• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kandungan Nutrisi Bagian-Bagian Tanaman Mantangan (Merremia peltata) Sebagai Pakan Ternak

N/A
N/A
Eva Hotma Dame Lumbantobing

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Kandungan Nutrisi Bagian-Bagian Tanaman Mantangan (Merremia peltata) Sebagai Pakan Ternak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kandungan Nutrisi Bagian-Bagian Tanaman Mantangan (Merremia peltata) Sebagai Pakan Ternak

(Evaluation of the Nutritional Content of Mantangan (Merremia peltata) Plant Parts As Animal Feed)

Eva Hotma Dame Lumbantobing1, Suparjo2, Afdal2

¹Mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi

²Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi

*E-mail : evahdltobing@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the nutritional content of parts of the mantangan plant (Merremia peltata) as ruminant feed. The design used was a completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The treatments consisted of P1 = Young leaf part of the mantangan plant, P2 = Old leaf part of the mantangan plant, P3 = Young leaf part of the mantangan plant + young stem, P4 = Old leaf part of the mantangan plant + old stem, P5 = The mantangan plant as a whole (mixture). The variables observed were chemical analysis including Dry matter (DM), Crude Fat (CF), Crude Fiber (CFib), Crude Protein (CP) with proximate analysis method. The data collected were analyzed for variance and if significant, tested using Duncan's Multiple Range Test. The results of this study showed that the parts of the mantangan plant had no significant effect (P > 0.05) on the Dry matter content and a significant effect (P < 0.05) on the content of crude fat, crude fiber, and crude protein. Evaluation of the nutritional content of the parts of the Mantangan plant can be concluded that the BK content is relatively the same between each part of the Mantangan plant, the highest LK in the mixed part of the Mantangan plant, the highest SK in the old leaves + old stems of Mantangan, and the highest PK in the old leaves. Based on the nutritional analysis, it turns out that the mantangan plant has the potential as an alternative feed for livestock.

Keywords: Mantangan (Merremia peltata), DM, CF, CFib, CP Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dari bagian-bagian tanaman mantangan (Merremia peltata) sebagai pakan ternak ruminansia. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari P1 = Tanaman mantangan bagian daun muda, P2 = Tanaman mantangan bagian daun tua, P3 = Tanaman mantangan bagian daun muda + batang muda, P4 = Tanaman mantangann bagian daun tua + batang tua, P5 = Tanaman mantangan secara keseluruhan (campuran). Peubah yang diamati adalah analisis kimia meliputi kadar Bahan Kering (BK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK), Protein Kasar (PK) dengan metode analisis proksimat. Data yang dihimpun dianalisis ragam dan apabila berpengaruh nyata, diuji menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagian-bagian tanaman mantangan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kandungan Bahan Kering dan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kandungan lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar. Evaluasi kandungan nutrisi bagian-bagian tanaman mantangan dapat disimpulkan bahwa kandungan BK relatif sama antar setiap bagian

(2)

tanaman Mantangan, LK tertinggi pada bagian campuran tanaman mantangan, SK tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, dan PK tertinggi pada bagian daun tua. Berdasarkan analisis nutrisinya, ternyata tanaman mantangan berpotensi sebagai pakan alternatif bagi ternak.

Kata kunci : Mantangan (Merremia peltata), BK, LK, SK, PK Pendahuluan

Mantangan (Merremia peltata) merupakan tanaman asli Afrika Timur yang kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Pasifik, juga menjadi salah satucontoh tanaman bersifat invasif yang tumbuh pada daerah tropis. Tumbuhan invasif adalah jenis tumbuhan yang mampu berkembang cepat pada lingkungan sehingga merugikan secara ekonomis maupun ekologis.

Disamping sifatnya yang merugikan, ternyata tanaman mantangan ini dapat juga digunakan sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak. Tanaman mantangan memiliki potensi baik fisik maupun kimia, karena itu beberapa kalangan masyarakat sudah memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Mantangan mengandung zat hidroxory fatty acid dan juga zat oksidasi, sehingga pada masyarakat Suku Maybrat di Kampung Renis Distrik Mare Kabupaten Sorong selatan sudah memanfaatkan getahnya sebagai obat penawar racun dan bagian daunnya untuk mengobati luka lama (Hara et al., 2012), namun masih banyak pula yang belum mengetahui potensi yang dimiliki tanaman ini.

Kemampuan tumbuhnya yang cukup pesat dapat menguntungkan para peternak apabila dapat dimanfaatkan secara maksimal. Mantangan mirip dengan genus kangkung lokal (Ipomea) yang dimanfaatkan sebagai pakan hijauan bagi ternak. Pemanfaatan tanaman ini di Negara India biasanya digunakan sebagai padang penggembalaan untuk ternak sapi, dan ini merupakan salah satu bentuk pengendalian di daerah perkebunannya (Paynter et al., 2015). Tanaman mantangan sangat mudah didapat dan tumbuh dengan sendirinya di jalan lintas Jambi Sabak, biasanya ditemukan di sepanjang tepi jalan berdekatan dengan tumbuhnya tanaman liar lain. Tanaman ini dibiarkan tumbuh begitu saja hingga sampai ke area jalan lintas, bahkan tumbuh memanjat dan menutupi seluruh bagian tiang listrik yang ada disekitarnya. Tanaman ini cepat tumbuh terutama pada musim hujan.

Upaya penanggulangan mantangan saat ini masih sangat sedikit diketahui oleh masyarakat luas dikarenakan kurangnya informasi terkain morfologi maupun fisiologinya.

Selama ini hanya bagian daun yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, dengan begitu penanggulangan terhadap pertumbuhan tanaman mantangan tidak begitu optimal. Sehingga pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengembangkan inovasi dalam mengembalikan gulma mantangan, salah satunya dengan memnfaatkannya sebagai pakan alternatif bagi ternak. Mengingat bahwa sumber makanan utama ternak ruminansia adalah hijauan, maka diharapkan tanaman mantangan ini dapat dijadikan sebagai pakan alternatif selain rumput lapangan.

Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan bagian-bagian tanaman mantangan segar untuk mengetahui kandungan nutrisinya, dengan maksud bahwa setiap bagian tanaman mantangan mempunyai potensi sebagai pakan alternatif. Sehingga dapat memberikan informasi di bidang peternakan dan dapat berguna dalam pengendalian tanaman gulma. Bagian tanaman yang akan dianlisis kandungan nutrisinya yaitu bagian daun muda, daun tua, daun muda dengan batangnya, daun tua dengan batangnya, dan campuran/ keseluruhan bagian tanaman.

(3)

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi dari bulan November 2022 sampai dengan Desember 2022.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu: Sarung tangan karet, Labu destruksi, Labu destilasi, Destilator, Pemanas listrik, Labu erlenmeyer, Biuret, Corong, Pipet, Gelas ukur, Neraca analitik, Soxhlet, Kertas saring bebas lemak, Kapas bebas lemak, Oven, Eksikator, Pinset, Gelas Piala, Cawan porselen, Corong Buchner, Penjepit, Kertas saring No. 41, Oven 1050C, Pompa vakum.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman mantangan segar bagian daun muda, daun tua, daun muda+batang muda, daun tua+ batang tua, dan juga keseluruhan bagain tanaman.

Untuk analisis proksimat PK, SK, dan LK dibutuhkan H2SO4 0,3N, NaOH 1,5N, Aseton, H2SO4

pekat, NaOH 40%, NaOH 0,3N, Indikator campuran, Katalis campuran, Batu didih, Pelarut (khloroform).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk analisis kandungan nutrisi Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak kasar, dan Serat Kasar pada tanaman mantangan adalah metode analisis proksimat.

Tanaman mantangan segar diambil dari jalan lintas, Jambi sabak, Kecamatan Rantau Karea, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Selanjutnya pengumpulan tanaman mantangan, dipisahkan setiap bagiannya mulai dari daun muda, daun tua, daun muda beserta batangnya, daun tua beserta batangnya, dan keseluruhan tanaman (campuran). Setiap bagian yang sudah dipisahkan kemudian digunting kecil-kecil, dimasukkan ke dalam anvlop dan ditimbang berat segarnya masing-masing sebanyak 1 Kg dan diberi label sesuai perlakuan, selanjutnya dikeringkan kedalam oven 60 C selama 24 jam. Hingga mendapatkan berat yang⁰ konstan. Selanjutnya adalah proses penggilingan dengan menggunakan Hummer mill hingga semua bahan benar-benar halus seperti tepung. Setelahnya, masukkan hasil penggilingan ke dalam plastik sampel dan beri label, dan siap untuk dilakukan analisis kandungan nutrisi terhadap setiap bagian berdasarkan perlakuan.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, yang terdiri dari :

P1 = Tanaman mantangan bagian daun muda P2 = Tanaman mantangan bagian daun tua

P3 = Tanaman mantangan bagian daun muda + batang muda P4 = Tanaman mantangann bagian daun tua + batang tua P5 = Tanaman mantangan secara keseluruhan (campuran) Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati meliputikadar bahan kering, lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar pada tanaman mantangan. Langkah-langkah penentuan dalam analisis kimia mengacu pada AOAC (2000).

 Bahan Kering (BK)

(4)

Bahan Kering (%) = Ket :

C = Berat cawan awal, D = Berat sampel, E = Berat cawan + sampel

 Protein Kasar (PK)

Protein Kasar (%) = x 100%

Ket :

I = Berat sampel, J = NaOH 0,3 N, K = Perbandingan dengan titer blanko

 Lemak Kasar (LK)

Lemak Kasar (%) = x 100%

Ket :

L = Berat sampel, M = Berat setalah didinginkan di dalam eksikator, N = Berat akhir sampel

 Serat Kasar (SK)

Serat Kasar (%) = x 100%

Ket :

O = Berat kertas saring Whatman No.41 , P = Berat sampel, Q = Berat sampel setelah di eksikator, R = Berat cawan dari tanur yang di dinginkan dalam eksikator

Hasil dan Pembahasan Bahan Kering

Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P

> 0,05) pada kandungan bahan kering setiap bagian tanaman mantangan mulai dari daun muda, daun tua, daun muda+batang muda, daun tua+batang tua, dan campuran. Hasil dari setiap perlakuan diperoleh rataan bahan kering P1 (daun muda): 87,63%, P2 (daun tua): 88, 88%, P3 (Daun muda+batang muda): 87,88%, P4 (daun tua+batang tua): 89,50%, dan P5 (campuran):

89,50%. Tabel 1, merupakan data rataan kandungan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar bagian-bagian tanaman mantangan (Merremia peltata). Secara statistik kandungan bahan kering tidak berbeda nyata ( P > 0,05), hal ini disebabkan kemungkinan karena setiap bagian tanaman diangin-anginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya sebelum dimasukkan kedalam oven. Sehingga pada saat pengovenan bahan yang digunakan untuk dianalisis relatif lebih kering dan secara keseluruhan tidak mempengaruhi kandungan kadar air bahan. Selain itu pada saat pengovenan dilakukan beberapa kali penimbangan hingga mendapat berat masing-masing bahan yang konstan.

Lemak Kasar

Hasil rataan perubahan kandungan lemak kasar dari setiap bagian tanaman mantangan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai nutrisi kandungan lemak kasar disetiap perlakuan pada bagian-bagian tanaman mantangan. Hasil

(5)

analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar setiap bagian tanaman mantangan berpengaruh nyata (P < 0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan serat kasar P1 (6,21 %) berbeda nyata dengan P2 (6,99 %), P3 (5,48 %), P5 (6,90 %) tetapi P1 (6,21 %) dengan P4 (6,21 %), dan P2 (6,99%) dengan P5 (6,90%) berbeda tidak nyata.

Berdasarkan data statistik ternyata kandungan lemak kasar mantangan cenderung lebih tinggi pada bagian yang sudah tua dan juga campuran. Kandungan lemak kasar pada tanaman mantangan sebesar 6,90% jauh lebih tinggi ika dibandingkan dengan rumput lapangan yang memiliki kadar lemak kasar sebesar 3.23% (Hardianto, 2006). Tinggi rendahnya kadar lemak pada tanaman dipengaruhi oleh spesies, umur dan perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel (Kamal, 1998). Kadar lemak kasar daun tua juga lebih tinggi 9% dibandingkan dengan bagian campuran, semakin tua bagian tanaman maka akan meningkatkan kadar LK hijauan.

Peningkatan kadar LK ini disebabkan oleh semakin tua tanaman maka semakin banyak cadangan energi dalam bentuk lemak kasar yang ditimbun di daun (Astuti 2011). Pada tabel 1 nilai antara P1 dan P4 adalah sama kemungkinan disebabkan karena pada pengambilan sampel P4 lebih banyak bagian batang dibandingkan daunnya.

Serat Kasar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan serat kasar bagian-bagian tanaman mantangan berpengaruh nyata (P < 0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan serat kasar P1 (11,93%) dengan P2 (17,29%), P3 (13,69 %), P4 (30,17%), dan P5 (20,47%) berbeda nyata (P < 0,05). Kandungan serat kasar tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, tingginya serat kasar pada pakan dapat menyebabkan tertinggalnya pakan dalam rumen lebih lama dan meninggalkan rasa kenyang pada ternak sehingga asupan pakan menjadi rendah. Kandungan SK dari tertinggi ke rendah berurutan adalah daun tua+

batang tua, campuran, daun tua, daun muda + batang muda, dan daun muda. Peningkatan produksi serat kasar disebabkan oleh semakin tuanya bagian tanaman maka bagian tersebut akan mempunyai komponen dinding sel yang tinggi. Sehubungan dengan perkembangan kedewasaan (umur tanaman) hijauan, maka akan terjadi pula peningkatan konsentrasi seratnya (Savitri et al., 2012).

Kandungan serat kasar tanaman mantangan adalah sebanyak 39,85% (Garsetiasih et al.,2019) hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan kandungan serat kasar yang diperoleh pada penelitian ini yang hanya sebesar 20,47%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengambilan sampel pada campuran lebih banyak bagian daun dibandingkan batang. Sedangkan tingginya serat kasar dipengaruhi oleh pengambilan sampel, dimana bagian batang sangat mempengaruhi terhadap kandungan serat. Peningkatan kadar serat kasar disebabkan karena terjadinya proses lignifikasi yang semakin tinggi seiring semakin tuanya bagian tanaman sehingga komponen serat kasar akan meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan lignin dan selulosa disebabkan semakin tua bagian tanamn tersebut maka batang akan semakin besar, kambium semakin berkembang sehingga batang menjadi keras dan besar (Hidayat, 1995).

Protein Kasar

Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak, terutama bagi ternak yang sudah tua. Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kandungan protein kasar bagian-bagian tanaman mantangan berbeda nyata (P < 0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan protein kasar P1 (23,52%) dengan P2 (25,65%), P3 (18,45%), P4(18,61%), P5

(6)

(15,65%) berbeda nyata (P < 0,05). Tetapi kandungan Protein kasar P3 (18,45%) tidak berbeda nyata dengan P4 (18,61%). Kandungan PK tertinggi pada bagian daun tua sebanyak 25,65% dan daun muda sebanyak 23,52%. Berdasarkan data tersebut kandungan protein lebih tinggi pada bagian daun dibandingkan pada campuran dan batang, hal ini disebabkan karena protein tanaman berhubungan erat dengan aktivitas jaringan. Sehingga daun mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan batang, dimana semakin banyak produksi daun maka semakin banyak produksi PK (Suryana dan Lugiyo, 2006). Mantangan memiliki kandungan protein yang tinggi (18,61%) dibandingkan dengan rumput lapangan yang hanya 2,78% (Garsetiasih, 2007).Pakan ternak dinilai berkualitas tinggi apabila memiliki Protein Kasar (PK) pada rumput- rumputan lebih dari 9% (Konyep, 2020). Berdasarkan hal tersebut, tanaman mantangan lebih berkualitas baik dibandingkan rumput lapangan dari segi kandungan proteinnya.

Kesimpulan

Evaluasi kandungan nutrisi bagian-bagian tanaman mantangan dapat disimpulkan bahwa kandungan BK relatif sama antar setiap bagian tanaman Mantangan, LK tertinggi pada bagian campuran tanaman mantangan, SK tertinggi pada bagian daun tua+batang tua mantangan, dan PK tertinggi pada bagian daun tua. Berdasarkan analisis nutrisinya ternyata tanaman mantangan berpotensi sebagai pakan alternatif bagi ternak.

Daftar Pustaka

AOAC. (2000). “Official Methods of Analysis of Analytical Chemists.” AOAC Inc., Arlington.

Astuti N. 2011. Pengaruh umur pemotongan terhadap kadar nutrien rumput raja (king grass).

Jurnal Agrisains. 2 (1): 18-28.

Chemist(AOAC)., A. of O. A. 2000. Analytical Methods. Toxicology and Industrial Health, 15(8), 715–717.

Garsetiasih, R. (2007). Kecernaan jagung dan rerumputan sebagai pakan rusa (Cervus timorensis). Buletin Plasma Nutfah, 13(2), 88-92.

Garsetiasih, R., Irianto, R., & Sihombing, V. S. 2019. The Utilization Of Merremia peltata For Livestock Feed To Control An Invasive Alien Plant Species In Bukit Barisan Selatan National Park. Indonesian Journal of Forestry Research, 6(2), 85–93.

Hara, F. L. K., Nunaki, J. H., & Sadsoeitoeboen, M. J. 2012. Pemanfaatan Tumbuhan Mantangan Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Maybrat di Kampung Renis Distrik Mare Kabupaten Sorong Selatan. Jurnal Natural, 8(1).

Hardianto, Y.W. 2006. Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang. Skripsi, Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. Rineka Cipta. Jakarta.

Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Konyep, S. (2020). Hijauan Makanan Ternak. Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, 1, 105–112.

Paynter, Q., Paynter, Q., Harman, H., & Waipara, N. 2015. Prospects for biological control of Merremia peltata. January 2006.

Rusdy, M. 2012. Produksi Bahan Kering, Kompatibilitas Biologis dan Kualitas Tanaman Campuran Rumput Benggala (Brachiaria decumbens) dan Centro (Centrosema pubescens).

Pastura, 2(1), 17–20.

(7)

Savitri MV, Sudarwati H, & Hermanto. 2013. Pengaruh umur pemotongan terhadap produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (2): 25-35.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bagian-Bagian Tanaman Mantangan

Perlakuan Kandungan Nutrisi (%)

BK LK SK PK

P1 87,63 ± 0,25 6,21b ± 0,02 11,93a ± 0,03 23,52c ± 0,07 P2 88,88 ± 1,11 6,99c ± 0,09 17,29c ± 0,21 25,65d ± 0,32 P3 87,88 ± 2,29 5,48a ± 0,14 13,69b ± 0,36 18,35b ± 0,48 P4 89,50 ± 1,08 6,21b ± 0,07 30,17e ± 0,37 18,61b ± 0,22 P5 89,50 ± 0,82 6,90c ± 0,06 20,47d ± 0,19 15,65a ± 0,14 Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,005), P1: daun muda mantangan, P2: daun tua mantangan, P3: daun muda+batang muda mantangan, P4: daun tua+batang tua mantangan, P5: campuran.

Referensi

Dokumen terkait

Experiences and lessons that could be drawn from the existing MRV arrangements include : • Existing reporting and MRV arrangements reflect diversity in national circumstances,

xvi 2.1 SAW PHASE VELOCITY AGAINST NUMBER OF MESH ELEMENTS 34 2.2 SAW PHASE VELOCITY AGAINST NUMBER OF MESH ELEMENTS 35 2.3 VARIATION IN RESONANCE FREQUENCY WITH APERTURE W 41 2.4 BAW