Pengalihan subsidi BBM ke BLT (Bantuan Langsung Tunai) merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, bermanfaat, dan melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan yang terkena dampak kenaikan harga bahan bakar.
Program BLT dimaksudkan untuk memberikan perlindungan sosial dan meningkatkan efektivitas program bantuan sosial dengan mengurangi beban pengeluaran sehari-hari dan memenuhi kebutuhan dasar bahan bakar.
Kebijakan ini diambil karena lebih dari 70% subsidi BBM dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil-mobil pribadi.
Pemerintah telah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 sebesar lebih dari 3 kali lipat, yaitu dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun[1][3][5][6].
Meskipun demikian, terdapat kelebihan dana sebesar Rp. 190 triliun yang dapat dipakai untuk kepentingan lain jika pemerintah membatasi subsidi BBM[2].
Subsidi bahan bakar sering kali ditargetkan pada rumah tangga berpendapatan rendah. Namun, efektivitas BLT
bergantung pada seberapa tepat sasarannya dan apakah BLT sampai kepada penerima yang di tuju, karena saat ingin
banyak penerima BLT yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut.
Untuk meningkatkan efektivitas program pengalihan subsidi BBM ke bantuan langsung tunai (BLT),
KETERANGAN
1. Meningkatkan ketepatan sasaran: Pemerintah dapat
menggunakan data rumah tangga miskin yang lebih akurat, melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi penerima manfaat yang memenuhi syarat, dan memastikan bahwa program tersebut menjangkau penerima manfaat yang dituju.
2. Meningkatkan keakuratan jumlah: Untuk meningkatkan hal ini, pemerintah dapat menggunakan data yang lebih akurat mengenai biaya hidup di berbagai daerah, menyesuaikan jumlah bantuan tunai berdasarkan latar belakang penerima, dan memastikan bahwa jumlah bantuan tunai cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Meningkatkan keakuratan waktu penyaluran: Bantuan tunai tersalurkan tepat waktu dan tanpa penundaan, menggunakan sistem pembayaran elektronik untuk mengurangi risiko
penipuan dan korupsi, serta melibatkan masyarakat dalam pengawasan proses pendistribusian.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Memberikan laporan berkala mengenai kemajuan dan dampak program, melibatkan organisasi masyarakat sipil dalam pemantauan dan evaluasi program, serta memastikan adanya pedoman dan prosedur yang jelas dalam pelaksanaan program.
Pengalihan subsidi BBM ke BLT (Bantuan Langsung Tunai) dinilai lebih efektif meringankan beban masyarakat tidak mampu karena:
- **Lebih tepat sasaran**: Subsidi BBM saat ini dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi. Dengan dialihkan ke BLT, bantuan sosial dapat
diberikan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, sehingga lebih tepat sasaran.
- **Dapat digunakan untuk kepentingan lain**: Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, berpendapat bahwa subsidi BBM bisa dialihkan ke proyek yang lebih strategis untuk kepentingan rakyat seperti pendidikan, pengentasan kemiskinan hingga bantuan sosial.
Hal ini dikemukakan dengan melihat adanya kelebihan dana sebesar Rp. 190 triliun yang dapat dipakai untuk kepentingan lain, jika pemerintah membatasi subsidi BBM[1].
- **Meringankan beban ekonomi masyarakat**: BLT dapat membantu meringankan beban ekonomi masyarakat yang tidak mampu, terutama di masa pandemi seperti saat ini.
Program perlindungan sosial seperti BLT dapat membantu meningkatkan pelayanan dan sekaligus meringankan beban ekonomi masyarakat.
- **Mendorong pertumbuhan ekonomi**: Pengalihan subsidi BBM ke sektor-sektor produktif dapat menjadi exit strategi dalam menjawab tantangan pembangunan ekonomi Indonesia, ditengah kondisi perkembangan ekonomi global yang kurang menggembirakan serta semakin kompetitifnya persaingan ekonomi kawasan. Pengalihan subsidi BBM ke subsidi non BBM diharapkan dapat menjadi trigger bergeraknya sektor ekonomi produktif sebagai prime mover pertumbuhan ekonomi Indonesia.