PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum orang tuanya melangsungkan pernikahan poligami, kedua anak tersebut sangat akrab dan dekat dengan orang tuanya. Ibunya mengatakan, setelah orang tuanya berpoligami, subjek dikenal di masyarakat sebagai anak yang nakal, sulit diatur, dan bermasalah.
Fokus Penelitian
Ada pendapat lain dari temuan penelitian yang menyatakan bahwa perkawinan poligami berdampak pada masalah emosional yang serius sehingga menyebabkan remaja tenggelam dalam konflik dengan dirinya sendiri dan anggota keluarga lainnya. Secara umum temuan penelitian menunjukkan bahwa persaingan dan kecemburuan yang terjadi antar istri dalam keluarga poligami akan mengakibatkan permasalahan emosional yang serius bagi anak Al-Krenawi (dalam Elbedour, 2003).
Tujuan Penelitian
Dan dapat memberikan gambaran mengenai dampak emosi yang timbul akibat pernikahan poligami orang tuanya. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui emosi negatif remaja yang orang tuanya berpoligami.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Emosi
- Pengertian Emosi
- Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi
- Ciri-ciri emosi
- Teori-Teori Emosi
- Bentuk-Bentuk Emosi
Menurut Talib, (2010) mengatakan bahwa wujud emosi yang sering muncul pada diri remaja antara lain high-tense emosionality atau emosi yang meninggi, yaitu keadaan emosi yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Dengan emosi yang kuat seperti marah, takut, rangsangan seksual, dll, kerja jantung dan tekanan darah berubah. Emosi yang dialami seseorang tercermin dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi wajah dan suara atau bahasa.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, setiap individu dapat mengetahui perilaku apa yang terjadi ketika mengalami emosi, sehingga dapat mengatasi emosi tersebut sebelum terjadi, yang dapat berdampak negatif. Ketakutan merupakan salah satu bentuk emosi yang mendorong individu untuk menghindari sesuatu dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan sesuatu. Frustrasi adalah keadaan emosi akibat kegagalan mencapai suatu keputusan atau tujuan karena adanya hambatan atau hambatan dalam mencapai kepuasan atau tujuan tersebut.
Emosi Negatif
Seringkali emosi negatif seperti marah, sedih atau takut yang dialami seseorang akan menghambat proses berpikir sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mengambil keputusan dan cenderung mengambil keputusan yang tidak rasional dan tidak tepat (Mashar, 2011). Arti lain dari emosi negatif adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang dirasakan tidak menyenangkan, sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain (Risa Yuliani, 2013). Emosi positif mempunyai efek menyenangkan dan menenangkan.Jenis emosi positif tersebut antara lain tenang, rileks, rileks, bahagia, menyenangkan, emosional, dan gembira.
Saat kita merasakan emosi positif tersebut, kita juga akan merasakan keadaan psikologis positif Gohm dan Clore (dalam Safaria & Saputra). Ketika kita merasakan emosi negatif tersebut, maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan. Ketika emosi negatif ini tidak terkendali atau seimbang, suasana hati kita menjadi buruk.
Remaja
- Definisi Remaja
- Pembagian Fase Remaja
- Perkembangan dan Masa Remaja
Namun, ada tiga permasalahan yang cenderung muncul pada masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak atau dewasa: konflik dengan orang tua, kemurungan, dan depresi, serta tingginya angka perilaku sembrono, melanggar hukum, dan tindakan kriminal. Risiko tombak (dalam Wade & Tavris, 2009). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masa remaja awal merupakan masa dimana gejolak emosi (naik dan turun) lebih sering terjadi Rosenblum & Lewis (dalam Santrock, 2007). Masa remaja biasa disebut dengan masa sosial karena pada masa remaja hubungan sosial menjadi semakin jelas dan sangat dominan.
Namun pemisahan ini tetap diperlukan karena pada masa remaja terdapat perbedaan tingkah laku karena perbedaan usia. Selain itu (KweeSoen Liang, dalam Cahyadi & Mubin, 2006) memaparkan pembagian masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu: a. Kematangan konsep diri, penerimaan dan penghargaan sosial dari orang dewasa disekitarnya serta perlunya berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada pada kelompok dewasa merupakan pertanyaan besar bagi mereka (masa remaja).
Poligami
Padahal, sebagaimana dijelaskan (Adams. & Gullotta, dalam Cahyadi & Mubin 2006), agama memberikan kerangka moral yang memungkinkan seseorang membandingkan perilakunya. Pendapat lain mengatakan bahwa poligami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan (Partowisastro, 1983). Dalam kasus poligami yang diteliti, anak tidak mendapat nafkah penuh dari ayah setelah dipoligami, bahkan ayah tidak mampu menghidupi keluarga secara keseluruhan karena peran ayah atau suami secara materi tidak mampu memenuhi kebutuhan. kebutuhan dukungan keluarga tanpa kesadaran itu sendiri, dalam hal perubahan dalam memberi, penghidupan sebelum dan sesudah poligami.
Ayah cenderung memilih istri kedua bahkan lebih memilih tinggal bersama istri kedua selamanya dan menitipkan anaknya pada istri pertama (Wardani & Hasanah 2015). Penjelasan lainnya adalah sering terjadi permasalahan mengenai hak-hak anak pada keluarga poligami terkait dengan tidak meratanya pemberian pendapatan serta berkurangnya perhatian dan kasih sayang laki-laki terhadap anak, apapun hubungan suami istri (Wardani & Hasanah 2015).
Kerangka Konseptual
Seseorang yang memiliki emosi negatif tentu bukan didasari oleh keinginannya sendiri, melainkan muncul dari suatu rangsangan yang membuatnya merasa tidak nyaman.Seseorang yang hidup dalam keluarga poligami belum tentu bisa menerima atau menolak status tersebut, namun jika hal ini Dalam situasi yang dihadapi oleh seorang remaja, maka reaksi yang terjadi pada diri remaja tersebut secara alamiah adalah emosi yang negatif. Dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan, dan juga menurut hasil penelitian yang ada. Karena dalam status tersebut remaja merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, karena pada masa pertumbuhan individu lebih merasakan kebebasan atau kesenangan dalam lingkungannya, namun jika pada saat itu ia harus tahan dengan keadaan dua ibu dari satu ayah. , atau dengan kata lain poligami tentunya. sang anak merasa kasih sayang ayahnya akan berkurang karena sang ayah tidak lagi mengurus keluarga.
Pada masa remaja merupakan masa yang sangat sulit untuk menerima keadaan keluarga seperti itu, karena status ayah yang sudah menikah membuat anak merasa tidak nyaman, marah dan kecewa sehingga menimbulkan reaksi emosional yang negatif, menjelaskan bahwa individu yang merasakan dan mengalami perasaan negatif tersebut. seperti kemarahan, kebencian, dendam dan kekecewaan, maka individu akan diliputi oleh suasana psikologis yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan.
METODE PENELITIAN
- Pendekatan Penelitian
- Unit Analisis
- Setting Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Keabsahan Data
- Triangulasi Data
Seperti halnya subjek dalam penelitian ini yang memiliki reaksi emosional negatif terhadap permasalahan poligami yang muncul di keluarganya. Emosi negatif kedua peneliti merupakan emosi yang diakibatkan oleh perkawinan poligami yang dilakukan oleh orang tua subjek sehingga menimbulkan perilaku emosional yang negatif. Subjek MQ tidak dapat menerima perkawinan poligami orang tuanya dalam kondisi dan situasi apapun.Emosi negatif subjek MQ muncul ketika bertemu atau mendengar hal-hal yang berhubungan dengan ayahnya.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkawinan poligami dapat menimbulkan emosi negatif terhadap anak. Emosi negatif yang terdapat pada subjek MAS antara lain marah, kecewa, sedih, dendam, putus asa dan tidak berdaya serta bersikap kasar dan melampiaskannya pada orang lain. Emosi negatif yang tidak diungkapkan oleh kedua subjek dalam penelitian ini adalah frustrasi dan depresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Subjek
Subjek MQ merupakan anak yang baik dalam bergaul dengan teman-temannya karena subjek MQ sering mengajak teman-temannya untuk ikut bermain di rumahnya. Saat menjadi subjek wawancara pertama, MQ tampil ramah, menjawab dengan sopan dan tersenyum setiap kali diwawancara. Selama wawancara, subjek MQ sesekali menunduk dan menawari peneliti minuman atau terkadang memberi alasan untuk minum.
Subjek MQ aktif menceritakan semua peristiwa yang dialami dalam keluarganya bahkan cerita bersama teman-temannya di daerahnya. Subjek MQ terlihat berusaha memejamkan mata sambil menceritakan segala bentuk rasa sakit yang dialami keluarganya. Saat ini subjek MQ tidak lagi memiliki hubungan dekat seperti biasanya dengan orang lain.
Setting Penelitian
Pada setiap wawancara, subjek MAS menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan peneliti, meskipun terkadang peneliti menunggu beberapa menit untuk mendengar jawaban subjek MAS.
Hasil Penelitian
Subjek marah kepada keluarga ayahnya karena sering bertanya tentang keluarga subjek dan juga tentang keluarga kedua ayahnya. Kalau saja aku tidak menikah lagi, aku tidak akan seperti ini kakak, karena kamu sangat dekat dengan ayahku. Saya berharap tidak ada lagi bapak-bapak seperti bapak saya yang merugikan keluarga dan meninggalkan keluarganya demi orang lain” (wwc/MAS/line184).
Bagaimana kamu tidak disakiti oleh ayahku sama sekali, bagaimana kamu tidak menaruh dendam padanya sampai sekarang" (wwc/MAS/line135). Hubungan subjek dengan ibu dan saudara kandungnya baik, ia menjadi lebih berorientasi pada keluarga, namun hubungannya dengan keluarga ayahnya hanya berbicara jika diperlukan. Hubungan subjek dengan keluarga kecilnya seperti ibunya lebih dekat dan saudara-saudaranya baik, subjek hanya mempunyai masalah dengan ayahnya.
Pembahasan
Dijelaskan bahwa ketika kita merasakan emosi negatif, maka pengaruh yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan mengganggu (Safaria dan Saputra, 2012). Emosi negatif merupakan keadaan dalam diri seseorang yang merasa tidak menyenangkan sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku individu dalam berhubungan dengan orang lain (Risa Yuliani, 2013). Contoh emosi negatif adalah marah, takut, cemas, malu, sedih, iri hati, dan jijik.
Dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan bahwa kedua remaja tersebut mengungkapkan emosi negatif yang sama akibat pernikahan poligami orang tuanya. Hal ini mempengaruhi perilaku kedua subjek mengenai tindakan yang dapat bersifat destruktif. Demikian pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Risa Yuliani (2013) menjelaskan bahwa emosi negatif yang dihasilkan oleh subjek dalam penelitiannya adalah adanya beberapa akibat dari emosi negatif terhadap perilaku remaja, antara lain melemahnya semangat dan mengganggu penyesuaian sosial dan suasana emosional mereka. diterima. Subjek MQ membangkitkan emosi negatif seperti marah, dendam, sedih, putus asa, tidak berdaya, dan kecewa.Setelah mengalami perasaan tersebut, subjek MQ akan melakukan tindakan kekerasan seperti memukul atau menghancurkan barang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Kami berharap dapat menambah jumlah subjek penelitian sehingga informasi yang diperoleh lebih komprehensif dan analisis yang dilakukan lebih mendalam, selain itu kami juga dapat mempertimbangkan jenis kelamin subjek penelitian. Diharapkan dapat memberikan dukungan bagi remaja yang orang tuanya berpoligami, karena mereka juga memerlukan dukungan dari lingkungan sekitar dan masyarakat pada umumnya. Diharapkan dapat memberikan dukungan bagi remaja yang orang tuanya berpoligami, karena mereka juga memerlukan dukungan dari lingkungan sekitar dan masyarakat pada umumnya.
Fungsi Keluarga Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Daerah Sulawesi Selatan Ujung Pandang : CV. 2006). Poligami, Fenomena dan Pembenaran Bijaksana Poligami. Jakarta:. Kecerdasan dan struktur perkawinan keluarga: Sebuah studi kasus remaja dari keluarga monogami dan poligami di kalangan Arab Badui di Israel.