PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Woy, 2013) telah meneliti judul Kewenangan Pemerintah Daerah dalam upaya pemberantasan illegal logging. Hasil dari penelitian ini adalah pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan kegiatan pemberantasan pembalakan liar (Illegal Logging) di Indonesia. Kewenangan yang dimiliki pemerintah diatur dalam Pasal 60 dan Pasal 66 Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999, namun kewenangan yang diberikan masih mempunyai batasan terhadap kewenangan yang dimilikinya. Sementara penelitian saya akan mengkaji peran UPT KPH dalam mencegah pembalakan liar.
Peran Kesatuan Pengelolaan Hutan
Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dan pengendalian. Dengan demikian, dalam konteks pengelolaan hutan lestari, keberadaan KPH akan menjamin keberhasilan pengelolaan sosial, pengelolaan lingkungan hidup, dan pengelolaan ekonomi, dengan uraian sebagai berikut: Pertama, dalam pengelolaan sosial khususnya pemberdayaan masyarakat, akan terjamin adanya masyarakat yang berdaya. . dan akan terjadi sinergi antara hutan dan masyarakat yang akan berdampak pada terpeliharanya keberadaan dan fungsi hutan; Kedua, untuk pengelolaan lingkungan hidup, melalui keberadaan organisasi tapak maka keberadaan hutan dapat terjamin dari ancaman gangguan keamanan hutan, kemudian sinergi dengan masyarakat sekitar hutan akan sangat mendukung proses pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan Hutan
Kelompok masyarakat adat masih menghormati dan mengamalkan kearifan lokal tersebut. Keterlibatan masyarakat lokal penting bagi terwujudnya pengelolaan hutan lestari karena: (1) masyarakat lokal bergantung pada sumber daya hutan dan bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan hutan, (2) masyarakat lokal mempunyai kearifan tersendiri yang sesuai dengan kondisi biofisik mereka. hutan. , (3) Masyarakat lokal mempunyai karakteristik lingkungan yang beragam (biofisik, ekonomi, sosial) yang harus direspon secara tepat dan cepat (Herawan, 2019).
Manajemen Pemerintahaan
Fungsi manajemen merupakan unsur dasar yang akan selalu ada dan melekat pada proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai tujuan. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa manajemen pemerintahan juga menyoroti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap proses-proses yang dilakukan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi-fungsi manajemen pemerintahan yang Taliziduhu Ndraha rujuk dalam bukunya yang berjudul Kybernology (Ilmu Baru Pemerintahan) Jilid 1 (Ndraha antara lain.
Perencanaan pemerintah; dilakukan untuk memperjelas tujuan organisasi dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan (tujuan yang konkrit dan terukur) organisasi. Peran pemerintah sebagai otoritas regulasi adalah pemerintah menyiapkan arah keseimbangan pelaksanaan pembangunan (penerbitan peraturan dalam rangka penyelenggaraan pembangunan yang efektif dan tertib) Sebagai otoritas regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang kemudian dimaknai oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan yang melaksanakan pemberdayaan dalam masyarakat. Peran pemerintah sebagai dinamisme adalah mendorong partisipasi banyak pihak ketika terjadi stagnasi dalam proses pembangunan (mendorong dan menjaga dinamisme pembangunan daerah).
Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya pembangunan (menghubungkan kepentingan berbagai pihak dalam optimalisasi pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau memfasilitasi suasana tertib, nyaman dan aman. termasuk memfasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan seperti bantuan dan pembiayaan. /.
Pembalakan Liar
41 Tahun 1999, yang meliputi kegiatan penebangan atau pemanenan hasil hutan dalam kawasan hutan tanpa mempunyai hak atau izin yang sah, serta menerima, memberi atau menjual, menerima penukaran, menerima gadai, menyimpan, mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidak sah. dilengkapi dengan sertifikat sah hasil hutan. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013, Pasal 3 Ayat 1, Pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa suatu kawasan sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam suatu lingkungan masyarakat alami yang tidak dapat dipisahkan. terpisah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penebangan Hutan, penggundulan hutan adalah proses, cara atau tindakan perusakan hutan melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin, atau penggunaan izin yang bertentangan. maksud dan tujuan pemberian izin pada kawasan hutan yang telah ditetapkan, diperuntukkan, atau sudah ada. Keputusan diproses oleh pemerintah Illegal logging adalah semua kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan hasil hutan kayu secara ilegal. satu.
Hutan juga mengandung ozon (udara bersih) dan air bersih yang sangat diperlukan manusia. Hutan dapat memberikan rasa keindahan kepada seseorang, karena dengan berada di dalam hutan seseorang dapat menghilangkan tekanan dan stres mental; Kawasan yang mempunyai hutan yang baik dan lestari akan banyak dikunjungi wisatawan, baik mancanegara maupun dalam negeri, untuk tujuan rekreasi dan berburu... f) Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan dan keamanan Sejak dahulu kala, hutan mempunyai peranan yang sangat penting. di bidang pertahanan dan keamanan, karena dapat berfungsi sebagai kamuflase bagi pasukan sendiri dan sebagai penghalang bagi pasukan lawan. g) Dapat meningkatkan nilai tukar negara.
Hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan terkait dapat diekspor ke luar negeri sehingga mendatangkan devisa bagi negara.
Kerangka Pikir
Berdasarkan pengertian illegal logging atau illegal logging menurut para ahli di atas, maka illegal logging atau illegal logging adalah penebangan hutan atau pohon lindung secara tidak sah tanpa izin dari pemerintah setempat. Peran Unit Pelaksana Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Mata Allo dalam pencegahan pembalakan liar di kabupaten tersebut.
Fokus Penelitian
Pemerintah sebagai katalis adalah peran UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Mata Allo untuk memperkuat kerja sama pencegahan pembalakan liar di Kabupaten Enrekang. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Mata Allo Unit V mempunyai tugas besar termasuk pelaksanaan pengelolaan hutan di. Kawasan kesatuan pengelolaan hutan terdiri dari beberapa batas kesatuan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) V Mata Allo sebagai berikut.
Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan terdiri dari beberapa batas kawasan hutan produksi Mata Allo Unit V sebagai berikut. Topografi Unit V Mata Allo Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) tergolong sangat parah dengan gambaran berkisar antara atau termasuk kelas kemiringan 4 (curam) dan 5 (sangat curam). Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Kepala UPT KPH Mata Allo Kabupaten Enrekang dalam wawancaranya sebagai berikut.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama dengan UPT KPH Mata Allo Kabupaten Enrekang, wawancaranya adalah sebagai berikut.
Deskripsi Fokus Penelitian
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Jenis dan Tipe Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Informan Penelitian
- Teknik Analisis Data
- Pengabsahan Data
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) V Mata Allo berada pada ketinggian rata-rata 110 hingga 2500 meter di atas permukaan laut dan didominasi oleh perbukitan dan pegunungan. Hal serupa juga ditegaskan oleh Kepala UPT KPH Mata Allo Kabupaten Enrekang dalam wawancaranya sebagai berikut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Koordinator Polisi Hutan Kabupaten Enrekang pada wawancara dibawah ini.
Berdasarkan wawancara di atas, hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala UPT KPH Mata Allo Kabupaten Enrekang dalam wawancaranya sebagai berikut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama dengan koordinator Polhut Kabupaten Enrekang, sebagai berikut. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dari segi katalis pemerintah yaitu UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Mata Allo.
Catatan : Foto diatas adalah hasil wawancara dengan Bapak Muhlis Kepala UPT KPH Mata Allo Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi objek penelitian
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mata Allo Unit V merupakan salah satu dari 16 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Sulawesi Selatan yang dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Pemerintah telah membentuk organisasi/lembaga pengelola hutan (KPH) untuk mengatasi berbagai permasalahan di kawasan hutan. Unit pengelolaan adalah unit pengelolaan terkecil menurut fungsi pokok dan namanya yang dapat dikelola secara efisien dan berkelanjutan.
Dan sebagai langkah awal peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), dukungan sumber daya manusia hingga pengelola yang terampil, profesional dan mempunyai kompetensi di bidangnya serta memenuhi syarat untuk melaksanakan pengelolaan hutan. Kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sangat diperlukan. , serta kontrol.
Deskripsi kawasan hutan Kabupaten Enrekang
Peran pemerintah sangat diperlukan sebagai regulator atau dalam mengelola kebijakan dan menjaga hutan agar tetap lestari.Sesuai wawancara dengan kepala UPT KPH Mata Allo Kabupaten Enrekang dalam wawancaranya sebagai berikut. Berdasarkan capaian pemerintah sebagai regulator dan temuan di lapangan bahwa UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Mata Allo sudah maksimal dalam mengeluarkan peraturan atau kebijakan sesuai Perda No. Berdasarkan wawancara di atas, hal serupa juga ditegaskan oleh pihak Kabupaten Enrekang berikut ini. Koordinator Polisi Hutan dalam wawancaranya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Koordinator Polisi Hutan Kabupaten Enrekang, wawancaranya adalah sebagai berikut. Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah untuk mencegah pembalakan liar, termasuk pemantauan, sosialisasi atau pembinaan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa UPT KPH Mata Allo Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang belum memiliki personel khusus seperti Dinas Kehutanan Provinsi atau Perum Perhutani yang belum memiliki personel khusus seperti Polisi Hutan (POLHUT) atau Penyidik Pejabat Pemerintah (PPNS).
Hal serupa juga diungkapkan atau ditekankan oleh Koordinator Polhut Enrekang dalam wawancaranya sebagai berikut. Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penghambat UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Mata Allo dalam melakukan pencegahan deforestasi adalah karena masyarakat belum memahami pentingnya hutan dan manfaat hutan dimana hutan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan. kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Catatan: Foto di atas didokumentasikan saat wawancara dengan Bpk. Muhlis selaku Kepala UPT KPH Mata Allo Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang dan Bpk. Samsul sebagai POLHUT.
Profil UPT KPH Mata Allo
Faktor penghambat UPT KPH Mata Allo dalam pencegahan
SIMPULAN
Simpulan
Peran Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Mata Allo dalam pencegahan illegal logging di Kabupaten Enrekang ada 4 peran yaitu : Pemerintah sebagai regulator, dimana pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai pemberian izin dan sosialisasi Sebagai informasi kepada masyarakat, sebelum hutan dapat dikelola, harus ada izin terlebih dahulu, dimana pemerintah sebagai dinamisator berperan sebagai penggerak masyarakat dalam hal kesadaran akan kelestarian lingkungan sekitar hutan. Namun ditemukan kurangnya partisipasi pemerintah dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan sosialisasi serta edukasi masyarakat, pemerintah sebagai fasilitator, dimana pemerintah kurang maksimal sesuai dengan informasi yang terus menjelaskan kekurangan tersebut. personel polisi hutan untuk melakukan pengawasan hutan dan minimnya bibit pohon untuk reboisasi menjadi katalis bagi pemerintah yang telah melakukan tindakan edukasi yang maksimal kepada masyarakat dengan mengunjungi lokasi hutan lindung dan pemerintah lebih mengefektifkannya bagi masyarakat.
Saran
Kearifan lokal masyarakat adat dalam pengelolaan hutan di desa adat Seni kecamatan Pacet kabupaten Mojokerto. Prabawati S (2016). Tesis Peran Dinas Kehutanan Dalam Mengatasi Tindak Pidana Illegal Logging (Studi Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri), Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 11 Oktober 2020. Peran Penyidik Dalam Kasus Tindak Pidana Illegal Logging di Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Enrekang (Studi Kasus Putusan Nomor: 03/Pid.Sus/2015/Pn.Ekg), diakses 21 September 2020.
Redaksi, (2018). Peran Strategis Kesatuan Pengelolaan Hutan http://agroindonesia.co.id/2018/03/peran-strategis-kesatuan-pengelolaan-forest-kph/ diakses pada 23 Desember 2020. Catatan: Foto di atas didokumentasikan saat wawancara bersama Bapak Samsul Bahri kepada Koordinator Dinas Kehutanan UPT POLHUUT KPH Mata Allo Enrekang. Catatan: Foto di atas adalah hasil wawancara dengan Pak Sapri, kepala desa sekitar hutan di Kabupaten Enrekang.
Catatan: Foto di atas didokumentasikan saat wawancara dengan Bpk. Yamin Nur, tokoh masyarakat di Hutan Sekita Kabupaten Enrekang.