• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA REMAJA OBESITAS DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA REMAJA OBESITAS DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah pustaka

1. Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (WHO).

Pertumbuhan dan perkembangan selama masa remaja dibagi dalam tiga tahap, yaitu remaja awal (usia 11-14 tahun), remaja pertengahan (usia14-17 tahun) dan remaja akhir (usia 17-20 tahun). Mereka ada yang berada di dalam sekolah (berbasis sekolah) dan di dalam kelompok masyarakat (berbasis masyarakat). banyak hal yang menarik bila kita membahas tentang kelompok ini antara lain: jumlah populasi yang cukup besar yaitu 18,3% dari total penduduk (> 43 juta), keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun sosial di mana mereka memasuki masa yang penuh dengan strorm and stress, yaitu masa Pubertas (Wulandari, 2018).

Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

Pada usia ini banyak perubahan yang terjadi. Dengan mulai matangnya sistem hormonal dalam tubuh, hingga mempengaruhi komposisi tubuh. Perubahan tersebut berlangsung sangat cepat baik tinggi maupun berat dan komposisi tubuhnya. Hal ini disebut masa pubertas dan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh zat gizi dari makanan mereka (Jeki & Isnaini, 2022).

(2)

7 b. Tahap perkembangan remaja Pertumbuhan

Awal pertumbuhan dan perkembangan biologis remaja ditandai dengan dimulainya pubertas.Pubertas sering disebut sebagai masa transformasi fisik dari anak- anak menjadi dewasa. Perubahan biologis tersebut meliputi sexual maturation (kematangan fungsi seksual/ system reproduksi), peningkatan tinggi dan berat badan, akumulasi massa tulang, dan perubahan komposisi tubuh. Sebanyak 15-25% tinggi badan dewasa dapatdicapai pada masa pubertas ini.Sedangkan peningkatan berat mengikuti peningkatan tinggi badan (Casafranca Loayza, 2018)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat, baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena dipengaruhi oleh hormon seksual.Perkembangan berpikir pada remaja juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil.

Pematangan secara fisik merupakan salah satu proses pada remaja adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti haid pada perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-laki. Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin bergantung pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial (Soetjiningsih, 2007). Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :

(3)

8 a) Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga juga mudah terangsang secara erotis.

b) Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya atau pertengahan sangat mebutuhkan temannya. Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung dalam mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

c) Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun.Masa ini merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru.Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya.Mereka biasanya sudah berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil keputusan.

c. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti

(4)

9 penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik (Wulandari, 2018).

2. Kemampuan Berfikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama.

Sedangkan padaremaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di tahap akhir.

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap pertengahan mengalami Konflik utama terhadap kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.

(5)

10 5. Hubungan Dengan Sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok,standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen.

2. Obesitas

a. Definisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang terjadi jika kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan dengan berat badan total lebih besar dari keadaan normalnya, atau suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Obesitas dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi dari makanan yang masuk lebih besar dibanding dengan energi yang digunakan tubuh (Septiyanti

& Seniwati, 2020).

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Rofifah, 2020)

(6)

11 Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan . Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (G. A. K. R. W. Astuti, 2018).

Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (G. A. K. R. W. Astuti, 2018)

b. Tipe-tipe obesitas

Berdasarkan kondisi sel lemaknya, kegemukan dapat digolongkan dalam beberapa tipe Purwati (2001), yaitu :

1) Tipe hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak.

2) Tipe hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe hiperplastik dan hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantara suatu sinyak yang dikelurkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.

Obesitas tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung

(7)

12 sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:

a. Tipe buah apel

Pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher. Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak dibawah kulit dinding perut dan rongga perut sehingga perut tampak gemuk dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type). Disebabkan karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terjadi pada laki-laki yang disebut juga obesitas tipe android. Istilah lain juga sering digunakan untuk obesitas type ini antara lain : abdominal obesity atau visceral obesity.

Disebut obesitas visceral karena penimbunan lemak terjadi didalam rongga perut (abdomen) tepatnya disekitar omentum usus (visceral). Lemak viseral yang berlebihan memperoleh suplai darah dari pembuluah darah omentum, dan mengeluarkan banyak bahan kimia serta hormon ke dalam peredaran darah. Banyaknya lemak yang tersimpan di ronggga perut mencerminkan makin lebarnya linggar pinggang (waist circurference).

b. Tipe buah pear (Gynoid)

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh terbentuk seperti buah pear (pear type).

Disebabkan karena lemak berkumpul di pinggir tubuh yaitu pinggul dan paha,

(8)

13 obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada perempuan disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas gynoid. Nama lain dari tipe obesitas ini adalah peripheral obesity atay gluteal obesitas.

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi obesitas

Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar faktor risiko obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, asupan makan, sosial ekonomi. Di bawah ini adalah faktor – faktor risiko terjadinya obesitas (Putri, 2018).

a. Keturunan

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh.

Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigiserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk di simpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat badan.

Faktor keturunan akan menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang melebihi ukuran normal, sehingga secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama kandungan. Sel lemak pada kemudian hari akan menjadi tempat penyimpanan kelebihan lemak atau ukuran sel lemak akan mengecil tetepi masih tetap berada di tempatnya.

(9)

14 b. Konsumsi makanan

Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari. Secara biologis makanan berfungsi memenuhi kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi yang dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Metabolisme zat gizi yang terjadi di dalam tubuh berperan menghasilkan energi, membangun sel, dan memelihara keseimbangan elektrolit dan sistem daya tahan tubuh.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang dapat digunakan secara efisien. Obesitas muncul pada usia remaja cenderung berlanjut ke dewasa dan lansia.

1) Konsumsi karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling cepat mensuplai energi sebagai bahan bakar tubuh, terutama saat kondisi tubuh lapar.

Setelah makanan yang mengandung karbohidrat dikonsumsi, karbohidrat akan segeara dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi. Karbohidrat akan menyumbang 4 kalori di dalam makanan.

Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan faktor risiko obesitas. Konsumsi obesitas melebihi kecukupan akan disimpan dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain yang akan menimbulkan masalah kesehatan.

2) Konsumsi lemak

Lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein (mengandung trigiserida, fosfolipid, dan kolestreol) yang berhubungan dengan protein. Lemak akan

(10)

15 menghasilkan kalori tertinggi dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya yaitu sebesar 9 kalori didalam makanan. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya) (Doloksaribu, 2017).Lemak lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein.Setelah makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu konsumsi lemak berlebih akan lebih mudah menambah berat badan.

3) Konsumsi Protein

Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi tubuh selain karbohidrat dan lemak.Protein selain berguna sebagai sumber energi, protein juga dapat berfungsi untuk memelihara sel-sel didalam tubuh pada masa pertumbuhan.Makanan yang tinggi protein biasanya memiliki lemak yang tinggi pula sehingga dapat menyebabkan obesitas.

Protein akan menyumbang energi sebesar 4 kalori didalam makanan.Kelebihan asupan protein juga dapat diubah menjadi lemak tubuh.konsumsi protein yang melebihi kebutuhan tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui serangkaian reaksi menjadi trigiserida.

c. Sosial ekonomi

Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga pangan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan

(11)

16 menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari – hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi.

Pemilihan bahan makanan yang salah akan menyebabkan kurangnya asupan buah sayur sehari-hari. Mengkonsumsi buah sayur merupakan upaya yang dapat mencegah terjadinya kejadian obesitas, karena dapat mengurangi rasa lapar tetapi tidak menimbulkan lemak (Musadat, 2010). Konsumsi sayur dan buah adalah bagian dari stategi dalam mengontrol kegemukan dan obesitas. Penelitian Drapeau 2004 menyatakan bahwa konsumsi makanan tinggi serat, seperti konsumsi buah-buahan dan sayuran berhubungan dapat mencegah kenaikan berat badan.

d. Jenis kelamin

Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Perbedaan ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya.

Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki.

Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal

(12)

17 ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi dari pada perempuan.

Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki – laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita lebih tinggi dan banyak tersimpan di daerah panggul dibandingkan pria yang tersimpan di perut. Menurut WHO 2000, perempuan lebih cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber karbohidrat yang lebih banyak sebelum masa pubertas, sementara kecenderungan laki-laki mengkonsumsi makanan kaya protein. Kebutuhan zat gizi anak laki – laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki- laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi.

e. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energi.Penggunaan energi bervariasi tergantung tingkat aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda.Aktivitas fisik berguna untuk melancarkan peredaran darah dan membakar kalori.Aktivitas fisik akan membakar energi yang masuk, sehingga jika asupan kalori berlebih serta kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes. Hasil penelitian Suryaputra dan Nadhiroh, 2012 terdapat perbedaan yang bermakna pula pada aktivitas fisik remaja obesitas dengan non obesitas, dimana sebagian besar anak yang obesitas hanya memiliki aktivitas ringan.

(13)

18 d. Resiko Obesitas Secara Umum

Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan idial, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (G. A. K.

R. W. Astuti, 2018). Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit - penyakit tersebut antara lain :

a. Hipertensi

Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit hipertensi. Hal ini terjadi karena pada orang yang obesitas, maka jumlah jaringan lemaknya mengalami peningkatan. Seperti halnya bagian tubuh yang lainnya, jaringan ini juga bergantung pada oksigen dan zat makanan dari darah supaya tetap hidup. Dengan meningkatnya kebutuhan oksigen dan zat-zat makanan, maka jumlah darah yang beredar juga meningkat. Makin banyak darah yang melalui arteri makin banyak pula tekanan terhadap dinding arteri.

Disamping hal diatas, bahwa peningkatan berat badan secara khusus akan meningkatkan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin ini terkait dengan retensi natrium dan air sehingga volume darah meningkat. Kelebihan berat badan juga meneyebkan frekuensi denyut jantung meningkat dan mengurangi kapasitas pembuluh darah untuk mengangkut darah. Kedua faktor ini dapat meningkatkan tekanan darah.

(14)

19 b. Jantung koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.

Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20-40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua.

c. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90%penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan mak anan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat.

d. Gout

Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan.

(15)

20 e. Batu Empedu

Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui pembedahan.

e. penyebab obesitas

Penyebab utama obesitas karena tidak seimbangnya energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang digunakan. Penyebab ketidakseimbangan dapat disebabkan karena peningkatan asupan makanan berenergi dengan kandungan lemak yang tinggi dan penurunan aktivitas fisik karena meningkatnya pola hidup yang menetap dari berbagai bentuk pekerjaan, perubahan mode transportasi, dan peningkatan urbanisasi. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Faktor makanan yang mengandungi banyak lemak juga merupakan salah satu faktor penyebab.

f. Pengukuran Dalam Penentuan Obesitas

Menurut Supariasa dkk, 2012 pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan metode antropometri. Metode ini menggunakan pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, dan tebal lapisan kulit. Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan kebutuhan gizi. Antropometri dapat memberikan informasi

(16)

21 tentang riwayat gizi masa lampau. Tingkat obesitas Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT dengan menggunakan rumus yaitu :

IMT = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)²

Tabel 2. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT/U)

Indeks Kategori status gizi Ambang batas (Z-score) Indeks massa tubuh

menurut (IMT/U) usia 5- 18 tahun

Gizi kurang (thinness) -3 SD sd < -2 SD Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD Gizi lebih (overweight) +1 SD sd + 2 SD

Obesitas > + 2 SD

(Kemenkes RI, 2020) 3. Pengetahuan gizi

1) Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan terkait makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan aman di konsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2010). Berdasar teori yang ada, pengetahuan berpengaruh terhadap asupan makanan seseorang ini, yang hasil akhirnya asupan makanan akan berpengaruh pada status gizi seseorang.

Konsumsi makanan yang baik akan berdampak pada status gizi yang baik pula (Lestari, 2020)

(17)

22 Pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Jika pengetahuan remaja kurang tentang gizi, maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan menyebabkan masalah gizi kurang atau gizi lebih (Pantaleon, 2019).

a. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi yang terdapat dalam makanan, serta makanan yang aman untuk dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengelolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang (Notoadmodjo, 2003). Pada umumnya kelompok usia remaja, merupakan periode rentan gizi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang pesat. Selain itu pada remaja dibutuhkan energi yang cukup beragam. Pola asupan yang buruk akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, serta lebih rentan terhadap penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan osteoporosis dimasa dewasa. Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan (zat- zat gizi) yang baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.

Seorang remaja akan mempunyai gizi yang cukup apabila makanan yang dikonsumsi dapat menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan oleh tubuh (Paat et al., 2021).

(18)

23 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal 1. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.

(19)

24 3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun . sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

4. Lingkungan

Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.

5. Sosisal Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap dalam menerima informasi.

3) Cara mengukur tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan yaitu pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda.

Rumusnya ialah : P = F/N x 100%

Keterangan P = Persentase

(20)

25 F = Jumlah Pertanyaan benar

N = Jumlah Semua pertanyaan

Selanjutnya pengetahuan gizi dibagi menjadi 3 Kriteria yaitu : Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 % Pengetahuan Kurang : < 56 % (N. K. Astuti, 2021)

4. Fast Food

a. Defenisi Fast Food

Fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu singkat baik memasak maupun menyediakan makanan. Fast food merupakan istilah yang mengandung kedua arti tersebut : pertama, fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disajikan dan dikonsumsi dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan arti kedua fast food merupakan makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat. Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencaharian identitas diri akibat proses transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada penampilan fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi makan. Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza (Rahmatika, 2019).

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang dapat diolah dan dihidangkan atau disajikan dengan cepat oleh pengusaha jasa boga, rumah makan, restoran. Biasanya makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah

(21)

26 serat. Di kota besar tempat makan cepat saji sangat mudah dijumpai dan tersedia dengan berbagai pilihan makanan sehingga cocok bagi mereka yang terlalu sibuk (Casafranca Loayza, 2018)

Stender (2007) menjelaskan bahwa konsumsi makanan cepat saji positif berhubungan terhadap terjadinya peningkatan berat badan. Seseorang yang mengkonsumsi makanan cepat saji > 2 kali per minggu berat badannya meningkat 4,5 kg dan 104 % meningkat resistensi insulin jika dibandingkan dengan seseorang yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 kali per minggu (Casafranca Loayza, 2018)

Menurut Wahyuni (2013), frekuensi fast food diukur dengan menggunakan Food Frequency Quetionnairer (FFQ), selanjutnya dikategorikan menjadi 3 kategori, dikatakan sering jika frekuensi 3-4 kali/minggu, jarang 1-2 kali/minggu, tidak pernah dikonsumsi satu minggu.

Setiap alternatif jawaban “Sering” diberi nilai 3, jawaban “Jarang” diberi nilai 2, dan jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Untuk menentukan kategori setiap responden dengan skor tertinggi (132) dan dikalikan dengan 100 % .

𝑛 = £𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 100%

Selanjutnya konsumsi fast food dibagi menjadi dua kategori yaitu : Sering : 67-100 %

Jarang : 0-66 %

(Casafranca Loayza, 2018).

(22)

27 b. Jenis Fast Food

Secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari barat dan lokal. Fast food yang berasal dari barat sering juga disebut fast food modern. Makanan yang disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza dan sejenisnya. Sedangkan fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda (Casafranca Loayza, 2018)

c. Kandungan Fast Food

Secara umum makanan cepat saji (fast food) mengandung tinggi kalori, lemak, gula dan natrium juga rendah serat, vitamin A, vitamin C, kalsium dan folat.

1. Tinggi Kalori

Kalori yang diperoleh dari satu porsi fast food dapat memenuhi setengah kebutuhan kalori dalam sehari yang berkisar 400-600 kalori atau bahkan sampai 1500 kalori. Asupan kalori yang tinggi dengan frekuensi sering dapat menyebabkan terjadinya obesitas (Rahmatika, 2019).

2. Tinggi Lemak

Kalori suatu makanan fast food mengandung 40-60% lemak jenuh.

Fried chicken yang umumnya digoreng dengan kulit mengandung kolesterol cukup tinggi. Makanan yang digoreng dalam minyak ditambah daging dan telur mengandung kolesterol yang tinggi. Lemak dan kolesterol dibutuhkan oleh tubuh, tetapi jika dikonsumsi berlebihan

(23)

28 mengakibatkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Rahmatika, 2019).

3. Tinggi Natrium

Beberapa fast food mengandung natrium yang tinggi. Konsumsi natrium yang berlebihan menjadi faktor risiko munculnya penyakit hipertensi. Asupan natrium yang tinggi meningkatkan sekresi hormon natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium dan mepunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium. Hal ini dapat terjadi peningkatan volume cairan ekstraseluler yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Rahmatika, 2019).

4. Rendah Serat

Pada umumnya fast food sangat rendah serat atau tidak mengandung sayur. Sayur yang digunakan fast food terbatas pada selada dan kol yang tidak banyak mengandung vitamin serta mineral. Satu porsi french fries mengandung 3 gram serat, dan fried chicken mengandung kurang dari 1 gram serat. Hal ini sangat jauh dengan kebutuhan serat yang dianjurkan per hari yaitu 25-30 gram. Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam empedu lebih sedikit diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang diabsorbsi dari hasil sisa empedu (Rahmatika, 2019).

d. Faktor yang mempengaruhi konsumsi Fast Food 1. Akses ke sumber makanan

Kemudahan akses untuk memperoleh makanan fast food dapat mempengaruhi kebiasaan atau frekuensi makan fast food seseorang. Pola diet barat diluar restoran fast food berhubungan dengan kelebihan berat

(24)

29 badan, meskipun makanan tersebut diperoleh dari toko kelontong.

Supermarket yang menyediakan produk segar, tetapi juga menyediakan minuman manis dan keripik dapat berkontribusi terhadap pola pembelian makanan yang sehat dan tidak sehat. Makanan yang diperoleh dari toko makanan ritel Amerika Serikat ditemukan mirip makanan fast food dilihat dari segi total lemak dan kandungan gulanya.

2. Uang Saku

Remaja yang memiliki pola sarapan kurang baik lebih banyak ditemukan pada remaja dengan uang saku tergolong besar dibandingkan pada remaja dengan kategori uang saku kecil. Remaja usia sekolah pada umumnya memiliki uang saku. Dari uang saku ini tercermin kondisi sosial ekonomi keluarga. Remaja yang memiliki uang saku besar tentu memiliki pilihan lebih banyak terkait makanan yang ingin ia beli, terlepas dari makanan tersebut sehat atau tidak. Remaja yang memiliki uang saku besar cenderung melewatkan sarapan karena berpikir dapat membeli sarapan di luar dengan menggunakan uang saku yang dimiliki. Besar uang saku juga merupakan pertimbangan orang tua saat tidak dapat menyiapkan sarapan di rumah. Orangtua yang tidak sempat menyiapkan sarapan karena bekerja cenderung memberikan uang saku yang lebih besar agar anak dapat membeli sarapan di luar berupa makanan siap saji (fast food) sehingga menyebabkan kelebihan berat badan (Rahmatika, 2019).

3. Ketersediaan makanan dirumah

Fase remaja memiliki hubungan dengan konsumsi fast food yang tinggi dikarenakan hasil diet yang kurang baik. Ketersediaan makanan

(25)

30 dirumah( minuman soda, keripik, dan rendahnya mengonsumsi sayuran dan susu) dapat mempengaruhi sesorang dalam hal frekuensi mengonsumsi fast food (Rahmatika, 2019).

e. Dampak Negative Fast Food bagi Kesehatan 1. meningkatkan resiko serangan jantung

Fast food memiliki kandungan kolesterol yang tinggi sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Aliran darah akan menjadi tidak lancer karena tersumbatnya pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Menimbulkan efek ketagihan

Fast food mengandung zat aditif sehingga merangsang anda untuk ketagihan dan terus mengonsumsinya sesering mungkin. Untuk menghindari ketergantungan dengan makanan fast food, anda bisa menggantinya dengan mengonsumsi makanan- makanan sehat seperi buah-buahan dan sayurran segar.

3. Menyebabkan obesitas

Fast food dapat meyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan.Hal ini dikarenakan kandungan gula dan garam yang sangat banyak dan berpotensi untuk meningkatkan berat badan atau obesitas.Kandungan minyak dan bahan pengawet yang tedapat dalam kandungan fast food juga membuat tubuh sulit mengurai lemak.

4. Meningkatkan Resiko Terserang Kanker

(26)

31 Fast food mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko terkena kanker, terutama kanker payudara dan kanker usus besar.

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori

Sumber : Modifikasi dari Wirjatmadi 2012

Obesitas Genetik

Aktivitas Fisik Jenis kelamin Pengetahuan gizi

Konsumsi fast food

Sosial ekonomi

(27)

32 C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel Diteliti

Obesitas konsumsi fast food

Pengetahuan gizi

Referensi

Dokumen terkait

Data pola makan diperoleh dari hasil kuisioner dengan format food frequensi questionnaire FFQ yang dilakukan melalui wawancara dengan siswa di SMAN 1 Kendari,data pola makan diolah