• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh: SULFIANI SUPARDI. Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh: SULFIANI SUPARDI. Nomor Stambuk :"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

GARAM RAKYAT (PUGAR) DI KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

Disusun dan diusulkan oleh:

SULFIANI SUPARDI Nomor Stambuk : 105640224615

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

HALAMAN PENGAJUAN

TATA KELOLA POTENSI LOKAL BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA

GARAM RAKYAT (PUGAR) DI KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar untuk memenuhi persyaratan guna

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan oleh

SULFIANI SUPARDI Nomor Stambuk : 105640224615

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Sulfiani Supardi

Nomor Stambuk : 105640224615

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/dipublikasikan oleh orang lain atau plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Makassar, 14 Januari 2020

Yang menyatakan,

(6)

v ABSTRAK

SULFIANI SUPARDI, 2020. Tata Kelola Potensi Local Berbasis Pembedayaan Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Anwar Parawangi, dan Handam.

Tujuan Penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Potensi local melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto serta Faktor pendukung dan penghambat program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan reduksi data, penyajian data dan menarik kesipulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program PUGAR belum bisa menerapkan teknik pelatihan yang diperoleh karena terkendala modal. Dari segi tujuan, transparansi dan partisipasi pemerintah masih kurang dalam hal sosialisasi tentang PUGAR sehingga terdapat beberapa bantuan dari progam ini lambat untuk diketahui oleh masyarakat. Adapun bantuan yang diberikan untuk meringankan pekerjaan petambak garam yang digunakan secara bergantian untuk mendapatkan hasil garam yang berkualitas. Program PUGAR merupakan suatu proses dan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan msyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan memilih alternative pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimilii secara mandiri.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

“ Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh “

Segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan magfirah-Nya sehingga meski harus melewati perjuangan yang cukup panjang dan cukup melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul “Tata Kelola Potensi Lokal Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto” dapat di selesaikan.

Skripsi ini adalah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana (SI) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sebagai bentuk karya ilmiah penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan tantangan selama dalam penelitian dan penulisan skripsi ini apalagi waktu, tenaga, biaya serta kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan, arahan serta petunjuk dari Bapak Dr. Anwar Parawangi, M.Si sebagai pembimbing I dan Bapak Handam, S.IP., M.Si sebagai pembimbing II, yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini. Gagasan-gagasan beliau merupakan Kenikmatan intelektual yang tak ternilai

(8)

vii

harganya. Teriring Do’a semoga Allah tuhan Yang Maha Esa menggolongkan upaya-upaya beliau sebagai amal kebaikan.

Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada:

1. Bapak Dr. Anwar Parawangi, M. Si., sebagai pembimbing I, yang telah membimbing penulis dan sekaligus memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulisan Skripsi ini.

2. Bapak Handam, S.IP., M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis sampai rampungnya Skripsi ini.

3. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Tata Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pedidikan di lembaga ini.

4. Para pihak DinasPerikanan dan Kelautan Kabupaten Jeneponto, Bapak Camat Kecamatan Arungkeke dan Masyarakat Petambak Garam di Kecamatan Arungkeke yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Kepada Orang Tua Tercinta Bapak Supardi dan Ibu Suriani, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan serta doa kepada penulis dalam penyelesaian studi. Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tak henti–hentinya untuk penulis.

6. Untuk adek pertama saya Sutriani Supardi dan adek kedua saya Muh. Rezka Nur Sp yang telah membantu saya berupa moral serta moril.

(9)

viii

7. Untuk sahabat tercinta Masda Ulfa, Sulastri Dekakutari, dan Widiyah Astuti yang telah memberikan bantuan tenaga, masukan, motivasi dan semangat yang tak henti-hentiya yang selalu mendampingi saya selama proses penelitian. Terima kasih banyak atas kebersamaan dan dukungan yang selama ini diberikan untuk mendampingi dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Untuk teman-teman 2015 program Studi Ilmu Pemerintahan terima kasih

karena sudah menjadi keluarga selama mengikuti perkuliahan, memberi kenangan yang indah dan selalu saling memberi dukungan kepada sesama, terkhusus untuk Big Family Kelas E.

9. Keluarga besar UKM-Olahraga Unismuh Makassar yang tidak saya sebutkan satu persatu namanya tela membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi terkhusus juga angkatan WS 08 yang selalu memberikan dukungan.

10.Keluarga besar IMPS Rayon Lalabata saudara seperantauan yang telah banyak memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi in dan mengarjakan arti persaudaraan, kebersamaan dan kekeluargaan.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah khasanah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.

Makassar, 15 Januari 2020

Penulis Sulfiani Supardi

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Penerimaan Tim ...iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tata Kelola ... 6

B. Konsep Potensi Lokal ... 11

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 16

D. Kerangka Pikir ... 20

E. Fokus Penelitian... 22

F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 24

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 24

C. Sumber Data ... 24

D. Informan Penelitian ... 26

(11)

x

F. Teknik Analisa Data ... 29 G. Pengapsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34 B. Pengelolaan Potensi Lokal Melalui Program Pemberdayaan Usaha

Garam Rakyat di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneneponto ... 47 C. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Usaha

Garam Rakyat di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ... 59 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Usaha Garam Rakyat di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ...65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pikir ... 21 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Perikanan dan kelautan

Kabupaten Jeneponto ... 42 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kecamatan Arungkeke ... 45

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 data Luas Lahan Tambak Kabupaten Jeneponto... 36 Tabel 4.2 Luas wilayah Kabupaten Jeneponto ... 43 Tabel 4.3 Luas wilayah kecamatan arungkeke ... 44 Tabel 4.4 Model pemberdayaan kinerja PUGAR melalui

Aspek Produksi ... 63 Tabel 4.5 Model pemberdayaan kinerja PUGAR melalui

Aspek Distribusi ... 64 Tabel 4.6 Model pemberdayaan kinerja PUGAR melalui

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas garis pantai 95.181 km dan luas lautnya sekitar 5,8 km² atau 70% dari luas seluruh Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke empat setelah Amerika Serikat, Kanada dan Rusia. Berbagai sektor tercakup di dalamnya, mulai dari masyarakat pesisirnya, nelayan, pulau-pulau kecil, perikanan, sampai sumber daya kelautan lainnya termasuk salah satunya adalah garam, yang kini menjadi objek penting untuk dikaji pemerintah dalam kerangka pembangunan nasional.(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013). Pemenuhan kebutuhan garam nasional selama ini dilakukan melalui produksi sendiri dan impor. Potensi garam dari laut yang besar tidak memberikan kecukupan kebutuhan garam nasional. Dengan potensi dan daya dukung alam kelautan harusnya Indonesia mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan garam sendiri.

Landasan hukum yang mendasari pelaksanaan program PUGAR mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. Per.41/MEN/2011 tentang pedoman pelaksanaan program Pemberdayaan masyarakat mandiri dan perikanan tahun 2011. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, tujuan dari program PUGAR yaitu (1) memberdayakan dan meningkatkan kapasitas petambak garam rakyat yang tergabung dalam KUGAR, (2) meningkatkan akses terhadap permodalan,

(15)

pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi bagi KUGAR, (3) meningkatkan produksi garam konsumsi untuk mendukung swasembada garam tahun 2018, dan (4) meningkatkan kualitas garam rakyat. Berdasarkan perhitngan suplai kebutuhan total garam Indonesia adalah 3,3 juta, yakni dengan rincian untuk garam konsumsi, pengawetan ikan, dan sebagainya sekitar 1,3-1,5 juta ton dan garam industry 1,9 juta ton. Pada tahun 2014, volume impor garam setiap tahunnya meningkat (Rismana: 2013). Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi garam adalah faktor cuaca, rendahnya produktivitas, sektor pemasaran, status kepemilikan lahan, dan proses produksi garam yang masih tradisional. Rendahnya kualitas garam dapat mengakibatkan rendahnya harga yang diterima petambak garam, jelas akan mempengaruhi kesejahteraan petambak garam (Rindayani: 2013).

Berdasarkan permasalahan di atas peningkatan pengelolaan garam dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dari tahun ke tahun menjadi perhatian yang sangat penting bagi pemerintah maupun petani sebagai pelaksana produksi garam. Namun, dalam peningkatan ini yang tidak kalah penting adalah peran dan perhatian pemerntah dalam mengawasi secara berkala dalam segala aktivitas dan kebutuhan petani garam yaitu untuk membantu segala bidang mulai dari proses sampai produksi yang tepat sesuai produksi garam berkualitas hingga pengelolaan hasil produksi. Provinsi Sulawesi Selatan merupkan salah satu provinsi yang memberikan kontribusi terhadap produksi garam nasional. Produksi garam Provinsi Sulawesi Selatan ±150 ton/tahun atau sekitar 15% dari produksi garam nasional yang tersebar di

(16)

Kabupaten Takalar, Pangkep dan Jeneponto. Kabupten Jeneponto menjadi kabupaten penghasil garam terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kontribusi sebesar ±110 ton/tahun. Petani garam di Jeneponto terutama di Kecamatan Arungkeke masih memproduksi garam rakyat dengan teknologi yang masih sangat sederhana (tradisional) sehingga menyebabkan kualitas garamnya rendah (Wahyudi: 2013). Pelaku industri memanfaatkan kecilnya informasi yang diterima oleh petani untuk menekan harga garam ditingkat petani. Kondisi itu menimbulkan informasi tidak sempurna tentang kondisi pasar. Dalam memenuhi kebutuhan garam nasional. Strategi pencapaian garam nasional dilaksanakan Kmementrian Kelautan dan Perikanan melalui kegiatan produksi dan peningkatan kualitas garam rakyat serta pemberdayaan masyarakat petambak garam. Mewujudkan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai melaksanakan program PUGAR ini pada tahun 2011. PUGAR merupakan program permberdayaan yang difokuskan pada peningkatan produksi dan kualitas produk garam serta peningkatan kesejahteraan pendapatan petambak garam (Dep. Kelautan dan Perikanan: 2012).

Program ini telah di implementasikan di Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Jeneponto sejak tahun 2011 hingga sekarang. Kabupaten Jeneponto terletak 90km sebelah selatan Kota Makassar. Sejak dulu Kabupaten Jeneponto terkenal sebagai salah satu daerah dengan tambak garam yang sangat luas yang tersebar dibeberapa kecamatan. Berdasarkan laporan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto pada tahun

(17)

2018 luas wilayah tambak garam 810,00 Ha. Alasan yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Kecamatan Arungkeke yaitu pengelolaan garam di kecamatan tersebut belum maksimal dikarenakan ada beberapa hal yang belum tercapai da hanya memiliki dua desa serta memiliki luas area tambak garam yang cukup luas di antara Kecamatan Bangkala Barat dan Tamalatea sedangkan area tambak garam yang paling luas yakni Kecamatan Bangkala. Produksi garam setiap tahunnya di Kecamatan Arungkeke sekitar 6 ton sampai 11 ton.

Pembangunan industri garam di Kecamatan Arungkeke sangat penting karena memiliki potensi hasil garam sebagai mata pencaharian masyarakatnya. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pihak yang terlibat dalam program PUGAR di Kecamatan Arungkeke antara lain Tim penyuluh/ Staf Dinas Kelautan dan Perikanan yang menangani, dan Petambak garam. Data-data yang diperoleh penulis adalah data primer (diperoleh melalui wawancara) dan data sekunder (diperoleh melalui analisis dokumentasi seperti hasil laporan tenaga pendamping dan tim penyuluh program PUGAR).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengelolaan Program Usaha Garam Rakyat di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto pada tahun 2019 ?

(18)

2. Faktor Apa Saja Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program PUGAR Di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pengelolaan Program Usaha Garam Rakyat Di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto pada tahun 2019

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program PUGAR di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dilakukan agar dapat dijadikan bahan studi perbandingan dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada ilmu pengetahuan, khususnya pada masalah tata kelola pemberdayaan masyarakat melalui program PUGAR. 2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan bahan masukan untuk mengetahui tata kelola pemberdayaan masyarakat melalui program PUGAR serta dapat merubah perekonomian warga dalam masih kurang dan dapat membantu merubah pola piker warga agar menjadi lebih berkembang dan dapat berdaya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tata Kelola

Tata kelola (governance) tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas sebagai unsur utama. Terminologi good governance memang belum baku, tetapi sudah banyak definisi yang coba membedah makna dari

good governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa good governance telah dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin kesejahteraan nasional (national prosperity). Dengan cara meningkatkan akuntabilitas, reliabilitas (kehandalan), dan pengambilan kebijakan, yang diperkirakan di dalam organisasi pemerintah, korporasi (sektor swasta), bahkan dalam organisasi masyarakat sipil.

Tata kelola merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini banyak di bahas dalam ilmu politik dan administrasi publik, terutama dalam hubungan masyarakat sipil, partipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada standar 2110 yang mengatur tentang Tata Kelola (Governace) disebutkan bahwa aktivitas audit internal harus menilai dan membuat rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola yang baik. Menurut Koiman (2009: 273) Governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan

(20)

mekanisme-mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengatrikulasi kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunaka hak dan kewajiban legal mereka. Governance merupakan proses lembaga-lembaga pelayanan, mengelola sumber daya public dan menjamin realita hak asasi manusia. Dalam konteks ini governance memiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi serta pengkuan hak yang berlandaskan pada pemerintahan hukum.

Menurut Mardiasmo (2005: 114) mengemukakan bahwa pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut OECD dan World Bank (Sedarmayanti, 2012), Good Governance sebagai penyelenggaraan manajemen pembangunan solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaraan salah alokasi dana investasi yang langka dan pencegahan korupsi secara politik dan administrasi, serta menjalankan disiplin anggaran dan penciptaan kerangka kerja politik dan hukum bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan. Menurut Rochman (2009: 276) Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan non-negara dalam usaha kolektif. Menurut document United Nation Development Program (UNDP : 2004), tata kelola pemerintahan yang baik adalah “Penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatnya dan merupakan instrument

(21)

kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, dan kohesivitas sosial dalam masyarakat”.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Good Governance merupakan tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan administrasi untuk mengelola berbagai urusan negara disemua tingkatan. Tata pemerintahan tersebut mencakup seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga masyarakat yang mengutarakan kepentingan mereka serta menggunakan hak hukum untuk memenuhi kewajiban pada perbedaan diantara mereka. Dalam memahami pemerintahan yang baik (good governance) yakni pemahaman tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang terdapat didalamnya. Selain dari penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan tanggungjawab baru akan tercapai apabila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi juga memiliki jaringan dan interaksi yang setara. Interaksi dan Kemitraan inilah yang dapat berkembang subur apabila prinsip-prinsip good governance diterapkan dengan baik. Menurut United Nation Development Program (UNDP) prinsip yang dikembangkannya yaitu :

1. Kesetaraan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan 2. Ketanggapan atas kebutuhan stakeholder

3. Kemampuan untuk memediasi perbedaan stakeholder untuk mencapai consesnsus bersama

4. Akuntabilitas kepada stakeholder yang dilayani 5. Transparansi dalam proses pengambilan kebijakan 6. Aktivitas yang didasarkan pada aturan/kerangka hukum

(22)

7. Memiliki visi misi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata kelola yang menjamin keberlanjutan pembangunan sosial dan ekonomi

8. Jaminan atas hak semua orang untuk meningkatkan taraf hidup melalui cara-cara yang adil dan inklusif.

Dari konsep menurut Koiman (2009: 273) Governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Maka dari itu peneliti menggunakan konsep dari Koiman yang dimana dari program pemberdayaan usaha garam rakyat adalah interaksi antara pemerintah dengan masyarakat dengan tujuan yang sama yakni menjadikan negara Indonesia sebagai penghasil garam di Asia Tenggara. Dari program pugar ini produksi garam di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, bahkan pencapaian produksinya melebihi 2,5 juta ton.

Adapun indikator yang perlu diperhatikan pada konsep ini untuk mengetahui tata kelola yang baik :

1. Transparansi

Transparansi merupakan proses keterbukaan menyampaikan informasi atau aktivitas yang dilakukan. Harapannya, agar pihak-pihak eksternal yag secara tidak langsung ikut bertanggung jawab dapat ikut memberikan pengawasan. Memfasilitasi akses informasi menjadi faktor penting terciptanya transparansi ini.

(23)

2. Partisipasi

Partisipasi merujuk pada keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam merencanakan kebijakan. Masukan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan kebijakan dapat membantu pembuat kebijakan mempertimbangkan berbagai persoalan, perspektif, dan opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan suatu persoalan.

Pada aspek tata kelola pemerintahan, maka kita melakukan inovasi dan terus mengevaluasi kinerja pemerintahan khususnya melalui peningkatan kualitas pelayanan publik. “Pada tahun 2017, Jeneponto berhasil meraih prestasi/sebagai daerah dengan iklim investasi tertinggi di Sulawesi Selatan, sebagai wujud kemudahan pelayanan berinvestasi. Berbagai upaya dan pencapaian tersebut, tentunya tidak terlepas dari bantuan, inovasi dan perhatian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Dalam pengelolaannya kabupaten Jeneponto memiliki tata kelola pemerintahan yang baik, dimana pemerintahan kabupaten telah menguncurkan dana bantuan social d beberapa kecamatan. Bantuan yang diberikan berupa penyediaan sarana air bersih, bantuan pendidikan dan bedah rumah bagi masyarakat. Kegiatan tersebut sudah terselengara selama 14 tahun sejak tahun 2005. Dalam hal ini pemerintah dalam mengelola daerahnya memiliki visi misi tertentu. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pemerintah berkoordinasi dengan beberapa perangkat daerah setempat dalam hal kebijakan daerah.

(24)

B. Konsep Potensi Lokal

Potensi berasal dari bahasa latin yaitu potential yang artinya kemampuan. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan (Ensiklopedia Indonesia, 1997). Potensi adalah suatu kemampuan, kekuatan, kesanggupan, ataupun daya yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadii bentuk yang lebih besar (Majdi:2007). Sedangkan definisi lokal lebih menekan pada daerah asal. Potensi adalah kemampuan yang belum dibukakan, kuasa yang tersimpan, kekuatan yang belum tersentuh, keberhasilan yang belum digunakan, karunia yang tersembunyi atau dengan kata lain potensi adalah kemampuan atau kekuatan atu daya, dimana potensi dapat merupakan bawaan atau bakat dan hasil simulasi atau latihan dalam perkembangan. Potensi juga diartikan sebagai suatu kemampuan, kesanggupan dan daya untuk dikembangkan menjadi yang lebih besar lagi (Majdi:2007). Potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan, daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan (Departeman Pend. Nasional, 2008). Jadi, konsep dari potensi lokal adalah kemampuan, kekuatan, atau daya yang dimiliki oleh suatu daerah atau tempat yang dapat dikembangkan untuk menghasilkan manfaat atau keuntungan bagi daerah tersebut.

Potensi lokal adalah kekayaan alam, budaya, dan SDM pada suatu daerah. Potensi adalah suatu bentuk sumber daya atau kemampuan yang terpendam dan belum dimanfaatkan padahal kita memiliki kekuatan untuk keberhasilan itu. Potensi alam di suatu daerah bergantung pada kondisi geografis, iklim,

(25)

dan bentang alam daerah tersebut. Kondisi alam yang berbeda tersebut menyebabkan perbedaan dan ciri khas potensi lokal setiap wilayah. Kekhasan bentang alam, perilaku dan budaya masyarakat setempat, dan kesejahteraan masyarakat membentuk segitiga interaksi yang saling berkaitan.

Untuk Sulawesi Selatan lembaganya tertarik pada pengembangan garam di Kabupaten Jeneponto. Dua tahun mereka telah melakukan penelitian dan pembahasan. Dan menargetkan Jeneponto menjadi pusat pengelolaan garam nasional.Potensi garam, paparnya lebih besar berada di kawasan timur Indonesia. Namun hanya saja, untuk menuju industri garam, sebutnya, harus dilakukan revolusi lahan dan digarap dengan metode berbeda. Revolusi lahan yang maksudkan adalah merekonstruksi lahan dengan metode mengintegrasikan lahan garam. Karena kelemahan yang ada selama ini, petani mendapat air bahan pembuatan garam dari laut langsung. Sehingga masa panenya lama dan kualitasnya rendah serta tata cara pengelolaan belum maksimal.

Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan potensi lokal suatu daerah harus memperhatikan ketiga unsur tersebut. Potensi lokal merupakan segala sesuatu yang terdapat di daerah tersebut yang dimana terdapat kearifan lokal yang dapat dikembang untuk menjadi lebih besar lagi. Menurut Faizal dan Mansur Hidayat dalam buku Aprilia Theresia, Potensi Lokal adalah sumber daya yang tersedia dari wilayah atau daerah tersebut yang masih termasuk dalam geografis wilayah komunitas atau lingkungan sosial.

(26)

Sedangkan menurut penulis yang dimaksud dengan potensi lokal adalah suatu kemampuan atau kekuatan dalam bentuk sumber daya baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia atau sumber daya sosial yang digali oleh suatu daerah atau wilayah tempat tinggal sendiri yang jika digunakan atau dikembangkan akan mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi wilayah atau daerah tersebut.

Mengingat cakupan potensi lokal yang akan diteliti sangatlah luas maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada tata kelola potensi lokal/potensi daerah yang dimana masyarakatnya bekerja sebagai petambak garam untuk penghasil pemerintah daerah tersebut. Kabupaten Jeneponto juga dikenal sebagi penghasil nener dan benur ikan bandeng yang banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan. Wilayah Pesisir Kabupaten Jeneponto yang merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi. Produksi garam tidak hanya mencukupi kebutuhan garam yodium untuk provinsi Sulawesi Selatan saja, tetapi juga menyuplai kebutuhan kawasan timur Indonesia.

Kabupaten Jeneponto juga memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang begitu besar jumlahnya yang tersebar pada semua kecamatan sangat memungkinkan untuk pengembangan sentra industri gula merah. Saat ini pengelolaan gula merah rakyat masih dikelolah secara tradisional sehingga diperlukan adanya terknologi yang lebih modern untuk pengolahan gula merah yang diharapkan dapat menghasilkan produk gula merah dengan kualitas yang bersaing. Perlu juga diketahui dalam pengelolaan potensi lokal

(27)

transparansi di daerah harus terbuka agar masyarakat setempat berpeluang mengelolah sumber daya secara baik dan benar dengan sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah. Pengelolaan potensi lokal haruslah memang diterapkan system transparansi untuk menghimpun sumber daya yang dapat dikembangkan di daerah tersebut agar dapat digunakan dengan bijak dan dapat mengembangkan potensi lokal yang ada didaerah atau diwilayah tersebut. Perlu juga dipahami bahwa dalam pengelolaan potensi lokal harus secara bertanggung jawab dengan apa yan dilakukan, karena orang yang berwenang dalam hal ini adalah orang-orang yang diminta untuk pengelolaan dengan baik.

Akuntabilitas ini berkaitan erat dengan tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya agar dapat berjalan dengan optimal dan sesuai yang diinginkan agar pengembangan dan pengelolaan potensi daerah tersebut dapat memberi contoh kepada daerah lain. Secara konsep partisipasi dalam pengembangan potensi lokal didaerah merupakan saran untuk lebih meningkatkan kualitas daerah tersebut. Dalam hal ini akan bermanfaat bagi masyarakat juga yang dimana pemerintah setempat memberikan bantuan agar sumber daya yang ada di daerah tersebut dikelola dengan baik dan dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam pengembangan potensi lokal ini sangatlah berpengaruh dalam proses perencanaan dalam pengembangan daerah tersebut. Kabupaten jeneponto memiliki sumber daya alam yang sangat membutuhkan investor untuk pengelolaannya. Potensi itu ada dilaut dan di dataran tinggi, seperti jagung, garam dan rumput laut serta potensi midas dan potensi istrik tenaga

(28)

angin dan uap. Ce'la atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan garam atau bahasa ilmiahnya Sodium Chloride (NaCl) memang banyak terdapat di Butta Turatea Jeneponto, karena memang Jeneponto adalah salah satu sentra penghasil garam di Sulawesi Selatan. Ce'la atau garam yang dihasilkan Kabupaten Jeneponto masih terbilang tradisional, oleh karena itu garam dari Kabupaten Jeneponto banyak diminati oleh pelaku bisnis di luar Sulawesi Selatan yang nantinya akan diolah kembali untuk menjadi garam konsumsi dan industri.

Koordinasi antara pemerintah dengan masyarakat untuk pengelolaan potensi lokal ini sangat bepengaruh besar karena apabila tidak terjalin kerjasama yang baik akan menimbulkan hal-hal negative untuk daerah itu sendiri. Dimana masyarakatlah juga berperan penting dalam pengelolaannya dan pemerintah daerah juga harus megambil peran untuk mempromosikan kepada pemerintah pusat bahwa diwilayahnya atau di daerahnya memiliki sumber daya yang dapat dimanfaat dengan baik untuk dikembangkan agar menajdi pusat perhatian baik dari daerah lain agar terinspirasi untuk mengembangkan juga potensi sumber daya yang ada di daearahnya. Selain itu, pembangunan dan destinasi wisata juga terus dilakukan. eneponto secara geografis terbagi atas tiga clusterwilayah. Di pesisir ada potensi kelautan dan perikanan, serta budi daya rumput laut, dengan panjang pantai mencapai 114 km. Di daratan ada potensi pertanian dengan luasnya areal persawahan, peternakan, perdagangan dan wirausaha. Di pegunungan terdapat potensi

(29)

perkebunan, jagung kuning, kopi, palawija, sayur mayur, hortikultura, dan sejenisnya.

Demikian halnya dengan potensi industri, baik industri berbasis rumah tangga (home industry) seperti pembuatan gula merah maupun peluang industri lainnya dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan. Berbagai potensi obyek wisata hendaknya dapat diolah dan dikembangkan, sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pada aspek rata-rata capaian indikator makro ekonomi, yang berbasis pada pertanian, perikanan kelautan, dan ekonomi kerakyatan.

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah membuat suatu komunitas lokal yang memiliki inisiatif atau gagasan dan kemampuan untuk melaksanakan inisiatif itu dengan kemampuan sendiri. Konsep pemberdayaan tidak hanya secara individual, tetapi secara kolektif dan semua itu menjadi bagian dari aktualitas dan koaktualisasi eksistensi diri dalam manusia. Dengan kata lain manusialah yang akan menjadi tolak ukurnya secara normative, structural, dan substantive. Sedangkan Russel-Erlich dan Rievera mengemukakan bahwa pemberdayaan dalam komunitas yang opresif dapat mengikuti perubahan kehidupan ekonomi dan politik bagi masyarakat (Harry Hikmat, 2006). Pemberdayaan merupakan sebuah terminologi yang semakin mendapatkan tempat dalam perspektif upaya untuk melakukan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

(30)

Secara etimologi pemberdayaan berakar pada kata ‘daya’ atau kekuatan, dengan demkian pemberdayaan mengandung arti suatu proses untuk memberikan daya atau kemampuan terhadap individu atau kelompok yang kurang atau tidak memiliki ‘daya’, kekuatan atau kemampuan. Menurut Slamet sebagaimana dikutip oleh Oos M. Awas bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu disini mengandung makna faham, berdaya, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, bekerjasama, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai inisiatif. Penulis dapat memahami pemberdayaan menurut Russel-Erlich dan Reivera adalah proses perubahan yang terjadi di masyarakat lebih cepat dilakukan dengan berkelompok karena kelompok lebih mudah untuk merespon kegiatan dan mudah merubah kehidupan masyarakat.

Menurut Nakley dan Marden pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, kecenderungan primer merupakan proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan dapat menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian masyarakat itu. Kedua, kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar dapat mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang terjadi pada pilihan hidupnya (Harry Hikmat, 2006).

(31)

Pemberdayaan sebagai proses perubahan kondisi sosial ekonomi harus selalu mengedepankan keswadayaan masyarakat. Pandangan tentang keswadayaan masyarakat, dalam hal ini melihat proses pemberdayaan selalu berbasis pada dinamika internal, dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga lebih mengutamakan potensi dan sumberdaya yang tersedia dalam masyarakat itu sendiri. Pandangan ini meniscayakan sebuah keyakinan bahwa didalam setiap kelompok masyarakat selalu tersedia Resourceatau sumberdaya yang merupakan potensi dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Menurut Mubarak (2010), pemberdayaan masyrakat dapat diartikan sebagai upaya untuk dapat memulihkan atau meningkatkan keampuan sat komitas untk mmampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan serangkaian proses yang terdiri atas berberapa tahapan. Menurut Kartasasmita (1996) pemberdayaan meliputi Tahap Pertama yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang; kedua memperkuat potensi atau daya yang dimilki oleh masyarakat (enpowering). Ketiga memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Pemberdayaan dapat dikatakan berhasil jika ada perubahan pola pandangan masyarakat yang menerima proyek (top down), menjadi perencana, pelaksana dan pemelihara proyek (bottom up).

Widayanti (2012) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi konsep public dan dinilai sebagai salah satu pendekatan yang sesuai dengan situasi masalah sosial, terutama masalah kemiskinan di daerah. Dari

(32)

konsep terseut terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menunjukkan tingkat kebrdayaan kinerja program PUGAR yakni:

1. Aspek Produksi

Jenis garam yang banyak diproduksi adalah garam bahan baku industry, pola produksi mass production dengan donasi area pasar lokal, meskipun beberapa usaha telah memasuki pasar nasional.

2. Aspek Dsitribusi

Penjualan masih didominasi pasar lokal disbanding pasar nasional, dengan jumlah produksi garam bahan baku atau bahan olahan konsumsi berkisar antara 50 Kg hingga 300 ton permusim.

3. Aspek Permintaan Pasar

Aspek permintaan pasar diukur melalui segmen pasar industry usaha garam rakyat, bentuk produksi untuk memenuhi permintaan konsumen, daya saing harga dan pengetahuan tentang informasi kebutuhan pasar.

Sedangkan Kindervatter (1979) seperti yang dikutip oleh Fahrudin (2011: 74) adalah proses pendidikan non formal dalam membelajarkan masyarakat sehingga mereka memiliki pemahaman dan mampu mengendalikan kondisi sosial, ekonomi, dan/ atau politik dalam upaya untuk meningkatkan kedudukannya di masyarakat. Fahrudin menjelaskan bahwa strategi pemberdayaan lebih bisa terlihat ketika sasaran, teknik dan tujuan bisa diketahui

(33)

lebih rinci. Berikut ini merupakan model empowerment klien yang diklasifikasikan berdasarkan sasaran, teknik, dan tujuannya.

a. Strategi Mikro yakni Pemberdayaan dilakukan terhadap individu melalui Konseling, terapi, Bimbingan, pembinanan, management stres, konseling perkawinan, dan intervensi krisis. Tujuan adalah membimbing atau melatih klien (penerima manfaat) dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai model pendekatan yang berpusat pada tugas.

b. Strategi Mezzo yakni Pemberdaayan dilakukan terhadap kelompok,

peer group, dan self-help group melalui pendidikan dan pelatihan dan dinamika kelompok. Tujuannya meningkatkan kesadaran pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap agar dapat mengatasi masalah sendiri dan kelompok.

c. Strategi Makro yakni Pendekatan sebagai strategi sistem besar (large sistem strategy), karena sasarannya komunitas dan masyarakat melalui kebijakan sosial, perencanaan sosial, aksi sosial, kampanye, lobbying, media massa appeal, pengorganisasian Masyarakat dan manajemen konflik. Tujuannya, partisipasi masyarakat, meningkatkan performa/kinerja organisasi, perubahan kebijakan, dan perubahan sosio-ekonomi.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep yang mewakili paradigm baru baru dalam pembangunan yang bersifat people centered,

(34)

participatory, empowering, and sustainable (Mato, 2008 dalam Christens, 2012). Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses dan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan memilih alternative pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.

Proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok dan kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan proses untuk membuat masyarakat menjadi berdaya. Setiap anggota masyarakat dalam sebuah komunitas sebenarnya memiliki potensi, gagasan serta kemampuan untuk membawa dirinya dan komunitasnya untuk menuju ke arah yang lebih baik, namun potensi itu terkadang tidak bisa berkembang disebabkan faktor-faktor tertentu.

D. Kerangka Pikir

Sebagian besar penduduk Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto memiliki mata pencaharian sebagai petani sebesar 40% dari total pekerja

(35)

dimana petani ikan dan petani garam dikatagorikan dalam petani. Usaha garam rakyat sejak dahulu telah menjadi sumber pendapatan penduduk terbesar di Kecamatan Arungkeke. Sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka sebelumnya maka untuk melengkapi kerangka pikir pada penelitian ini, peneliti berpedoman dan mengambil 2 indikator pada teori yang dikemukakan oleh Rogers yang dikutip oleh (Koiman, 2009: 273)

Governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut Selain usaha lain yang mempunyai porsi besar yaitu peternak sebesar 22% dan industri jagung dan padi sebesar 15% dari total keseluruhan pekerja di Kecamatan Arungkeke. Beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat produksi usaha garam rakyat antara lain curah hujan, luas tambak garam, dan jumlah petani garam. Untuk lebih jelasnya terdapat skema kerangka pemikiran yang menjadi landasan dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pengelolaan Program PUGAR di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto

Pemberdayaan Petani Garam Indikator Pengelolaan : 1. Transparansi 2. Partisipasi Faktor Pendukung Faktor Penghambat

(36)

E. Fokus Penelitian

Program Pugar tujuan utamanya adalah; membentuk sentra-sentra usaha garam rakyat dilokasi sasaran, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petambak garam rakyat adalah kelompok usaha garam rakyat seta meningkatkan akses terhadap permodalan, pemasaran, informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi tambak garam. Sasaran dari program PUGAR ini adalah kelompok petambak garam yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini dapat menfokuskan masalah terlebih dahulu supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini. Maka peneliti menfokuskan untuk meneliti tata kelola berbasis potensi lokal melalui program PUGAR di Kabupaten Jeneponto.

Fokus pada penelitian ini adalah mengenai pengeolaan potensi lokal melalui program “PUGAR” di kecamatan arungkeke dan pemberdayaan masyarakat melalui program “PUGAR” di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jeneponto

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Secara umum yang dikutip oleh Koiman (2009: 273), menyatakan bahwa tata kelola mempunyai beberapa faktor atau indikator sebagai berikut:

1. Transparansi dalam sebuah pengelolaan potensi lokal yang ada di kecamatan arungkeke mempunyai keunggulan dan nilai lebih yang mencakup dalam pengelolaan potensi lokal sebagaimana

(37)

terciptanya dalam membantu masyarakat untuk mengembangkan hasil potensi yang ada di daerah sendiri.

2. Partisipasi dalam hal pemberdayaan petambak garam merupakan keterlibatan antara pemerintah daerah dengan petambak garam agar dapat terciptanya kerja sama yang lebih intensif dalam hal peningkatan permintaan garam di berbagai daerah, terkhusus di Provinsi Sulawesi Selatan.

(38)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan dilakukan selama 2 (dua) bulan terhitung setelah pelaksanaan ujian seminar proposal. Dan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto dengan alasan karena peneliti menemukan permasalahan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada fokus penelitian.

2. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian yang digunakan adalah tipe penelitin deskriptif. Penelitian deskriptif (penggambaran) yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan apa yang terjadi saat ini.

C. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara

(39)

langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sunber yang sudah ada.

1. Data Primer yaitu data terpenting dalam penelitian yang akan diteliti. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui pengamatan sendiri, maupun melalui daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan jawaban dari daftar pertanyaan yang akan diajukan. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari petani garam di Kec. Arungkeke Kab. Jeneponto untuk analisis deskriptif dalam hal ini data tambak garam melalui teknik berikut :

a. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data yang diperlukan sebagai acuan berkenaan dengan topik penelitian. b. Interview (wawancara) yaitu dengan cara memberikan

daftar pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait didasarkan percakapan intensif dengan tujuan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan melihat atau menganilisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

(40)

2. Data Sekunder yaitu data yang mendukung data primer, mencakup data lokasi penelitian dan data lain yang mendukung masalah penelitian. Data sekunder diperoleh dari observasi dan literatur yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Selain itu juga, data sekunder bisa diperoleh melalui foto-foto yang berhubungan dengan penelitian. data sekunder diperoleh daridinas-dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Data Produksi Garam Kecamatan Arungkeke Kabupaten

jeneponto pada tahun 2018 yang dinyatakan dalam ton, bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto.

b. Data jumlah luas tambak garam pada tahun 2018 yang dinyatakan dalam hektar, bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten jeneponto.

c. Data jumlah petani garam pada tahun 2018 yang dinyatakan dalam orang, bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan orang-orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat lansung dengan masalah penelitian. Dengan mengunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, Jadi dalam hal ini sampling dijaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai

(41)

sumber. Maksud kedua dari informan adalah untuk mengali informasi yang menjadi dasar dan rancangan teori yang dibangun. Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari keragaman fenomena sosial yang diteliti. Informan pada penelitian ini yakni:

1. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jeneponto

Dalam penelitian ini peneliti memilih Kepala dan Staff Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jeneponto karena memiliki pengalaman yang lebih tahu tentang peningkatan produksi garam di kabupaten Jeneponto.

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jeneponto Dalam penelitian ini peneliti memilih Kepala dan Staff Dinas Perdagin Kabupaten Jeneponto karena memiliki pengalaman yang lebih tahu tentang peningkatan pendapatan garam di kabupaten Jeneponto.

3. Petambak garam yang ada di Kabupaten Jenponto.

Dalam penelitian ini peneliti memilih petambak garam karena sebagian dari mereka yang mengolah kristal-kristal tersebut untuk dibuat menjadi garam.

(42)

Daftar Informan

No. Nama

Informan Inisial Jabatan Jumlah

1. Asri AS Kabid Budidaya dan Daya Saing

DKP Kab. Jeneponto 1

2.

Maryam Saraswati

MS Ketua Koperasi Garam Pasar 1

3.

Hasnawati HW Admin Keuangan Koperasi

Garam Pasar

1

4.

Subhan SN Masyarakat/Petambak Garam 1

5. Abi

AB Masyarakat/Petambak Garam 1

E. Teknik Pegumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Observasi (Pengamatan)

Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal pada petambak garam di kabupaten jeneponto.

(43)

Teknik interview merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung terhadap nara sumber. Untuk mendapatkan data primer maka menggunakan teknik wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas dan menggunakan pertanyaan terbuka yang dilakukan oleh porpusive dengan nara sumber atau responden yang dianggap paling banyak mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petambak garam di kabupaten jeneponto.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan melihat atau menganilisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Menurut Sugiyono (2013), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013) analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah dilapangan.

a. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi terdahulu yang akan digunakan untuk menentukan focus penelitian. Fokus

(44)

penelitian masih bersifat sementara dan berkembang setelah memasuki dan selama di lapangan.

b. Analisis Selama di Lapangan

Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Pengelolahan dan analisis data yang dilakukan secara kualitatif, bertujuan untuk mengungkapkan efektivitas program PUGAR melalui beberapa indikator proses pencapaian tujuan PUGAR, yaitu:

1. Produktifitas petambak garam 2. Pendapatan usaha garam 3. Kelayakan usaha garam

Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Didalam melakukan analisis data peneliti mengacu kepada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (2007), yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informan yang

compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

(45)

2. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan.

3. Sajian data yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan memempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusiondrawing/verivication), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data-data dapat diuji validitasnya.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyiono (2012: 121) meliputi uji kredibilitas data, uji transfibility, uji depenability, dan uji

confirmability. Pada penelitian ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan trigulasi. Trigulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat 3 trigulasi dalam keabsahan data, yaitu trigulasi sumber, trigulasi teknik, dan trigulasi waku. Pada penelitian ini, digunakan

(46)

trigulasi sumber. Trigulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Trigulasi sumber akan dilakukan pada petambak garam yang tergabung dalam pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) di kabupaten Jeneponto. Menurut Sugiyono (2008), triangulasi dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 2. Triangulasi teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Pengambilan data harus disesuaikan dengan kondisi narasumber. Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber, dengan arti peneliti membandingkan informasi yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain. Menggali satu sumber yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan waktu yang berbeda (tepat).

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penjelasan lokasi penelitian diperlukan agar dapat mengenal atau mengetahui objek terlebih dahulu sebelum melangkah ke pembahasan atau permasalahan yang di angkat atau dikaji dalam tulisan ini. Penjelasan lokasi dalam hal ini meliputi: profil singkat Kabupaten dan Kecamatan Arungkeke, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta visi misi yang akan dibahas yang menjadi objek penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian yakni pemberdayaan masyarakat melalui Program Usaha Garam Rakyat yang berada di Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Standar program pemberdayan usaha garam rakyat itu sendiri termasuk dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri KP Dan Pedoman Teknis PUGAR. Tujuan dari program PUGAR terutama di Kabupaten Jeneponto yaitu untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas petambak garam yang bergabung dalam kelompok usaha garam rakyat. Pemberdayaan itu sendiri dengan cara meningkatkan produktivitas dan kualitas melalui pemberdayaan usaha garam rakyat sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan para petambak garam.

A.Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Jeneponto

Profil Kabupaten Jeneponto dalam hal ini dipaparkan agar dalam memberikan gambaran dasar atau yang paling umum dari objek dalam

(48)

penulisan ini, sebagaimana yang diketahui bahwa Kabupaten Jeneponto adalah salah satu penghasil garam yang berada di Indonesia terkhusus di Sulawesi Selatan.kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota dari Kabupaten Jeneponto adalah Bontosunggu. Kabupaten jeneponto terletak antara 5º 16’13” - 5º 39’35” Lintang Selatan dn 12º 40’19” - 12º7’31” Bujur Timur. Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar di sebelah Utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah timur, Kabupaten Takalar disebelah Barat dan Laut Flores di sebelah Selatan. Kabupaten Jeneponto memiliki kepadatan penduduk sekitar 457 jiwa/km. luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km² yang meliputi 11 kecamatan yakni:

a. Kecamatan Bangkala b. Kecamatan Bangkala Barat c. Kecamatan Binamu d. Kecamatan Turatea e. Kecamatan Arungkeke f. Kecamatan Batang g. Kecamatan Bontoramba h. Kecamatan Kelara i. Kecamatan Rumbia j. Kecamatan Tamalatea k. Kecamatan Tarowang

(49)

Dari 11 kecamatan di Kabupaten Jeneponto 4 diantaranya adalah penghasil garam yakni, Kecamatan Bangkala, bangkala Barat, Arungkeke dan Tamalatea. Kondisi topografi Kabupaten Jeneponto pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 500 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan air laut (mdpl) yang merupakan lereng pegunungan Gunung Baturape - Gunung Lompobattang. Sedangkan bagian tengah berada di ketinggian 100 sampai dengan 500 mdpl dan pada bagian selatan merupakan pesisir serta dataran rendah dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 100 mdpl. Karena perbatasan dengan Laut Flores maka Kabupaten Jeneponto memiliki pelabuhan cukup besar yang terletak di desa Bungeng. Tabel 4.1

Data Luas lahan tambak di Kabupaten Jeneponto

NO. Kecamatan Luas (Ha) Pemilik

(orang) Penyewa (orang) Produksi (ton) 1 Bangkala Barat 20,41 70 80 2.073,39 2 Bangkala 429,93 1.650 1.662 20.396,65 3 Tamalatea 68,29 300 320 5.233,70 4 Arungkeke 291,37 890 910 11.065,81

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat luas lahan petambak garam yang ada di Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengungkapkan bahwa garam merupakan salah satu pelengkap kebutuhan pangan.

(50)

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu dinas Pemerintah yang ada di Kabupaten Jeneponto yang bergerak dalam hal hasil laut. Dinas Perikanan dan Kelautan terletak di Kecamatan Binamu dan terletak di jalan HV. Worang Tanrusampe. a. Tugas dan Fungsi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jeneponto

1. Tugas dinas perikanan dan kelautan mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan di bidang perikanan yang menjadi wewenang daerah kebupaten jeneponto.

2. Fungsi dinas perikanan dan kelautan dalam melaksanakan tugas tersebut yakni:

a) Perumusan kebijakan dibidang perikanan dan kelautan b) Pelaksanaan kebijakan dibidang perikanan dan kelautan c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perikanan

dan kelautan

d) Pelaksanaan administrasi dinas di bidang perikanan dan kelautan

3. Kepala Dinas mempunyai fungsi tugas pokok membantu BUpati melaksanakan urusan pemerintahan bidang perikanan dan kelautan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuyan ditugaskan kepala pemerintah daerah.

4. Sekretariat mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan peratutan perundang-undangan, secretariat mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi di lingkungan dinas perikanan dan

(51)

kelautan. Dalam melaksanakan tugas, secretariat menyelenggarakan fungsi :

a) Merumuskan bahan penyusun anggaran dan pertanggung jawaban keuangan

b) Melaksanakan pembinaan organisasi dan tatalaksanana

c) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan dan perlengkapan

d) Melakukan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan serta melaksanakan analis dan pengendalian pelaksanaan program dan proyek

5. Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas : a) Menyusun tata naskah Dinas Perikanan dan Kelautan b) Melakukan urusan rumah tangga, protocol dan hungan

masyarakat

c) Melakukan analisis kebutuhan barang-barang keperluan kantor serta pembekalan lainnya

6. Sub bagian program mempunyai tugas :

a) Menyusun dan menglah data untuk bahan penyusunan program

b) Menyusun penyiapan bahan perumusan rencana program dan proyek serta penetapan rencanan strategis pengembangan

(52)

d) Menyusun analisis dan pengendalian peaksanaan program dan proyek

7. Sub bagian keuangan mempunyai tugas :

a) Menyusun rencana operasional kegiatan berserta kebutuhan anggaran

b) Menyusun usulan anggaran

c) Menyusun dan mengolah tata usaha keuangan dan pembukuan, realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

d) Melakukan pembayaran gaji pegawai, keuangan perjalan dinas, penyelesaian tuntutan ganti rugi serta biaya-biaya lainvsebagai engeluaran dinas

8. Bidang Perikanan dan Budidaya dan daya asing mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas perikanan, melaksanakan penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan yang meliputi seksi budidaya dan perikanan, seksi sarana dan prasarana.

9. Bidang Bina Usaha dan Kelembagaan mempunyai tugas yakni melaksanakan sebagian tugas dinas perikanan, penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pesisir.

(53)

10.Bidang Pengawasan dan Perlindungan mempunyai tugas yakni melaksanakan sebagian tugas dinas perikanan melakukan pegawasan dalam melakukan program dan proyek dan perlindungan dalam melakukan ealuasi serta monitoring pelaporan.

11.Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas yakni membantu sub bagian dan bidang-bidang lain dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya.

b. Uraian Visi Misi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jeneponto 1. Visi

Terwujudnya peningkatan perekonomian daerah melalui optimalisasi usaha dan pemberdayaan di bidang perikanan dan kelautan. Makna dari visi tersebut adalah keadaan masyarakat kabupaten jeneponto yang bekerja sebagai petambak garam di daerah pesisir yang mampu bertahan dalam berbagaiperubahan dan berupaya merubah dari kegiatan yang bersifat tradisional menjadi berwawasan industry dan berjiwa bisnis dengan mengutamakan potensi yang ada di daerah. Adapun tujuan dari visi tersebut adalah:

a) Mencerminkan keinginan yang akan dicapai

b) Memberikan arah fokus dan strategis yang jelas c) Memberdayakan potensi yang tersedia di daerah d) Pengelolaan yang produktif dan lestari

(54)

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka perlu dirumuskan misi yag dapat menggerakkan dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai melalui berbagai usaha pelaksanaannya. Adapun misi dari dinas perikanan dan kabupaten jeneponto sebagai berikut :

a) Mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya perikanan dan kelautan yang berkelanjutan dan bertanggungjawab

b) Mengembangkan sarana, prasaran teknologi dan informasi perikanan dan kelautan.

c) Mengembangkan kemandirian kelembagaan

pembudidaya yang tangguh dan berdaya asing

d) Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya serta memperluas lapangan dan kesempatan kerja.

3. Struktur Organisasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jeneponto

(55)

Adapun gambaran administrasi Kabupaten Jeneponto sebagai berikut;

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jeneponto

Sub Bagian Umum & Kepegawaian

Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan

Bid. Perikanan Budidaya & Daya saing

Bid. Bina Usaha & Kelembagaan

Bid. Pengawasan & Perlindungan Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Budidaya & Perikanan Seksi Sarana & Prasana Seksi Pembinaan Kelembagaan & Mutu Pemasaran Seksi Perizinan saha Perikanan & Jasa Kelautan Seksi Pengelolaan Agribisnis & Agroindustri Seksi Pengawasan & Perlindungan Sumber Daya dan Ekosistem Kepala Dinas Sekretariat

(56)

Tabel 4.1 luas wilayah Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan Pada Tahun 2019

No. Kecamatan Jumlah

Desa/Kel. Luas Wilayah (Km²) 1 Batang 6 38,04 2 Bangkala Barat 8 152,96 3 Tamalatea 12 57,58 4 Bontoramba 12 88,30 5 Binamu 13 69,49 6 Turatea 11 58,76 7 Arungkeke 7 29,91 8 Tarowang 8 57,48 9 Kelara 10 43,95 10 Rumbia 12 58,50 11 Bangkala 14 121,82 Jumlah 113 749,79

Sumber: Kabupaten Jeneponto Tahun 2019

2. Profil Kecamatan Arungkeke a. Letak Geografis

Kecamatan arungkeke merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan kecamatan Batang di sebelah Utara, Laut Flores di sebelah Timur, kecamatan Binamu di sebelah Barat dan Laut Flores disebelah Selatan. Sebanyak 7 Desa/Kelurahan di Kecamatan Arungkeke, sebanyak 6 desa di antaranya merupakan daerah pantai dan hanya 1 merupakan daerah bukan pantai. Luas wilayah kecamatan Arungkeke terdiri dari 7 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 29,91 km². dari luas wilayah tersebut nampak bahwa Desa Borong Lamu memiliki wilayah terluas yakni, 7,23 km², sedangkan luas wilayah yang paling kecil adalah Desa

(57)

Arungkeke Pallantikang yakni, 2,73 km². untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kecamatan Arungkeke Menurut Desa Tahun 2019

No. Desa Luas (Ha) Persentase (%)

1 Kampla 3,94 13,17 2 Bulo-bulo 4,82 16,11 3 Palanjau 3,72 12,43 4 Kalumpang Loe 4,38 14,64 5 Arungkeke 3,09 10,33 6 Borong Lamu 7,23 24,17 7 Arungkeke Pallantikang 2,73 9,12 Jumlah 29,91 100

Sumber: Kecamatan Arungkeke Tahun 2019

Kegiatan pemerintahan di Kecamatan Arungkeke dilaksanakan oleh sejumlah aparat pemerintah atau pegawai negeri yang berasal dari berbagai dinas atau instansi pemerintah yang keseluruhannya berjumlah 116 orang, terdiri dari 75 oran laki-laki dan 41 orang perempuan. Jumlah tersebut mengalami penambahan sebanyak 27 orang dari jumlah tahun sebelumnya atau sekitar 24,03%. Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukkan bahwa dari jumlah peduduk yang bekerja sebanyak 5.648 orang adalah petani pangan, sedangankan peternak sebanyak 197 orang, pekerja tambak dan nelayan sebayak 942 orang. Penduduk yang bekerja diluar sector pertanian antara lain perdagangan sebanyak 707 orang, Industri sebanyak 295 orang, Angkutan sebanyak 609 orang, dan Jasa hanya 335 orang. Adapun penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 265 orang.

(58)

Adapun struktur organisasi Kecamatan Arungkeke

Gambar 4.2 Stuktur Organisasi Kecamatan Arungkeke

b. Topografi dan Kelerengan

Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu kecamata yang terletak di dataran rendah. Kecamatan Arungkeke pada ketinggian antara 0-500 mdpl. Ditinjau dari segi kemiringan lereng Kecamatan Arungkeke berada pada kemiringan 0-8. Kelerengan sangat terkait dengan kondisi drainase, yaitu keadaan tergenangnya bagian permukaan tanah oleh air

Kasubag Umum & Kepegawaian Kepala Seksi Pemerintahan Kepala Seksi Ketentraman & Ketertiban Umum Kepala Seksi Pembangunan Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kepala Seksi Pelayanan Umum Camat Sekretariat Kasubag Perencanaan Kasubag Keuangan

Gambar

Gambar  2.1 Kerangka pikir ...............................................................................
Tabel 4.1 data Luas Lahan Tambak Kabupaten Jeneponto..................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jeneponto
+6

Referensi

Dokumen terkait

• Interaksi proses menerjemahkan tujuan antara apa yang diinginkan user dan apa yang harus dikerjakan sistem sehingga akan terjadi interaksi yang baik antara manusia dan komputer.

hak dan kewajiban pemerintah sehubungan dengan pengelolaan parkir belum maksimal. Antara petugas pemungut dan masyarakat belum berjalan seirama. Dalam pemahaman

Untuk memperoleh gelar sarjana penulis telah menyelesaikan tugas akhir di bidang material inovasi dengan judul “Analisis Pengaruh Waktu Sputtering Pd dan Ni pada

Hal ini berarti kemungkinan bahan uji yang dapat meningkatkan frekuensi climbing sebagai parameter aprodisiaka adalah minyak atsiri jahe merah meskipun efeknya tidak sebesar

Kita memperhatikan secara keseluruhan tali tersebut, dimulai dari ukuran, bentuk, hingga pada warna yang pada akhirnya kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa

(2) Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi yang merupakan langkah-langkah kebijakan

DI LINGKUNGAN KANTOR KEMENTERIANAGAMA KABUPATEN TUBAN TAHUN ANGGARAN 2016 PERIODE BULAN JANUARI S/D JUNI 2016.. No Nama NIP Tempat Tugas Gol Januari Pebruari Maret April Mei

Hal ini dapat dikatakan bahwa tanah tersebut telah terkonsolidasi, jadi pada kondisi dahulu tanah tersebut pernah terbebani dengan beban yang lebih besar dari