• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA REMAJA OBESITAS DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA REMAJA OBESITAS DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejara Singkat

SMA Negeri 1 Kendari berdiri pada tanggal 1 Agustus 1962, dan berstatus Negeri pada tanggal 23 September 1963 berdasarkan SK Mentri P dan K No 24/SK/B.III/1963. Sejak didirikan sekolah ini telah memiliki beberapa nama, yaitu: SMA Negeri 224 Kendari, SMA Negeri Teladanan Kendari, SMA Negeri 1 Kendari , RSBI SMAN 1 Kendari dan SMA Negeri 1 Kendari

Sesuai dengan surat Keputusan Direktur Pembinaan SMA, Direkorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah,Dapartemen Pendidikan Nasional Nomor: 697/C4/2007 tanggal 18 Juli 2007,SMA Negeri 1 Kendari ditetapkan sebagai salah satu dari 200 SMA Rintisan Bertaraf Internasional se Indonesia dan pertama di Sulawesi Tenggara.

b. Letak Gegrafis

Ditinjau dari letak geografisnya SMA Negeri 1 Kendari memiliki luas 9.845 m² dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan penggadaian Sebelah barat berbatasan dengan DPRD Kota kendari

Sebelah selatan berbatasan dengan Bank BPD Kota kendari Sebelah Utara berbatasan dengan rumah warga

(2)

40 c. Jumlah Siswa

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Siswa

No Kelas Jumlah Kelas

Jumlah Siswa

Total

L P

X 12 kelas 169 254 423

XI 6 kelas 192 207 399

Total 822

2. Gambaran Umum Siswa Obesitas

Jumlah siswa obesitas yang ditemui pada kelas X-XI di SMA Negeri 1 Kendari berjumlah 25 siswa.

a. Status Gizi Obesitas

Tabel 4

Distribusi Siswa Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi Jumlah

n %

Obesitas 25 3,0

Overweight 15 2,0

Tidak Obesitas 782 95

Total 822 100

Pada tabel 4 diatas menunjukan dari 822 siswa memiliki status gizi obesitas n = 25 (3%).

b. Jenis Kelamin Siswa Obesitas

Tabel 5

Distribusi Siswa Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Siswa Obesitas

n %

Laki-laki 10 40

Perempuan 15 60

Total 25 100

(3)

41 Berdasarkan tabel 5 menunjukan sebagian besar jenis kelamin siswa obesitas dengan jenis kelamin laki-laki n = 10 (40%)

c. Umur Siswa Obesitas

Umur siswa Obesitas berkisar antara 15-17 tahun, dengan distribusi seperti yang disajikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6

Distribusi Siswa Obesitas Berdasarkan Umur

Umur Siswa Obesitas

n %

15 3 12

16 12 48

17 10 40

Total 25 100

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa siswa obesitas terbanyak pada umur 16 tahun (48%) selebihnya, pada usia 17 dan 15 tahun.

d. Pengetahuan Gizi

Tabel 7

Distribusi Siswa Obesitas Berdasarkan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Siswa Obesitas

n %

Baik 20 80

Cukup 4 16

Kurang 1 4

Total 25 100

Pada tabel 7 diatas terlihat bahwa jumlah siswa memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik n = 20 (80%).

Kuesioner pengetahuan gizi terdiri dari 12 pertanyaan yang berisi beberapa konsep yaitu konsep dasar gizi, hubungan gizi dan penyakit, konsumsi fastfood. Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang

(4)

42 makanan berkaitan dengan pemilihan bahan makanan, pemilihan menu, dan menentukan pola konsumsi pangan. Pengetahuan gizi dapat menentukan mudah tidaknya seseorang dalam memahami manfaat dan kandungan gizi yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status gizi.

d. Konsumsi Fast Food

Tabel 8

Distribusi Siswa Obesitas Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast food

Konsumsi fast food Siswa Obesitas

n %

Sering 13 52

Jarang 12 48

Total 25 100

Berdasarkan tabel 8 diatas terlihat bahwa sebagian besar siswa obesitas memiliki frekuensi konsumsi fast food dengan kategori sering n = 13 (52%).

Namun pada penelitian ini juga ditemukan bahwa meskipun konsumsi fast food jarang, tapi responden tetap mengalami obesitas. Hal tersebut bisa dsebabkan karena meskipun mereka jarang mengkonsumsi fast food, tetapi setiap kali mengkonsumsi mereka mengkonsumsi dengan porsi yang lebih banyak. Berdasarkan data dan hasil observasi dilapangan, konsumsi fast food lebih disebabkan siswa sering jajan dikantin sekolah yaitu mie instan, roti,nugget, sosis, siomay. Tidak hanya disekolah saja mereka juga sering mengkonsumsi fast food diluar sekolah seperti pizza, spagetti,kentang gorengan,nasi goreng dan lain-lain.

(5)

43 B. Pembahasan

1. Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang terjadi jika kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan dengan berat badan total lebih besar dari keadaan normalnya, atau suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Obesitas dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi dari makanan yang masuk lebih besar dibanding dengan energi yang digunakan tubuh (Septiyanti &

Seniwati, 2020).

Pada penelitian ini seperti yang ditunjukan pada tabel 4 terlihat bahwa sebesar 3% siswa atau 25 orang memiliki status gizi dalam kategori obesitas selebihnya tidak obesitas. Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas usia 16-18 tahun berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 di sulawesi tenggara yaitu sebesar 1,85%. Tetapi dibandingkan dengan kota kendari prevalensi yang ditemukan dalam penelitian ini lebih kecil. Dimana prevalensi obesitas usia 16-18 tahun di kota kendari berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 sebesar 4,98%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tisa Pertiwi di SMP Muhammadiyah 4 Palembang tahun 2018 menunjukan bahwa 18,8% siswa mengalami obesitas dari 154 siswa selebihnya overweight,kurang dan normal.

Salah satu faktor penyebab obesitas pada remaja adalah asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) yang tersedia di gerai makanan. Obesitas dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan

(6)

44 mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat (Dewita, 2021).

Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial.

Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, status sosial ekonomi, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor- faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas (Hanafi & Hafid, 2019).

Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi dari pada perempuan.

Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki – laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita lebih tinggi dan banyak tersimpan di daerah panggul dibandingkan pria yang tersimpan di perut.

Menurut WHO 2000, perempuan lebih cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber karbohidrat yang lebih banyak sebelum masa pubertas, sementara kecenderungan laki-laki mengkonsumsi makanan kaya protein. Kebutuhan zat gizi anak laki – laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi.

(7)

45 2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dapat diartikan sebagai kepandaian seseorang dalam memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri ataupun orang lain . Selain itu, pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan, paparan informasi dan media (Kinasih, 2021).

Pengetahuan gizi perlu dimiliki oleh setiap orang karena apabila terjadi kesalahan dalam memilih makanan akan menyebabkan dampak buruk pada kesehatan. Dampak buruk tersebut tidak hanya dirasakan seketika setelah mengonsumsi makanan tertentu, namun dapat muncul dalam jangka waktu yang lama (Kinasih, 2021).

Pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Jika pengetahuan remaja kurang tentang gizi, maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan menyebabkan masalah gizi kurang atau gizi lebih (Pantaleon, 2019).

Kuesioner pengetahuan gizi terdiri dari 12 pertanyaan yang berisi beberapa konsep yaitu konsep dasar gizi, hubungan gizi dan penyakit, konsumsi fast food.

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan berkaitan dengan pemilihan bahan makanan, pemilihan menu, dan menentukan pola konsumsi pangan. Pengetahuan gizi dapat menentukan mudah tidaknya seseorang dalam memahami manfaat dan kandungan gizi yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status gizi (Casafranca Loayza, 2018).

(8)

46 Pada penelitian ini seperti yang ditunjukan pada tabel 7 terlihat bahwa sebesar 80% siswa obesitas memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik, selebihnya kurang dan cukup.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Kinasih, 2021) yang menunjukan bahwa jumlah responden dengan pengetahuan gizi baik sebanyak 66 orang 89,2%, selebihnya sedang dan kurang.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (Casafranca Loayza, 2018) yang menunjukan bahwa dari 24 responden, sebagian besar memilliki pengetahuan gizi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden 45,8%, selebihnya baik dan kurang.

3. Konsumsi Fast Food

Makanan fast food merupakan makanan yang umumnya mengandung lemak, protein dan garam yang tinggi tetapi rendah serat. Fast food memiliki tingkat kandungan kalori yang tinggi hal ini dilatar belakangi oleh tingkat kepadatan tinggi energi yang terkandung dalam fast food dengan ukuran porsi yang terbilang cukup besar, bila terlalu tinggi dalam mengkonsumsi kalori, tubuh akan mengganti dan menyimpan energi menjadi trigliserida pada jaringan adiposa, penumpukan kalori di dalam tubuh tanpa adanya peningkatan pengeluaran energi memiliki efek biologis yang cukup kuat serta berpengaruh pada status gizi yang meningkatkan terjadinya kejadian obesitas (Salsabila, 2022).

Pada penelitian ini seperti yang ditunjukan pada tabel 8 terlihat bahwa sebesar 52% siswa obesitas memiliki frekuensi konsumsi fast food dengan kategori sering, selebihnya jarang.

(9)

47 Hal tersebut disebabkan karena makanan fast food mengandung banyak kalori, garam dan masih banyak lagi zat-zat yang kurang baik untuk kesehatan, semakin sering mengkonsumsi fast food maka akan semakin berisiko menderita obesitas. Saat ini fast food tidak lagi hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan tetapi juga oleh masyarakat pedesaan. Masakan fast food yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan karena hanya dijual di tempat-tempat pusat perbelanjaan yang besar kini sudah banyak tersedia di pedesaan dan bisa dijumpai di minimarket atau pun usaha-usaha rumahan (Hanafi & Hafid, 2019).

Namun pada penelitian ini juga ditemukan bahwa meskipun konsumsi fast food jarang, tapi responden tetap mengalami obesitas. Hal tersebut bisa dsebabkan karena meskipun mereka jarang mengkonsumsi fast food, tetapi setiap kali mengkonsumsi mereka mengkonsumsi dengan porsi yang lebih banyak.

Berdasarkan data dan hasil observasi dilapangan, konsumsi fast food lebih disebabkan siswa sering jajan dikantin sekolah yaitu mie instan, roti,nugget, sosis, siomay. Tidak hanya disekolah saja mereka juga sering mengkonsumsi fast food diluar sekolah seperti pizza, spagetti,kentang gorengn,nasi goreng dan lain-lain.

Fast food memiliki kandungan kolesterol yang tinggi sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Aliran darah akan menjadi tidak lancer karena tersumbatnya pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner

(10)

48 Fast food dapat meyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan.Hal ini dikarenakan kandungan gula dan garam yang sangat banyak dan berpotensi untuk meningkatkan berat badan atau obesitas.Kandungan minyak dan bahan pengawet yang tedapat dalam kandungan fast food juga membuat tubuh sulit mengurai lemak. Dan Fast food mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko terkena kanker, terutama kanker payudara dan kanker usus besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Casafranca Loayza, 2018) menunjukan bahwa dari 24 responden, sebagian besar memiliki konsumsi fast food dengan kategori sering yaitu sebanyak 17 responden (70,8%), dengan kategori jarang yaitu sebanyak 7 responden (29,9%).

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan zat gizi berupa energi, protein, zat besi, kalsium dan yang lainnya meningkat pada masa remaja untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Masalah gizi yang