• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi

Kabupaten Kolaka terdiri dari 20 kecamatan, dan 213 desa dengan luas wilayah ± 6.918,38 km2 dan jumlah penduduk sebesar ± 368.322 jiwa (2012) dengan sebaran penduduk 120 jiwa. Salah satu kecamatan yang ada di Kolaka adalah kecamatan Baula yang memiliki 10 desa. Luas wilayah kerja Puskesmas Baula yaitu ± 170,44 km2 dengan jumlah desa 10 yaitu Desa Longori, Kel.

Puundoho, Desa Puubenua, Desa Puulemo, Desa Watalara, Desa Puubunga, Desa Puuroda, dan Desa Ulu Baula dan besaran penduduk 12.458 jiwa 2018.

2. Karakteristik Responden a) Umur

Distribusi responden berdasarkan umur, dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 1

Distribusi data umur responden

Umur Ibu

n %

19-25 tahun 13 15.9

26-35 tahun 68 82.9

36-45 tahun 1 1.2

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

(2)

35 Berdasarkan tabel 3, bahwa distribusi umur responden pada usia 19-25 tahun yaitu sebanyak 15.9% (n=13), umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 82.9%

(n=68), dan umur 36-45 tahun sebanyak 1.2% (n=1).

b) Pekerjaan

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 2

Distribusi data pekerjaan responden

Pekerjaan Ibu

n %

IRT 68 82.9

Petani 31 37.8

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4, bahwa distribusi pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak 82.9% (n=68), dan petani sebanyak 37.8% (n=31).

c) Pendidikan

Distribusi sampel berdasarkan pendidikan, dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 3

D istribusi data pendidikan responden

Pendidikan Ibu

n %

SD 3 3.7

SMP 1 1.2

SMA 76 92.7

S1 2 2.4

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

(3)

36 Berdasarkan tabel 5, bahwa distribusi pendidikan yaitu SD sebanyak 3.7% (n=3), SMP sebanyak 1.2% (n=1), pendidikan responden yang terbanyak yaitu SMA sebanyak 92.7% (n=76), dan S1 sebanyak 2.4% (n=2).

3. Karakteristik sampel a. Jenis kelamin

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi data berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Sampel

n %

Laki-laki 51 62.2

Perempuan 31 37.8

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin Laki – laki sebanyak 62,2% (n=51) sedangkan jenis kelamin Perempuan 37,8%

(n=31).

(4)

37 b. Umur balita

Distribusi sampel berdasarkan umur (bulan), dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi data berdasarkan umur balita stunting

Umur balita Sampel

n %

1-3 tahun 23 28.1

4-6 tahun 59 71.9

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa distribusi data berdasarkan umur balita yang memiliki usia 1-3 tahun sebanyak 28.1% (n=23), balita usia 4-6 tahun sebanyak 71.9% (n=59).

1) Riwayat Imunisasi Dasar a) Kelengkapan Imunisasi

Distribusi sampel berdasarkan kelengkapan imunisasi, dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 6

Distribusi data kelengkapan imunisasi Kelengkapan Imunisasi Sampel

n %

Lengkap 34 41.5

Tidak lengkap 48 58.5

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 8, bahwa distribusi kelengkapan imunisasi yaitu balita yang lengkap imunisasi dasarnya sebanyak 41.5% (n=34),

(5)

38 dan balita yang tidak lengkap imunisasinya lebih banyak yaitu 58.5%

(n=48).

2) Asupan Energi

Distribusi sampel berdasarkan asupan energi, dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 7

Distribusi data tingkat asupan energi balita stunting

Asupan energi Sampel

n %

Baik 7 8.5

Kurang 75 91.5

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 9, bahwa distribusi tingkat asupan energi balita stunting dengan kategori baik yaitu sebanyak 8.5% (n=7), dan kategori kurang yaitu sebanyak 91.5% (n=75).

3) Asupan Protein

Distribusi sampel berdasarkan asupan energi, dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 8

Distribusi data tingkat asupan protein balita stunting

Asupan protein Sampel

n %

Baik 3 3.7

Kurang 79 96.3

Jumlah 82 100.0

Sumber: Data primer diolah, 2023

(6)

39 Berdasarkan tabel 10, bahwa distribusi tingkat asupan protein balita stunting dengan kategori baik yaitu sebanyak 3.7% (n=3), dan kategori kurang yaitu sebanyak 96.3% (n=79).

B. Pembahasan 1. Asupan Energi

Energi merupakan salah satu indikator zat gizi makro yang dibutuhkan oleh balita, asupan energi yang tidak adekuat berhubungan dengan risiko stunting pada balita. Selain menyebabkan status gizi kurang, asupan energi juga berhubungan terhadap tingkat perkembangan balita stunting. Balita dengan stuting memiliki tingkat perkembangan yang rendah dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi yang normal (Adani & Nindya, 2020)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 82 balita stunting sebagain besar yaitu 91.5% memiliki tingkat asupan energi yang kurang, sedangkan 8.5%, memiliki tingkat asupan energi baik. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh (Ayuningtyas et al., 2018) yang dilakukan oleh dengan Kejadian Stunting Pada balita dengan hasil asupan energi (63.8%) balita yang memiliki tingkat asupan energi rendah berstatus gizi stunting.

Keseimbangan energi yang negatif juga dapat menyebabkan insulin plasma berkurang sehingga dapat menurunkan sintesis Liver Insulin Growth Factor (IGF-1), mempengaruhi kinerja IGF binding protein-1, hormon tiroid, dan faktor sistemik lainnya yang terlibat dalam fibroblast growth factor (FGF-21) yang seluruhnya berperan dalam pertumbuhan linier (Adani & Nindya, 2020) .

(7)

40 2. Asupan protein

Protein adalah salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai reseptor yang dapat mempengaruhi fungsi- fungsi DNA yang mengendalikan proses pertumbuhan dengan mengatur sifat dan karater bahannya (Adani & Nindya, 2020) Hasil penenlitian ini menunjukkan dari 82 balita stunting sebagian besar yaitu tingkat asupan protein balita stunting dengan kategori baik yaitu sebanyak 3.7%, dan kategori kurang yaitu sebanyak 96.3%. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sulistianingsih & Yanti, 2020) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian stunting pada balita. Dengan hasil penelitian asupan energi kurang yaitu sebanyak 44.4%.

Selain itu masa balita adalah masa yang cukup penting karena mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan yang cepat, sehingga apabila terjadi ketidakseimbangan konsumsi protein pada saat balita akan berdampak pada tinggi badan anak (Almatsier, 2009). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sajogyo, bahwa kekurangan gizi pada anak menyebabkan kurus dan pertumbuhannya terhambat, terjadi kurang sumber zat tenaga dan zat pembangun yang diperoleh dari makanan anak. Protein merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, membangun struktur tubuh (otot, kulit dan tulang) serta sebagai pengganti jaringan yang sudah using (Angela et al., 2017).

Jika konsumsi potein kurang maka akan mempengaruhi asupan protein didalam tubuh yang nantinya akan mempengaruhi produksi dan kerja dari hormon IGF-1. IGF-1 atau somatomedin yang merupakan hormon polipeptida yang

(8)

41 berfungsi sebagai mitogen dan stimulator poliferasi sel dan berperan penting dalam proses perbaikan dan regenerasi jaringan (Agus Kundarwati et al., 2022).

3. Riwayat imunisasi dasar

Imunisasi adalah proses yang membuat kebal terhadap penyakit. Imunisasi adalah salah satu pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas pada anak. Imunisasi juga dapat menjaga status gizi anak dan mencegah malnutris (Khairani & Effendi, 2020).

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 82 balita stunting yaitu balita yang lengkap imunisasi dasarnya sebanyak 41.5%, dan balita yang tidak lengkap imunisasinya lebih banyak yaitu 58.5%. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh (Tauhidah, 2020) balita mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu sebanyak (67,6%).

Kelengkapan imunisasi dalam penelitian ini dilihat dari catatan buku KIA.

Kepemilikan Buku KIA/Buku catatan kesehatan anak sangat penting terutama untuk mengetahui jadwal ataupun jenis imunisasi yang diberikan kepada balita. Dengan kepemiikkan buku tersebut maka orang tua responden dapat mengetahui jenis imunisasi apa yang sudah diberikan dan imunisasi apa saja yang belum diberikan.

Pemberian imunisasi dasar pada anak merupakan perilaku kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors). Predisposising factors mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

(9)

42 nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Enabling factors mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Reinforcing factors terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Balita mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu sebanyak (67,6%) sedangkan bagi bayi yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap. Alasan tersering yang dikemukakan ibu di Kelurahan Mergosono tersebut untuk tidak melengkapi imunisasi bayinya adalah ibu sibuk/bekerja, yaitu sebesar 35%

(Tauhidah, 2020).

Referensi

Dokumen terkait

1 KUESIONER PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Yang Bertanda Tangan di Bawah ini Nama : Umur / tanggal lahir : Alamat : Dengan ini menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi