• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN POLA ASUH MAKAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALIMU KABUPATEN BUTON - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN POLA ASUH MAKAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALIMU KABUPATEN BUTON - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis

Puskesmas Lasalimu Terletak di Kelurahan Kamaru, Kecamatan Lasalimu. Jarak Puskesmas Lasalimu dengan Ibu Kota Kabupaten Buton

±80 KM. Dengan kondisi geografi yang terdiri dari daratan yang berbukit, berlembah, pantai, serta tanah pertanian yang subur. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Lasalimu berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara 2) Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Lasalimu

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lasalimu Selatan 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

Wilayah kerja Puskesmas Lasalimu terdiri dari 1 (satu) Kelurahan. 7 (tujuh) Desa dan 21 (dua puluh satu) dusun. Dengan luas wilayah ±184,79 (KM²) dan jarak tempuh dari Desa ke Puskesmas berkisar anatara 1 KM hingga 20 KM dengan Waktu tempuh antara 5-30 Menit.

b. Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Lasalimu adalah 6202 jiwa dengan 1744 KK yang tersebar di 1 Kelurahan dan 7 Desa dengan rincian sebagai berikut:

(2)

37 Tabel. 4

Data Penduduk Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lasalimu

No. Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk

1 Kel. Kamaru 1061 jiwa/370 KK

2 Desa Lasembangi 645 jiwa/159 KK

3 Desa Sribatara 782 jiwa/184 KK

4 Desa Togomangura 633 jiwa/148 KK

5 Desa Wasuamba 813 jiwa/179 KK

6 Desa Wasambaa 981 jiwa/250 KK

7 Desa Bonelalo 646 jiwa/213 KK

8 Desa Talaga Baru 882 jiwa/241 KK

Sumber : Laporan Puskesmas, 2021

Secara demografi wilayah kerja UPTD Puskesmas Wil. Kec. Lasalimu kecamatan Lasalimu berpenduduk sebanyak 6.433 jiwa, dan 1.744 KK, adapun sebaran penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Wil. Kec. Lasalimu sebagai berikut:

Tabel. 5

Data Demografi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lasalimu No Kelompok

Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

1 2 3 4 5= (3+4)

1 0-4 335 331 666

2 5-9 337 340 677

3 10-14 373 344 717

4 15-19 343 354 697

5 20-24 303 267 570

6 25-29 261 244 505

7 30-34 233 253 486

8 35-39 228 226 454

9 40-44 219 217 436

10 45-49 192 179 371

11 50-54 132 134 266

12 55-59 109 114 223

13 60-64 73 63 136

14 65-69 57 54 111

15 70-74 37 48 85

16 75 + 54 61 115

JUMLAH 3.286 3.229 6515

Sumber :LaporanPuskesmas, 2021

(3)

38 c. Situasi Sumber Daya Kesehatan

1) Data Ketenagaan

Tenaga kesehatan sampai bulan Desember 2021 berjumlah 40 petugas yang terdiri dari 23 PNS,35 Perawat Nusantara Sehat, 6 Bidan PTTD, 2 Perawat PTTD, 1 Promkes PTTD, 1 Kesling PTTD, 1 Sopir Ambulance PTTD, 4 Petugas Magang. Serta penunjang tenaga kesehatan yang merupakan Kader Posyandu aktif berjumlah 68 orang. Berikut rincian tenaga kesehatan dan penunjang tenaga kesehatan di Puskesmas Lasalimu:

a) Dokter umum : 2 Orang b) Dokter Gigi : 1 Orang

c) SKM : 5 Orang

d) S.Kep : 2 Orang e) S.Gz : 1 Orang f) AKPER : 12 Orang g) AKBID : 15 Orang h) Farmasi : 1 Orang i) AMAK : 1 Orang j) Perawat Gigi : 1 Orang

k) SPK : 1 Orang

l) Sopir : 1 Orang m) Kader : 68 Orang 2) Data bangunan fisik

a) Puskesmas Induk : 1 buah b) Puskesmas Pembantu : 6 buah

(4)

39 c) Rumah Dinas Dokter : 2 buah

d) Rumah Dinas Perawat : 1 buah e) Rumah Dinas Kopel : 3 buah f) Poskesdes : 2 buah g) Posyandu : 12 buah 3) Data Kendaraan Operasional

a) Kendaraan Roda empat : 2 buah b) Kendaraan roda dua : 8 Buah 2. Karakteristik sampel

a. Jenis kelamin

Karakteristik sampel di Puskesmas Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan pada tabel 6 dan 7 sebagai berikut:

Tabel. 6

Distribusi sampel menurut jenis kelamin balita

Jenis kelamin Jumlah

n % Laki – laki

Perempuan

30 20

60 40

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

Tabel di atas menunjukan bahwa jenis kelamin balita antara laki-laki 30 orang (60%) dan perempuan sebanyak 20 orang (40%).

(5)

40 b. Umur

Tabel. 7

Distribusi sampel menurut umur balita

Umur ( bulan ) Jumlah

n %

0-6 7-12 13-60

1 3 46

2 6 92

Total 50 100

Sumber :Data primer 2023

Tabel di atas menunjukan bahwa umur balita yang paling banyak pada 13- 60 bulan sebanyak 46 orang (92%), umur 7-12 bulan 3 orang (6%), dan umur 0-6 bulan 1 orang (2%).

3. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden di Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara di sajikan pada table 8 – 9 berikut:

a. Pekerjaan

Tabel. 8

Distribusi sampel menurut pekerjaan Ibu

Jenis pekerjaan ibu Jumlah

n %

IRT Petani

Guru Bidan

38 8 3 1

76 16 6 2

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

Tabel di atas menunjukan jenis pekerjaan ibu yang paling banyak yaitu Ibu Rumah Tangga sebanyak 38 orang ( 76%), Pekerjaan Ibu sebagai Petani sebanyak 8 orang ( 16%), Pekerjaan Ibu sebagai Guru 3 orang ( 6%), dan Pekerjaan Ibu sebagai Bidan 1 orang ( 2%).

(6)

41 b. Tingkat Pendidikan

Distribusi sampel menurut tingkat Pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 9

Distribusi sampel menurut tingkat Pendidikan Ibu Tingkat Pendidikan

Ibu

Jumlah

n %

Tidak sekolah SD SMP SMA D3 S1

1 13 15 16 2 3

2 26 30 32 4 6

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

Tabel di atas menunjukan tingkat pendidikan Ibu palling banyak yaitu tingkat Pendidikan SMA sebanyak 16 orang ( 32%), tingkat Pendidikan SMP 15orang (30%), tingkat Pendidikan SD 13 orang ( 26%), tingkat Pendidikan S1 3 orang (6%) tingkat Pendidikan D3 2 orang ( 4%), dan yang tidak sekolah 1 orang ( 2%).

c. Jumlah anak

Tabel. 10

Distribusi sampel menurut jumlah anak Jumlah anak ( orang ) Jumlah

n %

1 2 3 4 5 6 7

6 14 13 9 4 2 2

12 28 26 18 8 4 4

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

(7)

42 Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah anak dalam satu keluarga yang paling banyak yaitu dengan jumlah anak 2 terdapat 14 orang (28%), jumlah anak 3 terdapat 13 orang (26%), jumlah anak 4 terdapat 9 orang (18%), jumlah anak 5 terdapat 4 orang ( 8%), jumlah anak 6 terdapat 2 orang ( 4%), dan jumlah anak 7 terdapat 2 orang (4%).

4. Gambaran pola asuh pemberian makan balita stunting

Distribusi sampel menurut pola asuh pemberian makan pada balita stunting dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 11

Distribusi sampel menurut pola asuh pemberian makan Pola asuh

pemberian makan

Jumlah

n %

Baik Kurang

32 18

64 36

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

Pada tabel di atas menunjukan bahwa pola asuh pemberian makan balita stunting Sebagian besar dalam kategori baik yaitu 32 orang (64%), dan dalam kategori kurang 18 orang ( 36%).

5. Gambaran asupan Energi pada Balita Stunting

Distribusi sampel menurut asupan energi pada balita stunting dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel. 12

Distribusi sampel menurut asupan energi pada balita stunting Konsumsi

energi

Jumlah

n %

Kurang Cukup

Lebih

45 5

-

90 10 -

Total 50 100

(8)

43 Sumber : Data primer 2023

Pada tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 45 orang (90) memiliki tingkat asupan energi yang kurang, dan 5 orang (10%) balita memiliki tingkat asupan energi yang baik.

6. Gambaran asupan Protein pada Balita Stunting

Distribusi sampel menurut asupan Protein pada balita stunting dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel. 13

Distribusi sampel menurut asupan Protein pada balita stunting Konsumsi

Protein

Jumlah

n %

Kurang Cukup

Lebih

34 13 3

68 26 6

Total 50 100

Sumber : Data primer 2023

Pada tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 34 orang (68%) memiliki asupan protein kurang, 13 orang (26%). Dan 3 orang (6%) kategori lebih.

B. Pembahasan

1. Gambaran pola asuh pemberian makan

Pola asuh merupakan interaksi dan hubungan orangtua dengan anak yang terdiri dari mendidik anak, memberi makan anak, menjaga. Pola asuh pemberian makan merupakan praktik pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua atau pengasuh kepada anaknya berkaitan dengan pemberian makanan dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perberkembangan. Pola asuh pemberian makan merupakan pola pengasuhan orang tua yang menggambarkan

(9)

44 bagaimana orang tua berinteraksi dengan anak mereka selama situasi makan. (Zhou et al., 2020)

Secara Umum Asupan makanan adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan makanan diperoleh zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan yang baik. Malnutrisi berhubungan dengan gangguan gizi, yang dapat diakibatkan oleh pemasukan makanan yang tidak adekuat, gangguan pencernaan atau absorbsi, atau kelebihan makan. Kekurangan gizi merupakan tipe dari malnutrisi. Asupan makan yang dikonsumsi kemudian akan menghasilkan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan anak yang dapat dilihat dari status gizinya.

(Naziha, 2018)

Pola asuh makan dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan balita dalam pengaturan jenis makanan, setiap menu makanan yang diberikan yang bertujuan untuk memenuhi gizi balita. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa pola asuh pemberian makan pada balita dengan kategori baik yaitu 23 orang ( 64%), dan kategori kurang berjumalah 18 orang (36%). Pada penelitian ini didapatkan Sebagian besar Pola asuh pemberian makan balita dalam kategori baik. Pola asuh pemberian makan merupakan jenis bahan menu makanan yang dimakan setiap hari dan merupakan cirri khas masyarakat tertentu.

Hal ini sejalan dengan Penelitian (Verdinawati, 2016) di minahasa yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara Pola Asuh Pemberian Makan Pada Anak dengan status gizi. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian (Prakhasita,

(10)

45 2018) di Puskesmas Tambak Wedi Surabaya bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak.

2. Gambaran asupan Energi

Energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai zat gizi terutama karbohidrat dan lemak. Energi yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan, dilepaskan dalam tubuh pada proses pembakaran zat-zat makanan. Asupan energy yang tidak mencukupi kebutuhan dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan energi Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh metabolisme basal, aktivitas fisik, maupun efek makanan. Kualitas makanan yang baik merupakan komponen penting dalam makanan anak karena mengandung sumber zat gizi makro dan mikro yang semuanya berperan dalam pertumbuhan anak. (Septiani, 2020)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, bahwa sebagian besar sampel (90%) memiliki tingkat Asupan Energi dalam kategori kurang, selebihnya (10%) pada kategori baik. Asupan energi merupakan faktor langsung dalam menentukan status gizi baliata. Balita dengan asupan energi yang cukup berstatus (BB/TB) normal, sendangkan balita dengan asupan energi yang kurang berstatus gizi kurus. Balita dengan tingkat asupan energi yang cukup dapat meningkatkan status gizi balita menjadi normal. Balita dengan kelebihan status gizinya normal dikarenakan kelebihan energi yang diperoleh dari makanan akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Simpanan tersebut yang menyediakan energi saat asupan makanan yang masuk kedalam tubuh kurang, sehingga status gizi akan tetap normal.Faktor – faktor kurangnya asupan zat gizi makro yaitu meliputi :

(11)

46 1. Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi

keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga.

2. Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik. Dengan melihat bahwa tingkat pendidikan orang tua yang mempunyai pendidikan rendah maka informasi-informasi kesehatannya khususnya dibidang gizi kurang didapat.Sehingga tida heran orang tua tersebut memounyai balita yang gizi buruk dan anak mengalami stunting. Hal ini yag sesuai dengan yang dikemukakan oleh info pangan dan gizi, yaitu pendidikan orang tua merupakan hubungan yang nyata dengan semua upaya pencegahan penyakit juga pendidikan orang tua ternyata sangat kuat dalam menentukan status gizi balita.

3. Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4. Budaya, budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. (Suparyanto dan Rosad, 2020)

Hal ini sejalan dengan penelitian (Hana Listya Pratiwi, 2013), juga menemukan adangan hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi anak balita (TB/U) si wilayah Kerja Puskesmas Selogiri, diperoleh implikasi semakin baik tingkat asupan energi maka status gizi balita semakin baik. Selain itu penelitian. (K.

A. Pratiwi, 2018) juga terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang.

(12)

47 3. Gambaran Asupan Protain

Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan manusia.

Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan memelihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangaun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

(Edy Susanto, 2019)

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (68%) memiliki tingkat Asupan Protein dalam kategori kurang, (26%) pada kategori baik dan (6%) kategori lebih. Protein memiliki pengaruh yang sangat penting pada pertumbuhan balita, secara umum fungsi protein untuk pertumbuhan, pembentukan komponen struktura, dan pembentukan antibodi.

Masalah gizi pada balita dapat muncul karena beberapa faktor yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Masalah gizi berawal dari kekurangan nutrient yang spesifik atau karena diet yang tidak adekuat atau karena komposisi proporsi makanan yang dikonsumsi tidak tepat. Penyebab langsung yaitu asupan makan yang kurang dan penyakit infeksi yang diderita balita. Balita yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering menderita penyakit infeksi misalnya diare, akhirnya dapat menderita kekurangan gizi. Sebaliknya balita yang tidak cukup makan dapat melemahkan daya tahan tubuhnya (imunitas), menurunkan nafsu makan dan mudah terserang infeksi, sehingga akhirnya juga dapat terjadi kekurangan gizi. Penyebab tidak langsung diantaranya pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya.

(13)

48 Faktor tidak langsung ini saling berkaitan dan bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan, dan ekonomi keluarga. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian besar. Hal ini karena pada masa tahun merupakan masa dengan pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis. Gangguan gizi seperti balita pendek tidak hanya berpengaruh pada tinggi fisik saja melaikan kemampuan intelenjensi dapat berpengaruh saat di usia kerja dan menurunkan daya saing bangsa. (Sulistianingsih & Yanti, 2018)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang lakukan oleh (Damayani Ervika, 2020), yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi (TB/U) pada balita. Balita yang kekurangan protein memiliki risiko menderita stunting jika dibandingkan dengan balita yang memiliki asupan protein yang cukup.

(14)

49

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan zat gizi berupa energi, protein, zat besi, kalsium dan yang lainnya meningkat pada masa remaja untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Masalah gizi yang

Asupan Protein Distribusi sampel berdasarkan asupan protein pada penelitian ini lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan