulawesi Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, rumah sakit membutuhkan unit rekam medis yang salah satu fungsinya untuk mencatat seluruh informasi medis pasien selama di rumah sakit yang