KENDALA DAN UPAYA PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KOPI DI KECAMATAN AIR HANGAT
TIMUR KABUPATEN KERINCI
JURNAL
Oleh :
DONI SAPUTRA
NIM. 09030009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2016
1 CONSTRAINTS AND THE EFFORTS OF FARMERS TO IMPROVE COFFEE PRODUCTIVITY IN THE DISTRICT OF EAST AIR HANGAT
DISTRICT OF KERINCI
Doni Saputra*, Slamet Rianto**, Ade Irma Suryani**
*) Geography education student of STKIP PGRI West Sumatera
**) Lecturer of geography education of STKIP PGRI West Sumatera ABSTRAK
Doni Saputra (NIM 09030009): constraints and the efforts of farmers to improve coffee productivity in the district of East Air hangat district of Kerinci
The aim of this study was to obtain data and information about the constraints and the efforts of farmers to improve coffee production in the district of East Air Hangat district of Kerinci. This type of research is "quantitative descriptive" is a method in researching the status of human groups, an object, a set of conditions, a system of thought or a class of events in the present.
Based on the results of anaisis data is then obtained on the findings that:
the constraints of farmers in improving productivity of coffee is (1) it is difficult to determine the size and procedure for making holes for planting, (2) determine the types of plants shade, (3) hard to get quality seeds, (4 ) determine the distance of planting, (5) those less familiar with the dose and type of fertilizer for the coffee plants, (6) difficulty in determining pests and diseases, (7) determine the exact time of picking, and (8) the price comes down.
Meanwhile, efforts that farmers are (1) learn what kind of land for coffee plantations, (2) to find out about the type of shade plants of coffee, (3) figuring out how to produce seeds, (4) seek its own way of growing coffee, (5) then farmers seek ways to maintain the coffee plants in the garden that they have started on the watering, replanting, weeding and fertilizing plants, (6) to find out about diseases that attack coffee trees (7) studied how where the harvesting and post-harvest handling right, and (8 ) pay attention to the quality of coffee beans that are expensive.
Key word: Productivity Coffee
PENDAHULUAN 1. Produktivitas
Heizer dan Render (2009:18) mengatakan produktivitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi dengan input (sumber daya, seperti tenaga kerja dan modal).
Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan dua cara yakni
pengurangan input sementara menjaga output konstan atau sebaliknya peningkatan output sementara menjaga input konstan.
Menurut Sinungan (2009:12) produktivitas adalah hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang- barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya, misalnya
2 produktivitas adalah ukuran efisiensi
prroduktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk.
2. Kendala
Kendala artinya rintangan atau hal keadaan yang membatasi hal atau
pencapaian sukses
(Poewadarminta,2006:32).
3. Upaya
Upaya adalah usaha, iktiar untuk mencari maksud tertentu. Tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai suatu yang diinginkan atau merupakan sebuah strategi. Sehingga dalam kehidupan manusia selalu melakukan upaya dalam hidupnya.
Manusia tidak mungkin hidup tanpa tujuan karena manusia selalu memiliki kebutuhan, terutama kebutuhan hidup.
Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya (soeharto, 2002 dalam robby candra, 2015:11).
Pada dasarnya upaya-upaya terbagi dalam beberapa jenis, antara lain:
a. Upaya koraktif, adalah upaya untuk memecahkan atau mengatasi masalah-masalah atau kesulitan yang dihadapi individu.
b. upaya Preservatif, adalah upaya memelihara atau mempertahankan kondisi yang telah kondusif atau baik.
c. Upaya kuratif, adalah upaya pembinaan yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk yang kita jual.
Upaya ini juga berusaha untuk membangun rasa kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan usaha.
d. Upaya adaptasi, adalah upaya yang berusaha untuk membantu
terciptanya penyesuaian dengan lingkungan sekitar.
4. Pembudidyaan Tanaman Kopi Kata budidaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi artinya baik dan daya artinya kemampuan.
Budidaya itu sendiri artinya usaha memperbanyak atau mengembang biakkan dengan cara pembibitan, perawatan, dan mengolah hasil panen guna keperluan hidup sehari-hari.
Budidaya menurut poerwadarminta dalam Siti Masrifatun Na’im (2013) merupakan kebun atau perkebunan.
Kata kata budidaya secara harfiah berarti pemeliharaan. Budidaya juga merupakan suatu system yang digunakan untuk memproduksi sesuatu dibawah kondisi bantuan (sentral edukasi). Budidaya juga berarti sebagai suatu tindakan dimana menjaga, memelihara, dan mengembang sesuatu yang dinyatakan hampir punah.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman kopi:
a. Penyiapan Lahan
Rukmana (2014:117) mengatakan tanaman kopi dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan untuk kebun kopi adalah:
1) Lahan bukaan baru atau hutan cadangan.
2) Lahan bukaan ulang atau dari kopi ke kopi.
3) Lahan rotasi, dari tanaman lain ke kopi secara bergantian.
4) Lahan konservasi, dari tanaman lain ke kopi secara permanen.
5) Penanaman Tanaman Naungan b. Penanaman Tanaman Naungan
Rukmana (2014:120) mengatakan pohon kopi dapat ditanam dengan
3 naungan atau tanpa naungan.
Sebagian besar kebun kopi dilengkapi dengan naungan meski dengan itensitas yang berbeda- beda. Kebutuhan naungan tergantung kondisi tanaman kopi.
Pohon naungan bermanfaat untuk mengurangi penyinaran lansung ( humus tidak lekas hilang ), mengurangi erosi, mencegah embun upas (frost) pada dataran tinggi, sumber bahan organik mengurangi pertumbuhan rumput (weeds), dan sebagai sumber bahan bakar untuk pengeringan kopi.
c. Penyiapan Bibit
Rukmana (2014:126) mengatkan bibit tanaman kopi yang ideal untuk dipindahkan ke kebun kopi adalah bibit yang berumur 7-9 bulan dari persemaian.
d. Penanaman
Rukmana (2014: 129) mengatakan waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan agar penyulaman dapat diselesaikan dalam musim itu juga. Jarak tanam yang digunakan sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe iklim.
e. Pemeliharaan Tanaman
Rukmana (2014: 133) mengatakan keberhasilan budi daya tanaman kopi dipengaruhi banyak factor dalam pemeliharaan tanaman, yaitu pengairan, penyulaman, penyianga, pemupukan, dan pemangkasan tanamanan kopi.
f. Pengendalian Hama dan penyakit Rukmana (2014:155) mengatakan pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) kopi ditujukan terhadap serangan hama dan penyakit.
g. Panen dan Pasca Panen 1) Panen
Tanaman kopi mulai berbuah pada umur 2½ - 3 tahun, tergantung ketinggian daerah tanam, jenis kopi dan keadaan pertumbuhannya. Di dataran rendah lebih capat berbuah, tetapi ukuran bijinya kecil dan tidak lebat. Panen pertama buah kopi sadikit, akan bertambah dari tahun ke tahun dan pada umur 5 tahun ke atas produksi buah tinggi. Pada cuaca atau iklim normal, buah kopi mulai masak sekitar bulan April atau Mei hingga September atau Oktober. Di daerah-daerah basah, distribusi panen lebih merata dibanding di daerah-daerah kering yang masa panennya lebih panjang (April atau Oktober).
2) Pasca Panen
Kegiatan pasca panen kopi meliputi sortasi buah, pengpasan permentasi, pencucian, pengeringan, sortasi biji, pengemasan, penyimpanan, sortasi mutu, dan tranportasi hasil.
h. Pemasaran
AMA dalam kotler dan keller (2009:5) mengatakan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan.
Kotler dan Keller (2009:5) mengatakan pemasaran adalah sebuah proses kemsyarakatan dimana individu dan kelompok
4 memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan ingginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.
METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Soehardi dalam Rahayu (2014).menyatakan “ bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis dari para pesponden dengan maksud untuk memahami dan meramalkan beberapa aspek perilaku dari populasi terhadap kendala dan upaya petani dalam meningkatkan produktifitas kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci.
2. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kopi yang berada di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci yang berjumlah 812 KK dan terdiri dari 25 desa.
b. Sampel
Seperti diketahui bahwa sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi atas keseluruhan populasi penelitian. Menurut Arikunto (2002:110) Mengemukakan "Jika penelitian mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan sampel kurang lebih 10-15% atau 20- 25% atau lebih dari jumlah populasinya".
Dari pendapat diatas maka sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah populasi.
3. Definisi Operasional Variable dan Indikator
Variabel dalam penelitian ini meliputi kendala dan upaya penyiapan lahan, penanaman tanaman naungan, penyiapan bibit, penanaman, pemelihaaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen serta pemasaran.
4. Jenis, Sumber, Teknik Pengumpulan, Dan Alat Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai maka data yang hendak dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer.
b. Sumber Data
Sebagai sumber dalam penggumpulan data maka data primer dikumpulkan dari responden di lapangan, sedangkan data sekundernya diperoleh dari kantor camat, dan instument lain yang dianggap mempunyai data yang relevan.
c. Teknik Pengumpulan Data Taknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara terbimbing melalui penyebaran angket dengan sampel responden yaitu dengan
menggunakan daftar
pertanyaan, sedangkan data sekunder didapat melalui wawancara, observasi dan pencatatan dengan pejabat setempat.
d. Alat pengumpulan data
data primer dikumpulkan melalui wawancara terbimbing dengan responden melalui daftar pertanyaan yang telah
5 disiapkan sebelumnya,
sedangkan data sekunder diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pencatatan.
5. Teknik Analisis Data
Setelah semua data berhasil dikumpulkan kemudian diolah, karena jenis penelitian ini bersifat deskriptif maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknik distribusi frekwensi (statistik deskriptif) dengan perhitungan persentase, seperti dijelaskan Sudidjono (1991:40): “Bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana adanya tentang sesuatu objek yang diteliti maka teknik analisis yang dibutuhkan cukup dengan perhitungan persentase”.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut:
100%
N x P F Keterangan :
P= persentase
F= frekwensi responden (skor yang diperoleh)
N= jumlah responden PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dibahas hasil penelitian tentang kendala dan upaya petani dalm meningkatkan produktivitas kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci.
1. Penyiapan Lahan
Kendala yang ditemui dalam persiapan lahan sebagian besar adalah terdapat pada kesulitan dalam menentukan ukuran dan tatacara pembuatan lubang tanam sebanyak 28 orang atau 32,6%.
Namun untuk upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi kendal persiapan lahan adalah pada umumnya mempelajari jenis lahan untuk kebun kopi sebanyak 33 orang atau 38,4% responden. Hal ini dilakukan petani karena jenis lahan yang mereka gunakan untuk kebun kopi kebanyakan merupakan lahan bukaan baru atau hutan cadangan. Artinya dari 86 responden petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci 28 orang diantara masih belum paham bagaimana menentukan ukuran dan tata cara pembuatan lubang tanam dengan baik dan benar untuk menanam kopi di kebun kopi yang mereka miliki, ini mengakibatkan jarak tanam yang tidak teratur, dan berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon kopi. Dikarenakan ukuran lubang tanam yang tidak serangam.
33 orang melakukan upaya mempelajari jenis lahan.
Upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi kendala diatas tidak sesuai dengan yang dikemukan oleh Rukmana (2014) dimana seharusnya petani melakukan pembuatan lubang tanam untuk menanam bibit kopi dengan cara sebagai berikut: (1) Tetapka tempat lubang tanam yang pertama sejauh setengan jarak tangan dari pinggir atau batas kebun, yaitu sejauh 1 m bila menggunakan jarak tanam 2 x 2 m (2) Pasang ajir dari bilah bambu sebagai tanda tempat lubang tanam, jarak antara ajir 2 x 2 m, Buat lubang berbentuk berbentuk segi empat sesuai ukuran lubang yang diinginkan, minsalnya 50 x 50 cm atau 60 x 60 cm (3) Gali tanah
6 dalam lubang tersebut sedalam 30
cm. Tanah galiannya diangkat kebagian kiri lubang yang terkena sinar matahari pagi (4) Perdalam lubang tadi hingga 50 cm hingga menjadi 50 x 50 x 50 cm. Tanahnya diangkat ke bagian kanan lubang atau yang terkena sinar matahari siang atau sore (5) Kering-anginkan lubang tanam minimal selama 15 hari agar gas racun dalam tanah menguap (6) Masukkan kembali lapisan tanah yang berasal dari dasar lubang ke tempat semula, dan lapisan tanah atas dicampur pupuk kandang atau kompos 20-40 kg dan dimasukkan kedalam lubang tanam.
Rukmana (2014:117)
mengatakan ukuran lubang tanam 0,4 x 0,4 x0,4 m dan maksimal 1 x 1 x 1m, tergantung struktur lahan.
Pada tanah yang berat, lubang dibuat lebih besar agar dapat diisi lebih banyak bahan organik. Pada tanah yang mempunyai lapisan batu pedas atau kerikil, lubang tanam perlu lebih dalam hingga menembus lapisan tersebut. Pada tanah yang tidak mempunyai lapisan pedas (kerikil) dapat dibuat lubang ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 0,6 x 0,6 x 0,6 m.
2. Penanaman Tanaman Naungan Kendala yang di hadapi petani dalam penanaman tanaman naungan sebagian besar terdapat pada kurangnya informasi penyesuain tanaman dengan lahan 32 orang atau 37,2%. 62 orang responden atau 72,1%
menggunakan jenis tanaman lain.
Artinya dari 86 responden petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci 32 orang diantara masih tidak mengetahui jenis tanaman naungan untuk lahan
yang mereka gunakan dan 62 orang petani menanam jenis tanaman penaung selain yang sudah ditetapkan. Jika hal ini terus berlansung lama maka akan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap tanaman kopi yang dimiliki petani.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat tang dikemukakan Rukmana (2014:21) Mengatakan Jenis tanaman naungan dibedakan menjadi dua yaitu tanaman naungan sementara dan tanaman naungan tetap. Tanaman naungan sementara dimaksudkan untuk memberi naungan pada tanaman kopi sebelum pohon naungan tetap dapat berfungsi dengan baik (belum cukup besar). Beberapa jenis tanaman naungan sementara adalah Flemingia Congesta, Leuceana Glauca, Clotalaria Anagyroides, Crotalaria Usanamoramoensis, Tephrosia Candida, Desmodium Vogelii, Acacia Villosa. Untuk tanaman naungan tetap yang banyak digunakan antara lain Lamtoro ( Leuceana Glauca), Dadap Serep (Erythrina Subumbrans), Dadap Suriname ( E.
micropteryx), dan Sengon (Albizia falcate, A. Sumatrana).
Namun untuk upaya yang dilakukan 45 atau 52,3% petani dalam mengatasi Kendal penanaman tanaman naungan adalah Mencari tahu tentang jenis tanaman penaung kopi.
3. Penyiapan bibit
Kendala yang di hadapi dalam penyiapan bibit adalah sebagian besar petani susah mendapatkan bibit unggul sebanyak 53 orang atau 61,6%. Artinya dari 86 orang
7 responden petani kopi di kecamatan
Air Hangat Timur kabupaten Kerinci 53 orang terkendala susahnya mendapatkan bibit unggul untuk mereka tanam di kebun kopi yang mereka miliki. Namun untuk bibit yang banyak di tanam adalah jenis Robusta. dan upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi Kendala persiapan bibit pada umumnya mereka menanam bibit secara lansung sebanyak 33 orang responden.
Jenis kopi Robusta sebenarnya tidak sesuai untuk ditanam di kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci karena daerah ini barada pada ketinggin 800-2000 m DPL. memiliki keadaan iklim tropis dengan suhu rata-rata 220. dimana seharusnya dengan ketinggian tempat yang dimiliki kecamatan Air Hangat Timur jenis kopi yang ditanam adalah jenis Arabika. Nurhakim dan Rahayu (2014:26) mengatakan kopi robusta adalah kopi yang umum tumbuh di daratan rendah, kurang lebih antara 400-700 m dpl, dengan suhu rata- rata 21-240C. Memiliki tingkat produksi yang tinggi serta resisten terhadap serangan penyakit karat daun (hemileia vastatrix).
Rukmana (2014:128)
mengatakan Bibit tanaman kopi yang baik memenuhi criteria berikut: Tumbuh normal dan berukuran seragam, tidak terserang hama penyakit, batang dan daun bersih dan kelihatan segar, mempunyai akar tunggang yang lurus, serta bibit berasal dari parietas unggul yang dianjurkan.
Berdasarkan standar operasional dan prosedur (SOP) pemeriksaan kebun pembibitan kopi (coffea
spp), keragaan bibit tanaman kopi yang baik memenuhi syarat sebagai berikut: umur bibit minimal 6 bulan, tinggi bibit minimal 40 cm, jumlah daun minimal 5 pasang, diameter batang minimal 8 cm, warna daun hijau segar, panjang daun minimal 7 cm, lebar minimal 3 cm, bibit dalam keadaan sehat.
4. Penanaman Kopi
Dalam penanaman kopi petani kopi di kecamatan Air Hangat Timut kabupaten Kerinci banyak memiliki kendala. Kendala yang di hadapi 34 orang atau 39,5% petani dalam penanaman kopi adalah kesulitan dalam menentukan jarak tanam. Artinya dari 86 responden di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci, 34 responden masih terkendala bagaimana cara menentukan jarak tanam yang baik dalam penanaman kopi. Oleh sebab itu petani di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci masih banyak yang tidak memiliki sistem jarak tanam sebanyak 31 orang atau 36% responden. Namun untuk upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi Kendal penanaman kopi yaitu sebagian besar petani mengusahakan sendiri cara menanam kopi sebanyak 55 orang atau 64% responden.
Upaya yang dilakukan petani kopi di kecamatan Air Hangat timur kabupaten Kerinci tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Balai Penelitian Perkebunan dalam Rukmana (2014:129) yang menjelaskan sistem jarak tanam yang umum digunakan untuk penanaman kopi yaitu sistem jarak tanam segiempat, sistem jarak tanam pagar dan sistem jarak tanam pagar ganda.
8 untuk kopi robusta sistem jarak
tanam segiempat ditanam dengan jarak 2,5x2,5 m sampai 2,75 x 2,75 m, untuk sistem jarak tanam pagar ditanam dengan jarak 1,75 x 3,5 m, dan sistem jarak tanam pagar ganda ditanam dengan jarak 2x2x3,5m sampai 2x2x4 m. Sedangkan untuk kopi arabika menggunakan sistem jarak tanam yang lebih sempit dibanding kopi Robusta yaitu untuk sistem jarak tanam segiempat kopi arabika memerlukan jarak 2x2,5 m sampai 2,5x2,5 m, untuk sistem pagar kopi arabika hanyak menggunakan jarak tanam 1,5x3 m, dan untuk sistem pagar ganda hanya 1,5x1,5x3 sampai 1,5x1,5,x4 m.
5. Pemeliharaan Tanaman
Dalam pemeliharaan tanaman petani kopi di kecamatan Air Hangat kabupaten Kerinci tidak terlepas dari kendala yang mereka hadapi. Kendala yang paling banyak ditemukan oleh petani di kecamatan air hangat timur sebanyak 30 orang atau 34,9%
responden masih Kurang paham dengan jenis dan dosis pupuk untuk tanaman kopi. Namun untuk upaya dalam mengatasi kendala pemeliharaan tanaman kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci, petani pada umumnya atau sebanyak 41 orang responden mengusahakan sendiri cara memelihara tanaman di kebun yang mereka miliki mulai dari pengairan, penyulaman, penyiangan dan pemupukan tanaman. hal ini mereka dapatkan dari pengalaman sebagai petani kopi serta didapatkan dari orang lain.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang di kemukakan Nurhakim dan Rahayu (2014:96) mengatakan dosis pupuk yang terlalu sedikit atau terlalu banyak yang diberikan ke tanaman kopi akan sama-sama berakibat buruk pada tanamannya.
Aktivitas yang dilakukan petani dalam pemeliharaan tanaman kopi sudah sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Rukmana (2014:133) yang mengatakan keberhasilan budidaya tanaman kopi dipengaruhi banyak faktor, diantaranya kegiatan pemeliharaan tanaman. kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi berbagai aktivitas yaitu pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pemangkasan.
6. Hama dan Penyakit
Pada umumnya hama dan penyakit merupakan dua hal yang sering menyerang dan merugikan petani kopi di Indonesia pada umumnya dan kecamatan Air Hangat Timur pada khususnya.
Kendala yang dihadapi petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur untuk mengatasi hama dan penyakit sebagian besar adalah karena kesulitan dalam menentukan hama dan penyakit yang menyerang tanaman di kebun kopi yang mereka miliki sebanyak 54 orang atau 62,8%. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit tanaman kopi. Artinya dari 86 orang responden petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci 54 orang diantara masih kesulitan dalam menentukan hama dan penyakit.
Jika hal ini terus berlansung lama
9 maka akan memberikan pengaruh
yang kurang baik terhadap tanaman kopi produksi kopi petani. Namun upaya yang biasa dilakukan petani untuk mengatasi kendala hama dan penyakit sebagian besar adalah mencari tahu tentang penyakit yang menyerang tanaman kopi di kebun yang mereka miliki sebanayak 38 orang atau 44,2%, dimana biasanya jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi mereka adalah jenis penyakit pada bunga dan buah sebanyak 34 orang atau 39,5%.
Penyakit yang menyerang tanaman kopi petani sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nurhakim dan Rahayu (2014) yang mengatakan jenis penyakit yang menyerang tanaman kopi yaitu penyakit pada akar, penyakit pada akar dan ranting, penyakit pada daun dan penyakit pada bunga dan buah.
Nurhakim dan Rahayu (2014:116) mengatakan penyakit pada bunga dan buah biasanya disebabkan oleh serangga, jamur, dan nematoda. Akibatnya tanaman kopi terserang penyakit rontok buah, antara lain sebagai berikut:
Buah-buah muda berguguran akibat serangan penyakit akan menyebabkan penurunan produksi bisa mencapai 7-14%, Biji kopi yang terserang penyakit akan menghasilkan biji yang berkualitas rendah. Biji-biji yang dihasilkan tidak memenuhi standar F.A.Q (Fir Average Quality of the Season), penyusutan bobot biji kopi disebapkan oleh lubang-lubang akibat ulah hama serangga.
Persentase penyusutan bobot biji
bisa mencapai 30-50% dati bobot hasil panen normal.
7. Panen dan Pasca Panen
Petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci sebagian besar terkendala dalam penen dan pasca panen tanaman kopi, hal ini terlihat dari sebagian besar petani kesulitan dalam menentukan waktu pemetikan yang tepat sebanyak 40 orang atau 46,5%. Artinya dari 86 responden 40 orang diantaranya masih kesulitan menentukan waktu pemetikan yang tepat. Namun upaya yang dilakukan sebagian besar petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci adalah belajar bagaimana cara panen dan penanganan pasca panen yang benar sebanyak 33 orang atau 38,4%. Selanjutnya untuk jenis pemetikan petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci sebangian besar melakukan jenis pemetikan habis atau racutan (memetik seluruh buah kopi dari pohon) sebanyak 58 orang atau 67,4%.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rukmana (2014:203) mengatakan untuk cara penen yang baik dilakukan dengan memetik buah satu per satu dari tiap dompol dengan arah ke atas sehingga bantalan tangkai buah tidak rusak dan tahun depan ditumbuhi buah lagi. Pemetikan buah dengan cara merampas tidak dianjurkan karena dapat merusak bantalan buah buah itu. Interval dilakukan 2-3 minggu sekali. Sedangkan untuk Kegiatan pasca panen kopi meliputi sortasi buah, pengupasan, permentasi, pencucian, pengeringan, sortasi biji, pengemasan, penyimpanan,
10 sortasi mutu, dan tranportasi hasil.
Penanganan kopi pasca panen perlu memperhatikan keamana pangan.
Rukmana (2014:197) mengatakan pada cuaca atau iklim normal, buah kopi mulai masak sekitar bulan April atau Mei hingga September atau Oktober. Di daerah-daerah basah, distribusi panen lebih merata dibanding di daerah-daerah kering yang masa panennya lebih panjang (April atau Oktober). Upaya untuk mengurangi resiko terserang bubuk buah, biasanya pemetikan dilaksanakan di bulan Februari- Maret.
8. Pemasaran
Petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur kabupaten Kerinci biasanya dalam pemasaran kopi sering terkendala dari harga yang sering turun kemudian persaingan yang tidak sempurna serta ketergantungan terhadap pelaku pasar. Hal ini dikarenakan biasanya kopi yang mereka hasilkan hanya di jual kepada pedangan pengumpul desa disamping itu pedagang pengumpul desa biasanya membeli kopi dengan mempertimbangkan kondisi biji kopi yang diperdagangkan. Dikecamatan Air Hangat Timur Biji kopi yang di perdagangkan sudah berbentuk kopi beras.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Rukmana (2014:206) yang mengatakan biji kopi yang diperdagangkan adalah kopi beras. kopi beras adalah meerupakan hasil pengolahan biji kopi primer, berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kuliti tanduk dan kulit ari.
Kopi beras berasal dari buah kopi
yang telah mengalami beberapa proses pengolahan.
Upaya yang dilakukan petani kopi di kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci pada umumnya adalah memperhatikan kualiats biji kopi supaya harganya mahal. Biasanya hal ini dilakukan dengan cara memilih buah kopi yang masak untuk kemudian dilakukan sortasi buah kopi selanjutnya diiringi dengan penjemuran kemudian dilakukan sortasi kembali setelah itu dilakukan pengupasan, pengemasan dan pengudangan. Hal ini dilakukan karena pedagang pengumpul desa di kecamatan Air Hangat timur kabupaten Kerinci masih mempertimbangkan apakah biji kopi tersebut di olah secara kering atau diolah secara basah, dan juga memperhatikan teknik pengolahannya yang sudah sesuai prosedur atau belum untuk mempertimbangkan harga kopi yang akan mereka beli.
11 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Assauri, Sofjan. 2009. Manajemen Pemasaran Dasar,Konsep,dan Strategi,Edisi Pertama, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
BPS. 2013. Kabupaten Kerinci Dalam Angka. Kabupaten Kerinci BPS. 2014. Air hangat Timur Dalam Angka. Kabupaten Kerinci
Candra, Robby. 2015. Upaya dan Kendala Pengusaha Kerupuk Jangek Meningkatkan Produktivits di Kota Padang . (SKRIPSI) Geografi STKIP PGRI Sumbar.
Danang, Sunyoto. 2012. Teori, kuesioner, Dan Analisis Data Sumber Daya Manusia (Praktik Penelitian). Cet. 1. Yogyakarta : CAPS (Center for Academic Publishing Service).
DKPKK. 2015. Lasu Aral tanam,Produksi, Rata-rata Produksi dan Jumlah Petani Kopi. Kabupaten Kerinci
Harmanto, Gatot. 2007. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Geografi.
Bandung : Yrama Widya.
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta ; Salembar Empat.
Indra, 2011. Penentuan Skala usaha dan Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Kopi Rakyat di Kabupaten Aceh Tengah.Agrisep Vol. (12) No. 1. Banda Aceh
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Masrifatun Naim, Siti. 2013. Kendala Dan Upaya Petani Dalam Meningkatkan Produktivitas Karet Di Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. (SKRIPSI) Geografi STKIP PGRI Sumbar.
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen, Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.
12 Nuhfil Hanani, Rosihan Asmara dan Fahriyah. 2012. Persaingan Ekspor Kopi
Indonesia Di Pasar Internasional
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2012/12/jurnal-kopi-perhepi-nuhfi.pdf (Diakses 12 juni 2015).
Nurhakim, Yusnu Iman & Rahayu, Sri. 2014. Perkebunan Kopi Skala Kecil Cepat Panen. Depok : infra Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahardjo, Puddji. 2013. Kopi Panduan budi daya dan pengolahan kopi arabika dan robusta. Jakarta Penerbar Swadaya.
Rahayu, Tesa. 2014. Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah Di Nagari Guguak Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Padang
Rahmat, H.Rukmana. Untung Selangit dari Agribisnis Kopi. Yogyakarta :Lily Publisher.
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Retnandari dan Tjokrowinoto. 1991. Kopi, Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta :Aditya Media.
Risnandewi, Tri. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung. Jawa Tengah: (JURNAL) Litbang, Volume 11 Nomor 1 Badan Penelitian dan Pengembangan.
Sartohadi, Junun, Indah Sari Dewi, Nur, Jamulya. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar.
Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS, Tuntunan Praktis dalam menyusun Skripsi. Jakarta : Elex Media Komputindo
Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja Suatu Tinjauan Dari Aspek Ergonomi Atau Kaitan Antara Manusia Dengan Lingkungan Kerjanya. Bandung : Mandar Maju.
Sinungan, Muchdarsyah. 2009. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
13 Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.
Thomas, juhara. 2015. Rendahnya Produktivitas Kopi Jadi Kelemahan.
http://agroinfo.co.id/index.php/2015/05/16/rendahnya-produktivitas-kopi- jadi-kelemahan/ (Diakses 12 juni 2015).
Zheniotdet. 2009. Pemupukan Terpadu Tanaman Kopi.
http://zheniordet.blogspot.com/p/pemupukan-terpadadu-tanaman-kopi- coffee.html?m=1 (Diakses 25 Juni 2015).