MAKALAH
MATA KULIAH MANAJEMEN PARIWISATA ETIKA BISNIS PARIWISATA
D I S U S U N
Oleh :
DAVID TODO HANDOYO
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS PARIWISATA JURUSAN EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNUNG LEUSER
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan Rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya mampu menyusun makalah yang berjudul “Etika Bisnis Pariwisata” dengan baik dan tepat waktu guna untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kutacane, Juli 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan ...2
BAB II ETIKA PROFESI ...3
2.1 Pengertian Etika Bisnis...3
2.2 Prinsip Etika Bisnis Bagi Mahasiswa...3
2.3 Manfaat Penerapan Etika Bisnis dalam Kegiatan Bisnis Pariwisata...4
BAB III PENUTUP ... 7
3.1 Kesimpulan ...7
DAFTAR PUSTAKA... 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or reference for our control system”.
Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidakadanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian etika Bisnis 2. Prinsip etika bisnis 3. Tujuan etika bisnis 4. Manfaat etika bisnis
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis 2. Untuk mengetahui prinsip etika bisnis 3. Untuk mengetahui tujuan etika bisnis 4. Untuk mengetahui manfaat etika bisnis
BAB II ETIKA PROFESI
2.1. Pengertian Etika Bisnis
Menurut Keraf (2005) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya ta etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Etika (ethis) adalah keyakinan tentang tindakan yang benar dan salah, atau tindakan yang baik dan buruk. Etika bisnis merupakan standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan mengoperasikan bisnis yang etik (Ali, 2018). Sedangkan menurut Kasmir (2016) etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyarakat, etika bisnis merupakan etika atau norma-norma yang diberlakukan oleh pimpinan terhadap berbagai pihak, memiliki tujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang baik atau tidak, yang berada dalam suatu lingkungan tertentu. Di dalam berbisnis tentunya harus memiliki etika yang diterapkan oleh seluruh SDM di perusahaan untuk memajukan atau membesarkan bisnis yang dimiliki.
2.2. Etika Bisnis Bagi Mahasiswa
Etika bisnis tidak hanya penting bagi orang-orang yang sudah bekerja, namun juga penting bagi mahasiswa. Hal ini karena dengan adanya pembelajaran etika bisnis, mahasiswa dapat mempelajari bagaimana beretika yang baik, melakukan bisnis yang benar, saling menghargai dalam dunia bisnis agar tidak muncul persaingan yang tidak sehat sebagai bekal saat bekerja di masa depan (Helmi, 2014).
Menurut Rifqy Zeydan (2016), etika merupakan dasar dari pembentukan karakter seorang mahasiswa. Mahasiswa harus menerapkan etika dengan baik mulai dari hal-hal yang bisa dilakukan di sekitar lingkungan kampus misalnya seperti berkomunikasi dengan sopan dan menghormati dosen sebagai pendidik.
Sebagai mahasiswa, beretika tidak hanya menghormati dosen, namun juga dalam etika akademik.
Rifqy Zeydan (2016) juga mengemukakan bahwa ada prinsip-prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan di kampus. Setiap perguruan tinggi memiliki kode etik yang tidak boleh dilanggar. Seseorang akan tercela sebagai civitas akademik apabila dia melakukan hal tersebut. Tanggung jawab ci- vitas akademik seperti berfikir berlandaskan kebenaran, rasional, objektif, dan kritis menjadi acuan bagi mahasiswa untuk beretika di dalam kehidupan akademik. Penyimpangan dari etika akademik bisa berdampak kepada masyarakat luas. Ketika seorang mahasiswa mempublikasikan penelitiannya yang tidak objektif, maka bisa menjadi dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa seharusnya mampu beretika dalam kehidupan akademik, baik sikap dan tanggungjawab ilmiah, maupun menghormati dosen sebagai pendidik. Karena dengan beretika yang baik, mampu menciptakan sumber daya manusia yang baik di masa depan.
2.3. Manfaat Penerapan Etika Bisnis dalam Kegiatan Bisnis Pariwisata Penerapan etika bisnis dalam kegiatan bisnis pariwisata sangat penting dan menjadi modal yang berharga untuk mengembangkan sayap perusahaan yang lebih lebar di dunia bisnis pariwisata. Dalam kegiatan bisnis pariwisata, terdapat manfaat dari diterapkannya etika bisnis. Fachri Setiadi (2013), mengungkapkan bahwa perusahaan yang menerapkan dan memperhatikan etika adalah yang nantinya akan bisa bertahan dalam jangka panjang dan tentunya akan menarik minat konsumen. Dalam bisnis pariwisata yang mengutamakan pelayanan, maka penting untuk menarik minat konsumen dengan memiliki etika bisnis pelayanan yang baik. Berusaha untuk terus memberikan kepuasan kepada pelanggan merupakan suatu hal yang wajib dalam bisnis yang bergerak pada bidang jasa seperti pariwisata. Dengan memaksimalkan penerapan etika, tentunya akan berpengaruh pada terealisasinya tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan pada setiap usaha atau bisnis pariwisata.
Sahabat Pegadaian (2018) juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa manfaat penerapan etika bisnis dalam bisnis pariwisata, yaitu:
1. Memperoleh kepercayaan pelanggan
Menerapkan etika bisnis dalam kegiatan bisnis pariwisata akan berdampak pada timbulnya kepercayaan dari pelanggan. Salah satu etika tersebut misalnya adalah selalu menerapkan kejujuran dalam bertransaksi dengan pelanggan. Banyak kasus terjadi seperti travel agent yang dengan sengaja membohongi pelanggan dengan memberikan fasilitas yang sesuai harga dan perjanjian awal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Kepercayaan adalah kualitas yang tidak mudah dicapai dan sangat sulit didapatkan kembali jika telah hilang. Namun, usaha pariwisata yang berhasil memperoleh kepercayaan pelanggan atau klien akan mendapatkan manfaat berupa loyalitas. Selain itu, pelanggan pun akan dengan senang hati merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain.
2. Membuat pelanggan baru tertarik untuk membeli produk pariwisata
Bisnis pariwisata yang menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usaha dapat menarik pelanggan baru untuk membeli atau mengkonsumsi produk pariwisata pada perusahaan tersebut. Hal ini tentu akan menyebabkan penjualan dan keuntungan akan bertambah banyak. Etika bisnis yang dimaksud dapat disisipkan dalam program perusahaan. Salah satu contohnya adalah perusahaan memberikan program diskon harga paket wisata ke Bandung 3 hari 2 malam jika baru pertama kali berwisata menggunakan perusahaan travel tersebut.
3. Membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja
Etika bisnis bukan hanya diterapkan terhadap pelanggan atau klien, tetapi juga kepada para karyawan. Manajemen yang selalu mengedepankan etika dalam menjalankan roda perusahaan pasti akan mengutamakan kesejahteraan dan kenyamanan karyawan terlebih dahulu. Ketika perusahaan memiliki etika bisnis yang terpuji, loyalitas karyawan akan bertambah. Ini akan menyebabkan laju keluar masuk pekerja bisa dikurangi.
Dampaknya adalah produktivitas yang meningkat, munculnya ide-ide baru dalam menciptakan produk pariwisata, serta berkurangnya biaya untuk merekrut karyawan baru. Sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki etika bisnis, secara tidak langsung hal ini akan sangat merugikan karyawan dan membuat suasana bekerja menjadi tidak nyaman. Selain itu, di mata para calon karyawan, perusahaan ini akan menjadi prioritas utama. Dengan demikian, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk mempekerjakan karyawan yang paling berkualitas.
4. Menarik perhatian investor
Salah satu keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan yang selalu memegang etika dalam berbisnis adalah lebih mudah memperoleh perhatian dari para calon investor karena nilai-nilai yang diyakini dan dipegangnya. Mendapatkan perhatian investor sangat penting, khususnya bagi usaha yang baru saja dimulai dan ingin berkembang serta membutuhkan dana besar. Berbisnis dengan perusahaan yang menjunjung tinggi etika bisnis akan membuat investor dan pihak ketiga lainnya merasa tenang dan aman untuk
“menitipkan” uang mereka. Mereka tidak akan merasa takut dicurangi atau ditipu.
5. Menjadi perusahaan yang berintegritas
Bagi perusahaan dalam bidang apapun termasuk pariwisata, menerapkan etika dalam kegiatan berbisnis akan menciptakan nilai integritas.
Perusahaan atau seseorang yang dikenal berintegritas akan memperoleh peluang yang lebih besar, baik dalam mendapatkan pekerjaan, kepercayaan, dan sebagainya.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
BAB III
KESIMPULAN
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan
berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan
efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi- instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi
pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan.
Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang ha BAB III
KESIMPULAN
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan
berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan
efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi- instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi
pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan.
Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil
SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang ha
Baik pengusaha yang sudah lama terjun dalam dunia bisnis pariwisata maupun para pengusaha baru, mengaplikasikan serangkaian sikap etika bisnis yang akan membawa pada berbagai keuntungan. Tujuan utama etika bisnis diterapkan adalah agar tercipta kesadaran moral untuk menjalankan bisnis yang bersih. Jika ditarik lebih jauh, hal ini akan berpengaruh dengan citra serta manajemen perusahaan itu sendiri. Kesadaran moral yang terbentuk dengan menjalankan etika bisnis akan menghasilkan manajemen bisnis yang taat regulasi, terhindar dari praktik-praktik curang dan kotor, apalagi hingga merugikan bisnis lain. Hal ini akan memberikan bukti nyata bagaimana komitmen perusahaan dalam mewujudkan kinerja yang profesional dan berkualitas. Maka dengan sendirinya, citra positif akan terbentuk dan hal ini akan secara langsung berdampak pada setiap sumber daya manusia yang bekerja pada perusahaan (Floriani, 2021).
Sementara itu menurut Gie (2020), tujuan dari adanya penerapan etika bisnis adalah memberikan batasan dan menjaga tata sikap serta perilaku dalam berbisnis. Menjunjung aturan, perjanjian, dan tahapan kerja yang sudah disepakati dan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP). Batasan moralitas ini akan menjaga kepercayaan masing-masing klien dan perkembangan operasional perusahaan itu sendiri. Contohnya dalam kegiatan bisnis pariwisata adalah dengan menghargai privasi klien serta memberikan transparansi produk dan pelayanan yang sesuai dengan kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA
Floriani, Novia. (2021). Mengapa Perusahaan Harus Menjunjung Etika Bisnis? -
Tujuan dan Contoh Etika Bisnis Perusahaan.
https://werkudarains.co.id/2021/02/01/perusahaan-menjunjung-etika-bisnis/
diakses pada 21 Oktober 2021.
Gie. (2020). Etika Bisnis: Pengertian, Tujuan, Contoh, dan Manfaatnya untuk Bisnis.
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-lengkap-etika-bisnis/
diakses pada 21 Oktober 2021.
Helmi, Andri. (2014). Etika Bisnis.
https://andrihelmi.com/etika-bisnis/#:~:text=Manfaat%20pembelajaran%20etika
%20bisnis%20untuk,muncul%20persaingan%20yang%20tidak%20sehat diakses pada 21 Oktober 2021.
Sahabat Pegadaian. (2018). Manfaat Etika Bisnis Bagi Perusahaan.
https://sahabatpegadaian.com/inspirasi/manfaat-etika-bisnis-bagi-perusahaan diakses pada 21 Oktober 2021.
Setiadi, Fachri. (2013). Analisis Penerapan Etika Pada Bisnis Jasa Akomodasi Sebagai Suatu Strategi Mempertahankan Pelanggan (Kasus Pada Surya Hotel Duri). Administrasi Bisnis Universitas Riau.
Zeydan, Rifky. (2016). Pentingnya Etika Ketika Menjadi Mahasiswa.
https://lpmperspektif.com/2016/09/03/pentingnya-etika-ketika-menjadi- mahasiswa/ diakses pada 21 Oktober 2021.