• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Makan Dan Minum Dalam AL-Qur'an Perspektif Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka (Studi Tafsir Tematik)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Etika Makan Dan Minum Dalam AL-Qur'an Perspektif Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka (Studi Tafsir Tematik)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

Etika Makan dan Minum dalam Al-Qur'an Perspektif Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka (Studi Tafsir Tematik). Masalah Penelitian Pertama, Apa saja ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang etika makan dan minum.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Dari segi akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan Al-Qur'an, khususnya dalam bidang tafsir. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi mahasiswa khususnya arahan dalam Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Ponorogo.

Telaah Pustaka

15 Faila Sufatun Nisak, “Makanan Berkualitas dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik),” (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2014. 16 Mulizar, “Makanan dalam Kajian Al-Qur’an Tafsir Al-Azhar (Skripsi, IAIN Sumut-Medan, 2014).

Metodologi Penelitian

  • Pendekatan dan Jenis Penelitian
  • Metode Penelitian
  • Data dan Sumber Data a. Data
  • Prosedur Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Menafsirkan Alquran dengan metode tematik sangat marak dilakukan di era informasi dan globalisasi saat ini. Kajian mendalam telah dilakukan dengan memahami struktur tulisan, dalam kajian ini dari segi data primer yaitu memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang membahas tentang topik makan dan minum.

Sistematika Pembahasan

  • Etika
  • Etika Makan dan Minum
  • Etika Makan dan Minum Sesuai Anjuran Rasulullah SAW
  • Hikmah Etika Makan dan Minum Sesuai Anjuran Rasulullah SAW Hikmah yang terkandung dalam hadis-hadis etika makan yang telah

Bab kedua, Merupakan Landasan Teori atau Pembahasan yang berisi tentang ikhtisar yang meliputi; Tinjauan tentang teori etika makan dan minum, serta pendapat para ulama, baik dalil-dalil Al-Qur'an maupun hadits yang berkaitan dengan topik bahasan. Pembahasan ini sengaja penulis tempatkan pada bab kedua, agar para pembaca memahami dan mengetahui terlebih dahulu tentang hakikat makna etika, serta mengemukakan pendapat sebagian ulama tafsir tentang etika makan dan minum. Bab ketiga berisi biografi dan pemikiran Buja Hamka tentang etika makan dan minum dalam Al-Qur'an perspektif Tafsir Al-Azhar.

Bab keempat mengandungi analisis pandangan Buya Hamka tentang etika makan dan minum dalam tafsir Al-Azhar. Adab Makan dan Minum ialah tatacara yang dilakukan sebelum makan dan minum, semasa makan dan minum dan juga selepas makan dan minum sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.43 Adab makan dan minum ialah adab dalam menghayati sesuatu makanan yang diberikan oleh Allah SWT. Makan dan minum dengan betul juga merupakan salah satu bentuk kesyukuran kita terhadap pemberian Allah SWT.

Orang yang tidak mau memenuhi kebutuhan makan dan minum, padahal tubuhnya membutuhkannya, berarti dia tidak mensyukuri nikmat Allah SWT. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker usus besar.57 Oleh karena itu ada beberapa aspek penting mengenai hikmah etika makan dan minum yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, baik dari Al-Quran maupun hadits.

Tafsir Mauḍū’i

Jika kita melihat semua definisi di atas, interpretasi linguistik memiliki makna mengungkapkan makna dari sebuah ayat Al-Qur'an. 60 Tim Forum Karya Ilmiah Raden (Refleksi Remaja Pesantren) Purnawirawan 2011 MHM Lirboyo Kota Kediri, Kita Kajian Ilmu Al-Qur'an, Sejarah dan Tafsir Kalamullah (Kediri: . Lirboyo Press. Oleh karena itu tafsir adalah ilmu yang mengkaji aspek-aspek yang meliputi Al-Qur'an yang berkonsentrasi pada niat Allah SWT.

Secara umum jika kita melihat penjelasan di atas, bahwa tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari Al-Qur'an secara komprehensif. Al-Qur'an harus mampu menjawab segala tantangan hidup yang sangat beragam, sehingga nilai-nilai yang dikandungnya dapat terwujud secara ideal. Mufassir akan mencari tema-tema yang terdapat di masyarakat dalam Al-Quran atau dari yang lain.

Biografi Buya Hamka

Biografi dan Sosial Kehidupan

Ayahnya adalah Haji Abdul Karim bin Amrullah, pendiri Tawalib Sumatera di Padang Panjang.72 Sedangkan ibunya adalah Siti Safiyah Tanjung. Hamka adalah seorang ulama terkenal, penulis produktif dan pengkhotbah berpengaruh di Asia Tenggara. Kakek Hamka adalah Syekh Amrullah, beliau mursyid tarekat Naqsabandiyah, konon menurut riwayat Syekh Amrullah (kakek Hamka) menikah sebanyak 8 kali, dari pernikahan tersebut beliau memiliki 46 orang anak.

Kaum Muda” diperkenalkan oleh empat ulama Minang yaitu Haji Abdul Karim Amrullah atau yang populer disebut Haji Rasul (bapak Hamk), Syekh Taher Jalaluddin, Syekh Muhammad jamil jambek dan Haji Abdullah Ahmad. Asal usul penyebutan nama Hamka memang menarik, nama aslinya adalah Abdul Malik Karim Amrullah, pada tahun 1927 ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah sepulang dari haji, namanya diberi tambahan “Haji” sehingga menjadi Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang kala itu , agar lebih mudah memanggilnya, disingkat menjadi Hamko. Pada tanggal 5 April 1929, Hamka menikah dengan Siti Raham binti Endah Sutan, anak dari salah satu saudara ibunya.

Corak Penafsiran Buya Hamka

Adapun sejarah isrâ'iliyyat, Hamka memberikan penjelasannya bahwa itu adalah tembok yang menghalangi manusia dari kebenaran Al-Qur'an. Jika tafsir ini terdapat dalam riwayat-riwayat Isra'iliyyah, maka itu hanyalah peringatan. Tampaknya ada lebih dari satu pola yang bisa kita tunjukkan untuk penafsiran al-Azhar, tergantung dari sudut mana kita melihatnya.

Dalam erti kata penulis berpegang kepada mazhab Rasulullah dan para sahabat serta ulama yang mengikuti jejak langkah baginda. Ini sebagaimana yang beliau akui dalam perjalanan tafsirnya: "Mazhab yang dianuti oleh Pentafsir ialah Mazhab Salaf, iaitu Mazhab Rasulullah dan para sahabatnya serta para ulama yang mengikuti jejak langkahnya .Walaupun penyimpangan yang jauh itu bukanlah disebabkan oleh niat buruk orang yang menyatakan pendapat itu.” Dalam bidang tafsir, Hamka menunjukkan minatnya terhadap pelbagai karya tafsir termasuk tafsir al-Manar.

Metode Tafsir Al-Azhar

Hamka menggunakan metode tafshîlî, yaitu tafsir dimana penafsirannya terhadap Al-Qur'an berdasarkan rangkaian ayat ayat demi ayat, dengan penjabaran yang detail namun jelas dan beliau menggunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dicerna oleh orang awam dan kaum intelektual.

Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Etika Makan dan Minum

Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) dari Allah dan janganlah merusak bumi dengan berbuat kerusakan.” Makan dan minumlah sampai jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. tentang tata cara puasa sebelum turunnya ayat ini atau awal masuknya Islam, ketika dia tertidur setelah shalat Isya, maka dia wajib berpuasa sampai matahari terbenam keesokan harinya. dan minum pada malam hari sampai terbit fajar.

Ayat di atas adalah perintah makan dan minum tetapi tidak berlebihan, Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh An-nasai dan Ibnu Majah, “Makan dan minumlah dan bersedekahlah dengan tidak sombong dan jangan berlebih-lebihan. itu” dan kedua-dua hadis tersebut lebih menekankan makan dan minum tidak berlebihan, dan tidak dijelaskan dalam tafsir ini tentang minum, hanya dinyatakan secara umum. 82. ك "Makan dan minumlah dengan ringan sebagai balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan!" (At-Tur/52:19). ك "Makan dan minumlah dengan penuh keseronokan sebagai balasan atas kebaikan yang telah kamu lakukan pada hari-hari terakhir." (Al-Haqqah/69:24).

Penafsiran Buya Hamka Terkait Etika Makan dan Minum Dalam Tafsir Al-Azhar

Buya Hamka menafsirkan ayat tersebut berdasarkan pengakhiran ayat tersebut yang menyatakan, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." kerana makan dan minum yang berlebihan juga boleh menyebabkan penyakit. 34; Berlebih-lebihan ialah apabila manusia berpakaian atau makan atau minum sesuatu di luar kemampuannya." Berlebihan atau berlebih-lebihan melampaui apa yang sepatutnya. Makan dan minumlah dengan penuh keseronokan sebagai balasan atas kebaikan yang telah kamu lakukan beberapa hari ini." (Al-Haqqah/69:24).

Artinya kasih sayang dari karunia Ilahi yang kita rasakan saat ini tidak lain adalah hasil, dan bukan dari tindakan yang telah kita lakukan dalam hidup kita, yang pertama di dunia.92. Memang, semua tindakan ini harus didasarkan pada perbuatan baik, seperti kata pepatah "apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai". Artinya, akibat makanan dan minuman yang kita lakukan di masa lalu akan mempengaruhi kehidupan kita di masa yang akan datang. Nilai kontekstualisasi Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar tentang etika makan dan minum masa kini.

Nilai kontekstualisasi Buya Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Terkait Etika Makan dan Minum Pada Zaman Sekarang

Apakah tafsir Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar berkaitan dengan nilai kontekstualisasi etika makan dan minum masih relevan di era sekarang atau justru sebaliknya? Untuk itu, ketika meneliti sebuah nilai dalam mengkontekstualisasikan etika makan dan minum dalam tasfir Al-Azhar, tentu akan memunculkan jawaban yang luas terkait tema tersebut. Karena peneliti dalam penelitian ini mencoba melihat nilai yang baik dalam etika makan dan minum berdasarkan tafsir Al-Azhar sebagai langkah awal dalam pengambilan keputusan terkait masalah makan dan minum saat ini.

Dalam kajian ini, alat dan referensi yang dijadikan landasan dan realisasi implementasi etika makan dan minum adalah tafsir Al-Azhar untuk memberikan jawaban atas kontekstualisasi etika makan dan minum pada era sekarang, sehingga bahwa mereka diterima dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu di bawah ini peneliti akan memaparkan ayat-ayat yang berkaitan dengan nilai kontekstualisasi etika makan dan minum dalam Al-Qur’an menurut tafsir Buya Hamka untuk dikontekstualisasikan pada era sekarang. Buya Hamka dalam tafsir ayat tersebut menjelaskan bahwa sangat penting memperhatikan etika makan dan minum yaitu tidak makan dan minum secara berlebihan.

PENUTUP

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang etika makan dan minum dalam Al-Qur'an perspektif tafsir Al-Azhar (Kajian Tematik Tafsir), diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan masyarakat dan diharapkan konstruktif. kritik dan saran. Penulis berharap ada penelitian lanjutan tentang topik ini atau yang serupa untuk pengembangan kajian al-Qur'an tentang etika makan dan minum. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membuat penulis dan pembaca dapat menerapkan etika makan dan minum dalam Al-Qur'an sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dalam bertingkah laku, khususnya dalam etika makan dan minum.

34; Makanan Sehat Dalam Perspektif Al Quran Buya Hamka.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Kajian Proses Penyusunan Laporan Keuangan Akademi Wirausaha Muda Indonesia Bandung, Jurnal Riset Akuntansi Saihu, “Etika Menurut Kitab Ta'Lim Muta'Alim,” Journal of Islamic Studies and Culture, Vol.

Referensi

Dokumen terkait

Dinilai dari etika deontologis Immanuel Kant, sikap dan karakter yang dimiliki kelompok Geng Anak Jalanan adalah mencerminkan kebaikan yang dilakukan atas dasar kewajiban. Kata

Dari berbagai term yang digunakan Alquran untuk memperkenalkan konsep lingkungan, dapat disimpulkan bahwa konsep lingkungan hidup dalam perspektif Alquran

Kalimat min nafs w ā h}idah dalam al-Qur’an menurut Tafsir Al-Azhar memiliki dua tujuan yaitu pertama hendaklah manusia bertaqwa kepada Allah karena sesungguhnya orang

Ayat-ayat di dalam al-Qur’an memiliki keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya. Keterkaitan tersebut merupakan satu hal yang akan mempermudah dalam

Namun, dalam Al-Qur’an, penggunaan kata etika komunikasi lebih luas dari cara berkomunikasi yaitu bagaimana berkomunikasi sesuai dengan nilai yang berlaku tengah masyarakat atau

Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan

Berdasarkan klasifikasi ayat di atas, maka pada penelitian ini penulis akan membahas sebanyak 10 ayat dari derivasi kata fata dengan alasan ayat ini mendekati kepada apa yang penulis

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”.53 Hamka dalam tafsirnya menguraikan bahwa Allah tidak melarang orang Islam pengikut Muhammad saw untuk berbuat baik,