• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dormansi dan Perkecambahan Biji

N/A
N/A
Khalid Awaludien

Academic year: 2024

Membagikan " Dormansi dan Perkecambahan Biji"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

“DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Khalid Awaludien Sulthan

NIM : 4442230067

Kelas : I-B

Kelompok : 5 (Lima)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang dibuat ini. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Tanaman.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ir.

Rusmana M.P., Zahratul Milla, S.P., M,Si., Kirana Nugrahayu Lizansari, S.P., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Tanaman. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudari sutarsih selaku asisten praktikum yang telah membimbing penulis selama praktikum sampai dengan selesainya dibuat laporan ini.

Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata Bahasa yang terdapat dalam laporan praktikum ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat membenahinya dikemudian hari.

Serang, November 2023

Penulis

(3)

KATA PENGANTARi

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan...1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkecambahan...2 2.2 Dormansi...2 2.3 Faktor Pengontrol Proses Perkecambahan...3 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat...4 3.2 Alat dan Bahan...4 3.3 Cara Kerja... 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil... 6 4.2 Pembahasan...9 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 13 5.2 Saran...13 DAFTAR PUSTAKA... 14 LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan di Temapt

Terang...6 Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan perkembangan di Tempat

Gelap...7

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya benih agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memerlukan sebuah tempat yang mendukung proses pertumbuhannya. Selain itu benih adalah sebuah faktor penting yang menentukan kualitas yang dimiliki oleh tanaman, hal ini terjadi karena apabila semakin baiknya kualitas yang dimiliki oleh benih maka akan semakin baik juga buah dan bagian lainnya yang dihasilkan oleh tanaman dari benih tersebut.

Dalam pertumbuhannya, benih terkadang tidak dapat tumbuh karena berbagai faktor yang diantaranya adalah disebabkan oleh faktor dormansi, akibat dari faktor dormansi tersebut benih memerlukan waktu dan sumber daya yang banyak pada lokasi media tanam benih yang ditanam. Meskipun begitu masa dormansi benih dapat dipotong menggunakan beberapa metode sebelum menanam benih pada sebuah media yang telah disiapkan.

Oleh karena dalam praktikum kali ini adalah melakukan kegiatan dan mengamati benih yang ditanam pada berbagai uji media agar dapat mengetahui apakah ada perbedaan dalam percepatan pertumbuhannya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu : 1. Untuk mengetahui respon perkecambahan beberapa

jenis biji terhadap faktor lingkungan.

2. Untuk mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji.

3. Untuk mengetahhui batas-batas kebutuhan air dalam proses perkecambahan suatu biji.

(7)

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

2.1 Perkecambahan

Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan tumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukannya ialah suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji, sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama.

Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit biji dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dari kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ketitik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi nerismatik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan selsel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Fifi, 2017).

Selama pertumbuhan kecambah, kondisi media pertumbuhan seperti pH, salinitas dan drainase menjadi penting.

Selama perkecambahan dan tahap awal pertumbuhan benih dan anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis, infeksi dan

(8)

kerusakan mekanis. Oleh sebab itu tujuan lain penyediaan kondisi lingkungan yang optimal adalah untuk mempercepat perkecambahan sehingga anakan dapat melalui tahapan tersebut dengan cepat.

2.2 Dormansi

Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (temperatur, air, dan oksigen).

Dormansi secara efektif menunda perkecambahan. Keadaan lingkungan diperlukan untuk memecah dormansi dan mengijinkan permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh dan bertahan hidup dari tingkat kehidupan autotropik dari tanaman (Wijaya, 2013).

Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam.

Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih dari famili Leguminoseae.

Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme (Fifi, 2017).

(9)

2.3 Faktor Pengontrol Proses Perkecambahan

Proses perkecambahan ialah awal kehidupan bagi tumbuhan berbiji. Proses ini dimulai saat embrio biji mulai matang dan tumbuh melalui mekanisme fisika dan kimia. Tumbuhan radikula atau calon akar dan flumula atau calon batang pada biji dalam proses perkecambahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Tingkat kemasakan benih merupakan segi internal yang sangat berpengaruh pada perkecambahan. Biji yang belum matang secara fisiologis umumnya tidak memiliki energi hidup (vigor) dan energi

kecambah (viabilitas) yang baik.

Hal ini terjadi dikarenakan biji tetap belum memiliki lumayan cadangan makanan tak sekedar terhitung dikarenakan embrionya yang belum terbentuk secara sempurna.

Faktor yang pengaruhi perkecambahan seterusnya ialah berat dan ukuran benih. Benih bersama dengan berat dan ukuran yang besar umumnya memiliki cadangan makanan yang banyak dalam kotiledonnya. Cadangan makanan ini digunakan embrio sebagai energi untuk perkecambahan. Oleh dikarenakan it, kecepatan pertumbuhan kecambah terpengaruh oleh segi ini.

Faktor ekternal atau segi luar merupakan segi yang pengaruhi perkecambahan berasal dari lingkungan luar kurang lebih biji itu sendiri. Beberapa berasal dari segi ini di antaranya berkenaan erat bersama dengan ketersediaan air, suhu, oksigen, cahaya, dan situasi media.

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alat tulis, handphone, data lama penyinaran, data energi radiasi matahari dan data RH dari tekanan uap berdasarkan wb (web bulb) dan db (dry bulb).

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu alat berupa kapas, air, tanah, dan aquades.

Sedangakn bahan yang dihunakan adalah biji asam 3.3 Cara Kerja

4

(11)

I = a + b. n/N. I₀

= 0,23 + 0,48. 0,95. 859

= 391,3

a. Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap berdasarkan wb dan db ed = es – 0,000660.P. (Ta – Tw ) . (1 + 0,00115. Tw)

Contoh perhitungan:

P = nilai rendah + (nilai tinggi – nilai rendah). 137/3048

= 1013,2 + (995 – 1013,2). 137/3048

= 1013,2 – 18,2. 0,045

= 1013,2 – 0,819

= 1012, 3

es = nilai rendah + (nilai tinggi – nilai rendah). Tw/ maks es

= 23,67 + (31,67 – 23,67). 21,2/ 25

= 23,67 + (8). 0,848

= 23,67 + 6,784

= 30,45

ed = es – 0,000660.P. (Ta – Tw ) . (1 + 0,00115. Tw)

= 30,45 – 0,000660. 1012,3 (25,3 – 21,2). (1 + 0,00115. 21,2)

= 30,45 – 0,6681. 4,1. 1,024

= 30,45 – 2,8

= 27,65

RH = ed/ed X 100%

= 27,65 / 30,45 X 100%

= 90,8%

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Data Presentase Perhitungan Penyinaran

BULAN JUMLAH

HARI HUJAN

%PENYINARAN HASIL PENGAMATAN

%PENYINARAN PERHITUNGAN

Januari 25 45,9 33,75

Februari 19 43,1 47,25

Maret 18 59,5 49,5

April 11 60,0 65,25

Mei 4 63,9 81

Juni 2 61,9 85,5

Juli 1 64,4 87,75

Agustus 5 88,1 78,75

September 0 72,3 90

Oktober 14 46,9 58,5

November 18 45,3 49,5

Desember 19 57,8 47,25

Grafik 1. Presentase Lama Penyinaran

%Perhitungan

%Hasil pengamatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

(13)

Tabel 2. Data Perhitungan Energi Radiasi Matahari

Tgl / Des Io A B n/N I (Kal/cm2/hari)

1 878,2 0,230 0,480 0,98 615,09

2 878,2 0,230 0,480 0,95 602,44

3 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

4 878,2 0,230 0,480 0,76 522,35

5 878,2 0,230 0,480 0,50 412,75

6 878,2 0,230 0,480 0,50 412,75

7 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

8 878,2 0,230 0,480 0,75 518,13

9 878,2 0,230 0,480 0,80 539,21

10 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

11 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

12 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

13 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

14 878,2 0,230 0,480 0,75 518,13

15 878,2 0,230 0,480 0,20 286,29

16 878,2 0,230 0,480 0,70 497,06

17 878,2 0,230 0,480 0,85 560,29

18 878,2 0,230 0,480 0,70 497,06

19 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

20 878,2 0,230 0,480 0,70 497,06

21 878,2 0,230 0,480 0,90 581,36

22 878,2 0,230 0,480 0,70 492,06

23 878,2 0,230 0,480 0,75 518,13

24 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

25 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

26 878,2 0,230 0,480 0.85 560,29

27 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

28 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

29 878,2 0,230 0,480 0,80 539,21

(14)

30 878,2 0,230 0,480 1,00 623,52

31 878,2 0,230 0,480 0,50 412,75

Tabel 3. Data Perhitungan Tekanan Uap Air

Tgl/Des Ta (℃) Tw (℃) P(mbar) Es(mbar) Ed(mbar) RH(%) RH

1 25.300 21.200 1012,38 29,75 26,94 90,55 78

2 25.300 21.000 1012,38 30,07 27,12 90,18 78

3 25.400 21.100 1012,38 29,91 26,96 90,13 74

4 25.400 24.200 1012,38 24,95 24,12 96,67 80

5 26.600 23.800 1012,38 25,59 23,66 92,45 84

6 27.500 23.800 1012,38 25,59 23,05 90,07 80

7 27.600 25.000 1012,38 21,88 21,88 92,43 79

8 27.800 25.600 1012,38 22,71 21,19 93,30 81

9 28.400 25.000 1012,38 23,67 21,33 90,11 82

10 27.500 23.200 1012,38 26,55 23,60 88,88 86

11 26.800 23.400 1012,38 26,23 23,89 91,07 80

12 26.800 24.000 1012,38 25,27 23,34 92,36 82

13 27.500 25.200 1012,38 21,76 21,76 93,19 82

14 27.900 24.800 1012,38 23,99 21,85 91,07 80

15 26.800 23.000 1012,38 26,87 24,26 90,28 84

16 26.500 22.400 1012,38 27,83 25,01 89,86 82

17 25.900 20.800 1012,38 30,39 26,90 88,51 78

18 25.100 21.000 1012,38 30,07 27,26 90,65 78

19 25.700 22.000 1012,38 28,47 25,93 91,07 75

20 26.800 21.600 1012,38 29,11 25,54 87,73 76

21 26.500 24.200 1012,38 24,95 23,37 93,66 75

22 27.500 24.200 1012,38 24,95 22,68 90,90 79

23 27.600 23.000 1012,38 26,87 23,71 88,23 74

24 26.800 23.600 1012,38 25,91 23,71 91,50 75

25 27.300 24.400 1012,38 24,63 22,63 91,87 75

26 27.400 23.800 1012,38 25,59 23,11 90,30 75

(15)

27 27.000 23.800 1012,38 25,59 23,39 91,40 79

28 27.300 24.600 1012,38 24,31 22,45 92,34 79

29 27,600 24.000 1012,38 25,27 22,79 90,18 76

30 27.100 23.600 1012,38 25,91 23,50 90,69 75

31 26.700 23.800 1012,38 25,59 23,60 92,22 80

Grafik 2. Grafik Perbandingan RH

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang “Rumus Empiris Dalam Perkiraan Anasir Iklim” yang bertujuan agar para praktikan dapat memperkirakan salah satu data anasir iklim berdasarkan data meteorologi yang tersedia. Dalam memperkirakan suatu iklim ataupun cuaca dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus-rumus empiris seperti untung memperhitungkan persen penyinaran (%), radiasi matahari, es, ed, dan RH. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam wkatu yang relatif lebih lama. Sedangkan cuaca adalah kondisi atmosfir yang dinamis, berubah dalam waktu yang singkat (jam atau hari). Hal ini sejalan dengan pernyataan Miftahuddin (2016) yang menyatakan bahwa kondisi atmosfir yang dinamis, berubah dalam waktu yang singkat (jam atau hari) disebut cuaca. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu yang cukup lama. Iklim merupakan fenomena alam yang digerakkan oleh gabungan dari beberapa

RH + RH (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 120

100 80 60 40 20 0

Chart Title

(16)

unsur seperti radiasi matahari, tempratur, kelembaban, awan, hujan, evaporasi, tekanan udara, dan angina. Adapun faktor yang mempengaruhi unusr iklim sehingga dapat membedakan iklim di suatu wilayah dengan wilayah lainnya disebut kendali iklim. Kendali iklim salah satunya adalah matahari yang sangat penting dan sumber energi di bumi menimbulkan gerak udara dan arus laut. Selain matahari, yaitu distribusi darat dan air, sel semi permanen tekanan tinggi dan rendah, pegunungan, massa udara, arus laut dan badai.

Menurut Norman (2014) menyatakan bahwa data iklim bersumber dari data cuaca yang dikumpulkan selama kurun waktu tertentu. Nilai unsur cuaca akan menghasilkan cuaca pada hari/tanggal tersebut. Selanjutnya, keadaan cuaca didata terus menerus secara rutin dan setelah beberapa tahun (umumnya 30 tahun), data- data cuaca tersebut digunakan untuk mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal sebagai data iklim.

Data iklim dapat diperoleh dengan beberapa metode, salah satunya dengan metode perhitungan matematis menggunakan rumus empiris. Dengan menggunakan rumus empiris ini agar memudahkan penentuan kondisi iklim apabila keterbatasan alat-alat agroklimatologi dan rusak atau hilangnya data iklim.

Dalam praktikum kali ini terdapat 3 jenis data iklim yang dapat dianalisis menggunakan rumus empiris yaitu presentase lama penyinaran, energi radiasi matahari, dan tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan dry bulb. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guslim (2009) yang menyatakan bahwa terdapat jenis data iklim yang dianalisis yaitu rumus empiris persentase lama penyinaran bulanan, rumus empiris untuk menentukan energi matahari. Terdapat beberapa stasiun meteorologi yang hanya mencatat panjang penyinaran matahari dan radiasi serta jumlah penyinaran matahari dan tekanan uap air.

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang dilakukan pada praktikum kali ini, praktikan dapat mengetahui bagaimana pemanfaatan rumus empiris dalam ilmu klimatologi. Rumus empiris merupakan rumus yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur cuaca di suatu wilayah. Kegunaan rumus empiris ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk 12 mendapatkan data anasir iklim berdasarkan data meteorologi yang sudah tersedia. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim, diantaranya adalah sinar matahari,

(17)

kecepatan angin, suhu, kelembaban tanah dan gradien tekanan uap. Pada saat melakukan praktikum, data yang diamati adalah lama penyinaran bulanan, energi radiasi matahari, dan perhitungan RH dari tekanan uap berdasarkan wb dan db.

Pada tabel pertama ini adalah hasil perhitungan persentase penyinaran, rumus yang digunakan adalah S= (-2,25 x HH + 90) %. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen penyinaran pada setiap bulannya berdasarkan dari jumlah hari hujan pada bulan tersebut yang sudah tercatat pada data dari stasiun klimatologi. Berdasarkan data perhitungan dapat diketahui bahwasannya terdapat perbedaan dari persen (%) penyinaran hasil pengamatan dan persen (%) penyinaran perhitungan. Pada persentase penyinaran hasil perhitungan kenaikan tertinggi terjadi pada bulan April hingga bulan Mei. Sedangkan pada penyinaran hasil pengamatan kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Juli hingga bulan Agustus.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan ini salah satunya adalah letak lintang yang mempengaruhi perubahan musim dari musim panas ke musim hujan Hal ini sesuai dengan penyataan Wibowo (2002) yang menyatakan bahwa dari data hasil yang didapatkan nilainya berbeda-beda karena adanya perbedaan jumlah jam penyinaran matahari aktual dan panjang penyinaran matahari pada setiap harinya.

Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa pada bulan Januari hingga bulan April merupakan musim hujan yang dapat dilihat dari jumlah hari hujannya.

Sedangkan pada bulan April menuju bulan Mei merupakan musim pancaroba atau dalam hal ini perubahan dari musim penghujan ke musim kemarau. Pada bulan Mei hingga bulan September terjadi musim kemarau dengan pada bulan September merupakan kemarau ekstrim dengan tidak adanya jumlah hari hujan.

Pada tabel kedua membahas mengenai perhitungan energi radiasi sinar matahari. Hal pertama yang dilakukan pada bagian ini adalah dengan mencari nilai Io menggunakan rumus interpolasi, dimana praktikan ingin mengetahui 13 bagaimana radiasi sinar matahari pada bulan Mei. Setelah melakukan perhitungan, maka dapat diketahui bahwasannya nilai Io adalah 878,2 cal/m², dengan nilai batas atas 849 dan batas bawah 899. Energi radiasi matahari tertinggi pada bulan Oktober berada pada tanggal 3, 11,24,25,27,28 dan 30 dengan nilai 440,7 cal/m², sedangkan

(18)

energi radiasi matahari terendah pada bulan Oktober berada pada tanggal 15 dengan nilai 88,3 cal/m².

Pada tabel ketiga mengetahui bagaimana cara mencari RH dari tekanan uap berdasarkan wb dan db. Dimana pada tabel ini praktikan mencari nilai P (tekanan udara) terlebih dahulu, kemudian Es (tekanan uap jenih pada wet bulb temperature), Ed (tekanan uap air dari udara), dan yang terakhir adalah RH (kelembaban). Berdasarkan hasil perhitungan data perhitungan yang digunakan ditujukan sebagai penduga untuk mengetahui hasilnya dengan menggunakan rumus empiris tanpa melakukan pengamatan dilapangan. Sedangkan data yang dihasilkan dari hasil pengamatan merupakan data yang benar-benar diperoleh dari pengamatan dilapangan sehingga membuat hasil dari perhitungan dan pengamatan berbeda. Dengan rumus ini kita dapat mengetahui tekana uap dalam perkiraan anasir iklim. Bisa dikatakan jumlah wey bulb dan dry buld salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pada tekanan uap air.

Perbedaan data antara data hasil pengamatan dengan data hasil perhitungan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya data yang kurang akurat. Penggunaan rumus empiris ini dilakukan hanya sebagai penduga sedangkan data hasil pengamatan merupakan data yang diperoleh dari lapangan.

Dengan adanya rumus empiris ini maka apabila pengguna data meteorologi tidak memiliki alat-alat agroklimatologi dapat dengan mudah mengetahui kondisi cuaca dan iklim.

(19)
(20)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan jumlah atom dari unsur-unsur penyusun molekul yang paling sederhana . Rumus ini tidak memberikan informasi tentang isomer, struktur, atau jumlah absolut atom . Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa rumus empiris merupakan prosentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hujan bulanan. Rumus empiris ini digunakan untuk mengetahui penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hujan bulanan dengan satuan persen (%). Rumus empiris adalah karakteristrik cuaca di suatu wilayah tertentu berdasarkan data yang terakumulasi selama ± 30 tahun. Selain itu, terdapat rumus empiris prosentase lama penyinaran bulanan, ada pula rumus empiris yang digunakan yaitu, rumus empiris untuk menentukan energi radiasi matahari dan untuk menentukan tekanan uap air berdasarkan wet bulb dan dry bulb. Dengan rumus ini kita dapat mengetahui tekana uap dalam perkiraan anasir iklim.

5.2. Saran

13

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ardytha Luthfiarta., Aris Febriyanto., Heru Lestiawan., Wibowo Wicaksono.

2020 Analisa Prakiraan Cuaca dengan Parameter Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, dan Kecepatan Angin Menggunakan Regresi Linear Berganda. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nusantara.

Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Miftahuddin. 2016. Analisis Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Melalui Uji Mann- Kendall Multivariat. Jurnal Matematika, Statistika, dan Komputasi. Vol.

13, No. 1 Hal: 26-38.

Norman P.L.B Riwu Kaho. 2014. Panduan Interpertasi dan Respon Informasi Iklim dan Cuaca untuk Petani dan Nelayan. Kupang: Perkumpulan Pikul.

Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk Sistem Budidaya Tanaman. Bandung: Alfa Beta.

W, Gunardi D., Sugeng P.H., dan Trio S. 2019. Klimatologi Pertanian. Lampung:

Pusaka Media.

Wh, Soerjadi., R. Soesanto., Tuwamin M., dan Isti N. 1996. Kamus Klimatologi.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

(22)
(23)

LAMPIRAN 1. HASIL HITUNGAN

Gambar

Tabel 1. Data Presentase Perhitungan Penyinaran
Grafik 1. Presentase Lama Penyinaran
Tabel 2. Data Perhitungan Energi Radiasi Matahari
Tabel 3. Data Perhitungan Tekanan Uap Air
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih Angsana berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan

Perlakuan pematahan dormansi yang memberikan persentase perkecambahan tertinggi (93%) adalah perlakuan perendaman biji dalam air panas bersuhu 98 o C selama 5

Persentase perkecambahan yaitu kemampuan biji untuk menghasilkan kecambah dalam kondisi baik dalam jangka waktu yang ditetapkan (Sutopo, 2002).Menurut ISTA (

Perbanyakan Andaliman secara generatif menghasilkan persentasi perkecambahan sangat rendah dan memerlukan waktu yang lama berkecambah, akibatadanya dormansi yang

Persentase perkecambahan yaitu kemampuan biji untuk menghasilkan kecambah dalam kondisi baik dalam jangka waktu yang ditetapkan (Sutopo, 2002).Menurut ISTA (

1) Pada perlakuan pertama menggunakan biji utuh dan diberi aquades didapatkan hasil tidak ada satupun biji yang berkecambah dengan presentase

Dokumen ini menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh faktor air terhadap perkecambahan

Laporan praktikum mata kuliah Fisika Agrbisnis dengan judul "Perbedaan Tingkat Kecepatan Perkecambahan Kacang Merah pada Media Tanaman