• Tidak ada hasil yang ditemukan

entrepreneur muda dan penguatan ekonomi berbasis

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "entrepreneur muda dan penguatan ekonomi berbasis"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

ENTREPRENEUR MUDA DAN PENGUATAN EKONOMI BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN UNWANUL

FALAH NW PAOK LOMBOK)

Oleh:

NURUL MI’RAJ NIM: 180404011

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Ekonomi

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(2)

ii

(3)

iii

ENTREPRENEUR MUDA DAN PENGUATAN EKONOMI BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN UNWANUL

FALAH NW PAOK LOMBOK)

PEMBIMBING:

Dr. H. Muslihun, M. Ag.

Dr. Muhammad Yusup, M. Si.

Oleh:

NURUL MI’RAJ NIM: 180404011

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Ekonomi

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(4)

iv

(5)
(6)

vii

ENTREPRENEUR MUDA DAN PENGUATAN EKONOMI BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN UNWANUL

FALAH NW PAOK LOMBOK) Oleh:

Nurul MI’RAJ NIM 180404011

ABSTRAK

Entrepreneur muda sebagai aktor utama dalam mengembangkan dan memperkuat ekonomi berbasis Komunitas Alumni Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok merupakan elemen penting untuk mencapai keberhasilan organisasi, sosial dan individu. Secara makro, entrepreneur muda berperan dalam ekonomi nasional sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian bangsa. Entrepreneur muda bisa berfungsi menciptakan investasi baru, membentuk modal baru, menghasilkan lapangan kerja baru, menciptakan produktivitas, meningkatkan ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan secara mikro, entrepreneur muda mengkombinasikan sumber-sumber ekonomi ke dalam cara baru yang berbeda, menciptakan nilai tambah, menciptakan usaha-usaha baru dan menciptakan peluang-peluang baru.

Tujuan penelitian ini adalah, Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda, dan untuk mengetahui hambatan yang dialami Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda. Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian field research dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu comparative method, reduksi data, display. Hasil penelitian dengan upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Unwanul Falah Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas dalam menghasilkan entrepreneur muda, menciptakan peluang bagi santri, serta meningkatkan kemampuan dan kemandirian santri untuk memanfaatkan peluang. Dalam tahap peningkatan kemandirian di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok, pertama pendidikan Entrepreneurship, pelatihan entrepreneurship (workshop) dan guru yang berkompeten dalam bidang entrepreneurship. Hambatan yang dialami Pondok pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda adalah mahalnya gaji guru yang berkompeten dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas, kurang manajemen dalam pemasaran produk, santri kurang fokus dalam berwirausaha dan kurangnya dukungan pemerintah dalam bentuk finansial untuk membeli prasarana untuk membentuk entrepreneur muda.

Dengan adanya penguatan ekonomi berbasis komunitas di pondok pesantren dalam menghasilkan entrepreneur muda dapat membuka lapangan

(7)

viii

pekerjaan di Lingkungan Pondok Pesantren sehingga pengangguran bisa teratasi dan kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan bisa terpenuhi. sebagaimana yang dicanangkan oleh Indonesia bahwa di tahun 2045 bisa maju dengan jumlah entrepreneur muda yang meningkat.

Kata kunci: Entrepreneur Muda, Pondok Pesantren, Penguatan Ekonomi, Komunitas

(8)

ix MOTTO

Menjadi entrepreneur sejati harus memiliki mentalitas yang kuat dan kecakapan dalam berbisnis agar bisa “Menghasilkan uang tanpa uang” (Making Money Wthout Money).1

1 Amar Adly, Kewirausahaan Berbasis Syariah (Sumatera Utara: CV. Manhaji dengan Fakultas Syariah UIN Sumatera Utara, 2015), hal. 45.

(9)

x

PERSEMBAHAN

Hanya sebuah karya sederhana yang bisa aku hasilkan, hanya seuntaian kata yang mampu aku ucapkan, untuk orang yang aku hormati, cintai, sayangi dan kasihi. Kupersembahkan TESIS ini untuk, kedua orang tuaku tercinta yaitu Inak SYARA’ IYAH dan Amakku ZULKIFLI, Adek-adekku, semua guruku dan sahabat- sahabatku.

(10)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok), dengan baik walaupun dalam bentuk sederhana dan masih perlu banyak pembenahan. Penulis menyadari bahwa masih banyak membutuhkan kritik dan saran agar dapat ditindaklanjuti dalam penulisan yang lebih baik lagi.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia iaitu ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan akhirat.

Dengan terselesainya tesis ini, tidak lupa penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Muslihun, M. Ag sebagai pembimbing I dan Dr. Muhammad Yusup, MSi sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai.

2. Ketua program Studi Ekonomi Syariah Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;

(11)

xii

3. Prof. Dr. Suprapto, M. Ag selaku direktur Pascasarjana UIN Mataram;

4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M. Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. Bapak Ibu Dosen yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bimbingan, mengajar dan mendidik selama masa kuliah dan menyelesaikan studi pada program pascasarjana UIN Mataram;

6. Ketua Yayasan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok yang telah banyak memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan motivasi dalam penulisan tesis ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu semoga apa yang telah dilakukan tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Amin.

Semoga amal kebaikan dari beberapa pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.

Mataram, 18 Januari 2021 Penulis,

NURUL MI’RAJ

(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

KOVER LUAR ... i

LEMBAR LOGO ... ii

KOVER DALAM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 8

F. Telaah Pustaka ... 9

G. Kerangka Teori ... 14

1. Konsep Entrepreneurship ... 14

a. Karakteristik Entrepreneurship ... 19

b. Faktor-Faktor Keberhasilan Pengusaha (Entrepreneur) .... 20

2. Konsep Pondok Pesantren ... 22

a. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren ... 24

b. Pendidikan entrepreneurship di Pondok Pesantren ... 25

3. Penguatan entrepreneurship Pesantren ... 27

(13)

xiv

4. Pesantren, Entrepreneurship dan Pembangunan Ekonomi ... 29

H. Metode Penelitian ... 30

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ... 30

2. Kehadiran Peneliitian ... 31

3. Lokasi Penelitian ... 32

4. Sumber Data ... 32

5. Teknik Pengumpulan Data ... 33

6. Teknik Analisi Data ... 36

7. Keabsahan Data ... 39

I. Sistematika Penulisan ... 42

BAB II PAPARAN DATA ... 45

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok ... 45

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok ... 45

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok ... 48

3. Visi dan Misi ... 49

4. Struktur Organisasi ... 49

5. Tenaga Pendidik ... 51

6. Sarana dan Prasarana ... 52

7. Santri dan Alumni ... 54

8. Potensi Ekonomi Pondok Pesantren Unwanul Falah ... 55

B. Upaya Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam Memperkuat Ekonomi Berbasis Komunitas dalam Menghasilkan Entrepreneur Muda ... 56

1. Pendidikan Entrepreneurship ... 57

2. Pelatihan Kewirausahaan (Workshop) ... 59

3. Guru Yang Berkompeten ... 62 C. Hambatan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok

dalam Memperkuat Ekonomi Berbasis Komunitas (Community)

(14)

xv

dalam Menghasilkan Entrepreneur Muda ... 65

BAB III PEMBAHASAN ... 67

A. Upaya Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam Memperkuat Ekonomi Berbasis Komunitas dalam Menghasilkan Entrepreneur Muda ... 67

1. Pendidikan Entrepreneurship ... 69

2. Pelatihan Kewirausahaan (Workshop) ... 75

3. Guru Yang Berkompeten ... 80

B. Hambatan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam Memperkuat Ekonomi Berbasis Komunitas (Community) dalam Menghasilkan Entrepreneur Muda ... 83

BAB IV PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan... 85

B. Implikasi Teori ... 86

C. Saran-saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 92

(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1: Jumlah Pondok Pesantren dan Santri di Indonesia

Tahun 1977-2016 ... 3 Tabel 2.2: Keadaan sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Unwanul

Falah NW Paok Lombok ... 53 Tabel 2.3: Jumlah Entrepreneur Muda dan Usaha yang di Miliki ... 55

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

Lampiran 01: Surat pengantar bimbingan Tesis

Lampiran 02: Surat penerimaan penelitian dari Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok

Lampiran 03: Kartu konsultasi bimbingan Tesis

Lampiran 04: Foto-foto peneliti ketika penelitian di lapangan Lampiran 05: Pedoman wawancara

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pentingnya entrepreneur muda dalam memperkuat perekonomian Indonesia. Secara makro, entrepreneur muda berperan dalam ekonomi nasional sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian bangsa.

Entrepreneur muda bisa berfungsi menciptakan investasi baru, membentuk modal baru, menghasilkan lapangan kerja baru, menciptakan produktivitas, meningkatkan ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan secara mikro, entrepreneur muda mengkombinasikan sumber-sumber ekonomi ke dalam cara baru yang berbeda, menciptakan nilai tambah, menciptakan usaha-usaha baru dan menciptakan peluang-peluang baru.2

Oleh karena itu, entrepreneur muda sebagai aktor utama dalam mengembangkan dan memperkuat ekonomi berbasis Komunitas. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa entrepreneur muda adalah elemen penting untuk mencapai keberhasilan organisasi, sosial dan individu. Sejalan dengan pendapat Parker menyatakan menyatakan bahwa entrepreneur yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. entrepreneur muda mampu mendorong perubahan struktural dan pembangunan regional untuk penciptaan lapangan kerja, inovasi, memenangkan persaingan, dan kemakmuran ekonomi. Selain itu,

2 Moh Wardi, “Pengembangan Entrepreneurship Berbasis Experiential Learning Di Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep dan Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan” (Tesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017). hal. 50.

(18)

penemuan dan entrepreneur muda menghasilkan keragaman berguna untuk lingkungan social dengan menghasilkan produk dan layanan baru. Maka dari itu, entrepreneur muda memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.3

Dalam rangka upaya meningkatkan potensi, strategi mengembangkan dan membuat lapangan kerja bagi kaum muda, entrepreneurship semakin diterima sebagai sarana penting dan strategi tambahan yang berharga untuk menciptakan lapangan kerja dengan meningkatkan mata pencaharian dan kemandirian ekonomi kaum muda. Sayangnya, masalah pengangguran seperti yang dialami oleh para pemuda terdidik dan bahkan para pemuda tidak berpendidikan, keterampilan menjadi lebih menyedihkan di banyak negara berkembang, meskipun strategi neoliberal dalam menangani masalah peningkatan sumber daya manusia.4

Akibatnya Kejenuhan lapangan kerja menyebabkan tidak tertampungnya intelektual muda yang jumlahnya jutaan setiap tahun sehingga angka pengangguran terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan sektor swasta (perusahaan) sudah tidak bisa lagi dijadikan satu satunya tempat bergantung untuk mengatasi masalah ini. Menurut pandangan Ciputra, jika menggunakan perkiraan dari Mc Clelland dengan jumlah penduduk

3 Siswanto, Armanu, Margono Setiawan, dan Umar Nimran, “Motivasi Wirausaha di Pondok Pesantren”, Jurnal Internasional Bisnis dan Ilmu Perilaku,Vol. 3, No.2; Februari 2013, hal. 5.

4Awogbenle, Cyril, dan Chijioke Iwuamadi. “Youth Unemployment: Entrepreneurship Development Programme as an Intervention Mechanism.”African Journal of Business Management Volume 4, No. 6 (2010): 831-835.

(19)

mencapai 225 juta, maka Indonesia membutuhkan 4,5 juta atau 2%

entrepreneur untuk mengatasi masalah pengangguran.5

Dari beberapa lembaga pendidikan yang memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan entrepreneurship dan mengatasi masalah pengangguran adalah pesantren.6 Dari data Kementerian Agama Republik Indonesia mengatakan bahwa jumlah pondok pesantren dari tahun 1977 sampai tahun 2016 yaitu.7 Lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

Tabel. Jumlah Pondok Pesantren dan Jumlah Santri dari Tahun 1977- 2016.

NO Tahun Jumlah Pondok

Pesantren

Jumlah Santri

1 1977 4195 unit 677.394

2 1985 6.239 unit 1.084.801

3 1997 9.388 unit 1. 770.768

4 2001 11.312 unit 2.737.805

5 2005 14.798 unit 3.464.334

6 2016 28. 961 unit 4.028.660

Dari data di atas, jumlah Pondok Pesantren dan santri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan Jumlah Pondok Pesantren dan santri yang terus bertambah ini memiliki potensi yang sangat besar dan menjadi modal penting untuk mewujudkan daya saing industri dan ekonomi nasional yang sangat tangguh. apabila digarap dengan baik dalam kaitannya dengan upaya membangun kemandirian ekonomi pondok pesantren. Oleh

5Peter Drucker, Innovation and Entrepreneurship, (UNITED STATES: Haper Collins, 2006), hal. 270.

6Feti Fatimatuzzahroh, Oekaaan S. Abdoellah dan Sunardi, “The Potential Of Pesantren in Sustainable Rural Development Case Study: Pesantren Buntet In Rural Mertapada Kulon, Subdistrict Astana Japura, Regency Cirebon, Province West Java'', Journal International Multidisciplinary, vol. 3, No.2 (25 mey 2015). hal. 289.

7 Hidayatullah, Jumlah Pondok Pesantren di Indonesia www.kemenag.go.id.diakses pada tanggal 2 Agustus 2020.

(20)

karena itu, pondok pesantren menjadi penting dalam mendorong kemajuan ekonomi Nasional. Terlebih dalam mencetak Entrepreneur muda dengan keterampilan yang berkualitas, tenaga profesional yang berkarakter, berakhlak baik dan punya kompetensi.8 pemberdayaan terhadasp potensi kewirausahaan santri mutlak dilakukan agar santri tidak hanya berkompeten dalam bidang agama (tafaqquh fiddin) tetapi juga bisa mandiri secara ekonomi.

Pengembangan dan pemberdayaan pemuda merupakan tahapan penting dalam kehidupan untuk membangun modal manusia yang memungkinkan para muda untuk menghindari kemiskinan, memimpin lebih baik, dan mungkin memiliki kehidupan yang lebih memuaskan. Sumber daya manusia yang terbentuk di masa muda dengan demikian merupakan penentu yang penting dari pertumbuhan jangka panjang suatu bangsa dapat berinvestasi. Oleh karena itu, sudah dipastikan bahwa pemuda dipersiapkan dengan baik untuk masa depan mereka enormously penting untuk program pengurangan kemiskinan dan pertumbuhan pengangguran.9

Maka untuk itu, tanpa harus mengesampingkan pentingnya pendidikan entrepreneurship bagi seluruh jenjang dan lembaga pendidikan, pondok pesantren memiliki beberapa nilai strategis untuk diprioritaskan sebagai entrepreneur school di Indonesia. Alasan pertama, pondok pesantren adalah potensi besar yang dapat kita harapkan menjadi salah satu “produsen” utama pencetak SDM unggul dan berdaya saing tinggi. Kedua, seiring dengan

8Muhammad Kholilul Zahir, “Pembenahan Karakter Wirausahawan Indonesia Melalui Konsep Islamic Entrepreneurship”, Jurnal Raushan Jukr Vol. 3 No. ( 2 Januari 2014), hal. 87.

9A. Cyril Awogbenle dan K. Chijioke Iwuamadi, “Youth Unemployment: Entrepreneurship Development Programme as an Intervention Mechanism”, African Journal of Business Management Vol. 4, No. 6, (19 June 2010), hal. 831-835.

(21)

maraknya isu terorisme, pondok pesantren acapkali dianggap sebagai pencetak teroris. Ini sungguh tidak adil, tidak hanya kepada Indonesia yang memiliki ribuan pesantren, namun juga bagi komunitas pesantren itu sendiri.

Bagaimanapun, mereka bagian dari Indonesia yang utuh serta memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar di kemudian hari dengan melahirkan SDM-SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi.10

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti lakukan di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok pada tanggal 05 Agustus 2020. Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok ini didirikan atas hasil musyawarah para tokoh masyarakat dan ta’mir Masjid di Dusun Paok Lombok

dan sekitarnya yaitu pada pada tanggal 01 Januari 1966. Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok yang terletak di Dusun Paok Lombok Barat, Desa Paok Lombok, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur dari hasil musyawarah masyarakat Paok Lombok sangat gembira dan antusias sekali mendengar rencana pembangunan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok, karena masyarakat Paok Lombok dan sekitarnya pada saat itu sangat membutuhkan Pondok Pesantren. Hal yang mendasar pentingnya didirikan lembaga pendidikan tersebut adalah dikarenakan di Dusun tersebut diperlukan suatu lembaga pendidikan yang berwawasan Islam yang memiliki kreativitas dan inovasi. Sehingga sampai saat ini, masih eksis menjalankan

10Dedi Mulyadi, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 123.

(22)

proses pembelajaran, baik dari tingkat pendidikan paling dasar sampai dengan tingkat menengah ke atas.11

Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok umumnya pondok pesantren ini lebih memprioritaskan materi tentang agama dan akhlak namun tidak lupa juga mengajarkan tentang berwirausaha. Mengembangakan keahlian santri baik hardskill maupun softskill.12 Akibatnya, lulusan pondok pesantren yang jumlahnya cukup signifikan seringkali menjadi tidak gagap saat terjun ke masyarakat. Sehingga lulusan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok tidak hanya mahir dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki ilmu ekonomi dan memiliki jiwa berwirausaha. Tidak bisa dipungkiri alumni Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok memiliki usaha sendiri yang berkembang sampai saat ini menyerap tenaga kerja sekitar 5-10 orang.

Namun tidak hanya itu, setelah keluar dari Pondok Pesantren, para alumni yang memiliki usaha sendiri membuat komunitas Alumni Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok. Usahanya bergerak dalam bidang, seperti budidaya ikan, berternak ayam, perkebunan, pertanian dan kuliner dari komunitas yang dibuat oleh Alumni Pondok pesantren bisa memperkuat ekonomi secara siknifikan, karena terciptanya aktivitas ekonomi antara pembuat lapangan pekerjaan dengan pencari pekerjaan. Dengan adanya komunitas Alumni Pondok peantren Unwanul Falah Paok Lombok bisa mengurangi pengangguran yang setiap tahun meningkat baik itu, penganguran

11 Observasi, dilakukan tanggal 05 Agustus 2020.

12Ririn Noviyanti, “Peran Ekonomi Kreatif Terhadap Pengembangan Jiwa Entrepreneurship di Lingkungan Pesantren: Studi Kasus di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1”, Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj, Vol.1 (Januari 2017), hal. 77-99.

(23)

yang tidak benpendiikan, maupun penganggurang berpendikan dan dengan adanya komunitas Alumni Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok bisa wujudkan masyarakat yang sejahtera dalam bidang ekonomi.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkajinya lebih dalam lagi. Sehingga peneliti mengangkat judul “Entrepreneur Muda Dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda?

2. Bagaimana hambatan yang dialami Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dialami Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas untuk menghasilkan entrepreneur muda.

(24)

D. Manfaat Penlitian 1. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara empiris bagi pihak Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dan sebagai masukan dalam upaya memperkuat ekonomi berbasis pesantren yang mandiri dalam bidang ekonomi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam entrepreneurship muda dan penguatan ekonomi berbasis komunitas di Pondok Pesantren yang memiliki jiwa kewirausahaan dan mandiri di dalam bidang ekonomi, pada khususnya melalui kewirausahaan di lingkungan pesantren dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

E. Ruang Lingkup dan Setting penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Maka fokus penelitian ini, pada Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

2. Setting Penelitian

Untuk memudahkan Peneliti dalam mencari data atau informasi yang terkait dengan penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada Entrepreneur Muda Dan

(25)

Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

F. Telaah pustaka

Telaah pustaka merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh dan menghimpun segala informasi tertulis yang relevan dengan masalah yang diteliti.13 Telaah pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi peneliti yang dilaksanakan antara hasil penelitian terdahulu yang mengandung kemiripan dan kesamaan.

Tujuannya adalah untuk menugaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi perkembangan keilmuan terkait. Dilihat dari masalah yang diteliti, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, di antaranya:

1. Siti Afidah, tesis, UIN Walisongo Semarang 2018, “Entrepreneurship Kaum Santri (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang)”14

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Afidah merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif, dengan pengumpulan data menggunakan teknik Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dan juga dianalisis menggunakan deskritif kualitatif. Dalam Penelitian yang dilakukan Siti Afidah menyatakan bahwa sudut pandang santri di pesantren Entrepreneur tentang Entrepreneurship yaitu sebagai kemampuan untuk membuka usaha mandiri dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi. Kemandirian ekonomi diartikan sebagai sesuatu

13 Suhadi Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Malang: UNM, 2003), hal. 23.

14 Siti Afidah, “Entrepreneurship Kaum Santri” (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang, (Tesis, UIN Walisongo Semarang 2018), hal. 20.

(26)

keadaan dimana para santri nantinya dapat menghidupi aspek usaha dan perekonomian sendiri. Keberanian bertindak dan spiritualitas yang tinggi adalah Modal dasar Entrepreneurship. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang pada Entrepreneur Muda Dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok. Dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Afidah ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dan mengkaji pondok pesantren. Tidak hanya kesamaan tetapi, ada juga perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Afidah UIN Walisongo Semarang 2018, Entrepreneurship Kaum Santri (Studi pada Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang). Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

2. H. Noor Ahmady, Pesantren dan Kewirausahaan (Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri).15

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik angket, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa peran Pondok Pesantren Sidogiri dalam mengembangakan usaha santri berhasil menopang ekonomi pesantren dan terlihat dari BMT yang di kelola di pondok pesantren bisa

15 Noor Ahmady, Pesantren dan Kewirausahaan (Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri” (Disertasi, IAIN Sunan Ampel Surabaya 2013), hal.

27.

(27)

menopang ekonomi masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Sidogiri.

Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang pada Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok. Maka dari itu, penelitian yang dilakukan oleh H. Noor Ahmady, ada kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dan sama-sama mengkaji pondok pesantren. Tidak hanya kesamaan akan tetapi, ada juga perbedaan dalam penelitian dilakukan oleh H. Noor Ahmady, Pesantren dan kewirausahaan (peran pesantren sidogiri pasuruan dalam Mencetak wirausaha muda mandiri), sedangkan dalam penelitian ini, mengkaji Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

3. Yusni Fauzi dengan judul, “Peran Pesantren dalam Upaya Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Entrepreneurship (Penelitian Kualitatif di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Bandung, 2012)”.

Dalam Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan fokus penelitian yang dilakukan oleh Yani Fauzi yaitu peran Pondok Pesantren dalam upaya pengembangan manajemen sumber daya manusia (MSDM)

(28)

Entrepreneurship (Penelitian kualitatif di Pondok Pesantren Al- Ittifaq Rancanabali Bandung). Dengan hasil penelitian menyatakan bahwa pondok pesantren Al-ittifaq Rancanabali Bandung mampu memfungsikan perannya dalam upaya pengembangan manajemen sumber daya manusia (MSDM), yang memiliki peran dalam pengembangan santri dan masyarakat dalam membangun jiwa entrepreneurship santri yang sesuai dengan lingkungan pondok pesantren Al-Ittifaq Rancanabali Bandung yang berbasis agrobisnis.16 Fokus dalam penelitian ini, adalah peran pesantren dalam pengembangan santri dalam membangun jiwa entrepreneurship melalui pengembangan manajemen sumber daya manusia. Adapun yang menjadi fokus penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

4. Abdul Ghofur, Nur Asiyah, dan M. Shofiyullah dengan judul, “Pesantren Berbasis Wirausaha (Pemberdayaan Potensi Entrepreneurship Santri di Beberapa Pesantren Kaliwungu Kendal)”.

Penelitian dilakukan oleh Abdul Gafur, Nur Aiysah, M. Sofyullah ini dilakukan di tiga tempat pondok pesantren yaitu, 1. Pondok Pesantren Miftahul Falah 2. Pondok Pesantren ARIS, dan 3. Pondok Pesantren ASPIR. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif,

16 Yusni Fauzi, “Peran Pesantren dalam Upaya Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM) Entrepreneurship (Penelitian Kualitatif di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Bandung)”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut, Vol. 06; No. 01; 2012; hal.1-8.

(29)

prosedur pengumpulan data yang dilakukan menggunakan Observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan fokus penelitian yang dilakukan oleh Abdul Gafur dkk, yaitu model pemberdayaan terhadap potensi entrepreneurship santri di Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal. Hasil penelitian penelitian yang diperoleh pemberdayaan masyarakat pesantren berbasis wirausaha, pada prinsipnya menjembatani permasalahan yang sering dialami santri khususnya pada alumni.17 Sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

5. Alvika Metha Sari, Suratmin Utomo, Atiek Sri Radjeki dengan judul

“Peningkatan Motivasi Berwiraswasta Santri Pondok Pesantren melalui Pelatihan Kewirausahaan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kewirausahaan terhadap hubungan motivasi berwiraswasta para santri pondok pesantren. Penelitian dilakukan pada siswa Arrahman Quranic College Mega Mendung. Metode penelitian adalah survei dengan penyebaran kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Populasi penelitian adalah para santri Ar Rahman Quranic College Mega Mendung yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan selama 2 hari. Para santri ini mendapatkan pendidikan agama dan dididik untuk menjadi ustadz dan penghafal al-Qur’an. Para santri adalah laki-laki, berjumlah 50 santri dan

17Abdul Gafur, Nur Aisyah, M. Sofyullah, “Pesantren Berbasis Wirausaha”, Jurnal Dimas, Vol. 15. N0. 2, November 2015. hal. 8-20.

(30)

data yang dapat diolah berjumlah 50 sampel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi berprestasi dan sikap terhadap kewiraswastaan.

Hasil yang didapat adalah self motivation peserta meningkat dengan adanya pelatihan wirausaha, meningkat rata-rata 10.4 % dan motivasi untuk berwirausaha juga meningkat dengan adanya pelatihan wirausaha, yaitu sekitar 7.3%.18 Adapun yang menjadi fokus penelitian penulis adalah pada Entrepreneur Muda dan Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok.

G. Kerangka Teori

1. Konsep Entrepreneurship

Istilah entrepreneurship memiliki sejarah yang berasal dari tahun 1732, ketika ekonom Irlandia Richard Cantillon menggunakan kata tersebut untuk individu dengan "kesediaan untuk melakukan bentuk arbitrase yang melibatkan risiko finansial dari usaha baru". Irlandia Richard Cantillon Mendefinisikan entrepreneurship itu rumit dan tidak ada teori universal tentangnya. entrepreneurship telah diartikan oleh berbagai profesi memiliki banyak arti sejak usia paruh baya.19 Namun, ringkasan

18Alvika Meta Sari, Suratmin Utomo, Atiek sri Radjeki, “Peningkatan Motivasi Berwirausaha Santri Pondok Pesantren Melalui Pelatihan Kewirausahaan”, Jurnal Teknologi, Jakarta: Universitas Muhammadiyah, Nomer. 01 Volume 6 Januari, 2014. hal.16-30.

19Igbo, “Developing Entrepreneurship Through Entrepreneurship Education”. Journal of Home Economics Research vol. 7, 2006. hal.50-54.

(31)

dari arti entrepreneurship akan mencerminkan sudut pandang definisi individu tersebut.20

Drucker menyebut entrepreneurship sebagai “tindakan inovatif, yang mencakup memberikan sumber daya yang ada untuk kapasitas penghasil kekayaan baru.” Walaupun definisi ini mungkin tampak masuk

akal, banyak peneliti berpendapat bahwa entrepreneurship masih merupakan bidang tanpa batasan yang jelas dan tidak memiliki kerangka konseptual yang jelas.21

Sedangkan Gartner menggambarkannya sebagai “penciptaan organisasi baru”. Akan tetapi, penting untuk dicatat bahwa

entrepreneurship, merupakan sumber utama untuk berinovasi, mungkin melibatkan pengembangan visi dan metode bisnis baru untuk perusahaan yang sudah mapan serta pembentukan organisasi baru.22

Sedangkan Menurut Gana, kewirausahaan adalah kemampuan untuk mencari peluang investasi dan mendirikan usaha berdasarkan peluang yang telah diidentifikasi. Pengusaha berani mengambil resiko, fokus dan diberikan energi oleh dorongan batin. Kemampuan untuk mengembangkan usaha baru atau menerapkan pendekatan baru pada bisnis

20 Oviawe, “Repositioning Nigerian Youths for Economic Empowerment Through Entrepreneurship Education”. European Journal of Educational Studies No. 2 Vol. 2, 2010.

hal.67.

21 Bruyat, C. & Julien, “Defining the Field of Research in Entrepreneurship”, Journal of Business Venturing. No. 16, Vol. (2), 2001, hal. 65. Lihat juga, Busenitz, L., West, P., Shepherd, D., Nelson, T., Chandler, G., & Zacharakis, A. Entrepreneurship in Emergence: Past Trends and Future Directions”, Journal of Management. 20 (3), 2003, hal. 285-308.

22 Gartner, W.B. 'Who is an Entrepreneur? is The Wrong Question'. American Journal of Small Business, no.12 Vol. 4, 1989, hal. 11-22.

(32)

lama adalah satu-satunya gagasan kewirausahaan.23 Dengan kata lain, individu memberikan pasar produk atau jasa dengan menggunakan sumber daya. Kewirausahaan adalah kemauan dan kemampuan individu untuk mencari peluang investasi, membangun dan menjalankan perusahaan dengan sukses.24 Pengusaha pada dasarnya adalah orang yang memiliki atau mengendalikan bisnis yang dengannya pendapatan diperoleh.

Direktorat Ketenagakerjaan Nasional (NDE) dalam Onyebueke dan Ochonogo, mendefinisikan kewirausahaan sebagai seni yang melibatkan pengenalan peluang bisnis, mobilisasi sumber daya dan tekun untuk memanfaatkan peluang itu dengan cara baru.25 Esomonu, mendefinisikan kewirausahaan sebagai manipulasi efektif kecerdasan manusia yang ditunjukkan dalam kinerja kreatif. Tindakan pengambilan risiko tunggal ini menuntun seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bernilai dari hampir tidak ada.

Di sisi lain, bentuk aktif wirausaha, "entrepreneurship", dapat diterjemahkan sebagai "menjalankan atau memulai sesuatu".26 Salah satu kontributor paling berpengaruh untuk pemahaman kita tentang perilaku kewirausahaan.27 Pengusaha telah dilihat sebagai aktor, inovator atau

23 Steinhoff, D., & Burgers, J, “Small Business Management Fundamentals”. New York:

McGraw Hill International, 1993), hal. 37.

24 Inegbenebor, A.U., “Adaptations and Management of Transfer Institutions: A Case Study of the Nigeria Police Force'', Nige Management Review, Vol. 2, No. 1, pp. 3-8. (Centre for Management Development). (1987),

25 Onyebueke C. & OChonogo S, “The Dimension of Poverty in Nigeria and The Problem of Powerment”. The comet. January, 2002, hal. 10,6.

26 Kirzner, Competition and Entrepreneurship, (Chicago and London: University Of Chicago Press, 1973), hal. 10.

27 Minniti, M., & Lévesque, M, “Recent Developments In The Economics Of Entrepreneurship”, Journal of Business Venturing, No. 23, 2008, hal. 603-612.

(33)

pengembang teknologi. Secara umum seorang wirausaha digambarkan sebagai orang yang mengatur, mengelola, dan mengasumsikan risiko bisnis atau perusahaan.28

Carner mendefinisikan entrepreneurship sebagai pusat model pembangunan ekonomi yang terintegrasi, menggabungkan teori keuntungan dan bunga, serta teori siklus bisnis dan sistem kapitalis.29 Pengusaha adalah inovator, yang membawa kombinasi dari hal-hal berikut: pengenalan produk baru, pembukaan pasar baru, penaklukan sumber-sumber bahan baru, dan organisasi industri baru. Sedangkan menurut studi Morrison, profil seorang wirausahawan adalah sebagai berikut:

1. Cerdas dan analitis

2. Memiliki serangkaian moral, sosial dan etika bisnis 3. Menunjukkan naluri pedagang dasar, dan

4. didedikasikan untuk pembelajaran seumur hidup dalam berbagai bentuk.

Bakat yang termasuk dalam definisi Morrison adalah persyaratan penting untuk menjadi pengusaha sukses di era pengetahuan.30 Sedangkan Anayakoha menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang memilih, mengasumsikan risiko, mengidentifikasi peluang bisnis, mengumpulkan

28Woolf, Webster's New Collegiate Dictionary, (Springfield, MA: G. & C. Merriam Company, 1980), hal. 790.

29Carnier T.A. “A perspective on Entrepreneurship”. Harvard Business Review, August- September, 1996. pp. 103-108.

30Morrison, A. “Entrepreneurship: What Triggers it” International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, No. 6, Vol. 2, 1999, hal. 59-71.

(34)

sumber daya, memulai tindakan, mendirikan organisasi, dan perusahaan untuk memenuhi permintaan atau peluang pasar tersebut.31

Semangat kewirausahaan membutuhkan latar belakang sosial dan budaya yang sesuai untuk memulai motif penciptaan usaha dan aspirasi untuk keunggulan di berbagai bidang akademik untuk menciptakan usaha yang sukses.32 Bahkan individu-individu yang termotivasi oleh faktor- faktor seperti penghargaan finansial, prestasi, sosial, karir, dan pemenuhan individu membutuhkan budaya nasional yang mendukung dan mendorong aktivitas kewirausahaan.33 Bahwa Entrepreneurship hebat tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi mereka adalah produk dari masyarakat dan budaya yang berorientasi kewirausahaan.

Berdasarkan definisi di atas, Entrepreneurship mengacu pada kemampuan individu untuk mengubah ide menjadi tindakan. Ini mencakup kreativitas, inovasi dan pengambilan risiko, serta kemampuan untuk merencanakan dan mengelola proyek untuk mencapai tujuan. Ini mendukung semua orang dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat, membuat karyawan lebih sadar konteks pekerjaan mereka dan lebih mampu menangkap peluang, dan memberikan landasan bagi Entrepreneurship dalam membangun aktivitas sosial atau komersial.

31 Anyakoha, Practical Tips for Economic Empowerment and Surviva, (Nsukka: AP Express, 2006), hal. 80.

32 Hogarth-Scott & Wilson, Encouraging Future Entrepreneurs: The Effect of Entrepreneurship Course Characteristics on Entrepreneurial Intention, (University of St.Gallen, St.Gallen, 1998), hal. 124.

33 Lee, S.M.& Peterson,“Culture, Entrepreneurial Orientation, and Global Competitiveness” Journal of World Business, 35, 2000, hal. 401-416.

(35)

a. Karakteristik Entrepreneurship

Karakteristik umum kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai aspek kepribadian seperti: jiwa, watak, sikap dan perilaku seseorang.

Dari berbagai penelitian yang ada ditemukan sembilan belas karakteristik penting wirausaha yang diperoleh dari tujuh penelitian yang pernah dilakukan. Kesembilan belas karakteristik itu dikelompokkan menjadi enam sifat unggul sebagai berikut:

1) Percaya diri 2) Originalitas

3) Berorientasi Manusia 4) Berorientasi Hasil Kerja 5) Berorientasi Masa Depan 6) Berani Mengambil Risiko.34

Penelitian Mc Ber & Co di Amerika Serikat pada usaha kecil menemukan sembilan ciri wirausaha yang berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:

1) Bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif.

2) Orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring.

34 Muchson, Entrepreneurship (Kewirausahaan), (Surabaya: Guepedia, 2017), hal. 47.

(36)

3) Komitmen dengan pihak lain, yaitu komitmen yang tinggi pada pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan bisnis yang mendasar.35

b. Faktor-faktor keberhasilan pengusaha (entrepreneur) 1) Motivasi

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research menemukan 69% siswa menengah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses (jadilah bos sendiri).36

2) Usia/umur

Menurut National Federation of Independent Business, Washington, usia saat seseorang memulai usaha sendiri adalah Umur Kronologis bervariasi. Menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara umur 25-30 tahun. Sementara Staw mengungkapkan bahwa umumnya pria memulai usaha sendiri ketika berumur 30 tahun dan wanita pada umur 35 tahun.

Hurlock berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Setiap kelompok manusia memiliki cirri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier.37

35Zimmerer, TW dan Scarborough, Essential of Entrepreneur and Small Business Management 2th Prentice Hall.1998.

36Zimmerer, TW dan Scarborough, Essential of Entrepreneur…hal.123.

37 Meng, LA dan Liang TW, Entrepreneur, Entrepreneurship and Enterprising Culture, Paris: Addison-Wesley Company. 1996, hal.125.

(37)

Pendapat Hurlock senada dengan pendapat Staw bahwa umur bisa terkait dengan keberhasilan. Sedangkan Bedanya, Hurlock menekankan pada kemantapan karier, tetapi Staw menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw umur bisa terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika umur seseorang bertambah, maka umur memang terkait dengan keberhasilan.

3) Pengalaman

Pengalaman dalam menjalankan usaha merupakan predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama bila bisnis baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis sebelumya. Wirausaha yang memiliki usaha maju saat ini bukanlah usaha pertama kali yang dimiliki. Pengalaman mengelola usaha bisa diperoleh sejak kecil karena pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha.

4) Pendidikan

Menurut penelitian Kim para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yang berhasil memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dari pada wirausaha yang kurang berhasil. Sedangkang dalam penelitian Jacobowitz & Vidler Hasil wawancara dengan 430 wirausaha menunjukkan bahwa mereka memiliki pendidikan

(38)

yang kurang memadai, yaitu 30% drop-out dari Sekolah Menengah Atas. Hanya 11% lulus dari universitas 4 tahun.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil,dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha.

2. Konsep Pondok Pesantren

Di Indonesia, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia. di Jawa (termasuk Sunda dan Madura) umumnya disebut “pesantren” atau “pondok” atau

“pondok pesantren”.38 Sedangkan di Aceh, istilah pesantren sering disebut dengan “dayah” atau “rangkang” dan di Minangkabau disebut “surau”.39

Perkataan pesantren berasal dari kata dasar santri yang diberi awalan pedan akhiran an, yang berarti tempat tinggal para santri. Menurut Prof.

Johns, sebagaimana dikutip Zamakhsyari Dhofier, santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji. Zamakhsyari Dhofier juga mengutip Berg yang berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau orang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri

38Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), hal.8.

Lihat A Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: Rajawali Press, 1997), hal.15.

39 M Dawam Raharjo (peny.), Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta:LP3S, 1985), hal. 5.

(39)

berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.40

Pondok pesantren umumnya dikenal sebagai perguruan swasta yang berkemampuan tinggi dalam berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan pendidikan. Misi mulia yang diembannya selama ini lebih bercorak ethico religious dengan orientasi pembentukan dimensi kepribadian anak didik baik dari segi pembinaan agama (diniyyah tahzibiyyah) dan pembinaan jasad, akal, dan jiwa (Khalqiyyah).41 Di era modern Pesantren selain dituntut untuk memperkuat penanaman nilai-nilai spiritual (Ubudiyyah) kepada para santri, juga dituntut untuk memperkaya penanaman aspek tanggung jawab, rasionalitas dan pemecahan masalah.

Tanggung jawab (responsibility) pada konteks ini diartikan sebagai sikap konsisten dan disiplin melaksanakan apa yang benar (doing what right).

Rasionalitas artinya menggunakan akal sehat atau berorientasi pada pertanyaan mengapa. Sementara itu, pemecahan masalah adalah mengamalkan apa yang kita ketahui dan kuasai ke dalam tindakan (putting what you know and what you can do into action).42

Pesantren merupakan salah satu model dari pendidikan berbasis masyarakat. Kebanyakan pesantren berdiri atas inisiatif masyarakat Muslim yang tujuan utamanya adalah untuk mendidik generasi muda

40 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kiai), hal.22.

41 Muslih Usa dan Aden Wijdan, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal. 12.

42 Abdurrahman Mas’ud, Reformasi Pendidikan Agama Menuju Masyarakat Madani, dalam Ismail SM dan Abdul Mukti (ed), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani (Cet I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal. 141.

(40)

sehingga memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik.

Pesantren dengan hidupnya yang bersifat kolektif barangkali merupakan perwajahan atau cerminan dari semangat dan tradisi dan lembaga gotong royong yang umum terdapat di pedesaan.

a. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren

Tujuan pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan banyak tentang ilmu-ilmu agama yang bertujuan membentuk manusia bertaqwa, mampu untuk hidup mandiri, ikhlas dalam melakukan suatu perbuatan, berijtihad membela kebenaran agama Islam. Selain itu juga, didirikan Pondok Pesantren pada dasarnya terbagi dua hal:

1) Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.

2) Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi muballigh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.43

Pesantren sejak berdirinya telah berpengalaman menghadapi berbagai corak masyarakat dalam rentang waktu yang berbeda.

Pesantren tumbuh atas dukungan mereka, bahkan pesantren berdiri

43 HM. Arifin dan Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 1996, hal. 44.

(41)

karena didorong permintaan dan kebutuhan masyarakat, sehingga pesantren memiliki fungsi yang jelas.

Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai dengan kurun sekarang telah mengalami perkembangan. Visi, posisi, dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Pesantren pada masa awalnya berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama islam. Kedua fungsi tersebut saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Sebagai lembaga dakwah, pesantren berusaha mendekati masyarakat. Pesantren bekerja sama dengan mereka dalam mewujudkan pembangunan. Warga di dalam pesantren telah terlatih melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Ma’sum fungsi pesantren sekarang mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi edukasi.44

b. Pendidikan Entrepreneurship di Pondok Pesantren

Partisipasi pesantren dalam pendidikan non-formal berbasis perekonomian merupakan salah satu bentuk pembaharuan dalam meminimalisir tingkat pengangguran dari para alumni santri yang sudah menamatkan pendidikannya di pondok pesantren. Para alumni nantinya dibekali dengan keterampilan khusus sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Pondok pesantren dapat

44 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 23.

(42)

mengelola pendidikan kewirausahaan seperti keterampilan pertanian modern, perkebunan, pertukangan, peternakan, perikanan, teknologi informasi dan lainnya, dalam menyiapkan kader alumni sebagai sumber daya insani yang kreatif dan inovatif dalam mengais rezeki setelah menamatkan pendidikannya di pondok pesantren. Selain itu, pesantren juga perlu memperkenalkan pendidikan perkoperasian kepada para santri agar para alumni nantinya dapat merealisasikan kewirausahaannya melalui bantuan permodalan dari koperasi yang dirintis oleh pondok pesantren.45

Dukungan para kiai memiliki peranan penting dalam mengembangkan wawasan keagamaan Islam dan wawasan sosial dalam menangkap pesan, pada saat zaman yang selalu berubah dan dinamis, dengan menempatkan dirinya sebagai pemandu perubahan dalam mengoptimalkan perubahan dengan kegiatan pengembangan masyarakat menuju terbentuknya struktur masyarakat yang lebih baik dan lebih sejahtera. Paradigma pesantren yang saat ini masih dianggap terbelakang dan gagap teknologi harus dirubah menjadi lembaga yang menyediakan skill dan kompetensi yang tidak hanya memiliki pemahaman ilmu agama tetapi, juga mampu bersaing dalam menyediakan lapangan kerja dalam mensejahterakan lingkungan masyarakat disekitarnya.

45 Khotibul Umam, “Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren Sebagai Upaya dalam Membangun Semangat Para Santri Untuk Berwirausaha”, (EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 03, No. 01, Juni 2016), hal.54.

(43)

3. Penguatan Entrepreneurship Pesantren

Untuk merangsang perkembangan ekonomi yang pesat terutama di negara berkembang, negara seperti Indonesia, penting untuk fokus mempersiapkan wirausahawan yang memulai bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang sudah ada.

Melalui penguatan kewirausahaan di Pesantren dipandang sebagai langkah strategis dalam upaya mengatasi permasalahan ekonomi bangsa.

Pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh adanya aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh kalangan wirausaha. Pendapat tokoh ahli ekonomi menyampaikan dibutuhkan 2% wirausaha atau 4, 6 juta wirausahawan untuk dapat memajukan perekonomian bangsa.46

Untuk memperkuat perekonomian bangsa tentunya pondok pesantren melakukan strategi khusus dalam membentuk calon entrepreneur muda di pondok pesantren, dengan demikian Pendidikan wirausaha yang efektif dan efisien, untuk memperkuat entrepreneurship di pondok pesantren :

a) Harus ada seminar, lokakarya dan konferensi reguler untuk staf, siswa dan masyarakat umum untuk memperkuat dan memfokuskan kembali pada pendidikan kewirausahaan.

b) Perencana dan administrator pendidikan perlu memastikan bahwa ukuran kelas dipecah menjadi ukuran yang dapat diatur. Dengan

46 Hilyati Milla, “Pendidikan Kewirausahaan: Sebuah Alternatif Mengurangi Pengangguran Terdidik Dan Pencegahan Korupsi”, (Jurnal Al-Ta'lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013), hal. 465.

(44)

demikian, peserta didik akan diawasi dengan lebih baik tentang praktik mereka dan hasilnya menjadi lebih dapat dicapai.

c) Penilaian berkelanjutan harus diberikan dengan benar kepada siswa tanpa kegagalan dan dipantau oleh profesional terlatih. Harus ada penyediaan sarana prasarana yang memadai. Bahan ajar harus memadai dan dalam kondisi baik.

d) Hanya guru yang berpengetahuan luas yang boleh dipekerjakan untuk mengajar dan memimpin pusat kewirausahaan yang baru-baru ini disetujui oleh pengurus pondok pesantren. Pemerintah juga harus mendorong badan-badan swasta untuk mendirikan pusat studi yang baik dengan personel yang berkualifikasi untuk mendidik dan melatih calon wirausahawan di negara ini.

e) Pemerintah harus meningkatkan anggaran untuk pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang pendidikan kewirausahaan wajib dengan jumlah yang harus dikeluarkan untuk merealisasikan tujuan pendanaan.

f) Pemuda harus diperkenalkan dengan kegiatan kewirausahaan pada tahap awal mereka untuk memungkinkan mereka tumbuh bersama dengan program di dalam dan di luar sekolah. Pemerintah harus memasukkan skema pelatihan praktis/lapangan dalam kurikulum kewirausahaan wajib yang ada di pondok pesantren.

g) Mata pelajaran kewirausahaan harus diperkenalkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib di semua sekolah menengah di Negara ini.

(45)

Melalui metode ini siswa yang melampaui ke tingkat universitas menjadi fasih dengan prinsip tuntutan kewirausahaan.

h) Guru Kewirausahaan, atau pelatih harus secara berkala dilatih kembali dan didorong di bidang penelitian untuk memperbarui keterampilannya agar relevan di era lingkungan yang dinamis dan global saat ini.47 4. Pesantren, Entrepreneurship dan Pembangunan Ekonomi

Pesantren merupakan pilar yang sangat kuat dalam membangun ekonomi bangsa Indonesia, peran dan kontribusinya yang diberikan kepada bangsa Indonesia pada saat ini bukan sekedar mentransfer ilmu agama kepada santri tetapi pesantren ikut andil dalam kemerdekaan bangsa Indonesia.48

Namun sekarang ini pesantren mengalami pergeseran nilai yang sangat luar biasa khususnya berkaitan dengan dunia pekerjaan. Berbicara tentang pekerjaan tentunya berbicara mengenai bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup di duniawi, apalagi sampai mengembangkan entrepreneurship maka sekarang ini perkembangan entrepreneurship di pondok pesantren sekarang ini sudah menjadi kewajiban atau kebutuhan apalagi dikaitkan dengan pendidikan pesantren yang mengedepankan kejujuran, disiplin, kerja keras dan mandiri. Semua ini nilai pendidikan

47Uzoma-okorie, “Achieving Youth Empowerment Through Repositioning Entrepreneurial Education In Nigerian Universities: Problems And Prospects”, European Scientific Journal Oktober 2013 edition vol.9, No.28 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431

48 Hery Cahyo Bagus Setiawan, “Kontribusi Praktik Kewirausahaan di Pondok Pesantren Entrepreneur Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo”, Jurnal Riset Entrepreneurship, no. 2, vol. 2, 2019, hal. 9.

(46)

yang dikembangkan oleh pondok pesantren tersebut merupakan jiwa dalam berwirausaha.

Dengan adanya entrepreneur muda di lingkungan pondok pesantren mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Dalam sejarah dunia telah diakui selama berapa dekade entrepreneurship adalah pendorong utama ekonomi. Kekayaan dan sebagian besar lapangan pekerjaan disediakan oleh bisnis kecil yang dimulai oleh individu yang berjiwa wirausaha, banyak diantaranya kemudian menciptakan bisnis besar.49 H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian field research adalah penelitian yang dilakukan di lapangan, baik itu instansi pemerintahan, lembaga pemasyarakatan.50 Pendekatan ini, data-data yang terkait dengan masalah yang dibahas dan dijabarkan secara deskriptif interpretatif.51 Bogdan dan Tayloar dalam bukunya Moleong mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

49Uzoma-okorie, “Achieving Youth Empowerment Through Repositioning Entrepreneurial Education In Nigerian Universities: Problems And Prospects”, European Scientific Journal Oktober 2013 edition vol.9, No.28 ISSN: 1857 -7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431

50 Sumandi Subrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Gerpindo, 1998), hal. 23.

51 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hal.3.

Lihat juga Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gremedia, 1991), hal.31.

(47)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.52

Mengenai jenis pendekatan kualitatif yang peneliti pakai merupakan pendekatan kualitatif deskriptif analitis. Data yang diperoleh dianalisi dan diuraikan dengan kata-kata. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analitis oleh sebab itu, peneliti menguraikan dan mengungkapkan, dan menganalisis bagaimana entrepreneur muda dan penguatan ekonomi berbasis komunitas (studi kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok) dalam berbentuk kata-kata tidak berbentuk angka-angka. Oleh karena itu, untuk bisa mendeskripsikan fenomena-fenomena tersebut, peneliti berinteraksi dengan subyek peneliti sehingga data yang dibutuhkan bener-bener didapatkan serta memiliki tingkat kredibilitas data yang akurat.

Berdasarkan hal tersebut, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini relevan dengan tujuan kegiatan peneliti yaitu untuk memahami entrepreneur muda dan penguatan ekonomi berbasis komunitas (studi kasus di Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok) secara mendalam.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai

52 Pendekatan kualitatif sering juga disebut dengan metode penelitian naturalistic, karena penelitian yang dilaksanakan pada kondisi yang alamiah, metode ini banyak digunakan pada penelitian sosiologis antropologis. Lihat Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Rosda Karya, 2002), hal.3.dan juga Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 14.

(48)

instrumen juga harus divalidasi sebagai jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian dan selanjutnya terjun kelapangan.53

Kehadiran peneliti pada tanggal 05 Agustus 2020 untuk melakukan Observasi awal di Pondok Pesantrren Unwanul Falah Paok Lombok selama 1 bulan dalam rangka memperoleh data yang diperlukan. yaitu data hasil wawancara yang telah dilakukan. Kemudian mendokumentasikan terkait Entrepreneur muda dan memperkuat Ekonomi berbasis komunitas di Pondok Pesantren Unwanul Falah Paok NW Paok Lombok.

3. Lokasi penelitian

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian merupakan hal yang sangat diperlukan dalam rangka mengumpulkan data-data yang urgen dan valid untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dengan semaksimal mungkin.

Lokasi yang dijadikan objek peneliti adalah Pondok Pesantren Unwanul Falah NW Paok Lombok, yaitu ketua yayasan, santri, Alumni dan guru yang bersangkutan di pondok pesantren.

4. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung informasi atau data yang akan digunakan dalam penelitian, ada dua sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari tempat penelitian dengan diperoleh menggunakan

53 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Renika Cipta, 2006), hal. 275.

Gambar

Lampiran 04: Foto-foto peneliti ketika penelitian di lapangan  Lampiran 05: Pedoman wawancara
Tabel . Jumlah Alumni dan Bidang Usaha yang Digeluti.

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Perilaku Bisnis Muhammad SAW Sebagai Entrepreneur Dalam Filsafat Ekonomi Islam. Aceh: Human Falah: Volume

Tabel 3.3 Jumlah Siswa Yang Diambil Dalam Penelitian Kelas XI MA Al Hikmah Langkapan Srengat