• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh kemandirian belajar, konformitas

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh kemandirian belajar, konformitas"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, KONFORMITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PERILAKU

MENYONTEK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI

SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

Oleh :

ANNISA AL HUSNA 11090210

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, KONFORMITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PERILAKU MENYONTEK

PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

Oleh:

Annisa Al Husna,1 Desi Areva, S.Pd M.Pd,2Mareta Kemala Sari SE, MM3 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar

Jl. Gunung Pangilun No. 1 Padang Sumatera Barat

2,3) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gunung Pangilun No. 1 Padang Sumatera Barat

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemandirian belajar konformitas dan motivasi belajar terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. Hasil penelitian menuntjukkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara persial antara kemandirian belajar terhadap perilaku menyontek mahasiswa hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 4,153 > ttabel sebesar 1,65251 2) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara persial antara konformitas terhadap perilaku menyontek mahasiswa hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 3,055 > ttabel sebesar 1,65251 3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara persial antara kemandirian belajar terhadap motivasi belajar mahasiswa hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 3.674 > ttabel sebesar 1,65251 4) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara persial antara konformitas terhadap motivasi belajar mahasiswa hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 2,804 >

ttabel sebesar 1,65251 5) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara persial antara motivasi belajar terhadap perilaku menyontek mahasiswa hal ini dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 5,085 > ttabel sebesar 1,65251.

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of learning independence conformity and motivation to learn the behavior of cheating on a student of economics education STKIP PGRI West Sumatra. Menuntjukkan research results that: 1) There is a negative and significant effect partially between learning independence against cheating behavior economics students STKIP PGRI Sumbar this is evidenced by the value thitun 4.153> ttabel 1.65251 2) There is a negative and significant effect partially between conformity to behavioral economics student cheating STKIP PGRI Sumbar this is evidenced by the value thitung3.055> ttabel at 1.65251 3) There is a positive and significant effect partially between independent learning to student learning motivation this is evidenced by the value thitung 3674> ttabel 1.65251 4) There is a positive and significant effect partially between conformity to student learning motivation this is evidenced by the value thitung 2,804> ttabel 1.65251 5) There is a negative and significant effect

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidiakn Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

3 Dosen Program Studi Pendidiakn Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

(3)

partially between learning motivation on behavior economics student cheating STKIP PGRI Sumbar this is evidenced by the value thitung 5,085> ttabel 1.65251 PENDAHULUAN

Perguruan tinggi tempat berhimpunnya sumber daya para intelektual dimana mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menjadi sebuah simbol ukuran kemampuan dan pencapaian mahasiswa dalam dunia akademik diperguruan tinggi. Bahkan tercermin dari persyaratan dalam mencari pekerjaan dan studi lanjut yang mencantumkan batasan minimal Indek Prestasi Kumulatif. Hal ini menunjukkan bahwa nilai memang dianggap sebagai ukuran kemampuan dari mahasiswa.

Kenyataan bahwa nilai dijadikan tolak ukur dalam mengukur kemampuan seseorang.

Hal ini akan menimbulkan tekanan kepada mahasiswa untuk bisa mencapai nilai yang tinggi. Kebutuhan akan perolehan nilai ini dan menimbulkan respon yang berbeda-beda dari setiap mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik dan berperilaku tidak jujur dalam mencapai tujuan tersebut.

Salah satu bentuk kecurangan yang dilakukan mahasiswa yaitu menyontek Perilaku menyontek ini juga berkembang dikalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan fenomena yang terlihat dibeberapa kelas ketika sedang melaksanakan Ujian Akhir Semester pada tanggal 7 bulan Januari 2014, cukup banyak ditemukan mahasiswa pendidikan ekonomi yang menyontek. Terlihat jelas gerak-gerik mencurigakan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut ketika ujian berlangsung. Observasi awal dengan menyebarkan angket pada tanggal 23 September tahun 2014 yang dilakukan kepada 30 orang mahasiswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan perilaku menyontek yang ada dikalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi. Dari observasi tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Hasil Observasi Awal Perilaku Menyontek

Pernyataan Ya Tidak

∑ % ∑ %

1. Memperlihatkan hasil jawaban ujian atau tugas kepada teman yang meminta jawaban

19 63% 11 37%

2. Mempersiapkan catatan/kunci jawaban apabila materi ujian tidak di pahami dan menggunakannya ketika ujian berlangsung browsing melalui handphone

24 80% 6 20%

3. Duduk didekat teman yang lebih pintar ketika mengikuti ujian untuk mendapatkan nilai yang tinggi

18 60% 12 40%

4. Mengharapkan jawaban tugas pada teman 23 76% 7 24%

5. Menyalin tugas yang telah diselesaikan teman

21 70% 9 30%

Sumber: Observasi Awal 23 September 2014

(4)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat sebesar 63% mahasiswa memperlihatkan hasil jawaban ke orang lain, dan 80% melihat catatan/kunci jawaban dan browsing melalui handphone ketika ujian. Bentuk ketidakpercayaan diri mahasiswa ketika menjawab soal ujian maupun tugas yang diberikan dosen juga terlihat dari observasi ini yaitu sebesar 76% mahasiswa mengharapkan jawaban tugas pada orang lain

Selain itu hasil wawancara yang dilakukan langsung kepada 5 orang mahasiswa Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat, mereka tidak sungkan mengakui pernah menyontek dan alasan yang dilontarkan ketika ditanya mengapa mereka menyontek yaitu karena tidak paham dengan materi pelajaran, tidak belajar, materi terlalu banyak, takut gagal/takut mengulang di mata kuliah yang sama.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah motivasi belajar.

Motivasi belajar dipandang sebagai salah satu jenis motivasi yang mempunyai peranan dalam perilaku kerja individu. Motivasi belajar adalah kondisi spikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.

Motivasi senantiasa menentukan usaha belajar bagi para siswa. Dengan usaha yang tekun dan didasari motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan hasil belajar yang baik dan kompetensi yang meningkat.

Dan kehadiran siswa dalam pembelajaran merupakan awal dari motivasi. Karena masih ada sebagian dari mahasiswa yang hanya datang untuk mengambil absen, ada juga mahasiswa yang menitip absen kepada teman kelompoknya, sedang kuliah pun masih ada mahasiswa yang keluar masuk dari lokal, khususnya bagi kaum adam yang candu untuk merokok, dan ada juga mahasiswa yang sampai semester akhir pun belum pernah

menjadi anggota perpustakaan dari kampus, apalagi mempunyai buku pegangan, hal tersebut termasuk motivasi. Motivasi belajar merupakan dorongan yang menentukan berhasil atau gagalnya kegiatan belajar seseorang. Kemandirian Belajar dan konformitas akan mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Apabila seorang mahasiswa memiliki kemandirian untuk belajar yang baik maka ia akan termotivasi untuk belajar.

Kemudian, mahasiswa yang memiliki ketergantungan dengan konformitas (kelompok/teman sebaya) dalam belajar yang tinggi maka kurang termotivasi untuk belajar dan menimbulkan berperilaku menyontek..

Selain motivasi belajar, konformitas kelompok juga mempengaruhi perilaku menyontek. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan hidup berkelompok. Mahasiswa menuntut ilmu diperguruan tinggi tentu harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar dapat diterima dalam kelompok atau masyarakat.

Pengaruh sosial yang dirasakan mahasiswa ini akan berdampak pada perubahan sikap, minat, penampilan, perilaku atau persepsi dari mahasiswa tersebut agar dapat sesuai dengan norma sosial yang ada. Perilaku konformitas pasti akan ditunjukkan mahasiswa dalam lingkungan kampus.

Menurut Baron dan Byrne (2005:52), konformitas yaitu “bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat”. Hal yang mungkin terjadi jika seorang mahasiswa mengikuti tindakan yang dilakukan oleh mayoritas kelompoknya agar tetap dapat diterima dalam kelompok dan menghindari dari celaan kelompok meskipun tindakan yang dia lakukan tersebut menentang persepsinya sendiri. Begitu pula dalam aktivitas menyontek, seseorang yang semula tidak berniat untuk menyontek, namun karena ada sejumlah orang dalam kelompok yang melakukan tindakan menyontek, ada

(5)

kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan yang sama.

Sebenarnya konformitas tidak hanya memberikan dampak negatif namun juga dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa itu sendiri, misalnya dampak positif konformitas jika kelompok sering belajar bersama, maka secara tidak langsung individu tersebut terlibat didalamnya. Namun sebaliknya dampak negatif yang ditimbulkan seperti munculnya perilaku menyontek.

Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2003:221). Bergabungnya seseorang dalam suatu kelompok tertentu, maka orang tersebut sangat mungkin untuk meniru atau melakukan apa saja yang dilakukan oleh kelompoknya. Tetapi sebenarnya jika mahasiswa tersebut memiliki kepercayaan diri maka ia mungkin tidak akan mudah terpengaruh dengan orang lain atau kelompoknya.

Tahar (2006:100) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan salah satu prediktor hasil belajar, semakin tinggi kemandirian belajar seseorang peserta ajar, maka akan memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Indikator kemandirian belajar yaitu hasrat bersaing untuk maju, mampu mengambil keputusan dan inisiatif, dan memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugasnya.

Perilaku Menyontek

Menyontek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (2003) adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Pendapat Ehrlich, Flexner, Carruth, dan Hawkins dalam Anderman dan Murdock (2007:34) bahwa menyontek adalah melakukan ketidak jujuran atau tidak fair dalam rangka memenangkan atau meraih keuntungan. Lebih lanjut McCabe (2005) mendefinisikan “penyontek sebagai

seseorang yang dapat menerima atau melakukan kegiatan mencopi atau menyalin (menjiplak) pekerjaan orang lain pada saat tes atau menggunakan catatan yang tidak diperbolehkan atau membantu seseorang dalam menyontek ketika tes atau ujian sedang berlangsung”. Perilaku menyontek yang dipraktekkan mahasiswa mempunyai alasan dan latar belakang yang berbeda. Berbagai faktor yang menyebabkan mahasiswa menyontek, baik faktor yang berasal dari dalam dirinya, maupun faktor dari luar dirinya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Murdock, dkk dalam Anderman and Murdock (2007:10) menggolongkan faktor personal yang mempengaruhi perilaku menyontek dan membaginya dalam 4 kategori yaitu demografi (Usia, jenis kelamin, perbedaan kebudayaan), kepribadian (dorongan mencari sensasi, mandiri, self control, perkembangan moral dan sikap, locus of control), motivasi (self afficacy, tujuan dan alasan dalam pembelajaran), akademik (kemampuan, subjek area, institusi dan organisasi).

Selain faktor personal, ada yang dinamakan faktor situasional yang mempengaruhi perilaku menyontek (Anderman dan Murdock, 2007). Faktor situasional terjadi secara spontan, sehingga dapat diketahui bagaimana perilaku siswa ketika menyontek. Beberapa kategori yang termasuk pada faktor situasional yaitu:

1) Materi ujian atau tes yang diberikan oleh guru terlalu sulit atau tidak dipahami oleh siswa sehingga siswa mecari jalan pintas untuk menyelesaikan ujian yaitu dengan menyontek.

2) Adanya kompetisi antara satu siswa dengan siswa yang lainnya sehingga menimbulkan tekanan terhadap siswa yang mempunyai potensi yang rendah untuk menyamakan kedudukan dengan temannya yang lain.

3) Pengaruh karakteristik kelas, seperti pengaturan tempat duduk, siswa yang duduk didepan akan merasa takut untuk

(6)

menyontek karena ia dekat dengan pengawas dan sebaliknya siswa yang duduk dibelakang merasa aman karena jauh dari pengawas. Begitu juga dengan pengawas, pengawas yang tidak terlalu ketat akan membuat siswa merasa aman menyontek, sebaliknya jika pengawas benar-benar memperhatikan siswa dan tidak memberikan sedikitpun kesempatan siswa untuk menyontek maka siswa pun akan merasa takut walaupun hanya melirik kepada teman.

4) Pengaruh adanya pengakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek yang dilakukan oleh teman sebaya dalam satu kelompok (peer group) atau teman sekelas. Ini menandakan adanya pengaruh sosial yang akan menimbulkan efek kuat pada perubahan perilaku individu (Jalaludin, 2005:149).

Pengaruh teman dikelas yang mayoritas menyontek akan berdampak pada siswa lainnya. Seorang siswa yang semula tidak niat menyontek namun melihat teman sekelasnya menyontek bahkan meminta bantuan kepadanya, ia pun menjadi ikut-ikutan menyontek. Perilaku ini dalam ilmu psikologi sosial disebut konformitas (conformity) yang merupakan salah satu bentuk dari pengaruh kelompok. Dimana konformitas itu sendiri menurut Jalaludin(2005:149) adalah bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.

Menyontek identik dengan ujian, keinginan untuk memperoleh nilai secara mudah menjadikan perilaku menyontek sebagai cara untuk meraih kesuksesan dengan jalan pintas.

Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan kemampuan

belajar atas kemauan sendiri. Prasasti (2004:2) mengemukakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Kartini dan Dali dalam Mu’tadin (2002:2) mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan sesuatu bagi diri sendiri. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.

Ada beberapa variasi pengertian belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan Abdullah (2001:1-4) yang dikutip Sunarto (2008) sebagai berikut:

1. Belajar mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar mandiri mengintegrasikan (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan

tindakan) dengan self-

monitoring (siswa

memonitor,mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis; Garrison).

2. Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno;

Garrison).

3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya (Lyman; Morrow, Sharkey, & Firestone).

4. Belajar Mandiri mengembangkan pengetahuan yang lebih

(7)

spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Upaya untuk menghilangkan pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan permasalahan hidup sehari-hari di dunia nyata (Bolhuis; Temple &

Rodero).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain, serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

Konformitas

Menurut Kiesler dan Kiesler dalam Jalaludin (2005:150) konformitas (Conformity) adalah “perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan”. Untuk dapat diterima didalam kelompok maka seseorang harus mengikuti norma sosial yang ada agar terhindar dari celaan maupun keterasingan.

Menurut Baron dan Byrne (2005:52), konformitas yaitu “bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat”.

Sedangkan Sears (2003:76) berpendapat “bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena disebabkan oleh orang lain menampilkan perilaku tersebut, disebut konformitas. Senada dengan Sears, Santrock (2003:221) berpendapat bahwa “konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka”.

Menurut Jalaludin (2005:152) konformitas adalah produk interaksi antara faktor-faktor situasional dan faktor-faktor personal.

Faktor Situasional yang menentukan konformitas adalah kejelasan situasi,konteks situasi, cara penyampaian penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok. Sedangkan faktor personal meliputi usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri. Motif afiliasi mendorong konformitas.

Motif berprestasi, motif aktualisasi diri, dan konsep diri yang positif menghambat konformitas. Makin tinggi hasrat berprestasi seseorang, makin tinggi kepercayaan dirinya, makin sukar ia di pengaruhi oleh

tekanan kelompok

(Jalaludin,2005:152)

Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah mandiri.

Makin tinggi hasrat berprestasi seseorang, makin tinggi kepercayaan dirinya, makin sukar ia dipengaruhi oleh tekanan kelompok. Begitu juga dengan kemandirian semakin tinggi kepercayaan diri akan ada timbul usaha sendiri (mandiri) tanpa bergantungan dengan teman atau kelompok.

Motivasi Belajar

Menurut Dalyono (2005:57) mendefinisikan motivasi sebagai tenaga penggerak/ pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Winkel dan Uno (2007:3) menyatakan bahwa “motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih dalam memenuhi kebutuhan.

Menurut Mc. Donald (dalam Sadirman 2011:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

(8)

Menurut Sardiman (2001:85) ada tiga fungsi motivasi yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan yakni ke arah perbuatan yang hendak dicapai.

3) Mendelegasi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Hamalik (2004:61) fungsi motivasi adalah :

1) Mendorong timbulnya kekuatan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian yang diharapakan..

3) Sebagai penggerak. Besar kecilnya suatu motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.

Uno (2012:23) menjelaskan faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut :

Faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar berupa adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, mandiri dalam mengerjakan sendiri tanpa ketergantungann pada orang lain, adanya harapan, adanya dorongan dari kelompok, cita-cita masa depan. Sedangkan faktor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sardiman Sardiman (2006:92) mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar yaitu sebagai berikut:

1. Memberi angka 2. Hadiah

3. Saingan

4. Ego-involment 5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasrat untuk belajar 10. Minat

11. Tujuan yang diakui

Menurut Sardiman (2006:83) menyatakan bahwa siswa yang termotivasi memiliki ciri-ciri sebgai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas b. Ulet dalam menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja sendiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang

diyakini

h. Senang mencari pemecahan masalah- masalah soal

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Program Studi Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat pada tanggal 08 Mei 2015. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini adalah berupa deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sedangkan asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan tingkat signifikansi antara variabel eksogen dan endogen. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat yang terdaftar pada tahun 2013 dan 2014 sebanyak 533 orang.

Menurut Suharsimi (2006: 131) sampel merupakan bagian dari populasi atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus Slovin (2009:120). Dapat ditarik jumlah anggota yang akan dijadikan responden dengan nilai kritis 5 %, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebagai berikut.

Dari rumus slovin dengan menggunakan nilai kritis 5 % dari jumlah populasi 533 orang, maka sampel yang dibutuhkan adalah 229 orang. Sampel diambil secara acak dari mahasiswa BP 2013 dan BP 2014. Teknik Pengambilan Sampel Sratified Random Sampling dimana teknik ini digunakan apabila populasi terdiri dari susuna kelompok-kelompok. Adapun langkah- langkahnya adalah :

1) Mencatat banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi

2) Menentukan jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan jumlah angkatan 3) Memilih anggota sampel dari masing-

masing angkatan dengan cara acak

PEMBAHASAN

a. Deskripsi Variabel Perilaku Menyontek

Diperoleh informasi bahwa rata-rata variabel perilaku menyontek yaitu 3,9 dengan TCR sebesar 78,3%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perilaku menyontek berada pada kategori sedang karena berada pada rentang skor TCR 65-79

b. Deskriptif Variabel Kemandirian Belajar (X1)

Diperoleh informasi bahwa rata-rata variabel kemandirian belajar yaitu rata- rata 3,4 dengan TCR sebesar 68,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan kemandirian belajar berada pada kategori cukup, karena berada pada rentang skor TCR 65-79%.

c. Deskriptif Variabel Konformitas (X2) Diperoleh informasi bahwa rata-rata variabel konformitas yaitu 3,6 dengan TCR sebesar 71,2%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan konformitas berada pada kategori cukup, karena berada pada rentang skor TCR 65-79%

d. Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Siswa (X3)

Diperoleh informasi bahwa rata-rata variabel motivasi belajar yaitu 3,4 dengan TCR sebesar 67,2%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan motivasi belajar berada pada kategori cukup, karena berada pada rentang skor TCR 65-79%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar mahsiswa masih termasuk kategori sedang akan mempengaruhi perilaku menyontek pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t (persial), dapat dilihat pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi perilaku menyontek mahasiswa:

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kemandirian belajar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek Mahasiswa Program Studi Pendidikan

(10)

1. Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 4,153

> ttabel1,6525 dengan nilai signifikan 0,000

< = 0,05 berarti semakin tinggi kemandirian dalam belajar maka akan semakin rendah mahasiswa untuk melakukan tindakan menyontek.

2. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa konformitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 3,055

> ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,005< = 0,05 berarti semakin tinggi rasa tidak ketergantungan dengan kelompok maka akan semakin rendah mahasiswa untuk melakukan tindakan menyontek

3. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kemandirian belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 3,674

> ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,000< = 0,05 berarti semakin tinggi kemandirian belajar pada mahasiswa maka akan semakin meningkat motivasi belajar mahasiswa.

4. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa konformitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Hal ini dapat dilihat pada tabel yang

menyatakan bahwa thitung sebesar 2,804>

ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,005< = 0,05 berarti semakin tinggi rasa ketergantungan dengan teman sebaya/kelompok pada mahasiswa maka akan semakin menurun motivasi belajar mahasiswa..

5. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa motivasi belajar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar 5,085 > ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa untuk belajar maka akan semakin rendah mahasiswa untuk melakukan tindakan menyontek.

b. Analisis Jalur

Setelah persyaratan analisis statistik parametrik terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan analisis jalur sebagai berikut:

1) Pengaruh Kemandirian Belajar dan Konformitas terhadap Motivasi Belajar Dalam penelitian ini analisis pertama yang dilakukan adalah melihat pengaruh variabel antara Kemandirian Belajar dan Konformitas terhadap Motivasi Belajar pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai berikut:

(11)

Tabel 4.6 Hasil Analisis Jalur antara Variabel Kemandirian Belajar dan Konformitas Terhadap Motivasi Belajar

No Variabel Koefisien

Jalur

thitung Probability Keterangan 1 Kemandirian Belajar 0,236 3,674 0,000 Signifikan 2 Konformitas 0,180 2,804 0,005 Signifikan

Motivasi Belajar = X3 Sumber: Lampiran VI, hal 160

Berdasarkan Tabel 4.6 dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Pada variabel Kemandirian Belajar nilai thitung>ttabel (3,674>1,6525) dan nilai probability sebesar 0,000<α 0,05, artinya kemandirian belajar berpengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi belajar, dan besarnya nilai koefisien jalur kemandirian belajar sebesar 0,236.

2. Pada variabel Konformitas nilai thitung>ttabel (2,804>1,6525) dan nilai probability sebesar 0,005<α 0,05, artinya kreativitas belajar berpengaruh signifikan dan positif

terhadap motivasi belajar, dan besarnya nilai koefisien jalur konformitas sebesar 0,180

2. Pengaruh Kemandirian Belajar, Konformitas dan Motivasi Belajar Terhadap Perilaku Menyontek

Dalam penelitian ini sub struktur kedua yang dilakukan adalah melihat pengaruh antara Kemandirian Belajar, Konformitas dan Motivasi Belajar terhadap Perilaku Menyontek pada Mahasiswa Program Studi Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai berikan.

Tabel 4.7 Nilai Estimasi Sub Struktur 2 No. Variabel Koefisien

Jalur thitung Probabili

ti Keterangan 1 Kemandirian

Belajar -0,247 -4,153 0,000 Signifikan 2 Konformitas -0,180 -3,055 0,005 Signifikan 3 Motivasi

Belajar -0,304 -5,085 0,000 Signifikan Perilaku Menyontek (Y)

Sumber: Lampiran VI hal 160 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat besarnya nilai koefisien kemandirian belajar (X1) terhadap perilaku menyontek (Y) sebesar 0,247 dengan tingkat probabilitas yang signifikan 0,000 < α 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar (X1)

berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek (Y) sebesar 0,247. Begitu juga dengan konformitas (X2) berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek mahasiswa dengan koefisien standardized sebesar 0,180 dengan tingkat probabiliti 0,002< α 0,05. Jadi

(12)

dapat disimpulkan bahwa konformitas (X2) berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek (Y) sebesar 0,180 dan motivasi belajar (X3) terhadap perilaku menyontek (Y) juga berpengaruh negatif dengan koefisien standardized sebesar 0,304 dengan tingkat probability 0,000< α 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar (X3) berpengaruh negatif terhadap perilaku menyontek (Y) sebesar 0,304.

Uji Analisa Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil pada Tabel di atas, hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada table Squared Multiple Correlations diperoleh hasil nilai R Square sebesar 0,887 yang artinya 88,7% perubahan pada variabel endogen (Perilaku Menyontek) dapat dijelaskan oleh variabel eksogen (kemandirian belajar, konformitas dan motivasi belajar) sedangkan sisanya sebesar 11% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kemandirian belajar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. Dimana diperoleh nilai thitung sebesar 4,807 > ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak, besarnya pengaruh tidak langsung yaitu 0,085.

2. Konformitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Dimana diperoleh nilai thitung sebesar 2,784 > ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,005< = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak, besarnya pengaruh tidak langsung yaitu 0,071.

3. Kemandirian belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Dimana diperoleh nilai thitung sebesar 4,153 > ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,000< = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak. , besarnya pengaruh langsung yaitu 0,236.

4. Konformitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Dimana diperoleh nilai thitung sebesar 3,055 > ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,002< = 0,05 berarti Ha

diterima dan H0 ditolak, besarnya pengaruh langsung yaitu 0,180.

5. Motivasi belajar mahasiswa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. Dimana diperoleh 5,085

> ttabel sebesar 1,6525 dengan nilai signifikan 0,000< = 0,05, berarti Ha

diterima dan H0 ditolak, besarnya pengaruh langsung yaitu 0,304.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mengurangi tindakan kecurangan perilaku menyontek dalam memperoleh nilai IPK pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat:

1. Bagi dosen yang merupakan bentuk peranan penting memberikan dukungan pada mahasiswa untuk meningkatkan dalam memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif dengan memberi tekanan agar tidak memberikan kelongaran dalam proses belajar maupun mengawas ujian.

2. Bagi mahasiswa agar meningkatkan kemandirian belajar dalam hasrat untuk bersaing untuk maju demi kebaikan, karena pada indikator ini kontribusi paling rendah dengan kategori cukup, begitu juga dengan indikator mampu mengambil inisiatif termasuk kategori cukup hal ini akan mempengaruhi perilaku menyontek.

(13)

3. Bagi mahasiswa agar mengurangi konformitas dalam kesepakatan kelompok, karena pada indikator ini kontribusi paling rendah dengan kategori cukup, begitu juga dengan indikator kekompakan kelompok termasuk kategori cukup. Hal ini akan mempengaruhi perilaku menyontek.

4. Bagi mahasiswa agar meningkatkan motivasi belajar dalam lebih senang bekerja sendiri dalam belajar, karena pada indikator ini kontribusi paling rendah

dengan kategori kurang baik, begitu juga dengan indikator cepat bosan dalam tugas rutin termasuk kategori kurang baik hal ini sangat mempengaruhi mahasiswa akan bertindak curang.

5. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik yang sama, disarankan untuk memperhatikan variabel-variabel lain yang diduga berperan dan mempengaruhi perilaku menyontek seperti motivasi berprestasi

dan kepercayaan diri.

DAFTAR PUSAKA Arikunto, Suharsimi . 2002. Prosedur

Metedologi Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta

Anugrahening Kushartanti. 2009. “Perilaku menyontek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri”. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol.11, No. 2.

Hal. 38-46

Baron, Robert A. & Donn Byrne. 2003.

Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta

. 2008. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Jalaludin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung

McCabe, D. L. 2005. Cheating among college and university students: A North American perspective. International Journal of Educational Integrity, 1 (1), 1-11.

Mutadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja.

(www.w.psikologi.co.id. Diakses tanggal 3 Mei 2014

O’Sears, David dan Peplau, L. A. 2003.

Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kelima.

Erlangga. Jakarta

Prasasti, S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian & Tanggung Jawab Anak.

Jakarta : PT Elex Media Komputindo Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta

Santrock, Johan W. 2003. Adolescence:

Perkembangan Remaja Erlangga.

Jakarta. 2007. Budaya menyontek Mahasiswa www.koranbaru.com Diakses tanggal 13 Desember 2012 Sardiman. 2006. Interaksi Dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Tahar, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2,

September 2006, 91-101

Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003.www.Google.com

Uno, Hamzah. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis yang diajukan penulis, yaitu ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku menyontek pada siswa SMP N 1 Selo

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku menyontek pada siswa SMA.. Sumbangan efektif

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan intensi prososial

Dalam hal ini, konformitas memiliki kontribusi yang negatif terhadap perilaku menyontek pada siswa siswi kelas XI di SMA Batik 2 Surakarta yang berarti semakin tinggi

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan intensi prososial

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Pola Asuh Orang Tua berpengaruh posiitif dan signifikan terhadap

Hal ini berarti 61,0% perilaku menyontek pada mata pelajaran IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Anai dipengaruhi variabel Konformitas teman sebaya, kepercayaan diri, minat

PENGARUH KONFORMITAS, LOCUS OF CONTROL DAN FRAUD DIAMOND TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI Studi Empiris Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah