PENAMBAHAN TEPUNG BULU AYAM FERMENTASI DALAM PAKAN BASAL TERHADAP PERSENTASE OFFAL
(LEMAK ABDOMINAL,KAKI DAN KEPALA AYAM BROILER)
SKRIPSI
OLEH
SEPTIANUS RIMO 4513035043
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Penambahan Tepung Bulu Ayam Fermentasi Dalam Pakan Basal Terhadap Persentase Offal (Lemak Abdominal,Kaki Dan Kepala Ayam Broiler)
Nama : Septianus Rimo
Stambuk : 4513035043
Program Studi : Produksi Ternak Fakultas : Pertanian
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dr. Ir. Asmawati Mudarsep, MP. Ir. Tati Murniati, MP.
Pembimbing Utama Pembimbing
Anggota Mengetahui
Dr. Ir. Syarifuddin, S. Pt, MP Ir. Muhammad Idrus, MP.
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Peternakan
Tanggal Lulus: 20 Juli 2017
ABSTRAK
SEPTIANUS RIMO (4513035043) Penambahan Tepung Bulu Ayam Fermentasi Dalam Pakan Basal Terahadap Persentase Offal (Lemak Abdominal, Kaki Dan Kepala Ayam Broiler)
Dibawa bimbingan: Dr.Ir.Asmawati Mudarsep,MP. sebagai pembimbing utama dan Ir.Tati Murniati,Mp. sebagai pembimbing anggota.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung bulu yam fermentsi terhadap persentase (%) offal (lemak abdominal,kaki, dan kepala) ayam broiler
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan referensi tentang pengaruh penambahan tepung bulu ayam fermentasi terhadap persentase (%) offal (lemak abdominal,kaki,dan kepala) ayam broiler .
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Mangga Tiga, Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Penelitian ini menggunakan 96 ekor ayam broiler yang di pelihara mulai umur 1 hari sampai umur 30 hari. Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL ) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan (P0) pakan mengandung 0% tepung bulu ayam fermentasi, (P1) pakan campuran mengandung 3% tepung bulu ayam fermentasi (P2) pakan campuran mengandung 6 % tepung bulu ayam fermentasi, dan (P3) 9%
tepung bulu ayam
Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung bulu ayam fermentasi 0% pada perlakuan (P3) adalah yang terbaik untuk persentase lemak abdominal, persentase kaki 3% pada perlakuan (P1) dan persentase kepala 0% pada perlakuan (P0) ayam broiler.
Kata kunci: ayam broiler, tepung bulu ayam fermentasi, konsumsi pakan pertambahan berat badan dan konversi pakan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan kasih-Nya yang selalu menyertai setiap derap dan langka hidupku, sehingga penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, perkenankan penyusun mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Bosowa Makassar, khususnya:
Ayahanda Daniel Suban dan Ibunda tercinta Maria Ema Daton, Kakak Helen dan Adik tersayang Dhiana serta keluarga besar Lamamayan yang telah memberikan curahan hati, nasihat, motivasi dan yang terpenting adalah doa kepada penulis sehingga penulis tabah dan tegar dalam menghadapi segala hambatan selama penulisan skripsi ini.
Ibunda tercinta Dr. Ir. Asmawati Mudarsep, MP sebagai Pembimbing Utama dan Ibunda Ir. Tati Murniati, MP sebagai Pembimbing Anggota dengan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan masukkan-masukkan yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian sampai selesainya penulisan skripsi
Seluruh dosen dan staf yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu dalam lingkungan Jurusan Peternakan khususnya dan fakultas Pertanian pada umumnya.
Terkhusus buat sahabat-sahabat terbaikku Aster Corebima, Wendelinus Beribe, Vian Lewowerang, Febrianus Saman,, Junardi Pandong, ,Arkadius Pode, Pius Siku atas kebersamaan dan bantuannya selama berada di lokasi penelitian, serta teman-temanku angkatan 2013 yang banyak memberi masukan dan dorongan kepada penulis. “Semoga persahabatan dan kebersamaan kita tidak akan pudar dan hilang ditelan zaman”.
Spesial untuk sahabat terbaikku Herlina Heni, Saminnah, Hafiat Anu, Fitriani dan Maria Susanti, Frederikus Wajo, Andris Muadi yang telah membantu saya selama penelitian.
Kepada Kakanda Alumni Peternakan kanda Dr Ir. Syarifuddin, S.Pt, MP. Kanda Maria Goreti K Herin, S.Pt, Kanda Dionisius B. Boli, S.Pt dan serta yang belum sempat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu, membimbing, memotivasi saya dan senantiasa memberi masukan kepada saya terkait dengan akademik maupun dalam kelembagaan.
Seluruh rekan–rekan mahasiswa Fakultas Pertanian yang bergelut Di HMJ terkhusus Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET), yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang banyak membantu Penulis dari awal hingga selesainya Skripsi ini.
Penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan, maka saran dan pendapat yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan untuk masa kini dan yang akan datang.
Makassar, 20 Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 2
C. Manfaat Penelitian ... 3
D. Hipotesis ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tepung Buluh Ayam ... 4
B. Gambaran Umum Ayam Broiler ... 5
C. Pakan ... 8
D.Persentase (%) 0ffal (Lemak Abdominal, Kaki, Dan Kepala) . 11
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
B. Materi Penelitian ... 16
C. Prosedur Penelitian ... 18
D. Desain Perlakuan ... 19
E. Parameter Terukur ... 20
F. Analisis Data ... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persentasi (%) Lemak Abdominal ... 22 B. Persentase (%) Kaki ... 23 C. Persentase (%) Kepala ... 24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 26 B. Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. kandungan gizi tepung buluh ayam ... 5
2. Kebutuhan nutrisi pakan ayam broiler pada periode starter dan periode finisher ... 10
3. kandungan nutrisi pakan butiran BP11 ... 16
4. kandungan konsentrat CAB PARAMA ... 17
5. komposisi zat gizi bahan pakan campuran ... 17
6. komposisi zat nutrisi tepung bulu 17
7. komposisi bahan pakan perlakuan ... 17
8. komposisi zat gizi bahan pakan perlakuan ... 18
9. persentase (%) lemak abdominal ... 22
10. persentase (%) kaki ... 23
11. persentase (%) kepala ... 25
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha peternakan ayam pedaging di Indonesia sangat berkembang dengan pesat, hal ini di karenakan ayam pedaging sangat efisien dalam mengubah bahan pakan menjadi daging. Namun dengan timbulnya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 yang sampai sekarang masih belum pulih meneyebabkan perkembangan usaha peternakan khususnya ayam pedaging menjadi terhambat. Sehingga populasi ayam pedaging terutama yang sifatnya peternakan rakyat menjadi menurun drastis. Hal ini di akibatkan oleh sebagian besar pakan unggas masih di import, sehingga harganya menjadi sangat mahal, padahal diketahui bahwa biaya produksi untuk ayam pedaging sebagian adalah biaya yang digunakan untuk pakan yaitu sekitar 60-70% (Lubis, 2004). Rasyaf (2002) menyatakan, karena 70% biaya produksi digunakan untuk biaya pakan maka perlu dilakukan langkah yang tepat dalam pemberian pakan.
Melihat begitu besarnya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan, maka perlu dilakukan penggantian bahan pakan konvensional yang kebanyakan di import dengan bahan pakan lokal yang mudah didapat, murah namun mempunyai nilai gizi yang baik. Bahan pakan alternatif yang mempunyai nilai gizi dan juga bisa meningkatkan nilai gizi dari ransum adalah dengan penambahan tepung bulu ayam yang merupakan bahan pakan ternak hasil olahan dari limbah rumah potong ayam (RPA) mudah
didapat dan murah. Tepung bulu ayam dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif pengganti sumber protein hewani dalam formulasi ransum ayam. Hal ini disebabkan karena bulu ayam memiliki kandungan protein cukup tinggi. Murtidjo (1995), menyatakan bahwa protein kasar tepung bulu ayam mencapai 86,5% dan energi metabolis 3.047kcal/kg. Hal senada juga diungkapkan Rasyaf (1993), bahwa bulu ayam mengandung protein kasar cukup tinggi, yakni 82 – 91%, kadar protein jauh lebih tinggi dibanding tepung ikan dan digunakan sebagai bahan pakan suplemen pengganti konsentrat untuk memenuhi kebutuhan daya cerna bahan kering ramsum, pertambahan bobot badan serta efesien dalam penggunaan pakan.
Hal ini yang mendasari dan mendorong ketertarikan penulis untuk meneliti penggunaan tepung bulu ayam fermentasi sebagai bahan penyusun ransum dengan menambahkannya ke dalam pakan basal dengan berbagai level penambahan terhadap persentase (%) berat offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung bulu ayam fermentasi terhadap persentase (%) offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
C. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan referensi tentang pengaruh penambahan tepung bulu ayam fermentasi terhadap persentase (%) offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
D. Hipotesis
Diduga bahwa dengan pemberian pakan tambahan tepung bulu ayam fermentasi dalam pakan berpengaruh pada persentase (%) offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tepung Bulu Ayam
Bulu ayam merupakan limbah peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif pengganti sumber protein hewani dalam formulasi ransum ayam (unggas) Sebagai hasil samping dari industri perunggasan, bulu ayam merupakan salah satu bahan pakan kayaprotein yang sangat murah dan mudah didapat. Kandungan protein dalam bulu ayam dapat mencapai 90% dibandingkan dengan bungkil kacang kedelai 45% (Lin, dkk., 2002). Menurut Murtidjo (1992), protein kasar tepung bulu ayam mencapai 86,5% dan energi metabolis 3.047 kcal/kg. Demikian juga menurut Rasyaf (1993), bulu ayam mengandung protein kasar cukup tinggi, yakni 82 – 91 % , kadar protein jauh lebih tinggi dibanding tepung ikan.
Berdasarkan hasil studi di dalam dan di luar negeri, nilai biologis bulu ayam dapat ditingkatkan dengan pengolahan dan pemberian perlakuan yang benar. Sebagai contoh, bulu ayam yang diolah dengan proses NaOH 6% dan dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan 64,6%. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin bulu ayam hingga 62,9%. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya reaksi kecoklatan (browning reaction).
Kandungan nutrisi tepung bulu terolah tertera pada Tabel di bawah ini (Rasyaf, 1993).
Tabel 1. Kandungan Gizi Tepung Bulu Ayam
Sumber: Rasyaf, (1993).
Namun pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan pakan ternak belum maksimal, karena memiliki keterbatasan dalam penggunaannya akibat rendahnya kualitas nutrien limbah tersebut. Bulu ayam, meskipun kadar proteinnya mencapai 80-90% akan tetapi protein tersebut tersusun dari protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas (Kim dan Patterson 2000).
B. Gambaran Umum Ayam Broiler
Ayam Broiler adalah ayam penghasil daging dan ayam hasil budidaya teknologi, memiliki karakteristik ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi dan dapat dipotong pada usia relatif muda serta dalam pemeliharaannya lebih cepat dan efisien menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo 1992). Selanjutnya dikatakan bahwa ayam Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian
Nutrisi Kandungan
Protein Kasar Serat Kasar
Abu calium Phospor
Garam
85%
0,3 – 1,5%
3,0 – 3,5%
0,20 – 0,40%
0,20 – 0,65%
0,20%
besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Suprijatna, dkk., 2005).
North dan Bell (1990), menyatakan bahwa ayam Broiler adalah ayam penghasil daging yang memiliki kecepatan tumbuh pesat dalam kurun waktu yang singkat masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin.
Selanjutnya di katakan bahwa ciri-ciri ayam Broiler antara lain; ukuran badan relatif besar, padat, kompak, berdaging penuh, produksi telur rendah, bergerak lamban dan tenang serta lambat dewasa kelamin.
Selanjutnya Rasyaf (1999), menyatakan bahwa ayam Broiler merupakan ayam muda yang pertumbuhannya pesat pada umur 1 – 5 minggu baik jantan maupun betina, berdaging lembut dan tulang dada lunak.
Selanjutnya dikatakan bahwa ayam Broiler memproduksi daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit, serta ayam yang sudah berumur 6 minggu besarnya sama seperti ayam kampung yang dipelihara dalam beberapa bulan.
Adapun klasifikasi ayam Broiler adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phylum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliforms
Family : Phasianide
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus (North dan Bell, 1990).
Keunggulan ayam Broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperature, lingkungan dan pemeliharaan. Umumnya ayam Broiler dipasarkan pada umur 5 – 6 minggu denganberat 1,3 – 1,6 kg. Bobot tersebut dan laju pertumbuhan ayam Broiler belum maksimum, karena masyarakat lebih menyukai ayam Broiler yang muda, daging lebih empuk serta disukai oleh para pengusaha (Lubis, 2004).
Ayam Broiler telah mengalami seleksi untuk dikondisikan tumbuh cepat dan efisien dalam pemakaian pakan (Maulidya, 2011). Ayam Broiler dipelihara untuk memproduksi daging sehingga perlu menunjukkan kemampuan pertumbuhan yang dan dapat mencapai bobot untuk kebutuhan pasar dengan cepat. Selanjutnya dijelaskan kemampuan pertumbuhan yang baik tersebut dihasilkan dari pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tinggi dan menajemen pemeliharaan yang baik (Prihantono, dkk., 2008).
Hardjoswaro dan Rukminasih (2000), menyatakan bahwa ayam Broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging yang artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya ayam Broiler memiliki ciri-ciri kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan
cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, dan lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi daging.
Ayam Broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan ajakan mengkonsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya.
Hingga kini ayam Broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya dengan 5-6 minggu masa pemeliharaan sudah dapat dipanen.
Banyak starin ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu.
Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro dan Hybro (Suprijatna, dkk., 2005).
Perkembangan penampilan ayam Broiler strain CP 707 mengalami peningkatan. Hal tersebut ditandai dengan pertambahan bobot badannya yang mencapai lebih 1,6kg dan konversi pakan hingga 1,7 selama 35 hari (Eka, 2010).
C. Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Pemberian pakan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Rasyaf (1994) menyatakan bahwa pakan merupakan sumber utama kebutuhan nutrien ayam Broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya karena tanpa pakan yang sesuai dengan yang dibutuhkan menyebabkan produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Suprijatna, dkk., (2005), ayam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam diberi pakan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak.
Pakan yang dikonsumsi sebagian dicerna dan diserap tubuh.
Sebagian yang tidak dicerna diekskresikan dalam bentuk feses. Zat-zat makanan (nutrien) dari pakan yang dicerna digunakan untuk sejumlah proses di dalam tubuh. Penggunaannya secara pasti bervariasi, tergantung spesies, umur, dan produktivitas unggas. Sebagian besar unggas menggunakan zat-zat makanan yang diserap untuk fungsi esensial, seperti metabolisme tubuh, memelihara panas tubuh, serta mengganti dan memperbarui sel-sel tubuh dan jaringan.Penggunaan pakan untuk pertumbuhan, penggemukan, atau produksi telur dikenal sebagai kebutuhan produksi (Suprijatna, dkk., 2005).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan antara lain besar dan berat badan, kondisi fisiologis ternak serta gerak laju dari makanan tersebut di dalam alat pencernaan ternak. Laju makanan dalam alat pencernaan dapat mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi, yakni makin cepat aliran makanan dalam alat pencernaan makin banyak
pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan suhu makanan yang diberikan.
Selera merupakan faktor internal yang merangsang rasa lapar. Faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi adalah ternak, lingkungan, dan stres karena penyakit (Wahju, 1997), selanjutnya untuk mendapatkan produksi yang maksimum, pemberian pakan dalam jumlah yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas perlu dilakukan. Ransum Broiler harus seimbang antara kandungan protein dan energi dalam pakan di samping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan.
Berdasarkan pada periode pemeliharaan, ramsum ayam Broiler terbagi menjadi dua jenis yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher (Murtidjo, 1992). Kebutuhan nutrisi pakan ayam Broiler untuk periode starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan Periode Finisher.
Nutrisi Starter Finisher
Protein (%) 23,00% 20,00%
Energi Metabolisme (kkal/ kg) 2800-3200 2900-3200
Kalsium (%) 1,00 0,90
Fosfor (%) 0,45 0,35
Sumber :NRC. Washingthon DC, 1994
Pemeliharaan ayam Broiler, sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah
menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air. Karbohidrat disamping merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, juga untuk pertumbuhan daging (Anggorodi, 1985).
Mutu pakan ditentukan oleh protein dan energi. Protein ditentukan oleh susunan kandungan asam, amino esensialnya. Bila ransum defisiensi salah satu asam amino esensial maka pertumbuhan Broiler lambat dan produksi akan terganggu. Unggas membutuhkan lebih dari 40 material kimiawi yang diklasifikasikan ke dalam enam kelas yakni karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air, semuanya harus ada dalam ransum yang dimakan Rasyaf (2002).
D. Persentase (%) Offal (Lemak Abdominal, Kaki, dan Kepala)
1. Persentase (%) Lemak Abdominal.
Lemak pada tubuh ternak terbagi atas subcutan (bawah kulit), bawah perut, dalam otot (intramuskuler). Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh, yang terdapat dalam rongga perut. Lemak abdominal merupakan kombinasi berat lemak abdomen dan lemak yang melekat pada gizzard. Lemak abdominal mempunyai korelasi yang tinggi dengan total lemak tubuh dan lemak pada berbagai depot (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi
energi berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subcutan, dan abdominal.
Mekanisme pembentukan lemak dalam tubuh ayam pedaging telah dijelaskan oleh Pratikno (2011), bahwa deposisi lemak dalam tubuh ayam pedaging terjadi melalui proses lipogenesis. Lipogenesis adalah proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma dan mitokondria serta jaringan adiposa (Soegondo 2006). Sementara itu, Haro (2005) mengemukakan bahwa lemak dalam tubuh ayam berasal dari pakan dan dihasilkan dari proses sintesis lemak dalam hati.
Pratikno (2011) mengatakan bahwa pada tubuh ayam, lemak terdapat pada: lemak abdomen/perut (termasuk lemak di sekitar gizzard, proventriculus, bursa of fabricius, cloaca dan jaringan di sekitar wilayah tersebut); lemak sartorial (lemak di sekitar paha); lemak pada leher; lemak mesenteric (lemak di sepanjang usus halus sampai kolon). Pada ternak ayam, jaringan lemak mulai terbentuk dengan cepat pada umur 6-7 minggu, kemudian mulai saat itu penimbunan lemak terus berlangsung semakin cepat, terutama lemak abdomen pada umur delapan minggu sehingga bobot badan ayam meningkat cepat.
Persentase lemak abdomen sebesar 20%, lemak subkutan 18%, lemak skeleton/rangka 15%, lemak di hati dan bulu 2,5%; lemak pengikat karkas (tersebar di otot, usus, ginjal, paru-paru dan jaringan ikat) 40%
masing-masing dari total lemak tubuh (Haro 2005).
Berdasarkan hasil penelitian pada ayam Broiler, diketahui bahwa kandungan lemak pada tubuh ayam broiler mencapai 13-14,5% dari bobot hidup, sedangkan persentase lemak abdomen dalam tubuh ayam mencapai 2-3% dari bobot hidup (Haro 2005). Oktaviana, dkk., (2010) menyatakan bahwa lemak abdomen pada tubuh ayam dikatakan berlebih ketika persentase bobot lemak abdomen lebih dari 3% dari bobot tubuh.
Azman, dkk., (2005) menyatakan bahwa lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan energi ransum yang tinggi. Ditambahkan lagi oleh Tillman, et. al., (1991) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.
Tinggi rendahnya kualitas karkas Broiler ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari Broiler tersebut.Broiler muda sampai umur enam minggu mengandung lemak kira–kira 4% lemak badan (Wahyu, 2004). Lemak abdominal Broiler umur tujuh minggu memiliki persentase sebesar 3,8--4,3% dari bobot tubuh (Bell and Weaver, 2002).
Pada hasil penelitian Azman, dkk., (2005), melaporkan bahwa bobot lemak abdominal Broiler umur 24 hari yang dipelihara di kandang semi closed dengan kepadatan kandang 15--18 ekor/m2 menggunakan litter sekam padi sebesar 8,41--8,89g. Lebih lanjut disampaikan bahwa diantara
faktor-faktor yang memengaruhi lemak tubuh,maka faktor ransum adalah yang paling berpengaruh.
Kastasudjana (1994), menyatakan bahwa lemak karkas yang tinggi sebagai akibat dari perlakuan ransum berenergi tinggi sehingga terjadi kenaikan persentase lemak intra muskular dan menurunkan kadar air.
Pemberian produk terfermentasi pada Broiler meskipun tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap persentase karkas, tetapi dapat menurunkan kadar lemak abdominalnya.
2. Persentase (%) Kaki
Kaki mempunyai dua pasang otot yang kuat dan mengandung lendir yang tebal. Bagian dalam kaki terdapat lapisan berwarna kuning yang sangat keras dan kuat serta dapat dilepaskan. Bagian ini dinamakan shank. Shank pada ayam Broiler berwarna kuning menandakan adanya pigmen lipokrom yang banyak. Pigmen ini berasal dari pakan yang mengandung β-karoten salah satunya jagung. Shank yang kuning juga menandakan produktifitas ayam yang rendah pada ayam Broiler (Suprijatna, dkk., 2005). Persentase bagian non karkas pada ayam Broiler untuk persentase kaki jantan sebesar 3,3% sedangkan pada betina sebesar 4,5% Murtidjo (1992).
3. Persentase (%) Kepala
Hadiwiyoto (1992) menyatakan bahwa kepala berfungsi sebagai pemompa darah dalam sistem transportasi atau sirkulasi tubuh. Ukuran kepala dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Mairizal
(2000) menyatakan bahwa kepala sangat rentan terhadap racun dan zat anti nutrisi, pembesaran kepala dapat terjadi karena adanya akumulasi racun pada otot kepala. pembesaran ukuran kepala biasanya disebabkan oleh adanya penambahan jaringan otot kepala. Dinding kepala mengalami penebalan sedangkan ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan.
Persentase bagian non karkas pada ayam Broiler untuk setiap umur berbeda-beda yaitu pemotongan 4 minggu persentase kepalanya untuk jantan sekitar 6,5% sedangkan untuk betina sebesar 4,8% (Murtidjo, 1992). Cara untuk menghitung persentase kepala yaitu dengan memisahkan bagian kepala kemudian diukur. Berat kepala yang diperoleh kemudian dibagi dengan berat hidup dan hasilnya dikalikan seratus (Mulyadi, 1983).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu danTempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2017 di Kelurahan Paccerakang Kota Makassar.
B. Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan Day Old Chick (DOC) ayam pedaging sebanyak 96 ekor dan dipelihara selama 30 hari dengan petakan kandang sebanyak 16 dan masing-masing petak terdiri dari 6 ekor ayam Broiler.
Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah Butiran BP 11, Konsentrat CAB PARAMA, jagung, dedak dan tepung bulu ayam.
Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain alat fermentasi tepung bulu (ember, sendok pengaduk, ceret ukur, plastik elastis dan karet pengikat), kandang dan perlengkapannya, timbangan digital skala 25 kg, lampu pijar dan pisau potong.
Kandungan nutrisi pakan butiran BP11, CAB PARAMA, dan pakan campuran dapat dilihat pada tabel 3, tabel 4, tabel 5, dan tabel 6.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan Butiran BP11
Nutrisi Jumlah max/min Jumlah %
Kadar Air Max 13.0%
Protein 21.0-23.0%
Lemak Min 5.0%
Serat Max 5.0%
Abu Max 7.0%
Calcium Min 0.90%
Phosphor Min 0.60%
Sumber: PT. Charoen Phokpand
Tabel 4. Kandungan Konsentrat CAB PARAMA
Nutrisi Jumlah max/min Jumlah %
Air Max 11%
Protein Kasar Min 39%
Lemak Kasar 3 7%
Serat Kasar Max 7%
Abu Max 15%
Kalsium 2,7 3%
Phosphor 1,2 1,7%
Coccidiostat +
Anti Biotik +
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Bahan Pakan Campuran Bahan pakan
Jumlah bahan pakan (kg)
Kandungan protein
Jumlah kandungan protein (kg)
Kandungan energy metabolism
Jumlah kandungan
energi metabolism
Jagung**> 50 9 4,5 3258,3 1629.25
Konsentrat*> 35 39 13,65 2100 617,31
Dedak 15 12 1,8 4248 735
Jumlah 100 19,95 3001,5
Sumber :
*Kandungan bahan pakan yang diperoleh dari perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
**Dihitung berdasarkan Wahyu (2004).
Tabel 6. Komposisi Zat Nutrisi Tepung Bulu Kode
Sampel
Komposisi (%)
Air PK LK Serat BETN Abu
Tepung bulu 10,72 84,39 0,48 0,80 0,75 2,87 Sumber:
Laboratorium Kimia Makanan Tenak, Juusan Nutisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UNHAS.
Tabel 7. Komposisi Bahan Pakan Perlakuan
Perlakuan Pakan campuran Tepung bulu ayam
(%) (g) (%) (g)
P0 100 1000 0 0
P1 97 970 3 30
P2 94 940 6 60
P3 91 910 9 90
Keterangan : jagung, konsentrat dan dedak (50:35:15).
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Bahan Pakan Perlakuan
27
Perlakuan
Pakan campuran Tepung bulu ayam Jumlah
(%)
PK (kg)
PK (%)
Jumlah (%)
PK (kg) PK (%)
P1 97 19,95 19,35 3 84,39 2,53
P2 94 19,95 18,75 6 84,39 5,06
P3 91 19,95 18,15 9 84,39 7,60
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan antara lain:
1. Pembuatan tepung bulu ayam fermentasi.
Adapun proses fermentasi bulu ayam dijelaskan pada bagan alir sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan alir fermentasi tepung bulu ayam 2. Pemeliharaan ayam perlakuan.
a. Sebelum anak ayam tiba maka kandang terlebih dahulu dilakukan penyucihamaan menggunakan desinfektan dan lampu dinyalakan selama 24 jam agar suhu ruangan dapat tercapai.
Mengoleksi bulu ayam dari tempat pemotongan ayam
Mencampurkan bulu ayam dengan air secukupnya
Menyemprotkan Nitrobakter TJ secara merata pada adonan
bulu ayam
Adonan dimasukkan ke dalam ember kemudian ditutup dan
diikat dengan karet
28
b. Sebelum DOC dibagi ke dalam petak kandang ayam tersebut diberikan air gula untuk energi yang hilang selama tranportasi dan DOC ditimbang sebagai berat badan awal.
c. Anak ayam ditempatkan dalam petak kandang sebanyak 16 petak kandang setiap kandang berisi 6 ekor ayam
d. Pakan campuran yang terdiri dari jagung, konsentrat CAB Parama dan dedak dicampurkan dengan perbandingan 50 : 35 : 15
e. Setelah pencampuran pakan kembali ditimbang lalu ditambahkan tepung bulu ayam sesuai perlakuan
f. Perhitungan parameter terukur dilaksanakan setelah pemeliharaan.
D. Desain Perlakuan
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, tiap ulangan terdiri atas 3 ekor ayam.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
P0 : Pakan Campuran 100% + 0% Tepung bulu ayam P1 : Pakan Campuran 97% + 3% Tepung bulu ayam P2 : Pakan Campuran 94% + 6% Tepung bulu ayam P3 : Pakan Campuran 91% + 9% Tepung bulu ayam
29
E. Parameter Terukur
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah:
1. Persentase (%) Lemak Abdominal.
2. Persentase (%) Kaki
3. Persentase (%) Kepala
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan analisis ragam (Anova) berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur (Gazpersz. 1991). Adapun rumus Anova yang digunakan sebagai berikut:
Yij = μ +Τi + εij
Yij = Rata – rata pengamatan μ = Nilai tengah umum
Τi = Pengaruh perlakuan ke i (= jenis pakan =Po, P1, P2, P3) εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke i dan ulangan ke j (=
U1, U2, U3, U4).
30
Jika perlakuan memperlihatkan pengaruh maka akan dilanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji Anova pada penelitian ini memakai bantuan software SPSS Ver. 16.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persentase (%)Lemak Abdominal
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil persentase (%) lemak abdominal yang disajikan pada Tabel 7. sebagai berikut:
Tabel 7. Persentase (%) Lemak Abdominal
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 1.12 0.90 0.87 1.24
2 0.88 0.93 1.60 1.67
3 0.98 0.93 1.05 1.20
4 1.14 1.20 1.25 1.26
Jumlah 4.12 3.96 4.78 5.37
Rata-rata 1.03 0.99 1.19 1.34
Hasil pengukuran sidik ragam (anova) memperlihatkan bahwa pemberian tepung bulu ayam fermentasi dalam campuran pakan basal dengan komposisi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap persentase (%) lemak abdominal, meskipun ada kecenderungan meningkat (lampiran 2).
Hasil penghitungan persentase (%) lemak abdominal pada penelitian ini jauh lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Haro (2005), yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian pada ayam broiler, diketahui bahwa kandungan lemak pada tubuh ayam broiler mencapai 13- 14,5% dari bobot hidup, sedangkan persentase lemak abdomen dalam tubuh ayam mencapai 2-3% dari bobot hidup. Akan tetapi hasil ini juga
32
menunjukkan bahwa lemak abdomen pada ayam penelitian masih dalam taraf yang sesuai atau tidak berlebihan, hal ini merujuk pada hasil penelitian Oktaviana, dkk., (2010) menyatakan bahwa lemak abdomen pada tubuh ayam dikatakan berlebih ketika persentase bobot lemak abdomen lebih dari 3% dari bobot tubuh.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa imbangan protein yang diberikan dalam pakan basal dengan penambahan tepung bulu yang memiliki protein kasar hingga 84,39%, tidak memberikan kontribusi terhadap penimbunan lemak di bagian abdomen. Sesuai dengan pendapat Azman, dkk., (2005) bahwa lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan energi ransum yang tinggi. Ditambahkan lagi oleh Tillman, dkk., (1991) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.
B. Persentase (%) Kaki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil persentase (%) kaki yang disajikan pada Tabel 8. sebagai berikut:
Tabel 8. Persentase (%) Kaki
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 4.77 4.58 4.53 4.61
2 4.20 4.37 4.34 4.80
3 5.02 4.81 4.84 4.58
4 4.30 5.23 4.85 4.73
Jumlah 18.28 18.99 18.56 18.72
Rata-rata 4.57 4.75 4.64 4.68
33
Hasil pengukuran sidik ragam (Anova) memperlihatkan bahwa pemberian tepung bulu ayam fermentasi dalam campuran pakan basal dengan komposisi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap persentase (%) kaki (lampiran 3).
Hasil pada penelitian ini lebih disebabkan karena terjadinya penurunan kualitas ransum sebagai akibat penambahan tepung bulu fermentasi. Penggunaan tepung bulu fermentasi yang semakin tinggi dalam pakan basal justru menyebabkan kecernaan nutrien pakan menurun, penurunan ini diakibatkan protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas. Sesuai dengan pendapat Kim dan Patterson (2000), yang menyatakan bahwa pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan pakan ternak belum maksimal, karena memiliki keterbatasan dalam penggunaannya akibat rendahnya kualitas nutrien limbah tersebut. Bulu ayam, meskipun kadarproteinnya mencapai 80-90% akan tetapi protein tersebut tersusun dari protein keratin yang sulit dicerna oleh unggas.
Penurunan kecernaan nutrien pakan yang menurun menyebabkan ketersediaan energi metabolisme juga menurun sehingga berakibat pada rendahnya persentase (%) kaki. Oleh karena pertambahan persentase (%) kaki dan produktivitas ayam sangat dipengaruhi oleh ketersediaan energi dan protein dalam pakan.
C. Persentase (%) Kepala
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil persentase (%) kepala yang disajikan pada Tabel 9. sebagai berikut:
34
Tabel 9. Persentase (%) Kepala
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 6.04 2.69 2.70 2.91
2 2.79 3.05 3.06 3.34
3 7.85 3.04 4.05 3.25
4 2.73 3.24 2.91 2.99
Jumlah 19.41 12.03 12.72 12.49
Rata-rata 4.85 3.01 3.18 3.12
Hasil pengukuran sidik ragam (anova) memperlihatkan bahwa pemberian tepung bulu ayam fermentasi dalam campuran pakan basal dengan komposisi yang berbeda, tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap persentase (%) kepala (lampiran 4).
Meskipun tidak memberikan pengaruh yang signifikan, berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 9. di atas tidak jauh berbeda dari pendapat Murtidjo, (1995) yang menyatakan bahwa persentase bagian non karkas pada ayam Broiler untuk setiap umur berbeda-beda yaitu pemotongan 4 minggu persentase kepalanya untuk jantan sekitar 6,5%
sedangkan untuk betina sebesar 4,8%.
Penambahan tepung bulu ayam fermentasi dalam pakan basal ayam Broiler tidak menunjukkan pengaruh yang nyata juga akibat adanya zat anti nutrisi yaitu protein keratin. Protein ini justru menghambat terjadinya proses metabolisme dalam tubuh ayam yang berimbas pada penurunan berat tubuh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan tepung bulu ayam dalam pakan basal tidak memberikan pengaruh pada persentase (%) offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
B. Saran
Disarankan untuk tidak menggunakan tepung bulu ayam pada pakan ayam Broiler untuk peningkatan persentase (%) offal (lemak abdominal, kaki, dan kepala) ayam Broiler.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Azman ME, Cerci IH, Birben N. 2005. Effects of various dietary fat sources on performance and body fatty acid composition of broiler chickens.
Turk J Vet Anim Sci. 29:811-819.
Bell, D. D and W.D. Weaver, Jr. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg Production.5th Edition. Springer Science and Business Medial Inc, New York.
Card, L. E and Nesheim. 2002. Poultry Production. 7th Ed. Lea and Febinger, Philadelphia. New York.
Eka, Murka. 2010. Standard Performans Mingguan untuk CP707 (Broiler Modern). PT. Charoend Phokpan.
Hadiwiyoto, S. 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. UGM Press, Yogyakarta.
Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih, M.S. 2000. Meningkatkan Produksi daging Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Haro C V. 2005. Interaction between dietary polyunsaturated fatty acids and vitamin E in body lipid composition and α-tocopherol content of broiler chickens [Thesis]. [Barcelona (Spain)]: Universitat Autonoma de.
Kastasudjana.1994. Manajemen Ternak Unggas, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kim, W. K and Patterson, P. H., 2000. Nutritional Value of Enzyme- or Sodium Hydroxide-Treated Feathers from Dead Hens.Poultry Science 79:528-534
Lin, X., Lee, C. G,.Casale, ES., Shih, JCH., 2002. Purification and characterization of aase from a Bacilluslicheniformisstrain. Appl Environ Microbiol58: 3271-3275
Lubis. 2004. Meningkatkan Produksi Unggas. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakata.
37
Mahmilia, F. 2004. Tha change of Nutritional Value of The Fermented Eichrnia crassipies Mart Meal as Broiler Rations. JITV 10 (2); 90- 95.
Maulidya, Ria. 2011. Kajian Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Konsumsi dan Konversi Ransum Broiler. (Skripsi). Unkhair, Ternate.
Mulyadi. 1983. Aplikasi Enzym Fitase untuk Campuran Pakan Ternak Unggas. Dalam Seminar Nasional Sosialisasi dan Promosi Hasil Penelitian. UNS, Surakarta.
Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman beternak ayam Broiler. Kanisius.Yogyakarta.
---. 1995. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry Ninth Revised Edition National Academy Press. Washington DC.
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Product Manual.
4hEd. Van Nostrand Reinhold, New York
Oktaviana D, Zuprizal, Suryanto E. 2010. Pengaruh penambahan ampas virgin coconut oil dalam ransum terhadap performans dan produksi karkas ayam broiler. Bul Peternak. 34:159-164
Parakkasi.A.1999. Ilmu nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press Jakarta.
Pratikno H. 2011. Lemak abdominal ayam broiler (Gallus sp) karena pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica Vahl.). BIOMA. 13:1- 8.
Prihantono. 2008. Sukses Beternak Ayam Broiler. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M, 1993. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
---, 1994. Makanan Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta ---, 1999.Beternak Ayam Pedaging.Cetakan ke-18.PT Penebar
Swadaya. Jakarta.
38
---. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. PenebarSwadaya, Jakarta.
Soegondo S. 2006. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Dalam: Aru W, Sudoyo, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta (Indonesia): Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudarso, Y. dan A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E. U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lehdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Ke4. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
39
L A M
P
I
R
A
N
40
Lampiran 1. Data Primer Hasil Penelitian Berat Kepala (gram)
Putih
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 71 27 30 28
2 28 32 31 31
3 81 29 66 34
4 33 38 27 25
Biru
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 65 30 29 28
2 33 30 31 30
3 74 36 29 32
4 27 37 31 29
Merah
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 68 36 31 26
2 28 33 32 35
3 78 36 28 29
4 29 33 30 29
Rekapitulasi Berat Kepala
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 68 31 30 27
2 30 32 31 32
3 78 34 41 32
4 30 36 29 28
Jumlah 205 132 132 119
Rata-rata 51 33 33 30
41
Berat kaki (gram) Putih
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 53 54 56 42
2 42 45 50 50
3 43 49 44 46
4 55 65 46 45
Biru
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 53 50 49 43
2 47 50 46 48
3 54 50 58 41
4 40 64 52 46
Merah
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 55 54 46 45
2 45 41 37 40
3 52 61 45 47
4 45 45 49 40
Rekapitulasi Berat Kaki
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 54 53 50 43
2 45 45 44 46
3 50 53 49 45
4 47 58 49 44
Jumlah 195 209 193 178
Rata-rata 49 52 48 44
42
Berat Lemak Abdominal (gram) Putih
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 20 7 11 14
2 15 10 5 15
3 12 5 20 18
4 20 16 13 7
Biru
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 10 13 11 12
2 4 10 14 6
3 11 16 5 12
4 13 14 10 16
Merah
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 8 11 7 9
2 9 9 30 27
3 6 10 7 5
4 4 10 15 12
Rekapitulasi Berat Lemak Abdominal
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 13 10 10 12
2 9 10 16 16
3 10 10 11 12
4 12 13 13 12
Jumlah 44 44 49 51
Rata-rata 11 11 12 13
43
Berat Akhir Ayam Perlakuan (gram) Berat badan akhir (gram)
P0.1 P0.2 P0.3 P0.4
Merah 1157 1057 981 1087
Biru 1132 1135 1009 987
Putih 1089 996 980 1183
Jumlah 3378 3188 2970 3257
Rata-rata 1126 1062,67 990 1085,67
P1.1 P1.2 P1.3 P1.4
Merah 1105 1066 1153 1257
Biru 1245 997 1193 1089
Putih 1103 1050 977 983
Jumlah 3453 3113 3323 3329
Rata-rata 1151 1037,67 1107,67 1109,67
P2.1 P2.2 P2.3 P2.4
Merah 1141 824 1014 970
Biru 1106 1151 989 1082
Putih 1089 1093 1033 976
Jumlah 3336 3068 3036 3028
Rata-rata 1112 1022,67 1012 1009,33
P3.1 P3.2 P3.3 P3.4
Merah 860 883 950 957
Biru 939 973 857 871
Putih 1019 1021 1116 944
Jumlah 2818 2877 2923 2772
Rata-rata 939,333 959 974,333 924
44
Rekapitulasi Berat Akhir (gram)
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 1126 1151 1112 939
2 1063 1038 1023 959
3 990 1108 1012 974
4 1086 1110 1009 924
Jumlah 4264 4406 4156 3797
Rata-rata 1066 1102 1039 949
45
Lampiran 2. Data Penelitian Persentase (%) Berat Offal Persentase (%) Berat
Kepala
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 6.04 2.69 2.70 2.91
2 2.79 3.05 3.06 3.34
3 7.85 3.04 4.05 3.25
4 2.73 3.24 2.91 2.99
Jumlah 19.41 12.03 12.72 12.49
Rata-rata 4.85 3.01 3.18 3.12
Persentase (%) Berat Kaki
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 4.77 4.58 4.53 4.61
2 4.20 4.37 4.34 4.80
3 5.02 4.81 4.84 4.58
4 4.30 5.23 4.85 4.73
Jumlah 18.28 18.99 18.56 18.72
Rata-rata 4.57 4.75 4.64 4.68
Persentase (%) Berat Lemak Abdominal
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 1.12 0.90 0.87 1.24
2 0.88 0.93 1.60 1.67
3 0.98 0.93 1.05 1.20
4 1.14 1.20 1.25 1.26
Jumlah 4.12 3.96 4.78 5.37
Rata-rata 1.03 0.99 1.19 1.34
46
Lampiran 2. Analisis of Variance (ANOVA) Persentase (%) Kepala menggunakan SPSS Ver. 16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics Dependent Variable:PesenBrt_Kepala
PERLAKUA
N Mean Std. Deviation N
P0 4.8525 2.52679 4
P1 3.0050 .22927 4
P2 3.1800 .59850 4
P3 3.1225 .20516 4
Total 3.5400 1.40864 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:PesenBrt_Kepala
F df1 df2 Sig.
20.411 3 12 .000
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + PERLAKUAN
47
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:PesenBrt_Kepala
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected
Model 9.251a 3 3.084 1.804 .200
Intercept 200.506 1 200.506 117.297 .000
PERLAKUAN 9.251 3 3.084 1.804 .200
Error 20.513 12 1.709
Total 230.269 16
Corrected Total 29.764 15
a. R Squared = ,311 (Adjusted R Squared = ,139) Post Hoc Tests
PERLAKUAN
Multiple Comparisons PesenBrt_Kepala
LSD (I) PERL AKUA N
(J) PERL AKUA N
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 P1 1.8475 .92450 .069 -.1668 3.8618
P2 1.6725 .92450 .096 -.3418 3.6868
P3 1.7300 .92450 .086 -.2843 3.7443
P1 P0 -1.8475 .92450 .069 -3.8618 .1668
P2 -.1750 .92450 .853 -2.1893 1.8393
P3 -.1175 .92450 .901 -2.1318 1.8968
P2 P0 -1.6725 .92450 .096 -3.6868 .3418
P1 .1750 .92450 .853 -1.8393 2.1893
P3 .0575 .92450 .951 -1.9568 2.0718
48
P3 P0 -1.7300 .92450 .086 -3.7443 .2843
P1 .1175 .92450 .901 -1.8968 2.1318
P2 -.0575 .92450 .951 -2.0718 1.9568
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,709.
Estimated Marginal Means
Grand Mean Dependent Variable:PesenBrt_Kepala
Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
3.540 .327 2.828 4.252
49
Lampiran 3. Analisis of Variance (ANOVA) Persentase (%) Kaki menggunakan SPSS Ver. 16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics Dependent Variable:PesenBrt_Kaki
PERLAKUA
N Mean Std. Deviation N
P0 4.5725 .38828 4
P1 4.7475 .36845 4
P2 4.6400 .24913 4
P3 4.6800 .10296 4
Total 4.6600 .27592 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:PesenBrt_Kaki
F df1 df2 Sig.
3.029 3 12 .071
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + PERLAKUAN
50
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:PesenBrt_Kaki
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected
Model .064a 3 .021 .239 .867
Intercept 347.450 1 347.450 3.869E3 .000
PERLAKUAN .064 3 .021 .239 .867
Error 1.078 12 .090
Total 348.592 16
Corrected Total 1.142 15
a. R Squared = ,056 (Adjusted R Squared = -,179) Post Hoc Tests
PERLAKUAN
Multiple Comparisons PesenBrt_Kaki
LSD (I) PERL AKUA N
(J) PERL AKUA N
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 P1 -.1750 .21189 .425 -.6367 .2867
P2 -.0675 .21189 .756 -.5292 .3942
P3 -.1075 .21189 .621 -.5692 .3542
P1 P0 .1750 .21189 .425 -.2867 .6367
P2 .1075 .21189 .621 -.3542 .5692
P3 .0675 .21189 .756 -.3942 .5292
P2 P0 .0675 .21189 .756 -.3942 .5292
51
P1 -.1075 .21189 .621 -.5692 .3542
P3 -.0400 .21189 .853 -.5017 .4217
P3 P0 .1075 .21189 .621 -.3542 .5692
P1 -.0675 .21189 .756 -.5292 .3942
P2 .0400 .21189 .853 -.4217 .5017
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,090.
Estimated Marginal Means
Grand Mean Dependent Variable:PesenBrt_Kaki
Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
4.660 .075 4.497 4.823
52
Lampiran 4. Analisis of Variance (ANOVA) Persentase (%) Lemak Abdominal menggunakan SPSS Ver. 16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PesenLmk_Abdomen PERLAKUA
N Mean Std. Deviation N
P0 1.0300 .12275 4
P1 .9900 .14071 4
P2 1.1925 .31288 4
P3 1.3425 .21975 4
Total 1.1388 .23897 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:PesenLmk_Abdomen
F df1 df2 Sig.
1.360 3 12 .302
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + PERLAKUAN
53
Tests of Between-Subjects Effects Dependent
Variable:PesenLmk_Abdomen Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected
Model .313a 3 .104 2.308 .128
Intercept 20.748 1 20.748 458.393 .000
PERLAKUAN .313 3 .104 2.308 .128
Error .543 12 .045
Total 21.605 16
Corrected Total .857 15
a. R Squared = ,366 (Adjusted R Squared = ,207)
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons PesenLmk_Abdomen
LSD (I) PERL AKUA N
(J) PERL AKUA N
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 P1 .0400 .15044 .795 -.2878 .3678
P2 -.1625 .15044 .301 -.4903 .1653
P3 -.3125 .15044 .060 -.6403 .0153
P1 P0 -.0400 .15044 .795 -.3678 .2878
P2 -.2025 .15044 .203 -.5303 .1253
54
P3 -.3525* .15044 .037 -.6803 -.0247
P2 P0 .1625 .15044 .301 -.1653 .4903
P1 .2025 .15044 .203 -.1253 .5303
P3 -.1500 .15044 .338 -.4778 .1778
P3 P0 .3125 .15044 .060 -.0153 .6403
P1 .3525* .15044 .037 .0247 .6803
P2 .1500 .15044 .338 -.1778 .4778
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,045.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Estimated Marginal Means
Grand Mean Dependent Variable:PesenLmk_Abdomen
Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
1.139 .053 1.023 1.255
55
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Proses pebuatan tepung buku dengan fermentasi
56
RIWAYAT HIDUP
Septianus Rimo Lahir pada tanggal 28 September 1994. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri, Bapak tercinta Daniel Suban dan Mama tersayang Maria Ema Daton. Pendidikan yang ditempuh adalah SDK. Ipi Ebang masuk tahun 2001 dan tamat tahun 2007. Melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Satap Bilal masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Sekolah SMAK Frateran Podor masuk pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis diterima di Universitas Bosowa Makassar melalui jalur SPMB sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan, Universitas Bosowa Makassar. Di universitas inilah penulis menjalankan pendidikan baik secara formal maupun non formal, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan (HIMAPET) serta Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Bosowa Makassar melalui wada-wada tersebut penulis dapat menambah ilmu untuk bekal di masa depan.