• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

N/A
N/A
Nurul Aini

Academic year: 2023

Membagikan " MAKALAH ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Mata Kuliah : Kepearwatan Gawat Darurat Dosen Pengampuh :Ns, Ari cusmari s,Kep m Kep.

Di Susun Oleh Kelompok 3 : 1.Lilis Cholisoh

2.Lukman Jaelani 3.Moh Subaidi 4. Nabila

5. Ni Putu Revalisa Fitriani 6. Nurul Aini

7. Nurul Badriyah 8. Nurul Cholisah

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA 2023

(2)

ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. PERAWATAN GAWAT DARURAT

Instalasi gawat darurat rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respon time ) (Depkes RI,2006).

Perawat IGD memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang berkerja diruang lain. Kepadatan pasien di ID selain mengupayakan keselamatan pasien, juga mengancam privasi pasien, dan membuat frustasi staf di ID. Dilema etik sering dialami oleh perawat ID dalam merawat pasien. Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting di laksanakan sengaja pedoman agar pelayanan yang d berikan tidak Mel Anggap Norma atau hukum yang dapat merugikan profesi Keperawatan atau masyarakat yang berakibat pada konflik.

Dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit tidak tertutup kemungkinan timbul konflik. Konflik tersebut dapat terjadi antara tenaga kesehatan dengan pasien dan antara sesama tenaga kesehatan (baik satu profesi atau antar profesi). Hal yang lebih khusus adalah dalam penanganan gawat darurat fase pra-rumah sakit terlibat pula unsur-unsur masyarakat non-tenaga kesehatan. Dalam mencegah dan mengatasi konflik biasanya digunakan etika dan norma hukum yang mempunyai tolak ukur masing-masing.

Oleh karena itu, dalam praktek keperawatan harus diperhatikan dalam dimensi yang berbeda.

B. KODE ETIK 1. Definisi Kode Etik

Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).

Kode etik adalah serangkaian prinsip etik yang dianut oleh anggotaa kelompok, merefleksikan penilaian moral anggota kelompok, digunakan sebagain standar untuk tindakan professional ( Kozier, 2010 )

American Nurses Association (ANA) dan Emergency Nurses Association (ENA;

2014) telah membentuk kode etik. The ANA Kode Etik untuk Perawat (American Nurses Association, 2010) memberikan informasi yang diperlukan bagi perawat yang berlatih untuk digunakan keterampilan profesionalnya dalam memberikan perawätan holistik yang paling efcktif mungkin, seperti melayani sebagai advokat pasien dan berusaha untuk melindungi keschatan, keselamatan, dan hak-hak setiap pasien dalam keputusan akhir kehidupan, dan ancaman kematian. (Tscheschlog, B, A., & Jauch, A 2015)

(3)

2. Fungsi Kode Etik Keperawatan

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman bagi status perawat professional yaitu dengan cara :

a) Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.

b) Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etika.

c) Menetapkan hubungan-hubungan professional. yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advocator, perawat dengan tenaga professional lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilandari asuhan keperawatan

d) Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi 3. Tujuan Kode Etik Keperawatan

a) Menginformasikan kepada masyarakat mengenai standar minimum profesi dan membantu mereka memahami perilaku keperawatan professional

b) Memberikan perawat komitmen profesi kepada masyarakat yang dilayani c) Menguraikan garis besar pertimbangan etik utama profesi

d) Memberikan pedoman umum untuk perilaku professional e) Membantu profesi dalam pengaturan diri

f) Mengingatkan perawat mengenai tanggung jawab khusus mereka pikul saat merawat pasien.

4. Kode Etik Keperawatan

Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus dimiliki oleh seorang perawat professional yaitu:

a) Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat

b) Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat- istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat c) Sikap dan perilaku perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai

dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

d) Menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan

5. Tanggung Jawab Perawat

a) Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat

b) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh vang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

c) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

(4)

d) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak tepengaruh oleh pertimbangan dari luar profesi keperawatan.

e) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungn dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuannya.

f) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya.

g) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan Dengalamannva kepada sesame perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.

h) Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan

i) Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan professional secara mandiri dan bersama-sama dengan cara menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan.

j) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.

k) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serat menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan

l) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

Hal yang harus diperhatikan dalam emergency nursing 1. Pelaksanaan Tindakan Gawat Darurat

2. Standar Operasional Prosedur Tindakan (protocol) 3. Perilaku Profesional Perawat

4. Consolidated Omnibus Budget Reconciliattion Act (COBRA) 5. Confidentiality (kerahasiaan)

6. Metode Dokumentasi untuk melaporkan atau trauma spesifik 7. Dokumentasi komunikasi lanjutan ( advance )

8. Perspektif hokum pada kejadian pasien dengan coroner 9. Penyediaan rantai bukti

(Suwardianto & Astuti, 2020) Prinsip Kode Etik

1. Autonomi (Kebebasan dala memilih) 2. Beneficence ( meningkatkan kebaikan) 3. Nonmaleficence ( tidak membuat kerugian).

4. Justice (Keadilan) 5. Veracity (kejujuran)

6. Utility (Kebaikan bersama melampaui keinginan dan kebutuhan individual 7. Fidelity ( Menepati janji)

(Shechy, 2018)

(5)

C. Dilema Etik Gawat Darurat

Menurut Hammond & Zimmerman, 2013, Dilema etika muncul sebagai perawat darurat sering ditempatkan dalam situasi di mana mereka diharapkan menjadi agen atau advokat secara bersamaan untuk pasien, dokter, dan organisasi. Bagaimana perawat gawat darurat menangani situasi ini mempengaruhi perawatan pasien dan kepuasan moral perawat.

Konflik antara penyedia medis dan pasien atau keluarga, dalam keluarga, atau antara penyedia medis sering menandakan dilema etika.

Dilema Etik Gawat Darurat. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional.

Dilema etik sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua criteria (Ose, 2017)

1. Kerangka Penyelesaian 2. Mengembangkan data dasar.

3. Mengidentifikasi konflik

4. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakann dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

5. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat.

6. Mendefinisikan kewajiban perawat 7. Membuat keputusan

(kozier,2010)

Aspek Legal

1. UU RI no 38 thn 2014 tentang Keperawatan, pasal 35 tentang keadaan darurat ayat 1- 5

2. UU RI No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan pasal 59 ayat (1) dan (2)

3. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit pasal 29 Kepmenkes RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat IGD Rumah Sakit 4. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Gawat Darurat dan bencana

5. UU RI No 24 thn 2007 tentang penanggulangan bencana

6. Permenkes no 1234/menkes/2000/ tentang registrasi dan praktek perawat : pasal 20 ayat (1) menyatakan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan

(6)

D. Cultural Sensitive di Gawat Darurat

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kompetensi kultural. Seorang perawat yang memiliki pertemuan perawat pasien memadu kultur akan memperdulikan dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan (Noiveastri, 2018).

Menurut Jacob (2016) perawat wajib menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial dalam memberikan pelayanan keperawatan. Meskipun pasien terlantar yang tidak diketahui identitanya, pasien tersebut tetap manusia yang dari padanya melekat seluruH*tanggung jawab perawat (Maria Ose,2017).

Menurut Emergency Nurses Association (ENA) 2018 ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:

a) Perawat emergency bertindak dengan pengetahuan, kasih sayang, dan menghormati martabat manusia dan keunikan individu.

b) Perawat emergency memberikan perawatan dengan cara yang menjaga dan melindungi pasien dan otonomi keluarga, martabat, hak, nilai-nilai, dan keyakinan.

c) Perawat emergency mengenali dan mengintegrasikan pengetahuan tentang keragaman budaya untuk mengembangkan dan menerapkan perawatan yang sensitif secara budaya.

d) Perawat emergency menerapkan pengetahuan yang berkaitan dengan identitas gender untuk mengembangkan dan menerapkan perawatan inklusif gender.

e) Perawat emergency merefleksikan secara kritis nilai-nilai, keyakinan, dan warisan budaya mereka sendiri untuk memahami efeknya pada perawatan yang aman, efektif, dan penuh hormat.

f) Perawat emergency mengadvokasi masuknya keyakinan budaya pasien, identitas gender, dan praktek di semua dimensi perawatan kesehatan.

g) Perawat emergency dipersiapkan secara pendidikan untuk mempromosikan dan memberikan kongruen budaya kesehatan.

h) Perawat emergency menggunakan komunikasi yang efektif dan kompeten secara budaya dengan pasien dan keluarga yang mempertimbangkan bahasa verbal dan nonverbal klien, nilai-nilai budaya dan konteks, dan kebutuhan dan persepsi perawatan keschatan yang unik.

E. Contoh

(7)

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kompetensi kultüral. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan mempedulikan dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan. (Novieastari, 2018)

Menurut Jacobs (2016) perawat wajib menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social dalam memberikan pelayanan keperawatan. Meskipun pasien terlantar yang tidak diketahui identitasnya, pasien tersebut tetap manusia yang dari padanya melekat seluruh tanggung jawab perawat. (Maria Ose, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Kristen Maranatha Tugas perawat secara umum adalah memperhatikan kebutuhan pasien, memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau

auditor intern terhadap kode etik Akuntan Indonesia yang meliputi faktor. kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan

Idealnya semua perlumpulan professional bergabung membuat satu kode etik. Kode etik tersebut harus membahas tanggung jawab setiap orang dalam profesi dalam hal etika

Atur Aturan an yan yang g berl berl aku aku untuk seoran untuk seoran g g per perawat awat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat

• CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT • Kode Etik keperawatan Indonesia • Std Kompetensi • Std Praktik • Std Kinerja Professional Mengembang- kan dan menetapkan

Penerapan Kode Etik Keperawatan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang pada umumnya dinyatakan baik ditunjukkan dengan sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga,

Profil Lulusan Diploma III Keperawatan Indonesia adalah sebagai perawat pelaksana asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan kelompok khusus di tatanan klinik dan komunitas