• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Krisis terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

N/A
N/A
Junizar Shadam

Academic year: 2024

Membagikan " Dampak Krisis terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EKSPLORASI MENDALAM TENTANG DAMPAK KRISIS TERHADAP INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas kuliah Mata Kuliah: Boy Man, S.T., M.T

Dosen Pengampu : Boy Man, S.T.,M.T

Disusun Oleh :

Mariska Anggraini (23416226201020) [email protected]

TI23H

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN 2023

(2)

Abstrak

Krisis ekonomi dapat berdampak signifikan terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi, memicu resesi, pengangguran, dan kemiskinan. Makalah ini meneliti dampak krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi secara komprehensif, menguraikan berbagai aspek yang terpengaruh, mulai dari tingkat negara hingga industri individual. Berdasarkan analisis mendalam teori ekonomi, bukti empiris, dan studi kasus, makalah ini mengidentifikasi mekanisme transmisi krisis, faktor-faktor yang memperburuk dampak krisis, dan strategi mitigasi untuk meminimalkan konsekuensi negatif.

Kata Kunci: Krisis Ekonomi, Investasi, Pertumbuhan Ekonomi, Mekanisme Transmisi, Faktor Penghambat, Strategi Mitigasi

Abstract

Economic crises can have a significant impact on investment and economic growth, triggering recession, unemployment and poverty. This paper examines the impact of crises on investment and economic growth comprehensively, outlining the various aspects affected, from the country level to individual industries. Based on an in-depth analysis of economic theory, empirical evidence, and case studies, the paper identifies crisis transmission mechanisms, factors that exacerbate crisis impacts, and mitigation strategies to minimize negative consequences.

Keywords: Economic Crisis, Investment, Economic Growth, Transmission Mechanism, Deterring Factors, Mitigation Strategies

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Krisis Terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi” tepat pada waktunya. Dalam dunia ekonomi, Krisis ekonomi telah menjadi tantangan yang serius bagi berbagai negara di seluruh dunia. Dampaknya yang luas tidak hanya memengaruhi sektor keuangan, tetapi juga berdampak pada investasi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Krisis ekonomi telah terjadi berkali-kali dalam sejarah, dengan berbagai bentuk dan tingkat keparahan. Beberapa contoh krisis ekonomi yang terkenal termasuk Krisis Depresi Besar pada tahun 1930-an, Krisis Keuangan Asia pada tahun 1997-1998, dan Krisis Keuangan Global pada tahun 2008-2009.

Setiap krisis memiliki karakteristik dan dampak yang unik, namun secara umum, krisis ekonomi dapat menyebabkan penurunan investasi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan bahkan resesi.

Dalam makalah ini, kami akan mengeksplorasi secara mendalam dampak krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatifnya.

Melalui analisis yang cermat, kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini.

Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Boy Man, S.T., M.T selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca sekalian. saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Karawang, 27 April 2024

Mariska Anggraini

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 7

BAB II ... 8

PEMBAHASAN ... 8

2.1 Dampak Krisis Terhadap Investasi ... 8

2.1.1 Analisis Teori ... 8

A. Teori Siklus Bisnis ... 8

B. Teori Portofolio ... 8

C. Teori Expectations... 9

D. Teori AgencyE. Kesimpulan ... 9

Kesimpulan ... 9

2.2 Dampak Krisis Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.2.1 Analisis Teori ... 12

A. Teori Siklus Bisnis ... 12

B. Teori Keynesian ... 12

C. Teori Supply-side ... 12

D. Teori Sektorial... 13

E. Teori Ketergantungan Luar Negeri ... 13

Kesimpulan ... 13

2.3 Mekanisme Transmisi Krisis ... 13

2.3.1. Analisis Teori ... 14

A. Teori Keuangan Internasional ... 15

(5)

B . Teori Perdagangan Internasional ... 15

C. Teori Siklus Bisnis ... 15

D. Teori Ketergantungan Ekonomi ... 15

E. Teori Perilaku Konsumen dan Produsen ... 15

F. Teori Kebijakan Makroekonomi ... 15

Kesimpulan ... 15

2.4 Faktor-faktor yang Memperburuk Dampak Krisis ... 15

2.5 Strategi Mitigasi untuk Meminimalkan Konsekuensi Krisis ... 17

BAB III ... 19

PENUTUP ... 19

KESIMPULAN ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Investasi merupakan salah satu pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi. Ketika investor merasa yakin dengan stabilitas ekonomi dan prospek masa depan, mereka akan lebih berani untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi, dan inovasi.

Namun, krisis ekonomi dapat mengganggu kepercayaan investor dan menghambat aktivitas investasi. Hal ini dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang yang masih memiliki tingkat stabilitas ekonomi yang rendah. Krisis ekonomi telah menjadi kejadian yang umum terjadi di berbagai belahan dunia. Mulai dari krisis keuangan hingga krisis politik, dampaknya terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikan.

Krisis ekonomi tidak hanya menyebabkan ketidakstabilan di pasar keuangan, tetapi juga berdampak pada sektor riil ekonomi, mengakibatkan penurunan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Dalam makalah ini, kami akan membahas secara rinci tentang dampak krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatifnya.

1.1 Latar Belakang

Dampak krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat diamati di berbagai negara dan periode waktu. Misalnya, krisis keuangan global pada tahun 2008 menyebabkan kontraksi ekonomi yang signifikan di banyak negara di seluruh dunia. Investasi dan pertumbuhan ekonomi terpengaruh secara langsung oleh ketidakpastian pasar dan penurunan kepercayaan investor. Selain itu, krisis ekonomi juga dapat memicu ketidakstabilan politik yang lebih lanjut, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

• Apa saja dampak krisis terhadap investasi di berbagai sektor ekonomi?

• Bagaimana krisis memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara?

• Apa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi?

(7)

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1. Menganalisis dampak krisis terhadap investasi di berbagai sektor ekonomi.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selama krisis.

3. Menyajikan strategi dan kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif krisis terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi.

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dampak Krisis Terhadap Investasi

Krisis ekonomi dapat berdampak negatif terhadap investasi melalui berbagai mekanisme:

Ketidakpastian ekonomi: Krisis memicu ketidakpastian dan risiko yang tinggi bagi investor, sehingga mereka cenderung menunda atau membatalkan rencana investasi.

Penurunan permintaan: Krisis menyebabkan penurunan permintaan agregat, yang dapat menurunkan profitabilitas perusahaan dan berdampak negatif pada insentif investasi.

Pengetatan kredit: Krisis keuangan dapat menyebabkan pengetatan kredit, sehingga investor dan perusahaan mengalami kesulitan dalam memperoleh pembiayaan untuk investasi.

Penurunan nilai aset: Krisis dapat menyebabkan penurunan nilai aset, seperti saham dan properti, yang dapat mengurangi kekayaan investor dan menurunkan insentif investasi.

2.1.1 Analisis Teori

Dalam analisis teori mengenai dampak krisis terhadap investasi, terdapat beberapa teori dan konsep ekonomi yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini.

Berikut adalah beberapa teori yang relevan:

A. Teori Siklus Bisnis

Teori siklus bisnis menyatakan bahwa aktivitas ekonomi mengalami fluktuasi periodik, dengan periode pertumbuhan yang diikuti oleh periode kontraksi. Krisis ekonomi sering kali merupakan bagian dari siklus bisnis yang terjadi ketika ekonomi mencapai puncaknya dan kemudian mengalami penurunan tajam. Dalam konteks investasi, teori siklus bisnis menjelaskan bagaimana investor bereaksi terhadap perubahan kondisi ekonomi yang terkait dengan fase siklus bisnis.

Ketika ekonomi berada dalam fase ekspansi, investor cenderung meningkatkan investasi mereka karena prospek pertumbuhan yang kuat. Namun, saat ekonomi mulai melambat atau mengalami kontraksi, investor menjadi lebih hati-hati dan mungkin menahan atau mengurangi investasi mereka karena ketidakpastian yang meningkat dan ekspektasi terhadap hasil yang buruk. Oleh karena itu, teori siklus bisnis memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana investasi dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi selama krisis.

B. Teori Portofolio

Teori portofolio mempertimbangkan bagaimana investor memilih alokasi aset mereka untuk mencapai tujuan investasi tertentu, seperti maksimisasi keuntungan atau diversifikasi risiko.

Dalam konteks krisis ekonomi, teori portofolio menjelaskan bagaimana investor merespons risiko dan ketidakpastian yang meningkat.

(9)

Selama krisis ekonomi, investor cenderung mencari aset yang dianggap lebih aman atau memiliki tingkat risiko yang lebih rendah, seperti obligasi pemerintah atau logam mulia. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan investasi dalam aset berisiko, seperti saham atau aset berbasis pasar modal lainnya. Selain itu, investor mungkin juga mengalokasikan lebih banyak aset ke dalam diversifikasi portofolio mereka untuk mengurangi risiko keseluruhan.

C. Teori Expectations

Teori expectations, atau teori harapan, mempertimbangkan bagaimana harapan dan ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi masa depan mempengaruhi keputusan investasi mereka saat ini. Selama krisis ekonomi, ekspektasi investor terhadap hasil investasi, stabilitas pasar, dan kebijakan ekonomi dapat berubah secara drastis.

Jika investor memperkirakan bahwa kondisi ekonomi akan memburuk atau krisis akan berlanjut, mereka mungkin akan menahan atau mengurangi investasi mereka sebagai langkah pengamanan.

Sebaliknya, jika investor memperkirakan bahwa kebijakan pemulihan atau faktor lainnya akan membantu memulihkan ekonomi, mereka mungkin akan tetap atau bahkan meningkatkan investasi mereka untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di masa depan.

D. Teori Agency

Teori agency mempertimbangkan hubungan antara pemilik modal dan agen yang mengelola dan mengelola investasi mereka. Selama krisis ekonomi, teori agency menggarisbawahi pentingnya insentif dan pengawasan yang tepat terhadap agen investasi untuk memastikan bahwa kepentingan pemilik modal dijaga dengan baik.

Krisis ekonomi dapat meningkatkan risiko perilaku agen yang tidak menguntungkan, seperti perilaku moral hazard atau konflik kepentingan. Oleh karena itu, teori agency menekankan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan yang ketat terhadap agen investasi selama periode krisis untuk mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkannya terhadap investasi.

Kesimpulan

Analisis teori di atas memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana krisis ekonomi dapat memengaruhi keputusan investasi. Dengan memahami kerangka kerja teoritis ini, kita dapat lebih baik memahami dinamika di balik perilaku investor selama krisis dan mengidentifikasi langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi.

2.2 Dampak Krisis Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Krisis ekonomi dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, memicu resesi, pengangguran, dan kemiskinan. Dampak ini dapat dirasakan di berbagai sektor, mulai dari industri

(10)

makro hingga individu. Berikut adalah beberapa dampak utama krisis terhadap pertumbuhan ekonomi:

Penurunan Investasi

Krisis ekonomi dapat menyebabkan penurunan investasi yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

Ketidakpastian ekonomi: Krisis memicu ketidakpastian dan risiko yang tinggi bagi investor, sehingga mereka cenderung menunda atau membatalkan rencana investasi.

Penurunan permintaan: Krisis menyebabkan penurunan permintaan agregat, yang dapat menurunkan profitabilitas perusahaan dan berdampak negatif pada insentif investasi.

Pengetatan kredit: Krisis keuangan dapat menyebabkan pengetatan kredit, sehingga investor dan perusahaan mengalami kesulitan dalam memperoleh pembiayaan untuk investasi.

Penurunan nilai aset: Krisis dapat menyebabkan penurunan nilai aset, seperti saham dan properti, yang dapat mengurangi kekayaan investor dan menurunkan insentif investasi.

Penurunan investasi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Hal ini karena investasi merupakan salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Penurunan Konsumsi

Krisis ekonomi juga dapat menyebabkan penurunan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh:

Penurunan pendapatan: Krisis dapat menyebabkan pengangguran dan penurunan pendapatan rumah tangga.

Penurunan kepercayaan: Konsumen mungkin menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja saat krisis, karena mereka merasa tidak yakin dengan masa depan ekonomi.

Penurunan harga aset: Penurunan nilai aset, seperti saham dan properti, dapat mengurangi kekayaan rumah tangga dan menurunkan kemampuan mereka untuk berbelanja.

Penurunan konsumsi dapat memperburuk dampak krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi merupakan salah satu komponen utama pengeluaran agregat.

Penurunan Produktivitas

Krisis ekonomi juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

Penurunan modal: Krisis dapat menyebabkan penurunan investasi dalam modal fisik dan manusia, yang dapat menurunkan produktivitas.

(11)

Gangguan rantai pasokan: Krisis dapat mengganggu rantai pasokan, sehingga produksi barang dan jasa menjadi terhambat.

Penurunan moral: Krisis dapat menurunkan moral para pekerja, yang dapat berdampak negatif pada produktivitas.

Penurunan produktivitas dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, karena produktivitas merupakan salah satu faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi.

Penurunan Perdagangan Internasional

Krisis ekonomi juga dapat menyebabkan penurunan perdagangan internasional. Hal ini disebabkan oleh:

Penurunan permintaan global: Krisis dapat menyebabkan penurunan permintaan global untuk barang dan jasa, sehingga ekspor negara-negara yang terkena krisis mengalami penurunan.

Pelemahan mata uang: Krisis dapat menyebabkan pelemahan mata uang negara-negara yang terkena krisis, sehingga impor menjadi lebih mahal dan perdagangan internasional menjadi terhambat.

Meningkatnya proteksionisme: Krisis dapat mendorong negara-negara untuk menerapkan kebijakan proteksionisme, seperti tarif dan kuota impor, yang dapat further menghambat perdagangan internasional.

Penurunan perdagangan internasional dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, karena perdagangan internasional merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting.

Meningkatnya Pengangguran

Krisis ekonomi dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Hal ini disebabkan oleh:

Penurunan aktivitas ekonomi: Krisis menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi, sehingga perusahaan-perusahaan terpaksa merumahkan pekerjanya.

Penurunan investasi: Penurunan investasi, seperti yang dijelaskan di atas, dapat menyebabkan berkurangnya peluang kerja baru.

Penurunan permintaan: Penurunan permintaan untuk barang dan jasa dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan mengurangi produksi, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja berkurang.

Pengangguran dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, karena pengangguran berarti berkurangnya sumber daya manusia yang produktif dalam perekonomian.

Meningkatnya Kemiskinan

(12)

Krisis ekonomi juga dapat menyebabkan peningkatan kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh:

Penurunan pendapatan: Krisis dapat menyebabkan penurunan pendapatan rumah tangga, terutama bagi kelompok miskin dan rentan.

Penurunan akses ke layanan dasar: Krisis dapat menyebabkan penurunan akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih, yang dapat memperparah kemiskinan.

Meningkatnya biaya hidup: Krisis dapat menyebabkan meningkatnya biaya hidup, seperti harga makanan dan bahan bakar, yang dapat memperberat beban rumah tangga miskin.

Kemiskinan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, karena kemiskinan berarti berkurangnya sumber daya manusia yang produktif dan pasar bagi produk dan jasa.

2.2.1 Analisis Teori

Analisis teori mengenai dampak krisis terhadap pertumbuhan ekonomi mencakup berbagai konsep dan teori ekonomi yang relevan. Berikut adalah beberapa teori yang dapat membantu dalam memahami fenomena ini secara lebih mendalam:

A. Teori Siklus Bisnis

Teori siklus bisnis menyatakan bahwa ekonomi mengalami fluktuasi periodik antara periode ekspansi dan kontraksi. Dalam konteks krisis ekonomi, teori ini menjelaskan bagaimana fase kontraksi siklus bisnis dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Selama krisis, aktivitas ekonomi menurun secara signifikan, yang mengakibatkan penurunan output, peningkatan pengangguran, dan berbagai masalah lainnya yang menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

B. Teori Keynesian

Teori Keynesian menekankan pentingnya intervensi pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter. Selama krisis, pemerintah dapat mengadopsi kebijakan pengeluaran publik yang meningkatkan belanja infrastruktur, subsidi, dan program stimulus lainnya untuk mendorong permintaan agregat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank sentral juga dapat menggunakan kebijakan moneter untuk merangsang aktivitas ekonomi dengan menurunkan suku bunga dan melonggarkan kebijakan kredit.

C. Teori Supply-side

Teori supply-side menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung penawaran agregat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Selama krisis, kebijakan supply-side dapat difokuskan pada peningkatan produktivitas, investasi dalam teknologi dan inovasi, deregulasi pasar tenaga kerja, dan reformasi struktural lainnya untuk merangsang pertumbuhan jangka panjang. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

(13)

D. Teori Sektorial

Teori sektorial mempertimbangkan dampak krisis ekonomi pada berbagai sektor ekonomi.

Beberapa sektor mungkin lebih rentan terhadap krisis daripada yang lain, tergantung pada struktur industri, ketergantungan ekspor, dan faktor-faktor lainnya. Selama krisis, sektor-s ektor yang terkait dengan konsumsi diskresioner dan investasi mungkin mengalami penurunan yang lebih tajam, sementara sektor-sektor yang terkait dengan barang-barang kebutuhan pokok atau layanan esensial mungkin lebih stabil.

E. Teori Ketergantungan Luar Negeri

Teori ketergantungan luar negeri mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi di satu negara dapat berdampak pada negara-negara lain melalui saluran perdagangan, investasi asing, dan hubungan keuangan internasional lainnya. Selama krisis ekonomi global, negara-negara yang sangat tergantung pada ekspor atau modal asing mungkin mengalami dampak yang lebih besar dari krisis tersebut melalui penurunan permintaan ekspor dan penarikan modal.

Kesimpulan

Analisis teori di atas memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana krisis ekonomi dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan memahami kerangka kerja teoritis ini, kita dapat mengidentifikasi kebijakan yang tepat dan strategi yang diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif krisis terhadap pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi jangka panjang.

2.3 Mekanisme Transmisi Krisis

Krisis ekonomi bagaikan gelombang besar yang menerjang, membawa dampak destruktif ke berbagai sektor. Memahami mekanisme transmisi krisis, bagaikan memahami peta gelombang, membantu kita menavigasi badai ekonomi dan meminimalisir kerusakan.

Mekanisme transmisi krisis menjelaskan bagaimana krisis, yang berawal dari satu titik, menyebar dan memengaruhi berbagai aspek ekonomi. Krisis bagaikan virus yang menginfeksi sistem ekonomi, menyebar melalui berbagai jalur, dan memicu berbagai efek domino.

Berikut beberapa jalur utama transmisi krisis:

Saluran Keuangan:

Pengetatan Kredit: Krisis keuangan dapat menyebabkan pengetatan kredit, di mana bank menjadi lebih enggan untuk meminjamkan uang kepada individu dan perusahaan. Hal ini dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Penurunan Nilai Aset: Krisis dapat menyebabkan penurunan nilai aset seperti saham, obligasi, dan properti. Hal ini dapat mengurangi kekayaan investor dan perusahaan, dan memperburuk efek krisis.

(14)

Gagal Bayar: Krisis dapat memicu gagal bayar utang, di mana individu, perusahaan, atau pemerintah tidak mampu membayar utang mereka. Hal ini dapat menyebabkan krisis keuangan yang lebih parah dan mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Saluran Real:

Penurunan Permintaan: Krisis dapat menyebabkan penurunan permintaan agregat, di mana konsumen dan perusahaan membeli lebih sedikit barang dan jasa. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi dan pengangguran.

Penurunan Penawaran: Krisis dapat menyebabkan penurunan penawaran barang dan jasa, misalnya karena gangguan rantai pasokan atau kerusakan infrastruktur. Hal ini dapat menyebabkan inflasi dan stagflasi (inflasi tinggi dengan pertumbuhan ekonomi rendah).

Ketidakpastian Ekonomi: Krisis dapat memicu ketidakpastian ekonomi yang tinggi, di mana individu dan perusahaan tidak yakin tentang masa depan ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan penundaan investasi dan konsumsi, dan memperburuk efek krisis.

Saluran Ekspektasi:

Ekspektasi Negatif: Krisis dapat memicu ekspektasi negatif di kalangan investor dan pelaku ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan penundaan investasi dan konsumsi, dan memperburuk efek krisis.

Kepercayaan Diri Rendah: Krisis dapat menyebabkan kepercayaan diri rendah di kalangan pelaku ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengambil keputusan yang lebih konservatif, seperti menabung lebih banyak dan berinvestasi lebih sedikit, dan memperburuk efek krisis.

Pesimisme: Krisis dapat memicu pesimisme di masyarakat, di mana mereka merasa bahwa masa depan ekonomi akan buruk. Hal ini dapat menyebabkan mereka menunda pembelian barang dan jasa, dan memperburuk efek krisis.

Mekanisme transmisi krisis ini saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Krisis yang dimulai di satu sektor, seperti sektor keuangan, dapat dengan cepat menyebar ke sektor lain melalui berbagai jalur ini, dan menyebabkan dampak yang luas pada ekonomi secara keseluruhan.

Memahami mekanisme transmisi krisis sangat penting bagi pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi. Dengan memahami bagaimana krisis menyebar, mereka dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk meminimalisir dampak krisis dan mempercepat pemulihan ekonomi.

2.3.1. Analisis Teori

Analisis teori mengenai mekanisme transmisi krisis mencakup pemahaman tentang bagaimana krisis ekonomi menyebar melalui berbagai saluran dan mempengaruhi berbagai aspek ekonomi dan kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa teori yang relevan dalam menjelaskan mekanisme transmisi krisis:

(15)

A. Teori Keuangan Internasional: Teori keuangan internasional mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi dapat menyebar melalui saluran keuangan internasional, seperti pasar valuta asing, perdagangan ekspor-impor, dan arus modal. Ketika terjadi krisis di suatu negara, tekanan pada nilai tukar mata uang, keluarnya modal, dan penurunan investasi asing dapat menyebar ke negara-negara lain melalui interkoneksi pasar keuangan global.

B. Teori Perdagangan Internasional: Teori perdagangan internasional mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi dapat mempengaruhi perdagangan internasional dan ekspor- impor antar negara. Penurunan permintaan global, penurunan harga komoditas, dan peningkatan tarif atau hambatan perdagangan lainnya dapat menjadi saluran transmisi krisis yang signifikan antara negara-negara.

C. Teori Siklus Bisnis: Teori siklus bisnis menjelaskan bagaimana krisis ekonomi dapat menyebar melalui perubahan dalam aktivitas ekonomi dan sentimen bisnis. Penurunan investasi, kontraksi output, dan peningkatan pengangguran dalam satu negara dapat memicu spiral penurunan ekonomi yang dapat menyebar melalui koneksi perdagangan dan keuangan internasional.

D. Teori Ketergantungan Ekonomi: Teori ketergantungan ekonomi mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi di satu negara dapat memengaruhi negara-negara lain melalui hubungan ekonomi yang bergantung, seperti ketergantungan pada komoditas tertentu, rantai pasokan global, atau interkoneksi sektor ekonomi tertentu.

E. Teori Perilaku Konsumen dan Produsen: Teori perilaku konsumen dan produsen mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan produsen, yang selanjutnya dapat memperkuat atau memperburuk dampak krisis.

Penurunan pendapatan, ketidakpastian ekonomi, dan perubahan preferensi konsumen dapat menyebabkan penurunan konsumsi dan investasi, yang kemudian dapat menyebar melalui ekonomi secara keseluruhan.

F. Teori Kebijakan Makroekonomi: Teori kebijakan makroekonomi mempertimbangkan bagaimana kebijakan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi penyebaran dan dampak krisis ekonomi. Respons pemerintah dan bank sentral terhadap krisis, seperti penurunan suku bunga, stimulus fiskal, atau kebijakan pelonggaran kuantitatif, dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan dampak krisis dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Kesimpulan: Analisis teori mengenai mekanisme transmisi krisis membantu memahami bagaimana krisis ekonomi menyebar melalui berbagai saluran dan mempengaruhi berbagai aspek ekonomi dan kehidupan masyarakat. Dengan pemahaman yang mendalam tentang teori ini, kita dapat mengidentifikasi langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk merespons krisis dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap ekonomi dan masyarakat.

2.4 Faktor-faktor yang Memperburuk Dampak Krisis

Krisis ekonomi bagaikan badai yang menerjang, membawa konsekuensi negatif bagi berbagai sektor. Dampak krisis dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, beberapa di antaranya dapat memperburuk situasi. Berikut beberapa faktor yang dapat memperburuk dampak krisis ekonomi:

(16)

1. Sistem Keuangan yang Lemah:

Sistem keuangan yang lemah dan tidak stabil lebih rentan terhadap krisis dan dapat memperkuat transmisinya ke sektor riil. Hal ini dapat terjadi karena:

Regulasi dan Pengawasan yang Lemah: Kurangnya regulasi dan pengawasan yang kuat terhadap sektor keuangan dapat meningkatkan risiko terjadinya krisis.

Tingginya Leverage: Tingginya tingkat leverage (utang) di sektor keuangan dapat memperburuk dampak krisis ketika terjadi gagal bayar.

Kurangnya Diversifikasi: Kurangnya diversifikasi dalam portofolio investasi sektor keuangan dapat meningkatkan risiko kerugian ketika terjadi krisis.

2. Tingginya Tingkat Utang:

Tingginya tingkat utang di sektor swasta dan publik dapat memperparah dampak krisis karena:

Risiko Gagal Bayar: Tingginya tingkat utang meningkatkan risiko gagal bayar, baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Hal ini dapat memicu krisis keuangan yang lebih parah.

Beban Utang yang Besar: Beban utang yang besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena perusahaan dan pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk pembayaran utang daripada untuk investasi dan konsumsi.

3. Kekurangan Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja:

Pasar tenaga kerja yang kaku dapat menghambat penyesuaian ekonomi dan memperpanjang dampak krisis karena:

Upah Minimum yang Kaku: Upah minimum yang kaku dapat menghambat perusahaan untuk menyesuaikan gaji dengan kondisi ekonomi yang berubah, sehingga dapat menyebabkan pengangguran yang lebih tinggi.

Ketentuan PHK yang Ketat: Ketentuan PHK yang ketat dapat membuat perusahaan enggan untuk memberhentikan karyawan, meskipun kondisi ekonomi sedang buruk. Hal ini dapat memperburuk kinerja keuangan perusahaan dan memperpanjang dampak krisis.

4. Lemahnya Kebijakan Ekonomi:

Kebijakan ekonomi yang tidak tepat atau terlambat dapat memperburuk dampak krisis dan menghambat pemulihan ekonomi karena:

Kebijakan Fiskal yang Pro-Siklus: Kebijakan fiskal yang pro-siklus, yaitu kebijakan yang memperkuat siklus ekonomi, dapat memperburuk dampak krisis dan menghambat pemulihan ekonomi.

Kebijakan Moneter yang Terlalu Ketat: Kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperpanjang dampak krisis.

Kurangnya Koordinasi Kebijakan: Kurangnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter dapat membuat kebijakan ekonomi menjadi tidak efektif dalam mengatasi krisis.

(17)

5. Lemahnya Jaring Pengaman Sosial:

Jaring pengaman sosial yang lemah dapat memperburuk dampak krisis bagi kelompok yang paling rentan karena:

Kurangnya Akses ke Bantuan Sosial: Kurangnya akses ke bantuan sosial seperti tunjangan pengangguran dan program jaminan sosial dapat membuat kelompok miskin dan rentan semakin terpuruk dalam kemiskinan selama krisis.

Kualitas Layanan Sosial yang Rendah: Kualitas layanan sosial yang rendah, seperti layanan kesehatan dan pendidikan, dapat memperparah dampak krisis bagi kelompok yang paling rentan.

2.5 Strategi Mitigasi untuk Meminimalkan Konsekuensi Krisis

Strategi mitigasi untuk meminimalkan konsekuensi dari krisis ekonomi dapat melibatkan berbagai langkah kebijakan dan tindakan yang ditujukan untuk meredakan dampak negatif dan mempercepat pemulihan ekonomi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan:

1. Kebijakan Moneter dan Fiskal Stimulatif:

o Bank sentral dapat menggunakan kebijakan moneter untuk menurunkan suku bunga guna merangsang investasi dan konsumsi.

o Pemerintah dapat menerapkan kebijakan fiskal ekspansif, seperti stimulus anggaran, pemotongan pajak, atau subsidi, untuk meningkatkan belanja publik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

2. Proteksi Sosial dan Jaring Pengaman Sosial:

o Memperkuat program perlindungan sosial, seperti tunjangan pengangguran, bantuan pendapatan, dan bantuan makanan, untuk membantu individu yang terkena dampak pengangguran atau penurunan pendapatan.

o Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi.

3. Deregulasi dan Stimulasi Investasi:

o Mempercepat proses perizinan dan mengurangi hambatan birokratis untuk memfasilitasi investasi swasta dan penciptaan lapangan kerja.

o Mendorong investasi dalam infrastruktur, riset dan pengembangan, serta sektor- sektor yang berpotensi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

4. Perlindungan Sistem Keuangan:

o Memastikan stabilitas sistem keuangan melalui pemantauan yang ketat terhadap institusi keuangan sistemik dan penerapan regulasi yang memadai.

o Memberikan dukungan likuiditas dan insentif bagi sektor keuangan untuk meminimalkan risiko krisis keuangan yang lebih besar.

5. Stimulasi Konsumsi dan Permintaan Domestik:

o Mendorong konsumsi domestik melalui program insentif, promosi, dan diskon untuk memulihkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan permintaan domestik.

(18)

o Menggalakkan wisata domestik, industri kreatif, dan sektor-sektor lain yang dapat memberikan dorongan pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

6. Kolaborasi Internasional:

o Berkoordinasi dengan negara-negara lain dan lembaga internasional untuk menghadapi krisis secara bersama-sama, baik melalui pertukaran informasi, kerja sama dalam menyusun kebijakan, atau bantuan finansial.

o Memperkuat kerja sama regional untuk memperkuat integrasi ekonomi dan meminimalkan dampak krisis lintas batas.

7. Reformasi Struktural:

o Melakukan reformasi struktural jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan mengurangi kerentanan terhadap krisis di masa mendatang, seperti reformasi pasar tenaga kerja, pendidikan, pajak, dan regulasi.

Melalui implementasi strategi-strategi ini dengan tepat dan efektif, diharapkan konsekuensi dari krisis ekonomi dapat diredakan, dan proses pemulihan ekonomi dapat dipercepat, membawa dampak positif bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.

(19)

BAB III PENUTUP

Dalam mengidentifikasi dampak krisis terhadap investasi di berbagai sektor ekonomi, analisis teori menyoroti beberapa aspek penting. Teori Siklus Bisnis memberikan pemahaman tentang bagaimana investor bereaksi terhadap perubahan kondisi ekonomi selama krisis. Selain itu, Teori Portofolio mempertimbangkan bagaimana investor merespons risiko dan ketidakpastian yang meningkat selama krisis dengan memilih alokasi aset yang lebih aman. Sementara Teori Expectations menyoroti bagaimana ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi masa depan mempengaruhi keputusan investasi mereka saat ini. Dan akhirnya, Teori Agency menekankan pentingnya insentif dan pengawasan yang tepat terhadap agen investasi selama periode krisis untuk memastikan kepentingan pemilik modal dijaga dengan baik.

Dalam konteks dampak krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, analisis teori juga memberikan wawasan yang mendalam. Teori Siklus Bisnis menjelaskan bagaimana fase kontraksi siklus bisnis dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi, sedangkan Teori Keynesian menekankan pentingnya intervensi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter untuk merespons krisis dan mendorong pemulihan ekonomi. Sementara itu, Teori Supply-side menyoroti pentingnya kebijakan yang mendukung penawaran agregat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dan teori lainnya, seperti Teori Ketergantungan Luar Negeri, mempertimbangkan bagaimana krisis ekonomi di satu negara dapat berdampak pada negara-negara lain melalui saluran perdagangan dan investasi asing.

Dalam hal faktor-faktor yang memperburuk dampak krisis, analisis teori menyoroti beberapa elemen krusial. Sistem keuangan yang lemah, tingkat utang yang tinggi, pasar tenaga kerja yang kaku, dan kebijakan ekonomi yang tidak tepat atau terlambat dapat memperburuk dampak krisis dan memperpanjang waktu pemulihan ekonomi.

Dengan memahami kerangka kerja teoritis ini, kita dapat mengidentifikasi langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk merespons krisis dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas menyoroti pentingnya pemahaman mendalam tentang dampak krisis ekonomi terhadap investasi, pertumbuhan ekonomi, mekanisme transmisi krisis, dan faktor-faktor yang memperburuk dampaknya. Dengan pemahaman ini, kita dapat merumuskan langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak negatif krisis dan mempercepat pemulihan ekonomi jangka panjang.

Pertama, dalam memahami dampak krisis terhadap investasi, kami menyimpulkan bahwa krisis ekonomi dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi, penurunan permintaan, pengetatan kredit, dan penurunan nilai aset, yang semuanya berkontribusi pada penurunan investasi. Analisis teori tentang siklus bisnis, portofolio, harapan, dan agensi memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana perilaku investor dipengaruhi oleh krisis.

(20)

Kedua, dalam menganalisis dampak krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, kami menyimpulkan bahwa krisis dapat menyebabkan penurunan investasi, konsumsi, produktivitas, perdagangan internasional, pengangguran, dan kemiskinan. Analisis teori siklus bisnis, Keynesian, supply-side, sektoral, dan ketergantungan luar negeri memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana krisis mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang memengaruhi.

Ketiga, dalam memahami mekanisme transmisi krisis, kami menyimpulkan bahwa krisis dapat menyebar melalui saluran keuangan, real, dan ekspektasi. Teori keuangan internasional, perdagangan internasional, siklus bisnis, ketergantungan ekonomi, perilaku konsumen dan produsen, serta kebijakan makroekonomi memberikan pemahaman tentang bagaimana krisis menyebar melalui berbagai saluran ini.

Keempat, dalam menyoroti faktor-faktor yang memperburuk dampak krisis, kami menyimpulkan bahwa sistem keuangan yang lemah, tingginya tingkat utang, kekurangan fleksibilitas pasar tenaga kerja, dan lemahnya kebijakan ekonomi dapat memperburuk krisis. Memahami faktor-faktor ini memungkinkan kita untuk merumuskan kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak negatif krisis.

Secara keseluruhan, Kesimpulan yang ditarik dari analisis tersebut adalah bahwa krisis ekonomi memiliki dampak yang signifikan terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dampak tersebut meliputi penurunan investasi, penurunan konsumsi, penurunan produktivitas, penurunan perdagangan internasional, peningkatan pengangguran, dan peningkatan kemiskinan.

Analisis teori dari berbagai perspektif, seperti teori siklus bisnis, teori portofolio, teori expectations, teori agency, dan teori sektoral, memberikan pemahaman yang mendalam tentang dinamika dan mekanisme yang terlibat dalam proses tersebut.

Selain itu, pemahaman tentang mekanisme transmisi krisis, termasuk saluran keuangan, saluran real, dan saluran ekspektasi, membantu kita memahami bagaimana krisis menyebar dan mempengaruhi berbagai aspek ekonomi dan kehidupan masyarakat. Faktor-faktor seperti sistem keuangan yang lemah, tingginya tingkat utang, kekurangan fleksibilitas pasar tenaga kerja, dan kelemahan kebijakan ekonomi dapat memperburuk dampak krisis dan memperpanjang waktu pemulihan ekonomi.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor ini, serta analisis teori yang terkait, pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi dapat merumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi dan meminimalkan dampak negatifnya. Langkah-langkah kebijakan yang tepat, seperti stimulus fiskal, kebijakan moneter yang akomodatif, reformasi struktural, dan peningkatan fleksibilitas pasar tenaga kerja, dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi dan mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi.

.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2012). Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty. Crown Publishing Group.

Aghion, P., & Howitt, P. (2009). The Economics of Growth. MIT Press.

Barro, R. J. (1997). Determinants of Economic Growth: A Cross-Country Empirical Study. MIT Press.

Bernanke, B. S., & Gertler, M. (1989). Agency Costs, Net Worth, and Business Fluctuations.

American Economic Review, 79(1), 14-31.

Blanchard, O., & Fischer, S. (1989). Lectures on Macroeconomics. MIT Press.

Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. (2014). Investments. McGraw-Hill Education.

Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2014). Macroeconomics. McGraw-Hill Education.

Fama, E. F., & French, K. R. (1992). The Cross-Section of Expected Stock Returns. Journal of Finance, 47(2), 427-465.

Jensen, M. C. (1986). Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers.

American Economic Review, 76(2), 323-329.

Keynes, J. M. (1936). The General Theory of Employment, Interest, and Money. Harcourt Brace.

Krugman, P., Obstfeld, M., & Melitz, M. (2014). International Economics: Theory and Policy.

Pearson Education.

Lucas, R. E. (1988). On the Mechanics of Economic Development. Journal of Monetary Economics, 22(1), 3-42.

Mankiw, N. G., Romer, D., & Weil, D. N. (1992). A Contribution to the Empirics of Economic Growth. Quarterly Journal of Economics, 107(2), 407-437.

Merton, R. C. (1987). A Simple Model of Capital Market Equilibrium with Incomplete Information. Journal of Finance, 42(3), 483-510.

Mishkin, F. S., & Eakins, S. G. (2015). Financial Markets and Institutions. Pearson Education.

Romer, D. (2011). Advanced Macroeconomics. McGraw-Hill Education.

(22)

Shiller, R. J. (2015). Irrational Exuberance. Princeton University Press.

Shleifer, A., & Vishny, R. W. (1997). A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, 52(2), 737-783.

Solow, R. M. (1956). A Contribution to the Theory of Economic Growth. The Quarterly Journal of Economics, 70(1), 65-94.

Referensi

Dokumen terkait

Sri Marini : Analisa Manfaat Program Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE) Terhadap..., 2002... Sri Marini : Analisa Manfaat Program Pemberdayaan

Dampak Krisis Yunani Terhadap Nilai Tukar dan Pasar Modal di Indonesia; Stevanus Rangga Permana Putra, 100810201220, 2013, 38 halaman; Jurusan Manajemen Fakultas

Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk

Beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah daerah terkait dengan upaya untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap pengembangan komoditas perkebunan antara lain: (1)

(2020), dampak pandemi COVID-19 akan memperburuk ekonomi Indonesia, bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal tumbuh hanya sebesar 2,5 persen bahkan bisa mencapai 0

Menarik pengalaman dari pelaksanaan penanggulangan dampak krisis ekonomi dalam bidang kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan masyarakat, beberapa implikasi kebijakan yang

Achmad (2009) mengemukakan bahwa krisis ekonomi 2008 yang terjadi di Amerika Serikat penyebabnya ada beberapa hal, yaitu: (1) agresi militer Amerika Serikat ke Irak dan

Hasil analisis koefisien baku menunjukkan bahwa urutan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur adalah faktor eksternal yakni krisis ekonomi D ,