ETIKA LINGKUNGAN: PENYEIMBANGAN ANTARA
KEPENTINGAN EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PRAKTIK AKUNTANSI KEBERLANJUTAN
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Sisipan Mata Kuliah Akuntansi Keberlanjutan
Disusun Oleh:
Johanes Maximillien Adhi 212114011
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di tengah era globalisasi yang dinamis, tuntutan akan pembangunan semakin melonjak. Perusahaan yang terlibat di dalamnya terus berusaha dan bersaing memenuhi tuntutan pembangunan tersebut. Begitu banyak yang dibangun untuk memenuhi suatu tujuan yang baru, salah satunya adalah keuntungan dalam bidang ekonomi. Dalam usahanya untuk terus memenuhi tuntutan pembangunan tersebut, perusahaan mencoba mengadopsi strategi dan praktik bisnis, yakni strategi berkelanjutan, termasuk dalam ranah akuntansi. Kini, Akuntansi Keberlanjutan juga menjadi elemen vital yang harus ada dalam mengelola perusahaan, di mana fokus tidak lagi hanya pada keuntungan ekonomi semata, melainkan juga memperhitungkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Perusahaan setidaknya mempunyai program yang berkaitan dengan lingkungan hidup maupun tanggung jawab sosial. Perusahaan diundang untuk juga peka dan memperhatikan lingkungan hidup. Penerapan Akuntansi Berkelanjutan membawa berbagai keuntungan bagi perusahaan, seperti peningkatan citra, daya tarik bagi investor yang peduli pada ESG, serta peningkatan daya saing di pasar global. Namun, di lapangan, sering kali muncul konflik etika antara kepentingan ekonomi dan lingkungan dalam penerapan Akuntansi Keberlanjutan.
Etika lingkungan seharusnya menjadi dasar dalam praktik akuntansi keberlanjutan.
Akan tetapi, bisa saja menjadi konflik yang timbul, misalnya saat pengukuran dan pelaporan kinerja lingkungan. Perusahaan sering kesulitan dalam menyajikan data secara akurat dan objektif, membuka celah bagi manipulasi atau penyembunyian informasi yang merugikan.
Konflik juga muncul saat pengambilan keputusan investasi, di mana perusahaan lebih memilih suatu pilihan yang mendatangkan keuntungan ekonomi dan mengabaikan dampaknya terhadap lingkungan. Pengungkapan informasi lingkungan juga bisa menjadi sumber konflik, ketika perusahaan harus memilih antara transparansi dan risiko merusak citra. Konflik etika ini tentu membawa konsekuensi negatif, termasuk kerusakan reputasi, kehilangan kepercayaan, dan bahkan sanksi hukum. Masyarakat pun bisa kehilangan kepercayaan pada perusahaan yang tentu menghambat upaya pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan perlu mengelola konflik etika dengan serius, berpegang pada etika lingkungan untuk membangun kerangka kerja etika yang jelas, meningkatkan transparansi, dan meningkatkan akuntabilitas dalam pelaporan lingkungan.
Pemerintah dan organisasi profesi akuntan juga memiliki peran penting dalam mendorong praktik akuntansi keberlanjutan yang etis, melalui formulasi kebijakan dan standar yang mendukung praktik yang bertanggung jawab. Pemerintah dan organisasi profesi akuntan diajak untuk terus mengerjakan hal yang baik dan benar bagi mereka maupun bagi lingkungan sekitar walau menghadapi banyak tantangan dan dilema, sehingga dari situ terbentuk instrumen kuat dalam mendorong pembangunan berkelanjutan, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan etika lingkungan?
2. Mengapa etika lingkungan penting dan menjadi dasar dalam pengelolaan perusahaan?
3. Bagaimana etika lingkungan menjadi panutan untuk suatu perusahaan agar tidak hanya berorientasi pada laba, tetapi juga pada kesejahteraan, kelestarian, dan keberlanjutan lingkungan hidup?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah:
1. Memberikan pemahaman mengenai etika lingkungan hidup.
2. Mengkaji ilmu etika lingkungan hidup sebagai etika terapan yang relevan dan dapat diterapkan dalam dunia bisnis.
3. Mengkorelasikan bahwa etika lingkungan dapat menjadi panutan agar menciptakan suatu perekonomian yang tidak hanya berorientasi pada laba, tetapi juga pada kesejahteraan, kelestarian, dan keberlanjutan lingkungan hidup.
4. Mengidentifikasi dan menangani konflik mengenai etika lingkungan yang
muncul dalam praktik akuntansi keberlanjutan. Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih bertanggung jawab yang mempertimbangkan aspek lingkungan dan ekonomi secara seimbang.
1.4 Metode Penulisan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi pustaka, dimana penulis mencoba untuk mendalami dan menganalisis literatur-literatur yang berkaitan dengan etika, khususnya etika terapan, etika lingkungan hidup, dan juga akuntansi keberlanjutan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan paper ini terbagi menjadi beberapa bagian yakni:
a. Pengertian Etika Lingkungan
b. Urgensi Etika Lingkungan bagi Perusahaan
c. Orientasi Etika Lingkungan dalam konteks bisnis masa kini
BAB II
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Lingkungan
Etika berasal dari Bahasa Yunani “Ethos” yang berarti adat istiadat, kebiasaan yang mengacu pada nilai-nilai yang turun temurun dihidupi dan dijalani oleh suatu individu, suatu kelompok atau bahkan masyarakat dalam konteks tertentu. Etika juga bisa diartikan sebagai aturan-aturan yang ada dan harus dipatuhi oleh masyarakat dalam konteks kehidupan. Etika juga bisa dipahami sebagai suatu pandangan mengenai benar salah dan juga apa yang seharusnya dilakukan maupun apa yang seharusnya tidak dilakukan. Etika selalu berkaitan dengan proses internalisasi, aplikasi, dan sosialisasi suatu nilai yang ingin diwujudkan dalam konteks tertentu. Nilai menggerakkan pribadi-pribadi untuk melakukan, mengejar sesuatu yang bernilai dalam kehidupan.
Etika lingkungan merupakan studi tentang nilai-nilai dan prinsip moral yang memandu hubungan manusia dengan alam. Sejalan dengan prinsip dan tujuan etika, etika lingkungan bisa menjadi suatu jawaban yang mengajukan kemungkinan-kemungkinan berupa pemecahan masalah ketika berhadapan dengan dilema dan bahaya yang mungkin datang di kemudian hari yang berkaitan dengan lingkungan, seperti misalnya pembukaan hutan untuk kawasan industri, mengenai pengelolaan limbah industri, dsb. Etika memfokuskan pada pandangan yang baik untuk tetap bersikap baik dalam mencari jalan untuk menemukan solusi atas masalah yang muncul. Dalam konteks akuntansi berkelanjutan, etika lingkungan berfungsi sebagai kompas moral yang memandu pengambilan keputusan bisnis agar selaras dengan kelestarian alam. Hal ini menjadi krusial di tengah paradigma pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup.
Etika menggarisbawahi tentang konsep nilai-nilai moral dalam hidup manusia, bagaimana hal ini mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kaidah moral agar di dalamnya nampak mutu dan orientasi dari tindakan yang dilakukan. Dalam konteks lingkungan, etika menekankan pentingnya penghormatan terhadap alam dan kesadaran akan dampak aktivitas manusia terhadap keseimbangan ekologis.
Prinsip-prinsip seperti keberlanjutan, kehati-hatian, dan keadilan antar generasi menjadi
landasan bagi pengambilan keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara lingkungan.
Etika lingkungan juga dapat diartikan bagaimana manusia yang hidup di dalam suatu lingkungan sungguh menghayati konteks lingkungan sehingga Ia mampu berbuat baik dan benar terhadap lingkungan.
Penerapan etika lingkungan dalam akuntansi berkelanjutan mewujud dalam berbagai praktik, seperti; Akuntansi biaya lingkungan yang mengukur dan melaporkan biaya yang terkait dengan dampak lingkungan dari aktivitas bisnis; Pelaporan berkelanjutan yang menyajikan informasi non-keuangan terkait kinerja lingkungan dan sosial perusahaan, dan juga Investasi berkelanjutan yang mengarahkan dana perusahaan kepada proyek-proyek yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ranah dari etika adalah suatu tindakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena tindakan yang dipilih itu memang baik, benar, dan jujur, apa adanya sesuai fakta.
Dengan mengintegrasikan etika lingkungan dalam praktik akuntansi berkelanjutan, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup. Hal ini tidak hanya berkontribusi pada kelestarian alam, tetapi juga meningkatkan citra perusahaan dan daya saingnya di era pembangunan berkelanjutan.
2.2 Urgensi Etika Lingkungan bagi Perusahaan
Urgensi etika lingkungan bagi perusahaan menjadi semakin menonjol di era saat ini, yang ditandai oleh pertumbuhan kesadaran akan krisis lingkungan global dan dampaknya terhadap keberlanjutan planet ini. Perusahaan, sebagai salah satu entitas utama yang berkontribusi pada eksploitasi sumber daya alam dan pencemaran lingkungan, memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang besar untuk mengubah paradigma operasional mereka menuju pandangan yang berkelanjutan. Etika lingkungan disini menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak, menuntut perusahaan untuk mengintegrasikan pertimbangan tentang dampak lingkungan dalam semua aspek bisnis mereka, mulai dari rantai pasok, kegiatan operasional hingga keputusan investasi.
Pentingnya etika lingkungan bagi perusahaan dapat dilihat dari beberapa aspek yang relevan. Pertama-tama, kepatuhan terhadap peraturan lingkungan hanyalah langkah awal.
Perusahaan harus melampaui standar minimum yang ditetapkan oleh pemerintah dan
berusaha untuk mencapai praktik bisnis yang lebih berkelanjutan. Ini mencakup pengurangan emisi karbon, penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien, dan pembuangan limbah yang lebih bijaksana. Dengan mengadopsi pendekatan proaktif terhadap lingkungan, perusahaan dapat meminimalkan dampak negatifnya dan menjadi agen perubahan yang positif dalam perlindungan lingkungan.
Etika lingkungan dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Di era dimana konsumen semakin peduli dengan dampak lingkungan dari produk dan layanan yang mereka beli, perusahaan yang dikenal karena praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan cenderung mendapatkan kepercayaan dan dukungan konsumen yang lebih besar. Ini bisa berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan, dengan meningkatnya permintaan terhadap produk yang dianggap bertanggung jawab secara lingkungan. Dengan demikian, investasi dalam etika lingkungan tidak hanya merupakan tindakan moral, tetapi juga keputusan bisnis yang cerdas.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan urgensi etika lingkungan dari sudut pandang risiko. Perubahan iklim, peningkatan regulasi lingkungan, dan tekanan dari pemangku kepentingan dapat menjadi ancaman bagi operasi bisnis jika tidak ditangani dengan baik. Karena itu, mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan dapat membantu perusahaan mengurangi risiko yang terkait dengan ketidakstabilan lingkungan. Ini meliputi peningkatan ketahanan terhadap bencana alam, diversifikasi rantai pasok, dan mengantisipasi perubahan dalam regulasi lingkungan.
Etika lingkungan juga mencerminkan komitmen perusahaan untuk membangun masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Dengan mengurangi jejak karbon dan memperhatikan keseimbangan ekosistem, perusahaan membantu memastikan bahwa sumber daya alam dan lingkungan alami dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Ini melibatkan pemikiran jangka panjang yang melampaui keuntungan finansial instan dan mengakui tanggung jawab moral perusahaan sebagai anggota masyarakat global.
Secara keseluruhan, urgensi etika lingkungan bagi perusahaan tidak bisa dilebih- lebihkan. Dalam menghadapi tantangan lingkungan global saat ini, perusahaan memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi etika lingkungan sebagai bagian integral dari identitas dan praktik bisnis mereka, perusahaan dapat
tidak hanya meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan, tetapi juga memperoleh keuntungan jangka panjang dalam bentuk reputasi yang kuat, kinerja keuangan yang stabil, dan kontribusi positif terhadap keberlanjutan bumi ini.
2.3 Orientasi Etika Lingkungan dalam konteks bisnis masa kini
Dalam era bisnis masa kini yang diwarnai oleh kompleksitas tantangan lingkungan dan tuntutan keberlanjutan, orientasi etika lingkungan telah menjadi sebuah imperatif yang tak terelakkan. Perubahan iklim yang semakin nyata, kerusakan lingkungan yang meluas, dan tekanan dari berbagai pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap planet ini telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk merefleksikan nilai-nilai dan praktik bisnis mereka.
Orientasi etika lingkungan dalam konteks bisnis modern melampaui sekadar kewajiban hukum atau responsif terhadap permintaan konsumen. Hal ini telah menjadi bagian integral dari identitas perusahaan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Perusahaan tidak lagi hanya dinilai berdasarkan kinerja finansial mereka, tetapi juga oleh dampak sosial dan lingkungan dari operasi mereka. Dalam menghadapi kompleksitas ini, perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk memperhitungkan kepentingan jangka pendek dengan tanggung jawab jangka panjang terhadap masyarakat. Hidup di dalam masyarakat juga mengundang kita untuk peka terhadap keadaan di sekitar kita. Keuntungan yang kita cari juga harus sejalan dengan keberlanjutan bumi yang menjadi rahim dan tempat tinggal kita bersama.
Penerapan orientasi etika lingkungan mengharuskan perusahaan untuk mengubah praktik dan kebijakan mereka di seluruh rantai pasokan dan siklus hidup produk. Ini mencakup pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan, peningkatan efisiensi energi, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, dan penurunan emisi gas rumah kaca. Pada saat yang sama, perusahaan juga harus memperhatikan dampak sosial dari kegiatan mereka, termasuk hak-hak pekerja, keadilan sosial, dan kontribusi terhadap komunitas lokal. Etika lingkungan harus berorientasi pada tanggung jawab suatu organisasi bisnis untuk juga ambil bagian dalam tindakan merawat lingkungan yang merupakan bumi sebagai rumah bersama.
Selain dari aspek teknis, orientasi etika lingkungan juga mencakup pembentukan
budaya perusahaan yang berfokus pada kesadaran lingkungan. Ini melibatkan pelatihan karyawan tentang praktik-praktik berkelanjutan, pengembangan kebijakan internal yang mendukung keberlanjutan, dan pengintegrasian nilai-nilai lingkungan ke dalam keputusan bisnis. Dengan cara ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan inovasi, kolaborasi, dan kesadaran terhadap dampak lingkungan.
Etika Lingkungan mengingatkan akan ekologi manusia yang menyiratkan hal yang sangat mendalam, yakni hubungan antara hidup manusia dan hukum moral yang tertulis dalam kodrat kita sendiri, hubungan yang diperlukan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih bermartabat. (LS 155). Hal yang harus dipegang adalah prinsip ekologi dimana ekologi adalah salah satu aspek dalam hidup manusia yang tidak terlepas dari gagasan kesejahteraan umum, prinsip yang memainkan peran sentral dan pemersatu dalam etika sosial. Kesejahteraan umum adalah “keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri.” (LS 156).
Keputusan bisnis yang berorientasi pada etika lingkungan juga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Citra perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dapat meningkatkan reputasi merek, menarik investor yang peduli terhadap keberlanjutan, dan memperluas pangsa pasar. Lebih dari itu, orientasi etika lingkungan juga memberikan manfaat moral yang tak ternilai, yaitu kontribusi positif terhadap pelestarian planet ini untuk generasi yang akan datang. Dalam konteks bisnis masa kini yang semakin kompleks dan terhubung, orientasi etika lingkungan bukanlah lagi pilihan, melainkan suatu kebutuhan yang mendesak bagi perusahaan yang ingin tetap relevan dan berkelanjutan.
BAB III
KESIMPULAN DAN REFLEKSI
Etika lingkungan merupakan suatu kompas bersama yang mengarahkan semua organisasi bisnis untuk ikut ambil bagian dalam keberlanjutan lingkungan ini. Etika lingkungan menyoroti pentingnya suatu aturan, tatanan yang mengarahkan setiap pelaku bisnis untuk mempunyai kepekaan dan tanggung jawab terhadap aspek sosial melalui lingkungan. Bisnis yang ada harus terus berdiri, bersaing, membuahkan hasil dan keuntungan yang besar, akan tetapi jangan sampai melupakan aspek kelestarian lingkungan. Lingkungan juga perlu diberi ruang untuk terus bertumbuh, berkembang agar bisa dinikmati oleh siapapun kedepannya. Etika lingkungan memainkan peran kunci dalam penyeimbangan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup dalam praktik akuntansi keberlanjutan. Perhatian terhadap lingkungan juga bisa menjadi reputasi yang baik bagi perusahaan karena dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dianggap mampu memberi kesempatan juga kepada masyarakat sekitar untuk tetap beraktivitas, berkreasi dengan lebih bebas dan terbuka, tidak mengambil atau merampas yang menjadi hak orang lain. Kualitas suatu usaha, organisasi bisnis juga nampak dalam tindakan bagaimana mereka terus merawat dan berguru pada bumi.
Usaha kita sebagai pelaku bisnis adalah untuk tetap mempertahankan dan menggarap upaya- upaya baik bagi lingkungan meski menghadapi banyak tantangan dan dilema terhadap lingkungan.
Lingkungan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia hidup di dalam dan berdampingan dengan lingkungan, maka sudah selayaknya juga manusia ikut ambil bagian dalam pelestarian lingkungan. Lingkungan bukan sebatas objek yang bisa terus menerus dieksploitasi. Lingkungan juga harus mendapat tempat dalam hidup manusia.
Lingkungan mengundang kita untuk melakukan perubahan ekologis dan berkontribusi untuk melakukan perubahan hati dan budi. Manusia tidak bisa terus menerus menjadi makhluk yang egosentris, tetapi harus bergerak, berubah menjadi makhluk yang ekosentrisme, dimana alam ditempatkan sebagai pusat dalam hidupnya. Manusia memiliki relasi kepada alam, maka manusia harus senantiasa memuliakan alam beserta isinya. Tanpa keberadaan alam maka manusia akan kesulitan untuk bertahan. Setiap dari kita manusia mempunyai tanggung jawab sosial untuk peduli terhadap alam ciptaan yang dipercayakan oleh Sang Pencipta kepada kita (Paus Fransiskus).
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Pustaka:
Chang. William. 2016. Etiket dan Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Seri Dokumen Gerejawi No. 98. 2015. Laudato Si: Terpujilah Engkau. Ensiklik Paus Fransiskus. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
Fauzan, Muhammad, Hendra. (2024). Penerapan Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Sebagai Langkah Mewujudkan Perusahaan Menuju Bisnis Internasional dalam Jurnal Minfo Polgan Volume 12, Nomor 2, Januari 2024, 2654-2659.
Putra, I Wayan Sunampan. (2022). Etika Lingkungan dalam Perspektif Filsafat Jaina dalam Widya Katambung:Jurnal Filsafat Agama Hindu Vol.13 No.2 2022, 45-54.
Rusdina, A. (2015). MEMBUMIKAN ETIKA LINGKUNGAN BAGI UPAYA MEMBUDAYAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG BERTANGGUNG JAWAB dalam Jurnal Istek Volume IX No. 2 2015, 244-263.
Tampubolon, Yohanes Hasiholan. (2022). Menilai Dampak Etika Lingkungan terhadap Kerusakan Lingkungan: Sebuah Pertimbangan melampaui Moralisme dalam Jurnal YAQZHAN: Jurnal Analisis Filsafat, Agama, dan Kemanusiaan Vol. 08 No. 01, Juni 2022, 18-35.
Referensi Internet:
https://green.katadata.co.id/ - diakses pada Sabtu, 25 Mei 2024 pukul 19.25 WIB https://www.greenomics.org/ - diakses pada Sabtu, 25 Mei 2024 pukul 19.28 WIB
https://onlinelibrary.wiley.com/journal/26946424 - diakses pada Sabtu, 25 Mei 2024 pukul 19.38 WIB
https://link.springer.com/journal/10551- diakses pada Sabtu, 25 Mei 2024 pukul 20.00 WIB https://ecolearningcamp.org/vision-mission/ - diakses pada Minggu, 26 Mei 2024 pukul 21.39 WIB