• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Metode Analisis

N/A
N/A
yamusumatik

Academic year: 2024

Membagikan " Evaluasi dan Metode Analisis"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Journal homepage: http://ojs.uho.ac.id/index.php/stabilita_jtsuho

KONSTRUKSI GEDUNG & DAMPAK LINGKUNGAN: A Review

1,* Masykur Kimsan

1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo

* Koresponden Author : masykur.kimsan@uho.ac.id

Info Artikel ABSTRAK

Diajukan Diperbaiki Disetujui

: 05-04-2023 : 03-08-2023 : 27-10-2023

Dengan peningkatan aktivitas konstruksi gedung di seluruh dunia, dampak lingkungan telah menjadi perhatian utama yang memerlukan pertimbangan serius. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konstruksi gedung sebagai sumber dampak lingkungan dan memberikan gambaran tentang metode analisis dampak lingkungan. Tinjauan terhadap proses konstruksi menyoroti kompleksitas tahapan perencanaan, konstruksi fisik, dan operasional. Fokus pada jenis bahan konstruksi membedakan antara material konvensional dan yang ramah lingkungan, serta menyoroti inovasi terkini. Pentingnya penggunaan teknologi modern dan dampaknya terhadap efisiensi dan lingkungan juga ditekankan. Tinjauan metode Life Cycle Assessment (LCA) menjadi kunci dalam menganalisis dampak lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi. Melalui studi kasus, proyek konstruksi gedung dan smelter pertambangan diidentifikasi sebagai penyebab dampak lingkungan yang signifikan. Identifikasi ini menciptakan peluang untuk mitigasi dan inovasi yang sesuai dengan konteks. Tantangan mengurangi dampak lingkungan melibatkan koordinasi pemangku kepentingan dan perubahan perilaku industri, namun peluang inovasi berkelanjutan memberikan landasan positif menuju industri konstruksi yang lebih ramah lingkungan.

Kata Kunci: Konstruksi Gedung, Dampak Lingkungan, Material Konstruksi, LCA, Inovasi Berkelanjutan.

ABSTRACT

With the increasing global building construction activities, environmental impact has become a primary concern demanding serious consideration. The objective of this research is to assess building construction as a source of environmental impact and provide an overview of environmental impact analysis methods. The scrutiny of the construction process highlights the complexity of planning, physical construction, and operational stages. The focus on construction materials distinguishes between conventional and environmentally friendly materials, emphasizing recent innovations. The importance of utilizing modern technology and its impact on efficiency and the environment is also emphasized.

A review of the Life Cycle Assessment (LCA) method becomes crucial in environmental impact analysis, considering social and economic aspects.

Through case studies, building construction and mining smelter projects are identified as significant contributors to environmental impact. This identification creates opportunities for mitigation and context-appropriate innovations. The challenge of reducing environmental impact involves coordinating stakeholders and inducing behavioral changes in the industry, yet sustainable innovation opportunities provide a positive foundation for steering the construction industry towards greater environmental friendliness.

Keywords : Building Construction, Environmental Impact, Construction Materials, LCA, Sustainable Innovation

(2)

PENDAHULUAN

Peningkatan aktivitas konstruksi gedung secara global telah menjadi fenomena yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Pertumbuhan ekonomi, urbanisasi cepat, dan perkembangan teknologi telah menjadi pendorong utama di balik lonjakan ini. Sebagai akibatnya, permintaan akan infrastruktur dan properti tinggi, termasuk gedung perkantoran, perumahan, dan pusat perbelanjaan, semakin meningkat. Negara- negara berkembang dan maju sama-sama menyaksikan gelombang pembangunan yang mengubah wajah kota-kota mereka.

Peningkatan aktivitas konstruksi tidak hanya mencerminkan kemajuan ekonomi, tetapi juga menunjukkan kompleksitas tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola dampaknya terhadap lingkungan. Konstruksi gedung dapat memberikan dampak signifikan terhadap pemanfaatan lahan, penggunaan sumber daya alam, dan emisi gas rumah kaca. Beberapa penelitian terkini, seperti yang dilakukan oleh Karlsson dkk. pada tahun 2020 [1], menyoroti bahwa sektor konstruksi menyumbang sekitar 25% dari total emisi CO2 global. Emisi tersebut terkait erat dengan konsumsi energi selama proses konstruksi, penggunaan material konstruksi yang intensif karbon, dan manajemen limbah konstruksi yang tidak efektif. Oleh karena itu, peningkatan aktivitas konstruksi gedung secara global tidak hanya menciptakan peluang ekonomi tetapi juga menimbulkan tantangan serius dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Dampak lingkungan telah menjadi isu utama dalam konteks konstruksi [2], [3], menuntut pemikiran kritis dan solusi inovatif untuk mengurangi jejak ekologis sektor ini. Seiring dengan pemahaman yang semakin mendalam tentang urgensi dampak lingkungan, banyak pemangku kepentingan, termasuk perusahaan konstruksi, pemerintah, dan masyarakat sipil, telah mulai menerapkan pendekatan berkelanjutan dalam praktik konstruksi. Langkah-langkah seperti penggunaan bahan ramah lingkungan, penerapan teknologi hijau, dan pengelolaan limbah yang lebih efisien menjadi fokus utama dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun tinjauan komprehensif terhadap konstruksi

gedung secara global, menggali perkembangan terkini dalam metode konstruksi, dan menganalisis dampaknya terhadap lingkungan.

Dengan merinci isu-isu ini, penelitian ini berkontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang kompleksitas hubungan antara konstruksi gedung dan lingkungan, sambil mencari solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi dampak negatifnya.

KONSTRUKSI GEDUNG 2.1. Proses Konstruksi

Proses konstruksi gedung adalah rangkaian kompleks kegiatan yang melibatkan perencanaan, desain, dan pelaksanaan untuk menciptakan struktur fisik yang memenuhi kebutuhan fungsional dan estetika. Proses ini tidak hanya mencakup dimensi teknis dan arsitektural, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam menggambarkan proses konstruksi secara umum, pengenalan sumber daya, teknologi, dan prinsip berkelanjutan menjadi esensial.

Berbicara tentang pemilihan lokasi, studi oleh Norouzi dkk [4] dan Viholainen dkk [5]

(2021) menyajikan pemahaman mendalam tentang betapa kritisnya pemilihan lokasi proyek konstruksi dalam konteks berkelanjutan.

Pemilihan lokasi yang bijaksana dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mempromosikan efisiensi penggunaan sumber daya. Di sisi lain, Nault dkk [6] dan Perminova dkk [7] memberikan perspektif yang komprehensif tentang analisis situs dan dampak lingkungan yang harus diperhitungkan selama tahap perencanaan.

Tahap pelaksanaan, termasuk pekerjaan fondasi dan struktur, membutuhkan manajemen sumber daya yang efisien. Studi terbaru seperti Alzhanova dkk [8] mencerminkan upaya untuk mengidentifikasi bahan konstruksi alternatif yang ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas. Dalam hal transportasi material dan manajemen limbah, Peter Wathern [9] memberikan wawasan tentang bagaimana pengelolaan limbah konstruksi dapat diintegrasikan dalam rangkaian konstruksi berkelanjutan.

Ketika berbicara tentang aspek energi, Jayamaha [10] menyajikan strategi dan teknologi

(3)

untuk meningkatkan efisiensi energi selama konstruksi dan pemakaian gedung. Studi tentang integrasi sumber energi terbarukan dalam konstruksi menggarisbawahi pentingnya penerapan teknologi hijau untuk mengurangi jejak karbon [11], [12].

2.2. Bahan Konstruksi

Bahan konstruksi memainkan peran kritis dalam membentuk jejak lingkungan dari suatu proyek konstruksi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kesadaran akan dampak lingkungan, pemilihan bahan konstruksi telah menjadi fokus utama dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan. Studi-studi terkini, seperti yang dilakukan oleh Sharma & Sharma [13] dan Sangmesh dkk [14], menyoroti pentingnya bahan konstruksi berkelanjutan yang dapat mengurangi emisi karbon dan penggunaan sumber daya alam. Bahan konvensional seperti beton dan baja, yang sebelumnya dominan dalam industri konstruksi, kini dihadapkan pada tantangan untuk beradaptasi dengan standar keberlanjutan.

Perkembangan material konstruksi ramah lingkungan telah menjadi fokus riset terbaru.

Material seperti beton berteknologi tinggi, yang menggunakan limbah industri sebagai bahan baku, telah menunjukkan potensi besar dalam mengurangi jejak karbon konstruksi. Selain itu, bahan-bahan daur ulang dan biobahan, seperti bambu dan kayu berteknologi tinggi, semakin mendapatkan perhatian sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini akan mengeksplorasi secara mendalam berbagai jenis bahan konstruksi, menyoroti kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam konteks dampak lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang bahan konstruksi, diharapkan dapat diidentifikasi solusi inovatif yang dapat mengarah pada praktik konstruksi yang lebih berkelanjutan.

2.3. Teknologi Konstruksi

Teknologi konstruksi modern telah menjadi katalisator penting dalam mengubah lanskap industri konstruksi, memberikan dampak yang signifikan pada efisiensi, keamanan, dan dampak lingkungan dari proyek-proyek konstruksi.

Menurut penelitian oleh Arditi dkk. [15], penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam manajemen proyek konstruksi dapat meningkatkan koordinasi antar tim, mengurangi

kesalahan, dan mempercepat proses pembangunan. Selain itu, sistem pembangunan berbasis drone dan pemodelan informasi bangunan (BIM) telah memberikan kontribusi besar terhadap pengelolaan proyek yang lebih efektif dan akurat [16].

Penerapan teknologi modern tidak hanya mengoptimalkan proses konstruksi tetapi juga dapat berdampak positif terhadap aspek lingkungan. Misalnya, penerapan teknologi hijau seperti sistem manajemen energi cerdas dan sensor pintar dapat mengurangi konsumsi energi selama tahap konstruksi dan operasional bangunan [17]. Penggunaan material cerdas yang responsif terhadap lingkungan, seperti beton pintar yang dapat memperbaiki diri, juga menjadi bagian dari inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memperpanjang umur bangunan [18],[19].

Meskipun teknologi konstruksi modern memberikan banyak keuntungan, ada juga tantangan dan dampak yang perlu dipertimbangkan. Peningkatan penggunaan perangkat teknologi berdampak pada limbah elektronik dan pemakaian sumber daya alam yang signifikan [20]. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi dampak teknologi terhadap efisiensi dan lingkungan, perlu ditekankan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan dan pemantauan yang cermat terhadap dampaknya terhadap siklus hidup proyek konstruksi.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM KONSTRUKSI GEDUNG

3.1 Metode Analisis Dampak Lingkungan Pentingnya mengukur dampak lingkungan dari konstruksi gedung telah mendorong pengembangan berbagai metode analisis yang dapat memberikan pemahaman menyeluruh tentang jejak ekologis dan dampak sosial-ekonomi dari suatu proyek. Metode analisis ini menjadi landasan bagi upaya-upaya menuju konstruksi yang lebih berkelanjutan. Salah satu metode utama yang telah mendapatkan perhatian luas adalah Life Cycle Assessment (LCA).

Metode LCA adalah pendekatan holistik yang mengukur dampak lingkungan dari suatu produk atau layanan sepanjang seluruh siklus hidupnya, mulai dari ekstraksi bahan baku, produksi, penggunaan, hingga pembuangan akhir

(4)

[21]. Dalam konteks konstruksi gedung, LCA membantu mengidentifikasi kontribusi emisi karbon, penggunaan sumber daya alam, dan dampak lingkungan lainnya dari setiap fase konstruksi. Beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Roberts dkk. [22] dan Fnais dkk.

[23], menunjukkan bahwa penerapan metode LCA dapat menjadi alat yang efektif dalam menginformasikan keputusan desain dan meminimalkan dampak lingkungan dari suatu proyek konstruksi.

Selain LCA, pendekatan analisis dampak sosial dan ekonomi menjadi semakin penting dalam mengukur keberlanjutan proyek konstruksi.

Analisis ini tidak hanya mempertimbangkan dampak lingkungan fisik tetapi juga mengevaluasi implikasi sosial dan ekonomi dari proyek tersebut.

Misalnya, studi oleh Opoku dkk. [24] Dan Fei dkk [25] menyoroti pentingnya memahami dampak konstruksi pada masyarakat setempat, termasuk aspek-aspek seperti kesejahteraan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur sosial. Dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari konstruksi gedung, pendekatan gabungan metode LCA dan analisis dampak sosial-ekonomi mungkin menjadi kunci untuk memahami dampak secara menyeluruh.

3.2 Indikator Dampak Lingkungan

Dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari konstruksi gedung, penting untuk mempertimbangkan indikator-indikator kunci yang mencerminkan jejak ekologis suatu proyek.

Salah satu indikator utama adalah emisi karbon, yang menjadi fokus penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Emisi karbon penting untuk diukur dan dikelola dalam seluruh siklus hidup proyek konstruksi, termasuk fase perencanaan, konstruksi, dan operasional [26].

Pemakaian sumber daya alam juga menjadi indikator krusial dalam analisis dampak lingkungan konstruksi gedung. Penelitian oleh Pauliuk dkk. [27] menyoroti bahwa konstruksi gedung berkontribusi signifikan pada penggunaan sumber daya alam global, terutama dalam produksi dan transportasi bahan konstruksi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang jenis dan jumlah sumber daya yang digunakan selama siklus hidup proyek dapat memberikan wawasan yang berharga untuk mengidentifikasi area-area di mana efisiensi dapat ditingkatkan.

Pengelolaan limbah konstruksi adalah indikator lain yang harus diperhitungkan dalam menganalisis dampak lingkungan. Penanganan yang tidak efektif terhadap limbah konstruksi dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan pengurangan lahan yang berharga. Pendekatan berkelanjutan terhadap pengelolaan limbah konstruksi, termasuk daur ulang material dan pengurangan limbah di sumbernya, dapat berkontribusi secara signifikan pada pengurangan dampak lingkungan dari proyek konstruksi [28], [29].

3.3 Dampak Lingkungan dalam Tahapan Konstruksi Gedung

3.3.1 Tahap Pra Konstruksi

Dampak lingkungan yang sering diabaikan tetapi kritis terjadi selama masa pra konstruksi, yang mencakup tahap perencanaan dan persiapan sebelum pembangunan fisik dimulai. Pemilihan lokasi proyek konstruksi dapat memiliki dampak signifikan pada keanekaragaman hayati dan ketersediaan sumber daya air [30]. Lokasi yang kurang tepat dapat menyebabkan kerugian ekosistem setempat dan memperburuk ketersediaan sumber daya alam.

Selain itu, aktivitas pengukuran dan survei tanah pra konstruksi dapat mengarah pada degradasi lahan dan kehilangan tutupan tanah yang berharga. Selain itu, ekstraksi tanah yang tidak terkendali selama pra konstruksi dapat menyebabkan erosi tanah, penurunan kualitas tanah, dan kehilangan habitat alami. Oleh karena itu, penilaian dampak lingkungan yang cermat selama fase pra konstruksi menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi kerusakan lingkungan dan merancang strategi mitigasi yang efektif.

Selain aspek fisik, aspek sosial juga perlu diperhatikan selama masa pra konstruksi.

Pemangkasan pohon dan relokasi komunitas lokal sebagai persiapan lahan konstruksi dapat memicu konflik dan dampak sosial yang signifikan.

Integrasi partisipasi masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan selama pra konstruksi dapat membantu mengurangi ketegangan sosial dan meningkatkan penerimaan proyek konstruksi oleh masyarakat [31].

(5)

3.3.2 Tahap Konstruksi

Dampak lingkungan selama masa konstruksi dapat melibatkan sejumlah konsekuensi hipotetis yang perlu diperhitungkan.

Penelitian oleh Zuo dkk. [32] menyoroti potensi dampak signifikan pada kualitas udara akibat debu konstruksi yang dihasilkan selama kegiatan penggalian dan pengangkutan material. Debu ini, yang dapat mengandung partikel-partikel berbahaya, dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan ekosistem lokal.

Selain itu, kebisingan konstruksi juga merupakan dampak hipotetis yang penting selama masa konstruksi. Kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin konstruksi dapat mengganggu kesejahteraan masyarakat lokal dan fauna di sekitarnya [33]. Gangguan ini dapat menciptakan ketidaknyamanan, mengganggu pola tidur, dan merusak lingkungan hidup, dengan potensi dampak jangka panjang pada kesehatan dan produktivitas manusia.

Selanjutnya, kemungkinan dampak terhadap tanah dan kualitas air selama konstruksi juga menjadi perhatian utama. Penggalian dan aktivitas konstruksi lainnya dapat menyebabkan erosi tanah, mengubah aliran air, dan meningkatkan risiko pencemaran air dengan limbah konstruksi. Penting juga dilakukan langkah-langkah perlindungan tanah dan air untuk mengurangi risiko dampak yang merugikan [34].

3.3.3 Tahap Pasca Konstruksi

Dampak lingkungan selama masa operasional atau pasca konstruksi suatu bangunan mencakup serangkaian aspek yang perlu dipahami dan dikelola secara cermat. Salah satu dampak yang signifikan adalah konsumsi energi selama fase operasional bangunan. Pemakaian energi dari sumber daya konvensional seperti listrik dapat menyumbang pada emisi karbon dan perubahan iklim [35]. Oleh karena itu, peningkatan efisiensi energi dalam sistem pemanas, ventilasi, dan pendinginan (HVAC), serta penggunaan sumber energi terbarukan, menjadi strategi penting untuk mengurangi dampak lingkungan selama masa operasional.

Selain itu, manajemen air dan limbah juga menjadi aspek kunci dalam mengelola dampak lingkungan pasca konstruksi. Sistem pengelolaan limbah yang efisien dan strategi konservasi air dapat mengatasi dampak negatif terhadap kualitas

air dan ketersediaan air bersih [36]. Penggunaan teknologi hijau dalam manajemen limbah dan daur ulang dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir.

Dampak lingkungan selama masa operasional juga mencakup aspek-aspek seperti pencemaran udara dan penggunaan lahan.

Aktivitas operasional, terutama dalam sektor industri dan transportasi, dapat menyebabkan emisi polutan udara yang berkontribusi pada kualitas udara yang buruk. Selain itu, penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan hilangnya habitat alami dan fragmentasi ekosistem.

STUDI KASUS

4.1 Penelitian Mutakhir

Penelitian terkini telah memainkan peran kunci dalam memperdalam pemahaman kita tentang dampak lingkungan dari proyek konstruksi gedung. Beberapa penelitian menyoroti kompleksitas dan kedalaman tantangan yang dihadapi dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dalam industri konstruksi. Sebagai contoh, studi oleh Labaran dkk. [37] secara rinci menganalisis jejak karbon dari proyek konstruksi gedung besar di perkotaan, menunjukkan bahwa efisiensi energi dan pemilihan bahan konstruksi berperan kunci dalam mengurangi emisi karbon secara signifikan.

Penelitian lain memfokuskan pada dampak sumber daya air selama konstruksi gedung, mengidentifikasi bahwa pemanfaatan air yang tidak efisien dapat menyebabkan peningkatan tekanan terhadap ekosistem air setempat [38].

Hasil penelitian ini memperkuat urgensi untuk mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan lainnya selain emisi karbon, seperti penggunaan sumber daya air, dalam analisis dampak lingkungan.

Sementara itu, Xiahou dkk. [39]

mengusulkan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengukur dampak sosial dari proyek konstruksi gedung. Melalui pendekatan ini, penelitian ini menyoroti pentingnya memasukkan faktor-faktor sosial dalam evaluasi dampak lingkungan, termasuk dampak pada komunitas lokal, ketidaksetaraan akses terhadap proyek, dan penciptaan lapangan kerja.

(6)

4.2 Konstruksi Smelter Pertambangan

Salah satu aspek krusial dalam pemahaman dampak lingkungan konstruksi terfokus pada proyek-proyek infrastruktur besar, seperti pembangunan smelter di daerah pertambangan.

Smelter merupakan fasilitas pengolahan yang memainkan peran kunci dalam industri pertambangan, namun, pembangunan dan operasionalisasi mereka dapat menyebabkan dampak signifikan terhadap lingkungan sekitar.

Studi kasus ini mencoba untuk mendalaminya, dengan fokus pada dampak konstruksi dan operasional smelter terhadap ekosistem lokal.

Salah satu dampak utama yang seringkali muncul selama konstruksi smelter adalah perubahan lahan dan penebangan hutan [40], [41].

Zhuo dkk [42] memberikan pemahaman lebih lanjut tentang dampak konstruksi terhadap habitat dan keanekaragaman hayati di sekitar daerah pertambangan. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah penggunaan sumber daya alam selama konstruksi, khususnya air dan tanah.

Dalam konteks smelter [43], di mana penggunaan air dan tanah dapat menjadi masalah serius, pemahaman yang mendalam tentang teknologi pengelolaan air dan mitigasi tanah perlu diterapkan.

Operasionalisasi smelter juga memberikan dampak lanjutan terhadap lingkungan, terutama dalam hal emisi gas dan partikel berbahaya.

Mwaanga dkk [44] memberikan perspektif yang relevan dalam memahami dampak polusi udara yang mungkin dihasilkan oleh operasi smelter.

Oleh karena itu, langkah-langkah mitigasi seperti teknologi pencemaran udara canggih dan pengelolaan limbah gas perlu dipertimbangkan selama fase perencanaan dan operasionalisasi.

4.3 Analisis Penelitian

Dalam upaya untuk memahami dan mengelola dampak lingkungan dari konstruksi gedung, identifikasi dampak signifikan menjadi tahapan penting. Hasil identifikasi dampak ini menjadi titik awal yang krusial untuk pengembangan strategi mitigasi dan inovasi.

Upaya mitigasi merupakan langkah-langkah strategis yang diambil untuk mengurangi atau menghindari dampak lingkungan yang signifikan.

Misalnya, implementasi teknologi hijau untuk mengurangi ketergantungan pada energi konvensional dan mengurangi jejak karbon.

Selain itu, pemilihan material konstruksi yang lebih ramah lingkungan, seperti beton berteknologi tinggi yang menggunakan limbah industri sebagai bahan baku, telah menjadi langkah efektif dalam mengurangi dampak sumber daya alam dan emisi karbon [45]. Inovasi juga menjadi unsur kunci dalam menghadapi dampak lingkungan dari konstruksi gedung.

Dalam banyak kasus, inovasi tersebut tidak hanya memitigasi dampak lingkungan tetapi juga membuka potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan ekonomi proyek.

4.4 Dampak Tidak Penting Hipotetik

Dalam konteks dampak lingkungan selama masa konstruksi, ada pula dampak yang mungkin tidak begitu penting atau bahkan bersifat hipotetis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, dalam beberapa kasus, perubahan minor pada ekosistem lokal mungkin tidak memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Sebagai contoh, perubahan kecil dalam tutupan tanah atau vegetasi selama konstruksi mungkin tidak menghasilkan dampak yang terukur pada biodiversitas setempat atau fungsi ekosistem.

Dampak yang dianggap tidak signifikan juga dapat terkait dengan kualitas udara. Sejumlah penelitian [46], [47] menunjukkan bahwa di beberapa konteks, meskipun adanya emisi debu konstruksi, tingkat pencemaran udara dapat tetap berada dalam batas-batas aman yang ditetapkan oleh peraturan lingkungan. Namun, penting untuk dicatat bahwa ini dapat sangat bergantung pada kontrol dan praktik manajemen debu yang efektif selama konstruksi.

Selain itu, kebisingan dan gangguan visual yang mungkin dihasilkan selama masa konstruksi juga dapat dianggap sebagai dampak yang relatif tidak penting dalam beberapa konteks. Meskipun dapat memberikan ketidaknyamanan sementara bagi masyarakat lokal, penerapan strategi mitigasi kebisingan dan perencanaan yang cermat dapat meminimalkan dampak dan memiliki dampak jangka pendek yang terbatas [48].

TANTANGAN & PELUANG

Meskipun terdapat upaya besar dalam mengurangi dampak lingkungan dari konstruksi gedung, industri ini masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks. Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan pada

(7)

bahan konstruksi konvensional yang memiliki jejak karbon tinggi. Migrasi ke bahan konstruksi berkelanjutan memerlukan transformasi dalam industri dan perubahan dalam preferensi pasar.

Selain itu, tantangan lainnya adalah adanya ketidakpastian dalam siklus hidup proyek konstruksi dan ketidakmampuan untuk memprediksi dampak lingkungan secara akurat.

Terdapat kesulitan dalam memperkirakan dampak lingkungan secara menyeluruh, terutama karena variabilitas dalam faktor-faktor seperti lokasi proyek, ketidakpastian dalam data, dan kurangnya standar universal dalam pengukuran dampak lingkungan [49]. Hal ini menciptakan hambatan dalam merancang strategi mitigasi yang efektif.

Tantangan lainnya muncul dari kompleksitas rantai pasokan global dalam industri konstruksi. Keterlibatan pemasok dan subkontraktor dari berbagai wilayah dapat menyulitkan kontrol terhadap praktik-praktik berkelanjutan. Koordinasi yang kurang baik antara berbagai pemangku kepentingan dan keterlibatan pihak ketiga dalam rantai pasokan dapat menciptakan hambatan dalam memastikan bahwa semua tahap konstruksi mematuhi standar keberlanjutan.

Peluang untuk inovasi berkelanjutan dalam industri konstruksi merupakan fokus penting dalam upaya mencapai pembangunan yang lebih ramah lingkungan. Salah satu peluang terbesar adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.

Implementasi TIK dalam manajemen proyek konstruksi dapat meningkatkan koordinasi antar tim, meminimalkan kekurangan, dan mengoptimalkan waktu konstruksi, yang pada gilirannya dapat mengurangi emisi karbon dan menghemat sumber daya.

Pemanfaatan material inovatif juga menjadi peluang yang signifikan. Selain itu, penggunaan material daur ulang dan ramah lingkungan semakin dianggap sebagai langkah progresif untuk mengurangi dampak ekologis dari konstruksi gedung.

Adopsi prinsip-prinsip desain berkelanjutan juga memberikan peluang untuk inovasi yang signifikan. Desain bangunan yang memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami,

meningkatkan isolasi termal, dan mengoptimalkan orientasi bangunan dapat mengurangi ketergantungan pada energi buatan dan menciptakan lingkungan dalam ruangan yang lebih nyaman. Prinsip-prinsip ini, ketika diterapkan secara konsisten, dapat menciptakan bangunan yang lebih efisien secara energi dan berkelanjutan.

KESIMPULAN

Studi ini memberikan wawasan yang mendalam terhadap konstruksi gedung dan dampak lingkungan yang melekat pada setiap tahapnya. Seiring dengan peningkatan aktivitas konstruksi gedung secara global, teridentifikasi bahwa dampak lingkungan telah menjadi isu utama yang memerlukan perhatian serius. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis konstruksi gedung sebagai sumber dampak lingkungan dan menyajikan tinjauan terhadap metode analisis dampak lingkungan.

Tinjauan atas proses konstruksi mengungkapkan kompleksitas tahap perencanaan, konstruksi fisik, dan penyelesaiannya termasuk pada tahap operasional. Penggunaan bahan konstruksi menjadi pokok pembahasan, membedakan antara material konvensional dan ramah lingkungan, serta menyoroti inovasi yang terus-menerus berkembang. Penggunaan teknologi modern dalam konstruksi juga disoroti, dengan penekanan pada dampaknya terhadap efisiensi dan lingkungan.

Dalam konteks analisis dampak lingkungan, tinjauan metode Life Cycle Assessment (LCA) menjadi esensial, dan pendekatan analisis dampak sosial dan ekonomi turut diperhitungkan. Penelitian ini juga mengidentifikasi indikator dampak lingkungan, termasuk emisi karbon, pemakaian sumber daya alam, dan pengelolaan limbah konstruksi, serta menganalisis dampak pada tahapan pra konstruksi, konstruksi, dan operasional/pasca konstruksi.

Melalui studi kasus, kita dapat melihat bagaimana proyek konstruksi gedung dan smelter pertambangan memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Identifikasi dampak tersebut membuka peluang untuk menerapkan upaya mitigasi dan inovasi yang sesuai dengan setiap konteks. Upaya mitigasi ini bukan hanya

(8)

memerlukan pemahaman atas dampak yang dihasilkan, tetapi juga penekanan pada solusi berkelanjutan yang dapat diterapkan dalam praktik konstruksi sehari-hari.

Tantangan dalam mengurangi dampak lingkungan konstruksi gedung melibatkan koordinasi yang lebih baik antara pemangku kepentingan dan perubahan perilaku dalam industri. Meskipun demikian, peluang untuk inovasi berkelanjutan dalam industri konstruksi memberikan landasan positif untuk mengarahkan industri ke arah yang lebih ramah lingkungan.

Dengan pemahaman mendalam terhadap tantangan dan peluang ini, diharapkan bahwa praktik konstruksi yang berkelanjutan dapat menjadi norma dalam waktu mendatang.

REFERENSI

[1] I. Karlsson, J. Rootz, F. Johnsson, and M.

Erlandsson, “Developments in the Built Environment Achieving net-zero carbon emissions in construction supply chains – A multidimensional analysis of residential building systems,” vol. 8, no. July, 2021, doi: 10.1016/j.dibe.2021.100059.

[2] W. Luo, M. Sandanayake, L. Hou, Y. Tan, and G. Zhang, “A systematic review of green construction research using scientometrics methods,” J. Clean. Prod., vol. 366, p. 132710, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.1327 10.

[3] F. Albertini, L. P. Gomes, A. E. B.

Grondona, and M. O. Caetano,

“Assessment of environmental performance in building construction sites: Data envelopment analysis and Tobit model approach,” J. Build. Eng., vol. 44, p.

102994, 2021, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jobe.2021.102994.

[4] M. Norouzi, M. Chàfer, L. F. Cabeza, L.

Jiménez, and D. Boer, “Circular economy in the building and construction sector: A scientific evolution analysis,” J. Build.

Eng., vol. 44, p. 102704, 2021, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jobe.2021.102704.

[5] N. Viholainen, E. Kylkilahti, M. Autio, J.

Pöyhönen, and A. Toppinen, “Bringing ecosystem thinking to sustainability-driven wooden construction business,” J. Clean.

Prod., vol. 292, p. 126029, 2021, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.1260 29.

[6] E. Nault, T. Jusselme, S. Aguacil, and M.

Andersen, “Strategic environmental urban planning - A contextual approach for defining performance goals and informing decision-making,” Build. Environ., vol.

168, p. 106448, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2019.106 448.

[7] T. Perminova, N. Sirina, B. Laratte, N.

Baranovskaya, and L. Rikhvanov,

“Methods for land use impact assessment:

A review,” Environ. Impact Assess. Rev., vol. 60, pp. 64–74, 2016, doi:

https://doi.org/10.1016/j.eiar.2016.02.002.

[8] G. Z. Alzhanova et al., “Development of Environmentally Clean Construction Materials Using Industrial Waste,”

Materials (Basel)., vol. 15, no. 16, 2022, doi: 10.3390/ma15165726.

[9] P. Wathern, Environmental impact assessment: theory and practice.

Routledge, 2013.

[10] D. L. Jayamaha, Energy-efficient building systems. Mcgraw-hill publishing Company, 2007.

[11] D. Xu, F. Zhong, Z. Bai, Z. Wu, X. Yang, and M. Gao, “Real-time multi-energy demand response for high-renewable buildings,” Energy Build., vol. 281, p.

112764, 2023, doi:

https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2022.1127 64.

[12] F. F. Yanine, F. I. Caballero, E. E. Sauma, and F. M. Córdova, “Building sustainable energy systems: Homeostatic control of grid-connected microgrids, as a means to reconcile power supply and energy demand response management,” Renew. Sustain.

Energy Rev., vol. 40, pp. 1168–1191, 2014, doi:

https://doi.org/10.1016/j.rser.2014.08.017.

[13] S. Sharma and N. Kumar Sharma,

“Advanced materials contribution towards sustainable development and its construction for green buildings,” Mater.

Today Proc., vol. 68, pp. 968–973, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.matpr.2022.07.394 .

(9)

[14] S. B. et al., “Development of sustainable alternative materials for the construction of green buildings using agricultural residues:

A review,” Constr. Build. Mater., vol. 368,

p. 130457, 2023, doi:

https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2023.

130457.

[15] D. Arditi, S. Nayak, and A. Damci, “Effect of organizational culture on delay in construction,” Int. J. Proj. Manag., vol. 35, no. 2, pp. 136–147, 2017, doi:

https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2016.10.

018.

[16] Y. Jang, J. Son, and J.-S. Yi, “BIM-Based Management System for Off-Site Construction Projects,” Appl. Sci., vol. 12, no. 19, 2022, doi: 10.3390/app12199878.

[17] S. Ferrari, M. Zoghi, G. Paganin, and G.

Dall’O’, “A Practical Review to Support the Implementation of Smart Solutions within Neighbourhood Building Stock,”

Energies, vol. 16, no. 15, 2023, doi:

10.3390/en16155701.

[18] I. Sa’ud and I. P. A. Wiguna, “Penentuan Alternatif Penanggulangan Genangan Akibat Peubahan Tataguna Lahan di Wilayah Surabaya,” in Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII, 2013, p. B-6-1-B-6-8.

[19] A. Mukherjee, Deepmala, P. Srivastava, and J. K. Sandhu, “Application of smart materials in civil engineering: A review,”

Mater. Today Proc., vol. 81, pp. 350–359,

2023, doi:

https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.03.304 .

[20] P. R. Jadhao, E. Ahmad, K. K. Pant, and K.

D. P. Nigam, “Advancements in the field of electronic waste Recycling: Critical assessment of chemical route for generation of energy and valuable products coupled with metal recovery,” Sep. Purif. Technol., vol. 289, p. 120773, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.seppur.2022.12077 3.

[21] R. K. Rosenbaum, “Goal and scope definition in life cycle assessment,” Goal scope Defin. life cycle assessment. LCA Compend. Complet. world life cycle assessment. Dordr. Springer, pp. 63–120, 2017.

[22] M. Roberts, S. Allen, and D. Coley, “Life cycle assessment in the building design process – A systematic literature review,”

Build. Environ., vol. 185, p. 107274, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2020.107 274.

[23] A. Fnais et al., “The application of life cycle assessment in buildings: challenges, and directions for future research,” Int. J.

Life Cycle Assess., vol. 27, no. 5, pp. 627–

654, 2022, doi: 10.1007/s11367-022- 02058-5.

[24] A. Opoku, J. Deng, A. Elmualim, S. Ekung, A. A. Hussien, and S. Buhashima Abdalla,

“Sustainable procurement in construction and the realisation of the sustainable development goal (SDG) 12,” J. Clean.

Prod., vol. 376, p. 134294, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.1342 94.

[25] W. Fei et al., “The Critical Role of the Construction Industry in Achieving the Sustainable Development Goals (SDGs):

Delivering Projects for the Common Good,” Sustainability, vol. 13, no. 16, 2021, doi: 10.3390/su13169112.

[26] L. Luo and Y. Chen, “Carbon emission energy management analysis of LCA-Based fabricated building construction,” Sustain.

Comput. Informatics Syst., vol. 27, p.

100405, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.suscom.2020.1004 05.

[27] S. Pauliuk, N. Heeren, P. Berrill, T.

Fishman, and E. G. Hertwich, “cars,” Nat.

Commun., no. Idc, 2021, doi:

10.1038/s41467-021-25300-4.

[28] Z. Chen, P. Liu, and Y. Yang, “Sustainable Building and Integrated Construction Waste Management Challenges and Strategies for China,” vol. 121, no. Ichssr, pp. 334–339, 2017, doi: 10.2991/ichssr-17.2017.68.

[29] A. T. W. Yu, I. Wong, Z. Wu, and C.-S.

Poon, “Strategies for Effective Waste Reduction and Management of Building Construction Projects in Highly Urbanized Cities—A Case Study of Hong Kong,”

Buildings, vol. 11, no. 5, 2021, doi:

10.3390/buildings11050214.

(10)

[30] H. Wu et al., “Effects of dam construction on biodiversity: A review,” J. Clean. Prod., vol. 221, pp. 480–489, 2019, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.03.00 1.

[31] F. Di Maddaloni and L. Sabini, “Very important, yet very neglected: Where do local communities stand when examining social sustainability in major construction projects?,” Int. J. Proj. Manag., vol. 40, no.

7, pp. 778–797, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2022.08.

007.

[32] J. Zuo, R. Rameezdeen, M. Hagger, Z.

Zhou, and Z. Ding, “Dust pollution control on construction sites: Awareness and self- responsibility of managers,” J. Clean.

Prod., vol. 166, pp. 312–320, 2017, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.08.02 7.

[33] S. Jung, H. Kang, J. Choi, T. Hong, H. S.

Park, and D.-E. Lee, “Quantitative health impact assessment of construction noise exposure on the nearby region for noise barrier optimization,” Build. Environ., vol.

176, p. 106869, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2020.106 869.

[34] C. Qin, Z. Tang, J. Chen, and X. Chen,

“The impact of soil and water resource conservation on agricultural production- an analysis of the agricultural production performance in Zhejiang, China,” Agric.

Water Manag., vol. 240, p. 106268, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.agwat.2020.10626 8.

[35] U. I. Dar, L. Georges, I. Sartori, and V.

Novakovic, “Influence of occupant’s behavior on heating needs and energy system performance: A case of well- insulated detached houses in cold climates,”

Build. Simul., vol. 8, no. 5, pp. 499–513, 2015, doi: 10.1007/s12273-015-0230-y.

[36] P. Morseletto, C. E. Mooren, and S.

Munaretto, “Circular Economy of Water:

Definition, Strategies and Challenges,”

Circ. Econ. Sustain., vol. 2, no. 4, pp.

1463–1477, 2022, doi: 10.1007/s43615- 022-00165-x.

[37] Y. H. Labaran, V. S. Mathur, S. U.

Muhammad, and A. A. Musa, “Carbon footprint management: A review of construction industry,” Clean. Eng.

Technol., vol. 9, p. 100531, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.clet.2022.100531.

[38] M. Mannan and S. G. Al-Ghamdi,

“Environmental impact of water-use in buildings: Latest developments from a life- cycle assessment perspective,” J. Environ.

Manage., vol. 261, p. 110198, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2020.110 198.

[39] X. Xiahou, Y. Tang, J. Yuan, T. Chang, P.

Liu, and Q. Li, “Evaluating Social Performance of Construction Projects: An Empirical Study,” Sustainability, vol. 10, no. 7, 2018, doi: 10.3390/su10072329.

[40] G. Žibret, M. Gosar, M. Miler, and J.

Alijagić, “Impacts of mining and smelting activities on environment and landscape degradation—Slovenian case studies,” L.

Degrad. Dev., vol. 29, no. 12, pp. 4457–

4470, 2018, doi: 10.1002/ldr.3198.

[41] J. Supriatna et al., “Deforestation on the Indonesian island of Sulawesi and the loss of primate habitat,” Glob. Ecol. Conserv., vol. 24, p. e01205, 2020, doi:

https://doi.org/10.1016/j.gecco.2020.e0120 5.

[42] Y. Zhuo et al., “The effect of mining and road development on habitat fragmentation and connectivity of khulan (Equus hemionus) in Northwestern China,” Biol.

Conserv., vol. 275, p. 109770, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.biocon.2022.1097 70.

[43] S. A. Salzman, G. Allinson, F. Stagnitti, M.

Coates, and R. J. Hill, “Performance of constructed evaporation ponds for disposal of smelter waste water:: A case study at Portland Aluminum, Victoria, Australia,”

Water Res., vol. 35, no. 9, pp. 2121–2128, 2001, doi: https://doi.org/10.1016/S0043- 1354(00)00486-3.

[44] P. Mwaanga, M. Silondwa, G. Kasali, and P. M. Banda, “Preliminary review of mine air pollution in Zambia,” Heliyon, vol. 5, no. 9, p. e02485, 2019, doi:

https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e024 85.

(11)

[45] H. Jaradat, O. A. M. Alshboul, I. M.

Obeidat, and M. K. Zoubi, “Green building, carbon emission, and environmental sustainability of construction industry in Jordan: Awareness, actions and barriers,”

Ain Shams Eng. J., p. 102441, 2023, doi:

https://doi.org/10.1016/j.asej.2023.102441.

[46] K. Khamraev, D. Cheriyan, and J. Choi, “A review on health risk assessment of PM in the construction industry – Current situation and future directions,” Sci. Total Environ., vol. 758, p. 143716, 2021, doi:

https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.143 716.

[47] S. A. Blaauw, J. W. Maina, and J.

O’Connell, “Exposure of construction workers to hazardous emissions in highway rehabilitation projects measured with low- cost sensors,” Environ. Pollut., vol. 313, p.

119872, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.envpol.2022.1198 72.

[48] M. Mir, F. Nasirzadeh, S. Lee, D. Cabrera, and A. Mills, “Construction noise management: A systematic review and directions for future research,” Appl.

Acoust., vol. 197, p. 108936, 2022, doi:

https://doi.org/10.1016/j.apacoust.2022.108 936.

[49] M. Bodde, K. der Wel, P. Driessen, A.

Wardekker, and H. Runhaar, “Strategies for Dealing with Uncertainties in Strategic Environmental Assessment: An Analytical Framework Illustrated with Case Studies from The Netherlands,” Sustainability, vol.

10, no. 7, 2018, doi: 10.3390/su10072463.

Referensi

Dokumen terkait

8 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL yang mencakup dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan

Aspek lingkungan membahas tentang dampak yang dihasilkan dalam hal ini dampak dari usaha ternak ayam broiler, seperti limbah yang dihasilkan yaitu feses dapat menganggu

Dokumen ini membahas validasi metode Weißhaar yang dimodifikasi untuk analisis 3-MCPD dan esternya dalam minyak

Dokumen ini membahas analisis risiko kejadian kerja dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control) di PT Ciptaunggul Karya

Dokumen ini membahas metode distribusi Log Normal dan Log Pearson Type III untuk menganalisis data curah

Dokumen ini membahas metode penelitian kualitatif dalam psikologi

Dokumen ini membahas analisis kontrol material persediaan bahan baku di PT Shinsung Electronics Indonesia menggunakan metode

Jurnal ini membahas dampak limbah rumah tangga terhadap pencemaran lingkungan dan cara