• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60 bulan. Sedangkan menurut kementrian kesehatan usia balita digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun). Balita adalah anak yang memiliki usia mulai dari 0-59 bulan. Dimana pada masa ini balita masih sangat memerlukan gizi yang baik dan cukup untuk tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang lebih banyak. Stunting adalah kondisi kronis dimana penderita kekurangan gizi sejak dari dalam kandungan hingga dilahirkan sampai usia 59 bulan (Nasution & Susilawati, 2022).Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini.

Pertumbuhan dapat dilihat dengan beberapa indikator status gizi.(Ilmiah & Sandi, 2022).

Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan

<-3 SD (sangat pendek / severely stunted) (Rahmadhita, 2020).

Menurut hasil Survei Survei Gizi Indonesia (SSGI),angka status tahun 2019 berada pada angka 27,7%, Angka prevalensi stunting di Indonesia tahun 2020 diperkirakan turun menjadi 26,92%.prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 berada pada

(2)

2 angka 24,4% Angka ini sudah turun dibandingkan tahun-tahun sebelum nya (Masjudi et al., 2022).

Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat prevalensi stunting pada tahun 2019 berdasarkan status gizi indeks TB/U yaitu kategori balita sangat pendek sebesar 3,25%

dan kategori balita pendek sebesar 13,67 % (Andriani et al., 2020). Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyebutkan bahwa angka prevalensi stunting di daerah berdasarkan hasil suevei status gizi indonesia (SSGI) 2020 mencapai 29,76 %.Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyebutkan bahwa angka prevalensi stunting di daerah berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencapai 30,02 %.Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kolaka Balita,di Kabupaten Kolaka Tahun 2021 Balita Pendek (TB/U) sebanyak 15%

,Balita Gizi kurang (BB/U) sebanyak 12% dan Balia Kurus (BB/TB) sebanyak 6%.Berdasarkan data Balita di Puskesmas Baula kecamatan baula tahun 2020 yaitu Balita Pendek (TB/U) sebanyak 20% dari 116 Balita. Pada tahun 2021 Balita Pendek (TB/U) sebanyak 18,5% dari 117 Balita. Pada tahun 2022 Balita Pendek (TB/U) sebanyak 20% dari 105 Balita. Prevalensi balita yang terkena defisiensi energi di Indonesia adalah sebanyak 43,2% Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Rahmawati & Duspowati (2018) menunujukkan bahwa sebagian besar yang mengkonsumsi energy balita masih kurang sebesar 53,2% sedangkan konsumsi energy yang dibutuhkan balita hanya cukup 46,8%.menunjukkan 55,7% balita kurang energi dan 17,1 lebih asupan.Survey tingkat asupan protein balita indonesia diperoleh sebanyak 23,6% kurang asupan protein dan 65,8% balita mendapatkan asupan protein lebih (Angela et al., 2017).

(3)

3 Stunting mempengaruhi sekitar 21,3 persen atau 144,0 juta anak di bawah 5 tahun secara global pada tahun 2019 (UNICEF et al., 2020).Menurut WHO batas maksimal Stunting balita adalah 20 % (Istiningsih & Riyanti, 2022).

Asupan energi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan energi. Ketidakseimbangan energi secara berkepanjangan menyebabkan terjadinya masalah gizi. Balita dengan tingkat asupan energi yang rendah mempengaruhi pada fungsi dan struktural perkembangan otak serta dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang terhambat. Energi yang berasal dari makanan dapat diperoleh dari beberapa zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Energi memiliki fungsi sebagai penunjang proses pertumbuhan, metabolisme tubuh dan berperan dalam proses aktivitas fisik (Ayuningtyas et al., 2018).

Asupan protein memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pertumbuhan, secara umum fungsi protein untuk pertumbuhan, pembentukkan komponen struktural dan pembentukkan anti bodi sehingga jika kekurangan asupan protein bisa berisiko untuk terjadinya stunting (Verawati et al., 2021).

Imunisasi merupakan upaya untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Melalui imunisasi diharapkan tubuh membentuk zat anti untuk mencegah ancaman penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan. Imunisasi merupakan pencegahan primer yang sangat efektif terhadap penyakit infeksi yang melindungi individu dari penyakit yang serius. Imunisasi juga mencegah penyebaran penyakit menular. Turunnya kunjungan imunisasi dapat mengakibatkan meningkatnya risiko terjangkit penyakit yang dapat dicegah dengan

(4)

4 imunisasi sehingga dikhawatirkan terjadinya kejadian luar biasa (Anggraeni et al., 2022).

Hasil penelitian (Ayu et al., 2021) menunjukkan bahwa dari 26 sampel balita stunting sebagian besar yaitu 96,53% (n= 25) memiliki tingkat asupan energi yang kurang, sedangkan 3,84% (n= 1) memiliki tingkat asupan energi yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua sampel memiliki asupan protein yang kurang yaitu 100% (n = 26). Hasil penelitian (Nova & Afriyanti, 2018) menunjukkan bahwa kejadian stunting pada balita lebih banyak ditemukan pada asupan energi kurang dari pada balita dengan asupan energi cukup. Balita yang asupan energinya kurang beresiko 1,2 kali mengalami stunting dari balita dengan asupan energi cukup.Hasil penelitian (Angela et al., 2017) menunjukan bahwa asupan energi yang cukup terdapat 67 subjek (62,6%), kurang sebanyak 37 subjek (34,6%), dan lebih terdapat 3 subjek (2,8%).

Distribusi asupan protein yaitu terdapat 20 subjek (18,7%) kurang, 56 subjek (52,3%) cukup, dan 31 subjek (29,0) lebih.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Asupan Energi Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecematan Baula Kabupaten Kolaka”.

B. Rumusan Permasalahan

Bagaimana Gambaran Asupan Energi Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka.

(5)

5 C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Bagaimana Gambaran Asupan Energi Asupan Protein dan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Asupan Energi pada Balita Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten kolaka.

b. Mengetahui Asupan Protein pada Balita Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten kolaka.

c. Mengetahui Riwayat Imunisasi Dasar balita stunting di Wilayah kerja Puskesmas Baula.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam memberikan informasi mengenai gambaran asupan energi asupan protein dan riwayat dasar imunisasi pada Balita stunting di Wilayah kerja Puskesmas Baula,Kecamatan Baula,Kabupaten kolaka.

(6)

6

2.

Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini pemerintah dapat memperhatikan tiap Asupan Makanan dan Imunisasi dasar pada Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten kolaka.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi berbagai masalah Stunting sehingga dapat dilakukan pencegahan dan perbaikan.

c. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengetahui apa saja Asupan Makan Balita dalam mencegah Stunting yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Baula Kecamatan Baula Kabupaten kolaka.

E. Keaslian Penelitian

No Penelitian Judul Hasil penelitian Desain Persamaan Perbed aan 1. Ayu

charlifa suciana (2021)

Gambaran Tingkat Pendapatan, Asupan Energi, dan Protein, Pada Anak Balita Stunting di Wilayah Puskesmas Rahia Kecamatan Gu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 26 sampel balita stunting sebagian besar yaitu 96,53% (n= 25) memiliki tingkat asupan energi yang kurang, sedangkan 3,84% (n= 1) memiliki tingkat asupan energi yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

semua sampel

Cross- Section al Study

Asupan energi dan asupan peotein pada balita stunting

Daerah peneliti an,sam pel

(7)

7 Kabupaten

Buton Tengah.

memiliki asupan protein yang kurang yaitu 100% (n = 26).

Nova, Maria Afriyanti, Olivia (2018)

hubungan antara Berat Badan Lahir, pemberian ASI Ekslusif, Pemberian MP-ASI dan Asupan Energi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian stunting pada balita lebih banyak ditemukan pada asupan energi kurang dari pada balita dengan asupan energi cukup.

Balita yang asupan energinya kurang beresiko 1,2 kali mengalami stunting dari balita dengan asupan energi cukup.

Cross Section al

Asupan energi

Daerah penelit ian,sa mpel,u sia balita,p emberi an asi ekslusif ,pemb erian MP- ASI.

Angela, Indri I Punuh, Maureen I

Malonda, Nancy S H

(2017)

Hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi anak balita diwilayah kerja puskesmas kambos kota manado

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa asupan energi yang cukup terdapat 67 subjek (62,6%), kurang sebanyak 37 subjek (34,6%), dan lebih terdapat 3 subjek (2,8%). Distribusi asupan protein yaitu terdapat 20 subjek (18,7%) kurang, 56 subjek (52,3%) cukup, dan 31 subjek (29,0) lebih.

Cross- Section al Study

Asupan energi dan protein

Daerah peneliti an,sam pel.

Referensi

Dokumen terkait

gambaran asupan energi,protein,dan pola makan pada remaja putri dengan status gizi kurang energi kronik kek.. Hubungan Asupan Energi,Protein,dan Seng Dengan kejadian stunting pada anak

Komposisi ASI banyak mengandung Asam Lemak tak jenuh dengan rantai karbon panjang yang tidak hanya sebagai sumber energi tapi juga penting untuk perkembangan otak karena molekul yang