• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

N/A
N/A
Nuraisyah

Academic year: 2024

Membagikan " Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Modul 1.

Filosofi pendidikan menurut Ki hajar Dewantoro

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahgiaan yang setinggi-tingginya sebagai anggota mayarakat. Seorang murid memiliki kodrat atau potensi yang dimilikinya sejak lahir, potensi yang dimiliki siswa tersebut adalah salah satu aset sumber daya yang dimiliki olehnya itu menurut Ki Hajar Dewantara mendididk dengan system “among” atau guru mampu memberikan tuntunan dan bukan tuntutan untuk menemukan, menggali serta mengembangkan potensi yang dimilki murid.

Setiap murid memiliki warnanya masing-masing , merupakan tugas kita sebagai pendidik yang memimpin pembelajaran untuk menampakkan warna tersebut bukan merubahnya. Seperti kata Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan persemaian benih- benih, sebagai pendidik, ibaratnya kita adalah petani yang mampu merawat benih tersebut dengan perhatian dan kasih sayang sehingga tanaman jagung yang kita tanam, menjadi jagung yang tumbuh dengan subur.

Sebagai pendidik tak lepas dari andil yang sangat besar dalam mempengaruhi tumbuh kembangnya peserta didik olehnya itu kita perlu memahami, mengembangkan nilai-nilai dan peran kita sebagai seorang guru penggerak. Beberapa nilai-nilai yang perlu kita pahami adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Selain itu sebagai pendidik kita perlu mengembangkan peran dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran secara khusus beberapa peran tersebut antara lain pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Implementasi nilai dan peran kita adalah bagaimana meningkatkan kualitas karakter peserta didik yang memiliki nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, berpikir kritis, bergotong royong, dan kreatif. Sehingga murid dapat mencapai kemerdekaan dalam belajarnya, sekolah menjadi tempat yang menyenangkan, murid dapat memaknai proses belajarnya.

(2)

Dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pendidikan dibutuhkan visi yang tepat untuk merumuskan sebagai gagasan yang akan dilakuan. Visi guru penggerak berbasis Inquiri Apresiatif, dimana paradigma ini merupakan pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan berbasis kekuatan, yang dirumuskan dalam BAGJA(Buat Pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur Eksekusi).

Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap, tentunya perubahan ini harus dilakukan bersama-sama dengan seluruh elemen ekosistem sekolah yang mempengaruhinya.

Dalam rangka meningkatkan kualitas karakter peserta didik yang memiliki nilai-nilai profil pelajar Pancasila menumbuhkan budaya positif dilingkungan sekolah dibutuhkan dalam rangka penyelengaraannya. Beberapa budaya positif yang diterapkan di lingkungan sekolah berupa disiplin positif dengan perlunya seorang pendidik memahami 3 motivasi perilaku manusia, melakukan kesepakatan dengan siswa berupa keyakinan kelas, memahami pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pentingnya menempatkan diri sebagai posisi control, dan melakukan proses kolaboratif melalui segitiga restitusi

Modul 2

Sebagai pendidik yang tak kalah pentingnya sebagai asset dalam ekosistem sekolah, dibutuhkan beberapa keterampilan yang dapat menunjang kemampuan mengelola proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas karakter, kompetensi, serta pengajaran kepada siswa. Keterampilan yang dimaksud yang pertama mampu memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran dengan melihat kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat siswa dan profil belajar siswa. Proses pembelajaran sepeti ini diharapkan dapat mewwujudkan ketercapaian visi sebagai tujuan mewujudkan merdeka belajar.

(3)

Kedua mampu mengelola pembelajaran secara social emosional. PSE merupakan pembelajaran kolaboratif yang dilakukan oleh seluruh komunitas sekolah. PSE diperlukan agar warga sekolah memiliki kemampuan mengenali emosinya dan fokus pada tujuan, memiliki keterampilan berempati, terampil dalam menjalin relasi, serta dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Tedapat beberapa pengembangan KSE yang dapat dikembangkan melalui kesadaran diri, pengeloaan diri,kesadaran social, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dalam bentu penerapannya dilakukan secara rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran dan membudaya.

Ketiga sebagai seorang pendidik yang dapat menuntun murid dalam berbagai masalah yang dihadapiya untuk mencapai tujuan pembelajaran guru memiliki keterampilan coaching.

Coaching dalam konteks Pendidikan merupakan kegiatan/ruang perjumpaan coach dan coachee untuk menggali potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan sendiri solusi dari permasalahannya. Aspek yang perlu dipahami dan dilatih untuk praktik coaching adalah menjalin komunikasi secara asertif, menjadi pendengar yang aktif, memberikan pertanyaan efektif dan memberikan umpan balik. Coaching dilakukan dengan model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, & Tanggung Jawab.

Modul 3

Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah situasi dimana seorang pendidik dapat melakukan pengambilan secara tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Dalam melakukan proses pengambilan keputusan ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi tersebut 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini 4. Pengujian benar-salah

5. Pengujian paradigma 6. Melakukan prinsip resolusi 7. Investigasi opsi trilemma 8. Buat keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Dalam rangka pengembangan sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, penting kiranya melakukan pemetaan kekuatan yang dimiliki ekosisten

(4)

sekolah melalui pendekatan berbasis asset/ kekuatan (asset based thinking) bukan pendektan berbasisi kekuarangan (Defisit-based tingking). Terdapat 7 modal asset yang potensial dalam ekosistem sekolah antara lain: modal manusia, modal social, modal finansial, modal lingkungan, modal fisik, modal politik, dan modal agama dan budaya.

Beberap asset-aset tersebut merupakan kekuatan yang dapat dimaksimalkan untuk mewujudkan visi.

Referensi

Dokumen terkait

Perjuangan pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peranan dan kiprah dari Suwardi Surjaningrat atau juga lebih dikenal dengan nama Ki Hajar

Dengan pendidikan humanis menurut Ibnu Khaldun dan Ki Hajar Dewantara ini peserta didika akan dibentuk sesuai dengan kodrat dan karakternya sehingga mampu menjadi pribadi yang

Upaya kebudayaan (pendidikan) menurut Ki Hajar Dewantara dapat ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal dengan teori Trikon, yaitu: Pertama , Kontinuitas yang

Bila kita renungkan baik-baik apa yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan satu usaha kebudayaan yang bertujuan

Jurnal Pendidikan Tambusai 1631 Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara Natasya Febriyanti1 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasa, Universitas Pendidikan Indonesia

By: Irpan Dadi, S.Pd_1 Transformasi Pemikiran dan Tindakan: Mengadopsi Semangat Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Sebelum menjelajahi modul 1.1, pandangan saya terhadap murid dan

Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan

Berdasarkan latar belakang di atas maka artikel ini dibuat untuk mengetahui nilai-nilai penting dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang apa saja yang terkandung pada Profil