• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan IPS Kelas RA

N/A
N/A
Diofani Erdo

Academic year: 2023

Membagikan "Pendidikan IPS Kelas RA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jenis Ujian : UTS

(UNINDRA) Nama : Dio Fani Erdo

FAKULTAS PASCASARJANA NPM : 20227379062

SEMESTER GENAP T.A. 2022/2023 Program Studi : Pendidikan IPS Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta

Selatan

Tlp.: (021) 78835283 – 7818718 ex .: 104

Mata Kuliah :

Kelas/Semester : RA/1

Dosen :

1. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatelajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan.

Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan di Indonesia, terdiri jalur pendidikan formal, non-formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah pendidikan tinggi.

Pendidikan di Indonesia telah ada sejak tahun 1901, zaman Belanda menduduki Indonesia.

Saat itu, Belanda mendirikan sekolah-sekolah di Indonesia untuk kalangan pribumi.

Tujuannya adalah sebagai bentuk upaya dari kebijakan Politik Etis yang mereka terapkan.

pendidikan ialah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan. Pendidikan merupakan salah satu upaya kita untuk menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di Negara kita yaitu Indonesia. Yang mana kita ketahui bersama, bawasannya dengan seseorang mengenyam bangku sekolah maka, orang tersebut telah mengetahui berbagai hal yang ada di dunia ini. Pengajaran adalah proses belajar atau proses menuntut ilmu. Pengajaran bisa dilakukan oleh dosen, guru, ustadz yang mengajar atau menyampaikan ilmu kepada murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan berilmu pengetahuan. Sedangkan pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan penerapan nilai-nilai. Hubungan pendidikan dan pengajaran adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkanpeserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan agar peserta didik tersebut berperan .

2. Dua aliran pokok di Indonesia adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.

1) Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ( Ki Hajar Dewantara) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pada

(2)

mulanya, beliau adalah seseorang yang gemar menulis dengan menggunakan bahasa Belanda yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda.

Sindirannya yang dianggap paling tajam oleh pemerintah Belanda adalah “Alks ik een Nederlander was”(andai saja saya orang Belanda). Karena tulisannya ini, maka beliau dibuang ke negeri Belanda, dan setelah masa pengasingannya berakhir, ia kembali ke indonesia dan mengabdi pada dunia pendidikan.

2) Ruang Pendidikan INS di Kasanyutan

INS (Indonesiche Nederlansce school) didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam, yaitu suatu kota kecil di dekat Padang Panjang Sumatera Barat.

Sistem ini tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari daerah lain karena terlalu banyak menuntut pengorbanan dari pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana da mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikannyahanya dirasakan secara perorangan. Ruang Pendidik INS Kayutanam memiliki dua tingkatan pendidikan yaitu bagian bawah Ruang Rendah dan bagian atas Ruang Dewasa. Ruang Rendah sama dengan Sekolah Rakyat yang lama tujuh tahun, sedangkan Ruang Dewasa lama pendidikan nya adalah empat sampai lima tahun. INS Kayutanam yang merupakan kependekan dari Indonesisch Nederlansche School Kayutanam atau disebut juga Ruang Pendidik INS Kayutanam adalah suatu lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus.

Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia. Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu aliaran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.

Aliran pendidikan adalah pemikiran- pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru.

Aliran-aliran pendidikan antara lain adalah aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran naturalisme.

Pendidikan hanya menyediakan lingkungan dalam belajar yang menyenangkan. Pendidik juga turut berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian bagi peserta didik kearah pendangan yang positif dan tanggapan terhadap kebutuhan untuk dapat memperoleh bimbingan dan sugesti yang baik dari pendidik.

a. Aliran Nativisme

(3)

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu juga ditentukan oleh faktor- faktor yang sudah dibawa sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan akan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan pada diri anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan bagi anak sendiri. Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Arthur Schoupenhaeur (1788-1860).

b. Aliran Empirisme

Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.

Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara observasi/penginderaan. Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet white paper avoid of all characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidikannya.

Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut dengan emvironmentalisme) pendidik turut memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan dari pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman diri. Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan. Tokoh perintisnya aliran empirisme adalah John Locke (1632-1704).

c. Aliran Naturalisme

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia telah mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh dari lingkungan, sehingga Naturalisme sering disebut juga dengan negativisme. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan yang tumbuh didalam diri secara alami. Aliran ini tumbuh pada abad ke 17 yaitu tepatnya pada tahun 1712-1778 dipelopori oleh J.J Rosseau.

d. Aliran Konvergensi

Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern (1871-1938), ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk

(4)

perkembangan anak itu. Setiap pribadi merupakan hasil konvergensi dari faktor-faktor internal maupun eksternal. Perpaduan antara pembawaan dan lingkungan keduanya menuju pada satu titik pertemuan yang terwujud sebagai hasil pendidikan.

3. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat.

Konsep Merdeka Belajar Menurut KI HAJAR DEWANTARA

1) Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa)

2) Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide- ide yang mendukung)

3) Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi.

Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922 mengembangkan Taman Siswa dengan konsepnya Tut Wuri Handayani. "Tut Wuri" atau "untuk mengikuti" dan "Handayani" atau bantuan untuk memaksimalkan potensi, yang berarti bahwa para guru harus membantu dan memfasilitasi siswa mereka seolah- olah mereka adalah bunga yang akan mekar. Menurtu Ki Hajar Dewantara tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya

Prinsip penyelenggaraan pendidikan saat ini memiliki kesesuaian dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan yang hampir sama dengan sistem pendidikan saat ini yaitu mengandung nilai keagamaan, kemanusiaan dan, kebudayaan. Bagi belaau asas kebudayaan kebangsaan itu dapat menuju ke arah yang sesuai dengan kecerdasan bangsa disetiap zamannya, kemajuan dunia dan kepentingan hidup rakyat pada tiap zaman dan keadaan. Beliau juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha kebudayaan yaitu usaha yang dilakukan untuk memberikan tuntunan kepada anak melalui kebudayaan dan membuat bakat anak yang juga dipengaruhi lingkungan sekitarnya tidak menjadikannya semakin buruk dikarenakan tuntunan yang diberikan melalui kebudayaan tersebut. Prinsip atas dasar kemanusiaan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menciptakan anak-anak yang yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi yang dapat dilihat dari kesucian hati atau kebaikan dan memiliki rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap segala makhluk ciptaan Tuhan. Menurut Ki Hadjar Dewantara kemanusiaan merupakan keharusan serta kesanggupan manusia untuk menuntut kecerdasan dan karakter yang baik untuk dirinya sendiri dan masyarakat sekitar, menimbulkan kebudayaan kebangsaan yang bercorak khusus berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Sebab manusia merupakan makhluk

(5)

sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan mampu berhubungan dengan baik ditengah-tengah masyarakat dengan adab dan nilai kemanusiaan itulah yang menjadi dasar ataupun prinsip kuat taman siswa yang melahirkan anak-anak yang memiliki jiwa kemanusiaan. Dengan prinsip kemanusiaan ini terlihat jelas bahwa anak diajarkan untuk siap dan bisa dengan sebaik mungkin dalam menghadapi kehidpan ditengah-tengah masyarakat.

4. Dunia pendidikan mempelajari hakikat manusia dan pengembangannya karena pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan peradaban manusia. Hal ini tidak dapat tercapai jika kita tidak memahami diri kita sendiri. Alasan dunia pendidikan mempelajari hakikat manusia dan pengembangannya adalah karena pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan peradaban manusia. Hal ini tidak dapat tercapai jika kita tidak memahami diri kita sendiri. Hanya dengan pemahaman yang komprehensif akan diri kita sendiri, kita dapat menggunakan pendidikan untuk menghadirkan solusi atas kebutuhan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dengan pendidikan, kita mampu mencapai peradaban tinggi. melalui pendidikan, kita menegaskan hakikat kita sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab.

5. faktor-faktor pendidikan adalah tujuan, alat, pendidik, peserta didik, dan lingkungan. Artinya adalah, dalam pendidikan harus dipenuhi lima aspek tersebut.

1. Faktor Tujuan

Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan.

Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memiliah arah atau tujuan yang ingin dicapai.

Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan mengabur. Oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai secara sekaligus. Maka perlu dibuat secara bertahap, misalnya tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya ditetapkan secara jelas dan terarah. Tentang tujuan di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan

(6)

Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

2. Faktor Pendidikan

Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidik itu dalam dua kategori, yaitu : a. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.

b. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.

Pendidik yang bersifat kodrati sebagai orang tua wajib pertama kali memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan, kasih sayang, perhatian. Karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya.

Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat berkembang makin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu :

a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.

b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak.

Sedangkan pendidik menurut jabatan yaitu guru. Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari pihak orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan diharapkan pula pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik, sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain :

a. Kasih sayang kepada peserta didik.

b. Tanggung jawab kepada tugas pendidik.

Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila.

3. Faktor Anak Didik

Anak didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia

(7)

memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.

Karena itulah anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :

a. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tangung jawab pendidik.

b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

c. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual dan sebagainya.

Anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya, dalam situasi pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan. Seseorang yang belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani ataupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun bagian-bagian lainnya. Sementara itu dari aspek rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Sebenarnya ketergantungan anak didik terhadap pendidik hanya bersifat sementara, sebab pada suatu saat anak didik diharapkan mampu berdiri sendiri, dan dalam hal ini sedikit demi sedikit peran pendidik dalam memberikan bantuan semakin berkurang sejalan dengan perkembangan anak menuju dewasa. Bila dia sudah dewasa dan mampu berdiri sendiri, maka tidaklah diperlukan lagi bantuan si pendidik. Antar pendidik dan anak didik sama-sama merupakan subjek pendidikan.

Keduanya sama penting. Pendidik tidak boleh beranggapan bahwa anak didik merupakan objek pendidikan, begitu juga pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa berbuat sesuka hati atas anak didik. Sebaliknya juga anak didik tidak boleh dianggap sebagai seorang dewasa dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-kanakan inilah maka pendidikan diperlukan.

(8)

Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan makin cepatnya perubahan sosial dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antarmanusia berkembang amat cepat. Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama biasa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang.

4. Faktor Alat dan Media

Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu / yang diinginkan.

Dalam pengertian yang luas, alat meliputi juga faktor-faktor yang lain, seperti tujuan, pendidik, anak didik, dan lingkungan pendidik bilamana faktor-faktor tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik.

Macam-Macam Alat Pendidikan :

Alat-alat pendidikan bermacam-macam, antara lain : hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celana dan pujian, serta kebiasaan. Termasuk juga sebagai alat pendidikan di antaranya : keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Ditinjau dari segi wujudnya, mak alat pendidikan itu berupa :

a. Perbuatan pendidik (biasa disebut software), mencakup : nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman.

b. Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut hardware), mencakup : meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.

Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang berikut.

a. pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik.

b. Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.

c. Bersifat melindungi anak didik.

5. Faktor isi atau Materi Pendidikan

Yang termasuk dalam arti atau materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik yang akan langsung disampaikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan yaitu;

a. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan

b. Materi harus sesuai dengan kemampuan peserta didik.

6. Faktor Lingkungan

(9)

Faktor Lingkungan adalah yang meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara- cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan-lingkungan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut Primary Community.

Pendidikan keluarga ini berfungsi:

1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak 2) Menjamin kehidupan emosional anak

3) Menanamkan dasar pendidikan moral 4) Memberikan dasar pendidikan social

5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah, dan sebagainya.

Di samping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1) Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis

2) Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relative homogeny

(10)

3) Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.

4) Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan umum

5) Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.

c. Lingkungan Organisasi Pemuda

Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal (luar sekolah), Organisasi Pemuda mempunyai corak ragam yang bermacam-macam, tetapi secara garis besar dapat dibedakan antara organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh badan swasta. Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia.

secara umum dapat dikatakan bahwa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pendidikan diantaranya sebagai berikut.

a. Faktor Keluarga b. Faktor Sekolah c. Faktor Lingkungan d. Faktor Fisiologis e. Faktor Psikologis.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan dalam Pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengutarakan tentang alat pendidikan yang dapat digunakan dalam mendorong keberhasilan proses pendidikan yaitu : Motivasi dorongan,

45 sosial mereka, maupun perkembangan dalam proses belajar itu sendiri.Lingkungan pendidikan sekolah adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi disekeliling proses pendidikan, Manusia