Filsafat dan Kebudayaan
Syari Hasniyati
06032682327004
Teknologi Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2023
Filsafat dan Kebudayaan
Kluckhohn dan Kroeber mengumpulkan 167 definisi kebudayaan dalam bukunya Culture : A Critical Review of Concept and Definition. Titik persamaan definisi-definisi tersebut adalah manusia. Jadi bisa dikatakan bahwa soal kebudayaan adalah soal manusia. Dengan kata lain manusialah yang berkebudayaan Karena manusia memiliki roh atau jiwa yang menyatakan diri pada berpikir dan merasa rohaniah. Di mana kehidupan rohaniah lah yang merupakan pangkal dari kebudayaan.
Antropologi yang kita kenal sebagai ilmu tentang manusia ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
● Antropologi fisik yang memandang dari segi jasmani
● Antropologi kebudayaan yang memandang dari segi rohaniah
Yang banyak diketahui tentang roh adalah pernyataannya. Dalam garis besarnya ia menyatakan diri pada pikiran dan perasaan dalam pengertian luas.
Definisi kebudayaan dipandang dari segi rohaniahnya, khususnya pikiran dan perasaan yaitu kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Cara berpikir dan merasa itu menyatakan diri dalam cara berlaku dan berbuat.
Kebudayaan meliputi seluruh segi kehidupan manusia yang dikenal dengan cultural universal. Cultural universal ini merupakan segi segi kebudayaan yang universal ditemukan dalam tiap kebudayaan. Ada beberapa teori pembagian kultural universal antara lain:
1. Kuncaraningrat
Kuncaran ningrat membagi kebudayaan dalam 7 faset yaitu:
● Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
● Mata pencaharian
● Sistem ekonomi
● Sistem kemasyarakatan
● Bahasa
● Kesenian
● Ilmu pengetahuan dan religi 2. Beals dan Hoijer
Beals dan Hoijer membagi kebudayaan menjadi 5 yaitu :
● Teknologi
● Ekonomi
● Organisasi Sosial
● Religi
● Kebudayaan Lambang 3. Montagu
Montagu membagi kebudayaan menjadi 12 faset yaitu :
● Pola-pola komunikasi
● Bentuk-bentuk materiil
● Pertukaran barang-barang dan jasa
● Bentuk-Bentuk milik
● Kelamin dan pola-pola famili
● Sosial
● Pemerintah
● Praktik religi dan magis
● Mitologi dan filsafat
● Ilmu Kesenian dan rekreasi
Dari teori-teori Kultural Universal itu maka dapat kita bagi cabang kebudayaan menjadi 7 faset yaitu :
1. Sosial 2. Ekonomi 3. Politik
4. Ilmu dan teknik 5. Seni
6. Filsafat 7. Agama
Kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial itu disebut masyarakat. Antara masyarakat dan kebudayaan terjadi hubungan yang saling berpengaruh sangat erat sekali di mana masyarakat adalah wadah kebudayaan dan kebudayaan itu membentuk masyarakat.
Masyarakat adalah kelompok besar manusia dalam mana hidup terjaring kebudayaan yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaan mereka.
Ruang dan waktu menentukan kebudayaan, berbeda ruang maka akan berbeda kebudayaannya begitu pula berbeda waktu Maka kebudayaan pun akan berbeda. Cara berpikir dan cara merasa itu membentuk cara hidup atau cara bergaul atau berhubungan dengan orang lain atau bersosialisasi. Cara hidup itu berisikan cara bertindak, cara berlaku atau cara berbuat.
Cara hidup dibentuk oleh nilai-nilai yang dihayatinya. Jika masyarakat meninggalkan laku yang selama ini dilakukan maka dikatakan
masyarakat itu mengalami pergeseran nilai. Jika unsur-unsur kebudayaan yang diamalkan oleh bangsa Indonesia diganti dengan unsur-unsur kebudayaan Barat Maka dikatakan bangsa tersebut mengalami pergantian nilai.
Hal inilah yang menyebabkan Sultan Ali Syahbana memandang Kebudayaan sebagai konfigurasi nilai. Susunan nilai yang membentuk kebudayaan itu antara lain nilai-nilai :
● Ilmu yang diidentikkan dengan teori
● Ekonomi yang diidentikkan dengan teknologi
● Solidaritas yang berkaitan dengan sosial
● Agama
● Seni
● Kekuasaan yang berkaitan dengan politik
Cara berpikir dan merasa adalah kebudayaan batiniah manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup yang merupakan kebudayaan lahiriah. Kebudayaan material merupakan produk cara berlaku dan berbuat yang membentuk benda. Cara berpikir merasa membentuk sikap jiwa atau mentalitas mungkin juga dikatakan mentalitas atau sikap jiwa itu menyatakan diri dalam cara berpikir dan cara merasa.
Sikap jiwa itu adalah batiniah lahiriah yang menjelma sebagai sikap hidup dan pandangan hidup serta tujuan hidup. Apabila kita perbandingkan definisi kebudayaan dan definisi filsafat, keduanya bertemu dalam hal berpikir.
Kebudayaan adalah cara berpikir sedangkan berfilsafat adalah berpikir secara sistematis radikal dan universal. Berpikir demikian berujung pada sikap jiwa manifestasi sikap jiwa itu adalah sikap hidup dan pandangan dunia (world view) serta tujuan hidup.
Dengan demikian jelaslah betapa filsafat itu mengendalikan cara berpikir kebudayaan. Perbedaan kebudayaan dapat dipulangkan kepada perbedaan Filsafat. Kebudayaan bersahaja diatur oleh adat. Adat disusun oleh nenek moyang, nenek moyang itu berfungsi sebagai filsuf bagi kebudayaan bersahaja. Kebudayaan komunis dikendalikan oleh pandangan dan sikap hidup historis materialisme atau materialisme sosiologi Marx.
Cara hidup suatu masyarakat Agama berpedoman pada ajaran penganjur atau Nabinya yang dapat dipandang sebagai filsuf masyarakat itu. Cara hidup suatu kurun dipengaruhi oleh ahli-ahli pikir kurun itu.
Kehidupan materialis dalam dunia barat yaitu memandang materi lebih berharga daripada nilai-nilai rohaniah, kuat dipengaruhi oleh filsafat materialisme. Filsafat ini mengalami masa jayanya dalam abad ke-19 di Eropa Barat di bawah pimpinan Lametri. Pengaruhnya masih terasa dalam abad ke-20 ini dalam bentuk kehidupan materialis.
Sekularisme yang merupakan pandangan dunia dan sikap hidup barat dapat dipulangkan kepada filsafat duniawi Feurbach dalam abad ke-19.
Kehidupan negara diatur dan dikendalikan oleh undang-undang.
Mika Nietzsche berdalil filsafat sejati adalah pemerintah, yang menetapkan undang-undang. Jadi kedudukan filsafat terhadap kehidupan masyarakat adalah seperti pemerintah terhadap negara.
Filsafat Pancasila mengatur dan mengendalikan kehidupan Republik Indonesia. Dalam negara ini hidup bangsa Indonesia berkebudayaan Indonesia yang berasaskan Pancasila. Republik Indonesia mengatur yang dan dia Pancasila sebagai dia Yang hidup dalam wilayahnya dan Republik itu sendiri diatur oleh Pancasila. Sebagaimana kebudayaan Indonesia
diatur dan dikendalikan oleh Filsafat Pancasila demikian pula kebudayaan Rusia dan Cina diatur dan dikendalikan oleh filsafat komunisme.
Filsafat dan Agama
Untuk membahas hubungan filsafat dengan agama dan peranannya terhadap agama harus diselesaikan terlebih dahulu pengertian agama.
Pengertian Agama dari segi etimologinya membawa kita kepada bahasa Sansekerta akar kata a-gam -a ialah gam, yang berarti pergi atau berjalan.
Sansekerta adalah bahasa Indo Jerman. Dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Kita temukan kata “ga” (Belanda = gaan, dan Inggris = go) yang serumpun dengan gam dan berarti sama. Ditambah dengan awalan A dan akhiran a gam menjadi “agama”, yang berarti jalan. Dalam agama Hindu tentu jalan ke Nirwana. Kata jalan dengan makna yang sama kita temukan pula dalam peristilahan Islam “ syariat, thariqah, shirathal mustaqin (jalan lurus).
Dalam peristilahan Cina : Tao, dalam peristilahan Jepang : Shinto;
dalam agama Budha : jalan delapan. Tuhan Nasrani, Yesus berkata kepada pengikutnya “Ikutlah jalanku”.
Memang kalau didalami makna agama-agama umumnya kita temukan jalan pada batinnya. Kata agama dalam bahasa Indonesia kabur dan kacau pengertiannya, umumnya ia diekuivalenkan orang dengan religi atau religion sebagai istilah ilmu telah tertentu artinya. Ada empat ciri yang ditemukan pada tiap religi, antara lain :
● Percaya pada yang kudus
● Melakukan hubungan dengan yang kudus itu dengan ritus (upacara), kultus (pemujaan) dan permohonan
● Doktrin tentang yang kudus dan hubungan itu
● Sifat hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga ciri tersebut
Ada 2 kategori agama yaitu : 1. Agama Budaya (natural religion)
Agama budayalah yang lahir dalam kebudayaan, kalau agama ini tumbuh di bumi. Dibentuk oleh filsafat masyarakat Artinya bahwa tentu dirumuskan oleh filsuf masyarakat itu.
Ciri-cirinya :
● Tidak disampaikan oleh Nabi Tuhan, tidak dapat dipastikan kapan lahirnya.
● Tidak memiliki Kitab suci yang diwariskan oleh Nabi Tuhan
● Sistem merasa dan berpikir agama inheren dengan sistem merasa dan berpikir tiap segi kehidupan (faset kebudayaan masyarakat)
● Berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya
● Kebenaran prinsip ajaran agama tidak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata dibuktikan ilmu kekeliruannya; mengenai alam gaib tidak masuk akal
● Konsep keTuhanannya bukan serba Esa Tuhan 2. Agama Langit (Revealed religion) adalah
Agama ini yang diturunkan dari langit dan dibentuk dari wahyu Tuhan.
Ciri-ciri agama langit yaitu :
● Disampaikan oleh rasul Tuhan dengan pasti dapat dinyatakan waktu lahir agama
● Memiliki Kitab Suci yang diwaiskan rasul Tuhan dengan isi yang tetap
● Sistem rasa dan berpikirnya tidak inheren dengan sistem merasa dan berpikir tiap segi kehidupan masyarakat yang menganutnya.
● tidak berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya
● Kebenaran prinsip ajaran agama tahan dengan kritik akal
● Konsep ketuhanan serba ESA Tuhan
Hubungan Filsafat dan Peranannya terhadap Agama
Soal agama adalah soal hati, budi disini hanya pelengkap. Dalam agama budaya budi Itu bahkan diabaikan atau diperbudak oleh hati. Dalam agama langit budi Itu menerangi hati dan mengontrolnya agar jangan tergelincir kepada khayalan dan dongeng dalam mengartikan memahami dan mengamalkan agama itu. Karena tidak ada fakta yang akan dipegangi Budi diandalkannya kerja atas tenaganya sendiri yaitu logika. Ketika budi menggunakan sifat-sifat sistematis, radikal dan universal dalam pikirannya, maka budi itu telah memasuki filsafat dalam megartikan, menafsirkan, menjelaskan, mengulas agama. Filsafat itu karena dikaitkan dengan agama menjadi filsafat agama.
Berbeda fungsi budi dalam agama budaya dan agama langit. Dalam agama budaya hasil budi itu menjadi agama, sedangkan dalam agama langit kepercayaan agama yang diwahyukan dibawa ke alam budi.
Pemikiran Budi Itu yang sistematis radikal dan universal tentang wahyu berbentuk filsafat agama. Bertolak dari definisi filsafat adalah takrif filsafat agama, sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika atau teratur dan berdisiplin dan bebas. Ada dua bentuk filsafat agama yaitu :
1. Filsafat agama pada umumnya
Dihasilkan oleh pemikiran dasar-dasar agama oleh pemikiran dasar-dasar agama secara analitik dan kritik dengan membebaskan diri dari ajaran-ajaran agama dan bukanlah tujuannya untuk membenarkan suatu agama.
2. Filsafat sesuatu agama
Hasil pemikiran dasar-dasar suatu agama secara analitik dan kritik dengan tujuan memberikan alasan-alasan rasional untuk membenarkan agama itu. Setidak-tidaknya menguraikan bahwa ajaran agama itu tidaklah mustahil dan tidak berlawanan dengan logika. Tugas filsafat adalah membawa ajaran-ajaran agama ke alam budi, sehingga secara rasional dapat dipahami.
Sebagai filsuf ia mempersoalkan kepercayaan itu mengangkatnya ke dalam Budi sehingga secara rasional dapat didudukkan. ajaran Islam tentang pembagian alam dapat pula dipandang sebagai pengetengahi konfrontasi antara filsafat dan agama bahkan antara ilmu filsafat dan agama. Islam membagi alam dalam 3 jenis yaitu :
1. Alam Nyata
Alam nyata merupakan alam yang dapat diamati di riset dan di eksperimen adalah lapangan ilmu.
2. Alam Gaib Idhafi
Alam gaib idhafi atau gaib nisbi yaitu alam yang masuk ke dalam pengalaman manusia tapi masih belum berhasil ilmu meriset atau mengeksperimennya masuk ke dalam lapangan
filsafat. Ketika jenis kenisbian gaib bisa terbuka oleh ilmu maka ia masuk Medan ilmu.
3. Alam Ghaib hakiki
Alam gaib Hakiki yaitu alam yang tidak akan mungkin diamati, di riset, atau di eksperimen oleh manusia. Misalnya tujuan akhir alam, peristiwa sesudah mati alam akhirat masuk lapangan agama.
Untuk dapat termakan oleh akal, agama dapat meminta pada filsafat untuk menerangkan, mengulas atau menafsirkannya pada budi.
Persamaan antara filsafat dan agama adalah masing-masing merupakan sumber nilai terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini adalah nilai-nilai etika filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan. Pada agama budaya sesungguhnya ia masih produk akal juga, pada agama langit lah baru dapat dikatakan sebagai ketentuan Tuhan sepanjang dipercayai bahwa agama langit dibentuk oleh wahyu sedangkan agama budaya dilahirkan oleh filsafat.
Apabila dibahas ajaran tiap agama selalu kita temukan penentuan nilai-nilai baik dan buruk. Dalam Islam ini sangat tegas digariskan terkenal sarinya “Amar ma'ruf nahi munkar”
menyuruh kepada kebaikan mencegah dari kejahatan. Dalam Islam nilai etika itu tidaklah hanya dua seperti tingkat-tingkat nilai pada agama-agama dan kebudayaan-kebudayaan pada
umumnya. Melalui syariat yang terdiri dari 5 hukum Islam menggariskan 5 tingkat nilai yaitu :
● Hukum wajib mengandung nilai baik,
● Hukum sunnah setengah baik
● Hukum mubah Netral nilai atau hampa Nilai
● Hukum Makruh mengandung nilai setengah buruk
● Hukum haram berisikan nilai buruk
Nilai-nilai etika filsafat berubah-rubah menurut ruang dan waktu. Seirama dengan perubahan cara berpikir dan merasa manusia ia nesbi sekali. Sedangkan nilai-nilai etika agama atau agama langit mengatasi ruang dan waktu. abadi bahkan mengatasi peralihan dunia kepada akhirat. Etika agama mutlak karena berasal dari yang mutlak pula dan pembahasan laku perbuatan etika menurut agama itu adalah pasti. Baik filsafat ataupun agama menentukan norma-norma baik dan buruk.
Perbedaan besar antara filsafat dan agama antara suatu filsafat dengan filsafat lain antara suatu agama dengan agama lain adalah mana manakah yang baik itu dan mana-mana pulakah yang buruk itu. Perbedaan-perbedaan inilah yang membedakan filsafat dan agama, antara filsafat dan filsafat, dan antara agama dan agama.