• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT “EPIDEMIOLOGI”

N/A
N/A
Catatan Cerita Tania

Academic year: 2023

Membagikan "DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT “EPIDEMIOLOGI”"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“EPIDEMIOLOGI”

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Penilaian Mata Kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

Ni Luh Putu Tania Sentana Sanjiwani (22120716016)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS DHYANA PURA 2023

(2)

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI ……… i

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan

………

………

………

1 1 1

BAB II PEMBAHASAN ……… 3

2.1. Ruang Lingkup Epidemiologi 2.2. Peran Epidemiologi Dalam

Kesehatan Masyarakat

2.3. Konsep Kejadian Masalah Kesehatan

2.4. Ukuran Morbiditas Epidemiologi 2.5. Riwayat Alamiah dan Pencegahan

Penyakit

………

………

………

……….

………

3 8

10 17

19

BAB III SIMPULAN ……… 22

3.1. Simpulan 3.2. Saran

………

………

22 22

DAFTAR PUSTAKA ……… 23

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni dalam mencegah penyakit, memperpanjang usia harapan hidup, meningkatkan derajat kesehatan, dan meningkatkan efisiensi melalui upaya terorganisasi dalam sebuah komunitas.

Berbeda dari ilmu kedokteran yang focus mengobati penyakit pada individu, ilmu kesehatan masyarakat berfokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit di komunitas.

Epidemiologi sering dianggap sebagai dasar dari ilmu kesehatan masyarakat.

Secara etimologis, epidemiologi adalah ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu empiric kuantitatif yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah factor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan penyakit.

Epidemiologi berperan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan populasi, mengidentifikasi factor risiko masalah kesehatan populasi, mengevaluasi keefektifan tindakan pencegahan, dan mengimplementasikan intervensi terkait masalah kesehatan yang sesuai dalam populasi. Epidemiologi juga dapat menyatakan deskripsi keberadaan penyakit di dalam populasi dan factor-faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut. Praktisi kesehatan masyarakat bergantung pada data epidemiologi untuk menyediakan informasi penting terkait epidemiologi.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana ruang lingkup epidemiologi?

1.2.2. Apa peran epidemiologi dalam kesehatan masyarakat?

1.2.3. Bagaimana konsep kejadian masalah kesehatan?

1.2.4. Bagaimana cara mengukur morbiditas epidemiologi?

1.2.5. Bagaimana riwayat perjalanan ilmiah dan cara pencegahannya?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan makalah yang ingin dilakukan pembahasan yaitu:

1.3.1. Untuk mengetahui ruang lingkup epidemiologi.

1.3.2. Untuk mengetahui peran epidemiologi dalam kesehatan masyarakat.

(4)

1.3.4. Untuk mengetahui ukuran morbiditas epidemiologi.

1.3.5. Untuk mengetahui riwayat perjalanan ilmiah serta pencegahannya.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Ruang Lingkup Epidemiologi 2.1.1. Definisi Epidemiologi

Kata epidemiologi secara terminologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata yaitu epi (di atas/di antara/yang di antara), demos (orang, masyarakat, populasi), dan logos (ilmu). Berdasarkan arti secara harfiah tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari suatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau populasi [ CITATION Nan19 \l 1033 ]. Epidemiologi dalam definisi lama dari Kamus Kedokteran Oxford adalah cabang ilmu kedokteran yang membahas penanganan epidemic.

Menurut Last (1993), dalam definisi modern, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari penyakit dalam suatu populasi dan peranannya dalam pengendalian penyakit. Banyak definisi telah diusulkan, tetapi definisi berikut menangkap prinsip-prinsip yang mendasari dan semangat kesehatan masyarakat epidemiologi:

“Epidemiology is the study of the distribution and determinants of health- related states or events in specified populations, and the application of this study to the control of health problems.”

Epidemiologi adalah tentang distribusi dan determinan keadaan atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi tertentu, dan penerapannya dalam pengendalian masalah kesehatan[ CITATION Noo22 \l 1033 ].

2.1.2. Ruang Lingkup Epidemiologi

Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan adalah 6E, yaitu:

a. Etiologi (penyebab);

b. Efikasi (untuk melihat efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi kesehatan, contoh: vaksinasi);

c. Efektivitas (untuk mengetahui efek intervensi dalam berbagai kondisi lapangan yang berbeda);

d. Efisiensi (untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan);

e. Evaluasi (melihat dan memberikan nilai keberhasilan suatu program);

(6)

f. Edukasi ( salah satu bentuk intervensi berupa upaya peningkatan pengetahuan kesehatan) [ CITATION Sar21 \l 1033 ].

Epidemiologi merupakan ilmu yang tidak hanya penting bagi ilmu kesehatan, tetapi erat juga hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya.

Sehingga tidak jarang epidemiologi dikembangkan pada berbagai bidang [ CITATION Noo22 \l 1033 ].

a. Epidemiologi Penyakit Menular

Epidemiologi berperan dalam memantau munculnya ataupun tren suatu penyakit menular yang terjadi [ CITATION Nan19 \l 1033 ]. Epidemiologi penyakit menular merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh agent infeksius (virus, bakteri atau parasite) tertentu yang timbul melalui transmisi agen dari orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir lainnya ke penjamu (host) yang rentan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara yang meliputi udara, air, vector ataupun melalui tanaman dan sebagainya [ CITATION Hul20 \l 1033 ]

b. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Pada awalnya, penyakit menular menjadi perhatian pencatatan rutin, namun dengan semakin bergesernya pola hidup manusia yang berakibat pada semakin banyak masyarakat yang didiagnosa menderita penyakit tidak menular, maka epidemiologi juga perlu untuk hal ini. Contohnya adalah epidemiologi penyakit hipertensi yang menjadi factor utama beberapa penyakit terkait pembuluh darah seperti PJK (penyakit Jantung Koroner).

c. Epidemiologi Penyakit Klinik

Epidemiologi mulai digunakan oleh para klinisi seperti dokter dalam mengatasi masalah kesehatan individu. Paara klinisi seperti dokter, pada awalnya hanya focus pada upaya pengobatan atau kuratif saja. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan penyebab penyakit yang semakin kompleks, maka para klinisi perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus mengatasi masalah kesehatan dengan pendekatan epidemiologi.

Dengan demikian, para klinisi mulai menerapkan upaya pengobatan yang bukan hanya berorientasi pada kesembuhan, tetapi juga berusaha mengedukasi pasien untuk terus berupaya melakukan pencegahan agarterhindar dari penyakit.

d. Epidemiologi Kependudukan

(7)

Cabang epidemiologi ini mengkaji tentang bagaimana factor demografi sangat berperan penting dalam mempengaruhi status kesehatan. Karakteristik penduduk yang beragam mulai dari karakteristik biologis, social, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya tentu akan menyebabkan masalah penyakit yang beragam. Hal ini tentu akan sangat penting untuk diketahui bagi pembuat kebijakan kesehatan.

e. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Epidemiologi dalam pelayanan kesehatan sangat berperan dalam hal manajemen guna menganalisis masalah kesehatan, menganailisis kebutuhan domestic, jumlah biaya pengobatan maupunb kebutuhan sumber daya dalam suatu pelayanan kesehatan. Kerja sama yang baik antara epidemiologi dan perencanaan akan menghailkan input, output, serta outcome yang baik. Pengelolaan pelayanan kesehatan yang baik merupakan satu hal yang menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan.

f. Epidemiologi Lingkungan

Bentuk epidemiologi ini mempelajari tentang cara menganalisis factor lingkungan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Mulai dari lingkungan air, udara, maupun tanah. Analisis factor pencemaran yang bersumber dari ketiga unsusr lingkungan tersebut perlu diamati dengan pendekatan epidemiologi untuk mengetahui penyakit-penyakit yang terjadi akibat paparan lingkungan.

g. Epidemiologi Kesehatan Kerja

Bagian epidemiologi kesehatan kerja mempelajari serta menganalisis factor-faktor yang menyebabkan masalah kesehatan pada tenaga kerja akibat keterpaparan di lingkungan kerja. Factor- faktor yang dimaksud bukan hanya terkait paparan unsur kimia, biologis, maupun fisik akan tetapi juga termasuk pengaruh social budaya, psikologis hingga perilaku pekerja.

h. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

Epidemiologi juga bermanfaat dalam ilmu kesehatan jiwa.

Dalam hal ini epidemiologi merupakan ilmu yang dijadikan dasar dalam suatu kelompok masyarakat. Sehingga dengan demikian, upayan pencegahan maupun penanggulangan dapat dilakukan dengan baik.

i. Epidemiologi Gizi

(8)

Analisis masalah gizi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan epidemiologi. Hal ini bertujuan untuk mencari serta menganalisis factor-faktor yang berhubungan dengan masalah gizi yang terjadi pada masyarakat, dimana bukan saja hanya karena factor biologis melainkan juga dapat dilihat dari sudut pandang lain seperti budaya.

j. Epidemiologi Perilaku

Perilaku merupakan salah satu factor yang sangat kompleks dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Epidemiologi sangat berperan dalam mengidentifikasi dan menganalisis perilaku kelompok manusia yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

Sebab perilaku sangat dipengaruhi oleh berbagai factor seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, budaya, status social serta aspek lainnya. Hal ini sangat jelas terlihat pada negara yang majemuk seperti Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Sebagai contoh kebiasaan hidup sehat serta kepercayaan yang berbeda dapat mempengaruhi status gizi masyarakat.

k. Epidemiologi Molekular

Epidemiologi molecular didefinisikan sebagai studi yang mengaplikasikan teknik dari biologi molecular dalam mempelajari suatu populasi yang berfokus pada investigasi penyakit. Investigasi molecular dapat berkonstribusi terhadap mengurai penyebab- penyebab penyakit.

l. Epidemiologi Genetik

Epidemiologi genetic merupakan bentuk kombinasi antara disiplin ilmu genetic manusia dengan epidemiologi seperti biometri. Kombinasi dari kedua ilmu ini sangat diperlukan dalam bidang genetic manusia untuk mendeteksi asal mula genetic pada fenotif manusia yang berbeda-beda, khususnya mempelajari tentang komponen genetic yang berpengaruh pada kejadian penyakit misalnya mengamat ciri-ciri bawaan genetic manusia. Hal ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan upaya preventif yang bisa dilakukan sejak dini yaitu sejak diketahuinya sifat-sifat genetic seseorang sejak lahir.

m. Farmakoepidemiologi

Epidemiologi farmasi didefinisikan sebagai pengaplikasian dari ilmu epidemiologi, metode serta penalaran untuk mempelajari efek-efek dan penggunaan obat-obatan pada populasi manusia.

(9)

Farmakoepidemiologi menyelidik keuntungan maupun kerugian dari efek obat-obatan. Hal tersebut difokuskan pada penilaian risiko yang tidak biasa terjadi pada masa laten, dan reaksi perlawanan tubuh yang sering tidak diperkirakan pada saat obat pertama kali digunakan sebelum obat tersebut dijual.

n. Epidemiologi Reproduksi

Kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan dinamika penduduk dalam hal ini terkait angka kesuburan, program kehamilan, hingga jumlah kelahiran. Berbagai factor mempengaruhi kesehatan reproduksi yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan epidemiologi. Epidemiologi kesehatan reproduksi mempelajari determinan yang berperan dalam kesuksesan reproduksi. Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia akan berisiko terhadap kehamilannya.

2.1.1.3. Tujuan dan Manfaat Epidemiologi

Seorang tenaga kesehatan masyarakat sangat memerlukan pemahaman tentang tujuan dan manfaat epidemiologi. Tujuan dan manfaat epidemiologi antara lain:

- Mengidentifikasi penyebab dan factor risiko penyakit

Epidemiologi mencari tahu bagaimana penyakit dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya atau dari non-human reservoir ke manusia.

Dengan mengetahui etiologi untuk pencegahan dan pengendalian penyakit.

Intervensi pencegaham dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian dari suatu penyakit.

- Mengidentifikasi beban penyakit pada populasi

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola dan distribusi penyakit di populasi. Langkah pertama ialah dengan mengukur seberapa besar beban penyakit yang ada di populasi, contohnya survei prevalensi penyakit.

- Mengetahui perjalanan alamiah penyakitdan prognosisnya

Perjalanan alamiah penyakit mencakup seluruh proses terkait penyakit, mulai dari tahap rentan, subklinis, klinis, hingga tahap kesembuhan.

Pengetahuan terkait perjalanan alamiah penyakit merupakan bagian penting dalam epidemiologi karena pengetahuan tersebut berguna dalam menentukan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit.

- Mengevaluasi efektivitas intervensi

(10)

Efektivitas adalah ukuran sejauh mana suatu intervensi memberikan dampak yang diharapkan [ CITATION Ahm20 \l 1033 ].

- Membantu pekerjaan administrasi kesehatan yakni pada planning, monitoring, dan evaluation.

- Memberikan bukti ilmiah dalam menyusun kebijakan kesehatan masyarakat, meliputi masalah lingkungan, isu genetic, promosi kesehatan, dan masalah lain terkait pencegahan penyakit. Pengambilan kebijakan dewasa ini menggunakan pendekatan berbasis bukti dan epidemiologi merupakan alat yang digunakan untuk memberikan bukti tersebut.

2.2. Peran Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat, secara umum mengacu pada tindakan kolektif untuk meningkatkan kesehatan populasi. Epidemiologi adalah salah satu alat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Peran epidemiologi sangat penting dalam menganalisis penyebab penyakit dan berbagai factor risiko terjadinya gangguan kesehatan dalam masyarakat. Meskipun beberapa penyakit hanya disebabkan oleh factor genetic, sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Contohnya adalah diabetes yang memiliki komponen genetic dan lingkungan. Dalam hal ini mendefinisikan lingkungan secara luas untuk mencakup factor biologis, kimia, fisik, psikologis, ekonomi atau budaya yang dapat memengaruhi kesehatan. Epidemiologi juga berkaitan dengan perjalanan dan riwayat alamiah penyakit pada individu dan kelompok populasi. Sehingga epidemiologi sering digunakan untuk menggambarkan status kesehatan kelopok populasi.

Dalam menggambarkan peran epidemiologi dalam praktik kesehatan masyarakat, dikenal beberapa langkah epidemiologi dalam siklus kesehatan masyarakat. Langkah-langkah ini termasuk melakukan kebutuhan penilaian, menetapkan prioritas, merumuskan tujuan, membangun model logika, mengembangkan rencana evaluasi, melakukan control kualitas, dan menganalisis proses dan hasil.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempumyai tiga fungsi utama, yaitu:

a. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.

b. Menyiapkan data dan informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.

(11)

c. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.

Epidemiologi menggunakan berbagai desain penelitian, mulai dari observasional hingga eksperimental dan pada umumnya dikategorikan sebagai deskriptif, analiyik, dan eksperimental.

2.2.1. Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif berfokus pada menggambarkan distribusi penyakit berdasarkan karakteristik yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan orang. Tujuan epidemiologi adalah untuk menetapkan factor penyebab masalah kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatan seluruh populasi.

Pertimbangan utama untuk epidemiologi deskriptif adalah frekuensi dan pola. Epidemiologi dekriptif mengevaluasi frekuensi dan pila dengan memeriksa orang, tempat, dan waktu dalam hubungannya dengan kejadian kesehatan. Epidemiologi deskriptif meneiliti factor-faktor seperti umur, pendidikan, status ekonomi, ketersediaan layanan kesehatan, ras dan jenis kelamin.

Epidemiologi deskriptif menyediakan metode untuk mengatur dan menganalisis data tentang kesehatan dan penyakit untuk memahami variasi frekuensi penyakit secara geografis dan dari waktu ke waktu dan bagaimana penyakit bervariasi di antara orang-orang berdasarkan sejumlah karakteristik pribadi (orang, tempat, waktu). Banyak penyakit bervariasi dalam kaitannya dengan umur dan jenis kelamin, tetapi banyak karakteristik lain yang juga penting, seperti pekerjaan, diet, aktivitas seksual, riwayat perjalanan, dan perilaku pribadi (olahraga, merokok, dan lain-lain) sehingga karakteristik pribadi juga dapat memberikan petunjuk tentang penyebab penyakit kronis.

2.2.2. Epidemiologi Analitik

Epidemiologi analitik berkaitan dengan pencarian sebab dan akibat,atau mengapa dan bagaimana. Ahli epidemiologi analitik menggunakan data yang dikumpulkan oleh ahli epidemiologi deskriptif untuk mengukur hubungan antara paparan dan hasil serta untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat. Tujuan akhir dari kedua cabang tersebut adalah untuk mengurangi gangguan kesehatan atau penyakit dengan memahami factor risiko kejadian kesehatan atau penyakit tersebut. Epidemiologi deskriptif dan analitik sering melayani organisasi kesehatan masyarakat dengan memberikan informasi yang dapat mengurangi penyakit atau mengurangi jenis kejadian lain yang berdampak pada kesehatan masyarakat.

(12)

Epidemiologi eksperimental menggunakan model eksperimental untuk mengonfirmasi adanya hubungan sebab akibat yang disarankan oleh penelitian observasional. Epidemiologi eksperimental berisi tiga jenis kasus: uji coba terkontrol secara acak (sering digunakan untuk obat baru atau pengujian obat), uji coba lapangan (dilakukan pada mereka yang berisiko tinggi menderita penyakit), dan uji komunitas (penelitian tentang penyakit yang berasal dari populasi tersebut). Tujuan dari analitik dalam epidemiologi adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur hubungan antara paparan dan hasil kesehatan.

Ciri dari penelitian epidemiologi analitik adalah setidaknya ada dua kelompok yang salah satunya berfungsi sebagai kelompok pembanding.

2.3. Konsep Kejadian Masalah Kesehatan 2.3.1. Definisi Sehat dan Sakit

Pengertian tentang sehat dan sakit sangat penting diketahui, terutama dalam menentukan ada tidaknya permasalahan penyakit dalam masyarakat.

Definisi Sehat menurut WHO, yaitu keadaan kesempurnaan fisik, mental dan keadaan social dan bukan berarti hanya bebas dari penyakit atau kelainan secara cacat. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.

Menurut Parson dalam Trityono dan Herdiyanto (2017), Sakit merupakan gangguan dalam keadaan fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis. Adapun beberapa kondisi seseorang sehingga bisa dikatakan sakit, yaitu apabila terjadi:

- Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya - Keadaan dimana tubuh/organisme atau bagian dari organisme/populasi

yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2.3.2. Konsep Terjadinya Penyakit

2.3.2.1. Konsep Segitiga Epidemiologi (Trias Epidemiology)

Gambar 1. Trias Epidemiologi

(13)

Segitiga epidemiologi (trias epidemiology) merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga factor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan [ CITATION Sin19 \l 1033 ] yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (penyebab), dan environment (lingkungan).

Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidakseimbangan ketiga factor tersebut [CITATION DrI19 \l 1033 ].

a. Host/penjamu, adalah manusia atau makhluk hidup lainnya. Faktor penjamu terdiri atas:

 Genetik

Faktor genetic yang dapat menyebabkan penyakit antara lain; ketidaknormalan jumlah kromosom, mutase genetic, dan gentik rusak.

 Umur

Prevalensi hipertensi menurut data Riskesdas (2018), angka hipertensi didominasi oleh lansia yang berumur 75 tahun ke atas.

 Jenis Kelamin

Kejadian hipertensi paling banyak pada wanita berdasarkan hasil penelitian dari hipertensi secara signifikan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

 Keadan immunologis

Kekebalan yang diperoleh adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibody dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi).

 Tingkah laku

Gaya hidup berhubungan dengan penyakit tidak menular seperti hipertensi, yaitu kebiasaan merokok dan minum kopi.

b. Agent atau factor penyebab adalah unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit.

Faktor agent mencakup:

 Agen Nutrisi

Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya kadar kolesterol atau kekurangan gizi baik lemak, protein dan vitamin. Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan

(14)

nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

 Agen Kimiawi

Zat-zat kimia yang berada di lingkungan yang dapat memberikan efek baik menguntungkan maupun merugikan kepada manusia. Zat kimia karbon monoksida dapat memberikan efek pusing dan gangguan system saraf pusat, sulfur dioksida memberikan iritasi pada kulit dan peradangan, nitrogen oksida memberikan efek gangguan hati, cadmium memberikan efek gangguan hati, ginjal dan paru-paru.

 Agen Fisik

Agen yang menyebabkan seperti trauma luka atau shock. Contohnya adalah radiasi pemancaran dan perambatan gelombang seperti sinar matahari yang dapat berbahaya bagi kulit manusia.

 Agen Biologis

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, seperti protozoa Entamoeba hystolistica menyebabkan penyakit disentri, Corona Virus yang menyebabkan Covid-19, bakteri Salmonella typhi menyebabkan tifus, jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan pada wanita, dan cacing gelang yang menyebabkan penyakit ascariasis.

c. Environment (lingkungan) adalah kumpulan berbagai kondisi eksternal yang mempengaruhi perkebangan makhluk hidup.

 Faktor fisik

Benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, dan lain- lain. Lingkungan fisik selalu berinteraksi dengan manusia sepanjang waktu dan sepanjang masa serta berperan penting dalam proses terjadinya penyakit.

 Lingkungan Biologis

Benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasite, serangga yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit dan vector penyakit.

 Lingkungan Sosial

Apabila manusia tidak menyesuaikan dirinya dengan lingkungan social maka akan terjadi konflik kejiwaan dan

(15)

akan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, dan depresi [ CITATION Aji22 \l 1033 ] [ CITATION Tan22 \l 1033 ].

Gambar 2. Hubungan Interaksi Host, Agent, dan Environment yang Menggambarkan Kondisi Sehat

Konsep trias/segitiga epidemiologi dijadikan suatu model yang menggambarkan/menganalogikan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit, yang mempunyai titik tumpu di tengah- tengahnya, yakni environment (lingkungan). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yaitu agent (penyebab) dan host (pejamu).

Pada keadaan 1 (kiri atas), terlihat bahwa agent memberatkan keseimbangan sehiungga batang pengungkit miring ke arah agent.

Pemberatan agent terhadap keseimbangan diartikan agent dapat dengan mudah menimbulkan penyakit pada host. Dengan kata lain, keadaan ini menunjukkan adanya peningkatan kesanggupan agent dalam menyebabkan penyakit. Contoh: virus Influnza yang suka bermutasi dalam periode tertentu, sehingga ia menjadi virus baru dan semua populasi belum membuat zat imun terhadapnya, sehingga kemungkinan sebagian besar masyarakat akan sakit.

Keadaan 2 (kanan atas), terjadi apabila host memberatkan keseimbangan sehingga pengungkit miring ke arah host. Keadaan seperti ini dimungkinkan apabila host menjadi rentan terhadap suatu penyakit. Contoh: balita yang mempunyai asupan gizi kurang akan mudah terserang penyakit.

Keadaan 3 (kiri bawah) berbeda dengan keadaan 1, dalam hal bahwa penyebab ketidakseimbangan disebabkan oleh bergesernya titik tumpu. Hal ini menggambarkan terjadinya pergeseran kualitas

(16)

seperti ini berarti bahwa pergeseran kualitas lingkungan memudahkan agent memasuki tubuh host dan menimbulkan penyakit. Contoh:

lingkungan yang kotor menyebabkan agent hidup berkembang biak dengan baik sehingga menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, kolera, dan lainnya.

Keadaan 4 (kanan bawah) berbeda pula dengan keadaan 2, dalam hal ini penyebab ketidakseimbangan disesebabkan oleh bergesernya titik tumpu atau kualitas lingkungan berubah, sehingga host memberatkan keseimbangan. Contoh: terjadinya pencemaran udara karena CO yang masuk ke dalam saluran pernapasan menyebabkan saluran paru-paru menyempit dan dapat menghambat asupan oksigen, sehingga dapat menyebabkan kelainan pada paru-paru bahkan pada organ jantung [ CITATION Nan19 \l 1033 ].

2.3.2.2. Konsep Jaring Laba-laba (The Web of Causation)

Gambar 3. Konsep Jaring Laba-laba

Konsep ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial, dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Mennurut konsep ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Contoh: jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung coroner (PJK) dimana banyak factor yang merupakan penghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit. Beberapa dari factor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, gaya hidup dapat dimanipulasi [ CITATION DrI19 \l 1033 ].

2.3.2.3. Konsep Roda (The Wheel)

(17)

Gambar 4. Konsep Roda

Model ini memberikan penjelasan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungannya ibarat roda, dimana roda tersebut terdiri dari manusia dengan substansi genetic pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, social dan fisik, mengelilingi penjamu (manusia).

Ukuran komponen roda bersifat relative, tegantung masalah spesifik penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit bawaan (herediter) inti genetic relative lebih besar, namun untuk kondisi tertentu seperti penyakit campak maka inti genetic relative kurang penting (kecil) sebab kondisi kekebalan tubuh seseorang dan factor lingkungan yang lebih berperan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian factor pejamu dan lingkungan yang berguna untuk analisis epidemiologi [ CITATION Nin22 \l 1033 ].

2.3.3. Unsur Terjadinya Penyakit

Unsur penyebab terjadinya penyakit dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

a. Penyebab Primer

Unsur ini dianggap sebagai factor kausal terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya. Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai penyebab kausal. Unsur penyebab kausal primer dapat dibagi menjadi 5 kelompok:

1) Unsur penyebab biologis, yaitu semua unsur yang penyebabnya tergolong makhluk hidup, termasuk mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing dan insekta. Unsur biologis ini umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular.

2) Unsur penyebab nutrisi, yaitu semua unsur penyebab yang termasuk golongan nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan dan kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.

3) Unsur penyebab kimiawi, yaitu semua unsur dalam bentuk senyawa kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini umumnya berasal dari luar tubuh, contohnya adalah berbagai jenis zat racun, obat-obatan keras, berbagai senyawa kimia tertentu dan lain sebagaunya.

Bentuk senyawa kimia ini dapat berbentuk padat, cait, uap maupun

(18)

dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol dan lain sebagainya.

4) Unsur penyebab fisika, yaitu semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit secara fisik seperti panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan/hantaman, radiasi, dan lain-lain.

5) Unsur penyebab psikis, yaitu semua unsur yang berkaitan dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan social.

b. Penyebab Non Kausal (Sekunder)

Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam setiap analisis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit tidak hanya terpusat pada penyebab kausal primer saja tetapi harus memperhatikan semua unsur di luar unsur penyebab primer. Unsur penyebab non-kausal (sekunder) seperti:

1) Teori Hipocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh lingkungan (air, udara, tanah, cuaca).

2) Teori Miasma, bahwa penyakit timbul karena sisa dari makhluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan.

3) Teori Jasad Renik (Teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan dilengkapi teori imunitas.

4) Teori Ekologi Lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam lingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit [ CITATION Her22 \l 1033 ].

5) Teori Contagion, bahwa penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang dengan orang lain.

6) Teori Humoral, bahwa penyakit timbul akibat gangguan dari ketidakseimvangan cairdan di dalam tubuh

7) Teori Epidemic, bahwa penyakit terjadi karena factor cuaca dan geografi [ CITATION Fan20 \l 1033 ].

2.3.4. Keterpaparan dan Kerentanan

Sehat → Sakit

Proses sakit diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu dalam keadaan kerentanan. Keterpaparan adalah suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit. Sedangkan kerentanan adalah suatu keadaan dimana host

(19)

mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi atau berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya penyakit [ CITATION Fan20 \l 1033 ].

2.4. Ukuran Morbiditas Epidemiologi 2.4.1. Definisi Morbiditas

Morbiditas merupakan angka atau ukuran tentang kesakitan (keluhan kesehatan) dalam suatu wilayah. Selain itu, morbiditas juga disebut sebagai kondisi seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan bekerja, mengurus rumah tangga, dan kegiatan normal biasanya. Berikut adalah rumus dari angka kesakitan/morbiditas:

Angka Morbiditas=

Jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya

Jumlah penduduk × Konstanta

2.4.2. Ukuran Morbiditas Rasio, Proporsi, Rate

Ukuran morbiditas digunakan sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kesakitan suatu komunitas penduduk. Secara epidemiologi ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah rasio, proporsi dan rate.

a. Rasio

Rasio adalah nilai yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang keduanya bukan bagian dari satu dengan yang lainnya. Nilai rasio jarag digunakan, kecuali pada kasus tertentu seperti rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio morbiditas dan lainnya.

Rumus rasio:

Ratio=x y

Contoh, rasio penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki adalah 4:1.

b. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan dua ukuran kuantitas antara numerator dengan denumerator yang mengandung unsur kuantitas numerator. Atau perbandingan antara pembilang dengan penyebut, dimana pembilang itu adalah bagian daripada penyebut. Rumus

(20)

Proporsi= x x+y

Contoh, proporsi mahasiswa yang berjenis kelamin perempaun dengan mahasiswa berjenis kelamin laki-laki.

c. Rate

Rate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam denomeratornya. Selain itu, rate juga merupakan gambaran kecepatan kejadian. Rumus rate:

Rate= Jumlah kasus Populasi di area dalam

periode waktu tertentu

× waktu

Rate digunakan untuk menyatakan frekuensi distribusi suatu penyakit atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, misalnya jumlah kematian penduduk di kota B karena demam berdarah pada anak adalah 30 orang per 1.000 penduduk [ CITATION DrI19 \l 1033 ] [ CITATION Fer \l 1033 ].

Insidensi dan Prevalensi

Angka kesakitan dalam epidemiologi yang sering digunakan untuk menggambarkan angka kejadian penyakit di populasi yaitu insidensi, dan prevalensi.

a. Insidensi

Insidensi adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit tertentu dalam suatu populasi selama suatu waktu periode tertentu. Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang penting dan banyak digunakan. Untuk mendapatkan insidensi harus dilakukan dengan melakukan pengamatan kelompok penduduk yang mempunyai risiko terkena penyakit yang ingin dicari yaitu dengan mengikuti secara prospektif untuk menentukan insidensi.

Angka insidensi=

Jumlah kasusbaru suatu penyakit selama periode waktu tertentu Populasi yang berisiko terkena

penyakit dalam periode waktu tertentu

b. Prevalensi

Prevalensi adalah jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi, atau kondisi yang ada pada satu waktu tertentu dihubungan dengan besar populasi tertentu serta pada waktu tertentu pula. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi prevalensi dalam suatu populasi, diantaranya adalah:

(21)

 Penyakit baru muncul pada populasi, sehingga berdampak pada meningkatnya angka insidensi. Jika insidensi meningkat, maka secara otomatis juga terjadi peningkatan angka prevalensi.

 Durasi penyakit berpengaruh pada prevalensi. Apabila penyakit memiliki durasi yang panjang, maka prevalensi juga akan lebih lama berada pada posisi yang tinggi.

 Intervensi dan perlakuan mempunyai efek pada prevalensi.

Apabila jumlah kasus berhasil diturunkan melalui intervensi, durasi penyakit dan jumlah kasus akan menurun sehingga prevalensi juga menurun.

 Semakin banyak populasi yang sehat dan tidak berpenyakit, maka akan menurunkan prevalensi penyakit akut dank arena orang yang sehat menjadi semakin tangguh, durasi kehidupan akan meningkat demikian pula dengan harapan hidup dari populasi tersebut.

Angka Prevalensi=

Kasus total juumlahsuatu penyakit pada suatu waktu yang ditentukan Total populasi yang berisiko pada

waktu tersebut 2.5. Riwayat Alamiah dan Pencegahan Penyakit

2.5.1. Perjalanan Alamiah Penyakit

Pada umumnya, tahapan-tahapan riwayat alamiah suatu penyakit dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Tahap Pre-Patogenesa

Tahap ini dimulai dari terjadinya interaksi antara host dengan agent, dimulai saat terjadinya stimulus penyakit sampai tubuh memberika respon.

Pada keadaan seperti ini, penyakit belum ditemukan karena pada umumnya daya tahan tubuh pejamu masih kuat (kerentanan rendah).

Dengan perkataan lain seseorang yang berada dalam keadaan ini disebut masih dalam kondisi sehat.

b) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya agent ke dalam tubuh pejamu yang rentan terhadap penyebab penyakit sampai munculnya gejala penyakit. Masa inkubasi suatu penyakit berbeda dengan penyakit yang lainnya, ada yang memiliki masa inkubasi beberapa jam dan ada pula yang bertahun-tahun. Masa inkubasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis penyakit.

(22)

Pertanda awal munculnya tahap ini adalah muncul gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Pada tahap ini, penyakit berada pada masa sub klinik (stage of subclinical disease) tetapi pada tahap ini sudah merupakan masalah kesehatan karena sudah terdapat gangguan patologis (pathologic changes). Umumnya penderita masih dapat menjalankan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan sering tidak datang ke fasilitas pelayanan.

d) Tahap Penyakit Lanjut

Pada tahap ini diagnosis sudah relative mudah ditegakkan dikarenakan penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas. Setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik. Pada tahap ini penderita tidak dapat lagi menjalani aktivitas sehari-hari.

e) Tahap Penyakit Akhir

Pada tahap akhir, perjalanan penyakit dapat berlangsung dalam lima pilihan keadaan, yaitu:

o Sembuh sempurna o Sembuh dengan cacat o Karier

o Kronis

o Meninggal dunia 2.5.2. Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit ini berkembang terus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi.

Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

a) Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus. Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan masyarakat, promosi kesehatan, dan kebersihan lingkungan.

Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai risiko seperti melakukan imunisasi.

b) Pencegahan Sekunder

(23)

Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang sembuh menjadi sakit, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara penyaringan, pengamatan epidemiologis, survei epidemiologis, dan memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum atau praktik dokter swasta. Pencegahan sekunder banyak dilakukan pada penyakit kronis.

c) Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat protesa ekstremitas akibat amputasi, dan mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik. Pencegahan penyakit ini terus diupayakan selama orang yang menderita belum meninggal dunia [ CITATION Ang16 \l 1033 ].

(24)

BAB III SIMPULAN

3.1. Simpulan

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari penyakit dalam suatu populasi dan peranannya dalam pengendalian penyakit. Ruang lingkup epidemiologi dalam ruang lingkup kesehatan yaitu 6E (etiologi, efikasi, efektivitas, efisiensi, evaluasi, dan edukasi). Tujuan dan manfaat epidemiologi sangat penting dipahami oleh tenaga kesehatan masyarakat dalam fungsinya untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit di komunitas.

Seseorang dapat dikatakan sakit apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Terdapat beberapa konsep terjadinya penyakit yaitu Konsep Segitiga Epidemiologi (Trias Epidemiology), Konsep Jarring Laba-Laba (The Web of Causation), Dan Konsep Roda (The Wheel). Penyebab terjadinya penyakit dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu penyebab kausal (primer) dan penyebab non kausal (sekunder).

Morbiditas merupakan angka atau ukuran tentang kesakitan (keluhan kesehatan) dalam suatu wilayah. Cara mengukur angka morbiditas yaitu dengan menghitung rasio, rate, proporsi, insiden, dan prevalensi.

Terdapat lima (5) tahapan perjalanan alamiah penyakit yaitu tahap pre- patogenesis, tahap inkubasi, tahap penyakit dini, tahap penyakit lanjut dan tahap penyakit akhir.

3.2. Saran

Epidemiologi penting dipahami oleh praktisi kesehatan masyarakat karena seorang kesehatan masyarakat nantinya diharapkan agar bisa melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit di komunitas

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. A. et al., 2020. Buku Teks Epidemiologi Untuk Kesehatan Masyarakat.

Bulaksumur: Gadjah Mada University Press.

Anggraeni, D. & Dudiarto, E., 2016. Pengantar Epidemiologi, E/2. 2 ed. Jakarta: EGC.

Aji, S. P. et al., 2022. Epidemiologi Intermediate. I ed. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

Asmadi, S.Kep, N., 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fannya, P., 2020. Modul Epidemiologi Modul 2: Konsep Penyebab Penyakit. s.l.:Universitas Esa Unggul.

Ferasinta, et al., 2021. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Aceh: Yayasan Penerbit Muahmmad Zaini.

Hernanto, F. F. et al., 2022. Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Masa Pandmei COVID-19.

Malang: Rena Cipta Mandiri.

Hulu, V. T. et al., 2020. Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan dan Pencegahan. I ed. s.l.:Yayasan Kita Menulis.

Irwan, 2019. Epidemiologi Penyakit Menular. III ed. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Nangi, M. G., Yanti, F. & Lestari, S. A., 2019. Dasar Epidemiologi. Sleman: Penerbit DEEPUBLISH.

Ningsih, K. P. et al., 2022. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Noor, N. N. & Arsin, A. A., 2022. Epidemiologi Dasar: Disiplin Ilmu dalam Kesehatan Masyarakat. Makassar: Unha Press.

Sari, M. H. N. et al., 2021. Dasar-dasar Epidemiologi. s.l.:Yayasan Kita Menulis.

Sinaga, M. & Limbong, D., 2019. Dasar Epidemiologi. Sleman: Pemerbit Deepublish.

Tanjung, R. et al., 2022. Kesehatan Masyarakat Indonesia. s.l.:Media Sains Indonesia Indonesia.

Triyono, S. D. K. & Herdiyanto, Y. K., 2017. Konsep Sehat dan Sakit pada Individu Dengam Urolithiasis (Kencing Batu) di Kabupaten Klungkung, Bali. Jurnal Psikologi Udayana, 4(2), pp. 263-276.

Referensi

Dokumen terkait

Data primer dari penelitian ini adalah hasil wawancara mendalam terhadap tenaga kesehatan masyarakat tupoksi epidemiologi di puskesmas dan kepala puskesmas2. Data

Hidup sehat terbebas dari penyakit adalah keinginan semua manusia, dengan status derajat kesehatan masyarakat yang optimal membuat aktivitas masyarakat berjalan

• Mampu mengaplikasikan konsep dan prinsip dasar dalam ilmu kesehatan lingkungan dan kesehatan dan keselamatan kerja dan mampu memanfaatkan untuk melakukan analisis

 Mampu mengaplikasikan konsep dan prinsip dasar dalam ilmu kesehatan lingkungan dan kesehatan dan keselamatan kerja dan mampu memanfaatkan untuk melakukan analisis

Dari empat faktor kesehatan diatas dapat kita maknai adanya saling mempengaruhi kesehatan seperti faktor yang barkaitan dengan perilaku manusia yakni bagaimana

2 Mahasiswa di harapkan mampu memahami tentang tentang Prinsip dan teori kesehatan masyarakat. Membahas tentang Prinsip dan teori kesehatan

Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Universitas Negeri Semarang Dari Tabel di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden tentang

Rencana pembelajaran semester untuk mata kuliah Ekonomi Kesehatan di program studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang membahas tentang prinsip-prinsip ekonomi dan aplikasinya dalam sektor