Kapasitas yang mengacu pada jumlah output yang diharapkan akan diproduksi selama suatu periode merupakan kapasitas…
Normal Praktis Aktual Teoretis
Kos yang dalam rentang waktu atau aktivitas (activity range) tertentu tidak berubah meskipun terjadi perubahan tingkat aktivitas. Merupan pengertian dari kos... :
Tetap Variabel Semivariabel Campuran
Diketahui fungsi kos, Y = Rp 750,000 + Rp 8X, pada level aktivitas berapa yang akan menghasilkan total kos Rp950.000
25.000 unit 35.000 unit 20.000 unit 30.000 unit
Metoda-metoda yang dapat digunakan untuk memisahkan kos campuran menjadi unsur tetap dan unsur variabel adalah, kecuali…:
Metoda Diagram Pencar Metoda Garis Lurus Metoda Kuadrat Terkecil Pertimbangan Manajemen
Mengacu ke Soal di atas, jika diasumsikan bahwa level tersebut ada dalam suatu rentang relevan, maka kos tetap untuk bulan Desember adalah…
13.750 32.500 11.500 25.000
1. Kategorikan pemicu-pemicu kos tersebut, apakah tergolong pemicu kos berdasarkan unit atau non-unit.
Kos berdasarkan unit adalah pemicu kos yang akan meningkatkan jumlah kos setiap kali suatu unit diproduksi. Yang termasuk di dalamnya antara lain jam mesin jahit, jam penanggung jawab pewarnaan, dan jumlah bahan baku aksesoris.
Kos berdasarkan non unit adalah pemicu kos yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi.
Yang termasuk di dalamnya antara lain jam kerja upah keamanan, jumlah kwh listrik kantor terpakai, dan jumlah meter persegi luas pabrik.
2. Kategorikan setiap kos yang akan muncul akibat pemicu kos tersebut.
Pemicu Kos Kos Kategori
Jam mesin jahit Biaya listrik mesin jahit Kos variabel bertahap Jam penanggung jawab
pewarnaan
Biaya tenaga kerja pewarnaan Kos variabel Jumlah bahan baku aksesoris Biaya bahan baku aksesoris Kos variabel Jam kerja upah keamanan Biaya upah tenaga kerja
keamanan
Kos tetap bertahap Jumlah kwh listrik kantor
terpakai
Biaya listrik kantor terpakai Kos variabel bertahap Jumlah meter persegi luas
pabrik
Biaya kebersihan pabrik Kos variabel bertahap
3.
Aktivitas yang memberi nilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan dalam proses produksi dan benar-benar dibutuhkan dilihat dari sudut kepentingan konsumen (menambah nilai bagi konsumen).
Contoh:
Aktivitas penjahitan dari bahan baku hingga membentuk suatu produk. Kemudian setelah selesai menjadi sebuah produk, produk tersebut diuji, diperiksa kualitasnya apakah ada kecacatan atau tidak. Terakhir adalah aktivitas packaging (pengemasan), produk dikemas dengan material yang aman dan menarik agar tidak rusak dalam proses pengiriman.
Ketiga aktivitas tersebut sangat dibutuhkan dan akan menambah nilai produk di mata konsumen.
Aktivitas yang tidak memberi nilai tambah adalah aktivitas yang tidak diperlukan baik oleh konsumen maupun oleh perusahaan karena tidak memberikan keuntungan dari produk tersebut.
Contoh:
PT. Gaya Keren memproduksi produk yang belum dipesan. Hal ini akan menimbulkan pemborosan baik dari segi biaya, waktu maupun tenaga kerja sedangkan produk yang dihasilkan belum tentu laku di pasar.
Kemudian dari adanya produk yang belum dipesan itu menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan. Penumpukan persediaan akan menghambat perputaran modal, risiko rusak atau hilang saat di gudang.
4.
a. Ya, kesalahan produksi yang menyebabkan cacat produk adalah salah satu aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk memproduksi satu produk, bilamana produk tersebut cacat maka akan ada dua opsi yang bisa dilakukan yaitu dijual dengan harga yang sangat murah (barang reject) atau diproduksi ulang. Tentu saja dalam melakukan produksi ulang akan membutuhkan penggantian (tambahan) bahan baku, tambahan penanganan dari
berbagai lini seperti unit produksi, unit quality control dan lainnya, dan hal ini menyebabkan pemborosan.
b. Ya, apapun opsi yang dipilih perusahaan baik langsung menjual produk cacat (reject) tersebut dengan harga murah ataupun diperbaiki dan dijual dengan harga murah (yang tidak seharusnya), aktivitas tersebut tetap merupakan aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Pada dasarnya, menjual produk reject untuk mengurangi kerugian, sejatinya dapat menurunkan citra perusahaan.
Walaupun konsumen merasa mendapat produk dengan harga murah tetapi produk tersebut tidaklah sempurna dan dapat menjadi ‘issue’ yang tidak baik yang dapat beredar di masyarakat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol aliran barang keluar dengan baik dan divisi produksi dan quality control tidak bekerja dengan benar. Di sisi lain, bila produk cacat itu diperbaiki dan dijual kembali, maka harga yang diberikan kepada konsumen tidaklah bisa dinaikkan sehingga hasil penjualan tidak dapat menutup kos akibat pengerjaan ulang dari produk cacat tersebut.
Sumber referensi:
BMP EKMA4315
https://zmanajemen.blogspot.com/2016/11/aktivitas-bernilai-tambah-dan-pemborosan.html https://wave20.blogspot.com/2017/11/memahami-aktivitas-tidak-bernilai-tambah.html