• Tidak ada hasil yang ditemukan

l,l r, - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "l,l r, - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

{

FAKTOR PENYEBAB PERILAKIU MEI\IYONTEK DI SMA NEGE,RI

16

PADANG

ARTIKEL

pb l,l

r,

)+ lo

Oleh:

RIKA GUSTRIA NPM:

11060217

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAII TINGGI KEGURUAN DA}[ ILMU PENDIDIKAI\

(sTKrP) PGRr

STTMATERA

BARAT PADANG

2016

(2)

1

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYONTEK DI SMA NEGERI 16 PADANG

Oleh:

Rika Gustria Rici Kardo M.Pd Fuaddillah Putra, M. Pd., Kons

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by the students who cheat by using a small note. The purpose of this research is 1) Factors causing the cheating habits in terms of the pressure that is too large 2) Factors causing the cheating habits in terms of moral education both at home and at school. This research is quantitative descriptive. The population in this study as many as 240 people. The sampling technique is done by proportional cluster random sampling. The number of samples in this study 240peserta learners. Data were obtained through a questionnaire. data were processed using data analysis techniques percentage. Based on the results of research on the causes of cheating behavior in SMA 16 Padang can be concluded as follows: 1) factor too much pressure is in the category quite a lot, which means that the factors causing the cheating behavior seen from too much pressure is pretty much felt by learners. 2) Factors causing the cheating behavior of moral education is seen in many categories, this research is recommended to students to be more emphasis on quality learning.

Keywords: Factors causing the cheating behavior PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional memiliki tujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang ada disekitarnya. Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian pendidikan yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa terdapat dua hal pokok yang berperan dalam pendidikan yaitu:

(1) pendidik yang bertugas mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, (2) peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk pencapaian tujuan pendidikan yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai

keterampilan yang diperlukan baik oleh dirinya maupun untuk masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sudjana (2004) menjelaskan bahwa belajar merupakan salah satu kegiatan untuk menguasai sesuatu yang baru melalui pengalaman dan penerapan disiplin. Sejalan dengan pendapat di atas Majid (2005) juga mengemukakan bahwa belajar adalah proses menguasai ilmu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses dalam kehidupan untuk menguasai sesuatu yang baru dan memperoleh perubahan- perubahan dalam kehidupan seperti tingkah laku, namun dalam proses belajar yang terjadi di dunia pendidikan terdapat perilaku-perilaku peserta didik yang menyimpang salah satunya adalah adanya perilaku menyontek pada peserta didik.

(3)

Donal,2006 (Hartanto, 2012:10)

“Menyontek, secara sederhana dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur”. Selanjutnya menurut Kelly R.Taylor,2003 (Hartanto, 2012:11) menyontek adalah mengikuti ujian dengan jalaan melaluhi jalan yang tidakk jujur ,menjawab pertanyaaan dengan tidak semestinya. Kemudian menurut McCabe,2001 (Hartanto,2012:11) bahwa mencontek adalah orang yang dapat menerima atau melakukan kegiatan mengcopy atau menyalin (menjiplak) pekerjaan orang lain pada saat tes atau menggunakan catatan yang tidak diperbolehkan atau membantu seseorang dalam menyontek ketika tes berlangsung.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah suatu upaya yang dilakukan peserta didik dalam melakukan kegiatan ujian dengan melaluhi jalan yang tidak jujur baik menerima atau melakukan kegiatan mengopi atau menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian sedang berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya prilaku mennyontek.

Menurut Finn,2004 (Hartanto, 2012:

37) penyebab terjadinya perilaku menyontek yaitu adanya tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, keinginan untuk menghindari kegagalan, adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil, kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah, dan tidak adanya sikap yang menentang perilaku menyontek di sekolah. Pada saat semua itu terjadi, menyontek menjadi pilihan yang membebaskan peserta didik dari lima hal atau salah satunya maka perilaku menyontek akan menjadi kebiasaan.

Selanjutnya menurut

Hartanto,(2012:32) penyebab lain terjadinya perilaku menyontek adalah ingin membahagiakan pihak lain seperti keluarga Peserta didik ingin membuat orang tua bangga sehingga dalam ulangan atau ujian melakukan tindakan menyontek. Sebaliknya peserta didik yang takut mendapatkan hukuman yang berat dari orang tua karena hasil belajar yang buruk juga menjadi alasan peserta didik menyontek.

Kartono (1985:87) mengemukakan bahwa penyebab pokok dari kebiasaan menyontek adalah :

1. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka atau nilai yang diperoleh anak dalam tes, ulangan, atau ujian.

2. Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan kepada kehidupan anak-anak, sehingga kemampuan untuk membedakan antara

yang benar dan salah kurang dikembangkan.

3. Kebiasaan menyontek lebih sering dilakukan oleh peserta didik yang kurang rajin dalam belajar yang ketinggalan dalam studi yang menghadapi kesulitan dalam belajar dan yang kurang bertanggung jawab dalam belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa begitu banyaknya alasan yang dijadikan peserta didik untuk menyontek seperti tekanan yang terlalu besar untuk mendapatkan nilai yang tinggi harus bisa diatasi oleh peserta didik itu sendiri. Peserta didik yang tidak mampu mengatasi tekanan tersebut tentunya memilih cara pintas agar tekanan itu cepat hilang dan dirinya kembali dalam kondisi aman. Selanjutnya cara pandang yang tertanam seperti itulah yang membuat menyontek menjadi satu kebiasaan yang terjadi secara terus menerus. Kebiasan tersebut tentunya dapat diganti dan ditinggalkan tergantung bagaimana usaha dari diri individu itu sendiri dan dibantu oleh guru, orang tua dan semua pihak yang terkait dengan proses belajar peserta didik tentunya.

Seorang guru tentunya merasa bertanggung jawab atas kebiasaan menyontek yang dimiliki oleh peserta didiknya, baik itu guru mata pelajaran ataupun guru BK. Menurut Slameto (2003:98) menyatakan guru bukan hanya di tugaskan untuk mengajar namun guru adalah direktur pengarah belajar yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, serta memiliki peranan yang lebih terperinci yaitu guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator, dan sebagai pembimbing.

Kelima peranan tersebut tentunya terkait dengan peserta didik yang memiliki tiga aspek kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, dimana membentuk ketiga aspek tadi menjadi kearah yang positif adalah peran dari seorang guru yang disebut dengan direktur pengarah belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penulis pada tanggal 20 juni 2015 di SMA Negeri 16 Padang yang dilakukan pada satu orang guru mata pelajaran yang hasilnya memang ada peserta didik yang menyontek di dalam kelas namun tidak semuanya seperti itu dan gurupun menegur bagi mereka yang melakukannya, namun jarang sekali yang dibawa keruangan BK untuk masalah ini.

(4)

Dari hasil observasi di kelas pada pelaksanaan ujian Mid Semester tanggal 18 Juli 2015 yaitu 1. adanya tekanan pada peserta didik yang menyontek dengan menggunakan catatan kecil,2. adanya peserta didik yang meyalin jawaban dari peserta didik lain, 3.adanya peserta didik yang meminta jawaban lewat telepon genggam,4.

adanya peserta didik yang meniru dan reaksi guru pengawas ujian yaitu guru membiarkan tindakan peserta didik yang menoleh kiri- kanan untuk menyontek,5. guru mengizinkan peserta didik untuk melihat jawaban teman asalkan tidak bersuara,6.

guru membiarkan mengabaikan catatan kecil yang dilemparkan oleh peserta didik.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik dengan mengangkat judul tentang “Faktor Penyebab Perilaku Menyontek di SMA Negeri 16Padang”.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat identifikasi masalah, yaitu : 1 Adanya peserta didik yang menyontek di

dalam kelas.

2 Adanya guru yang mengabaikan setiap perilaku menyontek yang terjadi saat tes di kelas.

3 Adanya peserta didik yang menyontek dengan menggunakan catatan kecil saat ujian mid.

4 Adanya peserta didik yang mengkopi jawaban dari peserta didik lain di saat ujian mid.

5 Adanya peserta didik yang meminta jawaban lewat hp di saat ujian mid.

6 Adanya peserta didik yang mengkopi paste di saat ujian mid.

7 Adanya guru pengawas mengizinkan peserta didik untuk melihat jawaban teman asalkan tidak bersuara di saat ujian mid.

8 Adanya guru membiarkan mengabaikan catatan kecil yang dilemparkan oleh peserta didik tanpa tindakan tegas mendidik di saat ujian Mid.

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas , maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana faktor penyebab perilaku menyontek di SMA Negeri 16 Padang ?

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1 Faktor penyebab kebiasaan menyontek ditinjau dari tekanan yang terlalu besar 2 Faktor penyebab kebiasaan menyontek

ditinjau dari pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2006:234) “Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan ‘apa adanya’ tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan”.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2016 di SMA Negeri 16 Padang. Peneliti memilih tempat ini sebagai tempat penelitian karena masalah yang akan diteliti adalah fenomenanya ditemukan pada peserta didik SMA Negeri 16 Padang.

Karakteristik subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sekolah yang memiliki peserta didik yang memiliki perilaku menyontek.

Alat pengumpulan data adalah suatu alat yang membantu untuk mempemudah mendapatkan data-data yang sesuai dengan jenis dan sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu angket.

Riduwan, 2012:71 menjelaskan angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Menurut Arikunto (2010:194) kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor Penyebab Perilaku Menyontek Di SMA Negeri 16 Padang

Faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi berupa angka menunjukkan bahwa faktor penyebab perilaku menyontek di SMA Negeri 16 Padang diperoleh hasil bahwa sebanyak 6 orang peserta didik berada pada kategori sangat banyak dengan persentase (5.00), 43 orang peserta didik berada pada kategori banyak dengan persentase (35.83), 60 orang peserta didik berada pada kategori cukup banyak dengan persentase (50.00), 9 orang peserta didik berada pada kategori cukup banyak dengan persentase (7.50) dan 2 orang peserta didik berada pada kategori sangat sedikit dengan persentase (1.67).

Jadi, faktor penyebab perilaku menyontek di SMA Negeri 16 Padang berada pada kategori cukup banyak,

(5)

artinya cukup banyak peserta didik yang memiliki perilaku menyontek.

Menurut Anderman,2007 ( Hartanto, 2012:4) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menyontek adalah melakukan ketidak jujuran atau tidak fair dalam rangka memenangkan atau meraih keuntungan. Sementara Cizek,2007 (Hartanto, 2012:5) memberikan defenisi yang lebih terperinci memyatakan bahwa peilaku menyontek digolongkan ke dalam tiga kategori: (1) memberikan,mengambil, atau menerima informasi, (2) mengunakan materi yang dilarang atau membuat catatan yang dikenal dengan ngepek,dan (3) memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur,atau proses untuk mendapatkan keuntungan dalam tugas akademik.

Pengertian tersebut menunjukan bahwa dalam menyontek seseorang melakukan praktik kecurangan baik dengan bertanya,memberi informasi, atau membuat catatan untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

Keuntungan tersebut tanpa mempertimbangan aspek moral dan kognitif. Permasalahan menyontek merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara. Menyontek merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara.

Menyontek pada akhirnya menjadi perhatian internasional, perilaku menyontek tidak hanya terjadi pada Peserta didik di SMP atau SMA, tetapi juga dibangku kuliah atau university.

Menurut Anderman &

Murdock,2007 (Hartanto, 2012:10) menjelaskan bahwa perilaku menyontek digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu:

a. Memberikan, mengambil, atau menerima informasi.

b. Menggunakan materi yang dilarang atau membuat catatan atau ngepek.

c. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk mendapatkan keuntungan dalam tugas akademik.

Defenisi lain tentang menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan pendamping dalam tugas- tugas akademik atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian Athanasou

& Olasehinde,2002 (Hartanto, 2012:11).

Perilaku menyontek sering dikaitkan dengan kecurangan karena merugikan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

Permasalahanb menyontek dapat dikaitan dengan tingkat kecerdasan seseorang finn & Frone (Hartanto, 2012:20) diungkapakan bahwa meskipun sedikit pengaruhnya,tingkat kecerdasan seseorang turut berperan dalam membentuk perilaku menyontek. Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah diketahui lebih mudah terjebak dalam permasalahan menyontek.

Pada mata pelajaran tertentu peserta didik dituntut untuk menggunakan kemampuan kognitifnya. Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang baik akan dengan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,sebaliknya peserta didik dengan kemampuan kognitif yang rendah menemui berbagai kesulitan ketika mengerjakan tugas dengan tingkat kecerdasan rendah melakukan perbuatan tidak terpuji yaitu menyontek.

Berdasarkan pendapat dan temuan di atas dapat diartikan bahwa menyontek merupakan perbuatan yang tidak benar di dalam dunia pendidikan. Menyelin tanpa mengetahui maksud dan tujuan dari apa yang di tulis merupakan perbuatan menyontek hal ini terjadi karena lemahnya keinginan dan kemampuan itelegensi seorang individu.

a. Faktor Tekanan yang Terlalu Besar Terhadap Hasil Studi Berupa Angka di SMA Negeri 16 Padang

Faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi berupa angka menunjukkan bahwa faktor penyebab perilaku menyontek di SMA Negeri 16 Padang menunjukkan bahwa faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi berupa angka sebanyak 6 orang peserta didik memiliki faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi yang sangat banyak dengan persentase (5.00), 49 orang peserta didik memiliki faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi yang banyak dengan persentase (49.83), 53 orang peserta didik faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi yang cukup banyak dengan persentase (44.17), 7 orang peserta didik faktor tekanan yang terlalu besar terhadap hasil studi yang sedikit dengan persentase (5.83) dan 5 orang peserta didik memiliki faktor penyebab kenakalan peserta didik yang sedikit dengan persentase (4.17).

Jadi, faktor tekanan yang terlalu besar berada pada kategori cukup banyak,

(6)

artinya faktor penyebab perilaku menyontek dilihat dari tekanan yang terlalu besar cukup banyak dirasakan peserta didik.

Menurut Kartono (1985: 87) mengemukan bahwa penyebab pokok dari kebiasaan menyontek: tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka atau nilai diperoleh anak dalam tes, ulangan, atau ujian.

Anderman,2007 (Hartanto, 2012:28) berpendapat bahwa peserta didik dengan harga diri yang tinggi atau berlebihan memilih untuk melakukan perilaku menyontek. Menyontek dilakukan agar harga diri tetap terjaga dengan mendapatkan nilai tinggi meskipun dilakukan dengan cara yang salah.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa penyebab pokok kebiasaan prilaku menyontek tekananan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studinya yang terlalu tinggi sehingga siswa tersebut dapat penyebabkan prilaku menyontek tersebut.

b. Faktor Pendidikan Moral

Faktor pendidikan moral peserta didik di SMA Negeri 16 Padang menunjukkan bahwa faktor pendidikan moral sebanyak 11 orang peserta didik memiliki faktor pendidikan moral yang sangat banyak dengan persentase (9.17), 53 orang peserta didik memiliki faktor pendidikan moral yang banyak dengan persentase (44.17), 47 orang peserta didik memiliki faktor pendidikan moral yang sangat banyak dengan persentase (39.17), 8 orang peserta didik memiliki faktor pendidikan moral yang sedikit dengan persentase (6.66) dan 1 orang peserta didik memiliki faktor pendidikan moral yang sedikit dengan persentase (0.38).

Jadi, faktor penyebab perilaku menyontek dilihat dari pendidikan moral berada pada kategori banyak, artinya perilaku menyontek peserta didik banyak difaktori oleh pendidikan moral.

Sesuai menurut Kartono (1985: 87) mengemukan bahwa penyebab pokok dari kebiasaan menyontek: pendidikan moral, baik dirumah maupun di sekolah kurang diterapkan kepada kehidupan anak-anak, sehingga kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah kurang di kembangkan. Bergin,1999 (Hartanto, 2012:45) memaparkan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan menyontek. Yaitu, melalui

memberi beberapa peserta didik pilihan yang bermakna dalam kegiatan belajar, menggunakan buku teks yang terorganisir dengan baik, dan memberikan bantuan selama proses belajar berlangsung. Namun langkah lain yang dapat digunakan dalam menangani perilaku menyontek adalah dengan mengurangi ketidaksiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, mengurangi perilaku prokrastinasi, dan menghilangkan materi yang mempersulit proses belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, terkait dengan alternatif strategi untuk menangani perilaku menyontek terhadap peserta didik ini tampaknya sangat diperlukan sekali dukungan serta perhatian yang lebih dari para guru terkait dengan beban belajar yang sedang dihadapai para peserta didik, karena beban belajar yang begitu banyak dan tingkat penguasaan materi yang sulit dipahami peserta didik sangat mempengaruhi sekali akan terjadinya perilaku menyontek, itu semua disebabkan karena desakkan dari tugas yang menumpuk sehingga membuat hilang keyakinan diri peserta didik untuk mengerjakan sendiri tugas-tugas sekolahnya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penyebab perilaku mssenyontek di SMA Negeri 16 Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab kebiasaan menyontek di tinjau dari tekanan yang telalu besar.

2. Faktor penyebab penyebab kebiasaan menyontek ditinjau dari pendidikan moral baik dirumah maupun disekolah.

Saran

a. Peserta Didik

Agar bisa mengurangi perilaku menyontek yang ada pada dirinya meskipun itu hanya dalam hal-hal yang di anggap kecil karena kebiasaan menyontek adalah kebiasaan yang tidak baik jika dibiarkan akan merusak pada kepribadian peserta didik nantinya.

b. Orang Tua

Diharapkan mengawasi dan memberikan arahan moral yang menjadi pengatur diri peserta didik dan juga jangan terlalu menuntut anaknya untuk bisa memperoleh nilai yang bagus.

c. Guru BK

(7)

Agar dapat memberikan layanan yang tepat serta sesuai dengan diri individu dan mengarahkan individu agar tidak membiasakan untuk menyontek karena akan merusak diri individu tersebut . d. Pengelola Prodi Bimbingan dan Konseling

Agar menjadikan ini sebagai aset dan sebagai bahan bacaan yang dibutuhkan oleh mahasiswa nantinya dalam proses pembelajaran sehingga mahasiswa memiliki tambahan informasi dan pemahamanya.

e. Peneliti selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya bisa meneliti kearah yang lebih dalam lagi terkait faktor penyebab terjadinya perilaku menyontek

KEPUSTAKAAN

Ali & Asrori, (2006). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana.

Danim, Sudarman. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Bandung:

Alfabeta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Elida, Prayitno. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.

Bandung:: Remaja Rosdakarya.

Hartanto, Dody. (2012). Bimbingan dan

Konseling Menyontek

Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Indeks.

Imron, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkuatmodjo, Soegyarto. (2003).

Pengantar Statistik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Majid, Abdol. (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hartanto (2012) perilaku menyontek dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal siswa, diantaranya; keinginan akan nilai yang

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku judi pada remaja di Kampung Padang