MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SD
HASIL PENELITIAN
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muslim Buton
OLEH
NUR AINI ARDIANTI NIM. 04202001013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM BUTON 2024
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
HASIL PENELITIAN
“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SD ”
OLEH
NUR AINI ARDIANTI NIM. 04202001013
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan panitia Ujian Hasil Penelitian pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Buton.
Baubau, November 2024 Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Samron, S.Pd., M.Pd. Afudin La Arua, S.Pd., M.Pd NIDN : 0918128705 NIDN : 0903028903
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Samron, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0918128705
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR GAMBAR...iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...4
C. Batasan Masalah...6
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian...6
F. Manfaat Penelitian...6
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori...8
B. Hasil Penelitian Yang Relavan...31
C. Kerangka Berpikir...34
D. Hipotesis Tindakan...37
E. Definisi Operasional...37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...38
C. Subyek Penelitian...38
D. Teknik Pengumpulan Data...38
E. Teknik Analisis Data...39
F. Prosedur Penelitian...41
G. Indikator Kinerja...41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...44
B.. Deskripsi Hasil Penelitian...55
C.. Pembahasan Penelitian...66
BAB V PENUTUP A.. Kesimpulan...58
B.. Saran...58
DAFTAR PUSTAKA...59
LAMPIRAN...62
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir...38 Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas...40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Presentase Ketuntasan belajar (pretest) Siswa...42
Tabel 4.2 Lembar Observasi Guru Siklus I...45
Tabel 4.3 Lembar Observasi Siswa Siklus I...46
Tabel 4.4 Presentase Ketuntasan Siklus I...47
Tabel 4.5 Refleksi Pembelajaran Siklus I...48
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II...51
Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II...52
Tabel 4.8 Presentase Ketuntasan Siklus II...53
Tabel 4.9 Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II...54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Modul Ajar Siklus I...63
2. Materi ajar Siklus I Pertemuan I...66
3. Soal Siklus I Pertemuan II...68
4. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II...70
5. Kunci Jawaban Siklus I...72
6. Hasil Pretest Siswa...73
7. Presentase Ketuntasan Siklus I...74
8. Lembar Observasi Guru Siklus I...75
9. Lembar Observasi Siswa Siklus I...76
10. Modul Ajar Siklus II...77
11. Materi Ajar Siklus II Pertemuan I...80
12. Soal Siklus II Pertemuan II...82
13. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II...84
14. Kunci Jawaban Siklus II...86
15. Presentase Ketuntasan Siklus II...87
16. Lembar Observasi Guru Siklus II...88
17. Lembar Observasi Siswa Siklus II...89
18. Dokumentasi Penilaian...90
19. Surat Keterangan Penelitian...91
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan begitu akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi atau berperan dalam kehidupan masyarakat. Hamzah (2013:
13) mengemukakan bahwa pendidikan wajib ditempuh untuk memberikan pengetahuan, membentuk sikap dan kepedulian terhadap lingkungan.
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia yaitu siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan merupakan kebutuhan dasar manusia karena pendidikan mempengaruhi cara berpikir manusia sehingga dapat menyesuaikan dan menempatkan diri dengan lingkungannya.
Pada hakikatnya, manusia pasti memerlukan pendidikan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Siswoyo (2013:
1) bahwa, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan manusia dan masyarakat, berdasarkan pada suatu pemikiran tertentu. Salah satu fungsi pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal itu sesuai dengan arti pendidikan menurut Undang – Undang No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditekankan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar yang disengaja dan didasarkan atas tujuan yang jelas. Proses pendidikan dimulai sejak kecil dari lingkup keluarga dan untuk mewujudkan fungsi pendidikan maka harus melalui jenjang pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar. Dalam proses pendidikan di sekolah dasar akan menanamkan keterampilan dasar yang akan menjadi bekal untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya. Sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mengajarkan dan menanamkan pendidikan dasar, sehingga perlu mengoptimalkan semua mata pelajaran, salah satunya yaitu mata pelajaran matematika (Ratna, D. R, 2020).
Matematika sudah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai kepada jenjang yang lebih tinggi lagi. Matematika bukan hanya berisi tentang hitung-hitungan saja, tetapi juga berisi tentang penataan cara berpikir, misalnya tentang bagaimana cara menganalisis, memahami, mengevaluasi bahkan sampai kepada kemampuan memecahkan suatu masalah. Selain itu, matematika juga bukanlah tipe mata pelajaran yang sifatnya menghafal, melainkan lebih kepada memahami bagaimana rumus itu terjadi dan bagaimana rumus itu digunakan. Matematika juga berfungsi untuk
kemampuan menurunkan rumus, dan kemampuan menggunakan rumus dalam memecahkan suatu masalah. Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah, baik masalah dalam mata pelajaran lain ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menjadi mata pelajaran yang dianggap susah dan menakutkan sehingga tidak diminati siswa di sekolah dasar.
Menurut observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 Mei 2024 di SD Negeri 9 Lakudo, peneliti menemukan bahwa siswa kurang mampu menjawab soal matematis ketika guru sedang memberikan penjelasan didepan kelas, namun ketika diberikan soal matematis untuk dikerjakan mereka kurang mampu. Hasil kondisi awal siswa tentang bangun datar rendah dan tidak mencakup nilai rata-rata mencapai 60 dibawah standar KMM Matematika 75. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 9 Lakudo hal ini disebabkan siswa yang menganggap mata pelajaran matematika kurang penting dan tidak terlalu berkaitan dengan keseharian siswa, sehingga siswa mudah lupa dengan pembelajaran dan lebih mengutamakan bermain daripada menyelesaikan masalah matematis yang diberikan guru.
Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dipilih sebagai solusi untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk mengkontruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Ide utama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran RME adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan
Pembelajaran matematika realistik menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika dan bagaimana mengajar dan belajar matematika.
Pembelajaran matematika realistik adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang menggunakan realitas sebagai titik awal dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendukung siswa dalam membangun dan menemukan kembali Matematika melalui masalah kontekstual interaktif (Gravemeijer, 2010:45).
Pembelajaran melalui pendekatan realistik diharapkan mampu membawa perubahan yang signifikan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran yang menarik dan memberikan kesan serta pengalaman secara langsung, sesuai dengan kehidupan dan kebutuhan aktual siswa ialah proses pembelajaran yang diharapkan saat ini. Secara etimologi aktivitas belajar berasal dari dua kata, yaitu aktivitas dan belajar. Aktivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai kegiatan, keaktifan, kesibukan (KBBI, 2013: 24). Hal ini berarti segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siapapun dianggap sebagai aktivitas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah (Armiyanti, 2019).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Matematika Realistik Pada Siswa SD”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran matematika masih berpusat pada siswa sehingga tidak memberikan keluasaan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang diperoleh.
2. Kurangnya alat peraga dalam pembelajaran matematika.
3. Siswa mungkin kesulitan memahami konsep matematika yang abstrak jika tidak ada hubungan yang jelas dengan kehidupan nyata.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang muncul pada identifikasi masalah di atas, terdapat permasalahan yang kompleks. Agar lebih fokus, maka peneliti membatasi pada masalah peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada siswa kelas V SD Negeri 9 Lakudo.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 9 Lakudo.
E. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMR) pada siswa Kelas V SD Negeri 9 Lakudo.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan wacana baru dalam pembelajaran matematika agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa. Siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran matematika, khususnya pada kelas V dan juga siswa mendapat pengalaman langsung untuk menerapkan pembelajaran matematika realistik dalam pelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Siswa lebih tertarik, senang, bersemangat dan percaya diri dalam belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yang dimana terjadi interaksi antara pendidik dan siswa. Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi, dapat dikatakan jika seseorang belajar adalah jika dalam diri seseorang itu terjadi perubahan tingkah laku. dari tidak tahu menjadi tahu, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar dapat dilihat dari terjadinnya perubahan yang sesuai dengan tujuan yang dirumuskan (Ahmad, S. 2016).
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang dalam keadaan sadar sehingga membuat suatu perubahan perilaku baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Belajar juga merupakan suatu kebutuhan manusia agar pada dirinya terjadi perubahan-perubahan, baik pengetahuan, sikap dan nilai-nilai moral atau nilai akhlak yang akan membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu: learning to know, learning to be, learning to life together, dan learning to do. Kata hasil dalam bahasa Indonesia mengandung makna perolehan dari suatu usaha yang telah dilakukan sebelumnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar (Ariska dan Syofni, 2017).
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Daitin dan Ester, 2015). Setelah proses pembelajaran berlangsung kita dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa dapat melakukan sesuatu, apakah siswa memiliki keterampilan atau kemahiran tertentu (Hermansyah, T, 2015). Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai atau raport yang merupakan kesimpulan akhir dari pendidik mengenai hasil belajar peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan.
Hasil belajar juga dapat dikatakan penentu keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dan merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berlangsung yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil test mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Ahmad, S. 2016).
Pengertian hasil belajar juga dipertegas oleh Nawawi dalam Ahmad S.
(2016) menyatakan bahwa hasil belajar yang diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes yang mengenal beberapa materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (Ahmad, S. 2016).
Hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran, perubahan tingkah laku yang barus dicapai oleh siswa setelah melakukan aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Yusuf dan Mutmainah, 2016). Untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang bisa berupa angka atau skor setelah menyelesaikan tes. Sehingga hasil belajar menjadi tolak ukur dalam proses pembelajaran.
Berdasarakan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
3. Jenis-jenis Hasil Belajar
Hasil belajar memiliki beberapa jenis, yang terbagi pada tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang didalamnya mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Yusuf dan Mutmainah (2016) dalam penelitiannya, segala upaya yang mencakup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif.
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:
1. Pengetahuan (knowladge) 2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan atau aplikasi (apliccation) 4. Analisis (analysis)
5. Sintensis (syntensis) 6. Penilaian (Evaluation).
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menurut Krathwohln (2016) dan kawan-kawan dibagi menjadi lima jenjang diantaranya:
1. Menerima (receiving) 2. Menanggapi (responding) 3. Menghargai (valuing)
4. Mengorganisasikan (organization) 5. Karakterisasi (characterization).
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:
1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif (Riska dan Yuli, 2017).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi dari beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut ada dua yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).
a. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan kondisi yang muncul dalam diri siswa. Adapun yang mencangkup dalam faktor internal yaitu seperti:
1. Jasmani. Kesehatan atau kelainan fungsi yang ada pada tubuh jasmani siswa memberi pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar yang dialami siswa.
2. Psikologi, yang didalamnya mencangkup perhatian, minat bakat, kematangan, dan kesiapan siswa akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
3. Kelelahan. Kelelahan baik jasmani atau rohani akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap proses belajar yang dilakukan siswa.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang didalamnya terdapat unsur lingkungan luar siswa, kondisi keluarga, keadaan sekolah, dan kondisi masyarakat sekitar rumah dan sekolah akan memberi pengaruh terhadap konsentrasi dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran (Euis dan Donni, 2015).
Pembelajaran yang dilakukan pendidik didalam kelas, diharapkan dapat mengimbangi atau memberikan kenyamanan dan keefektifan siswa dalam proses belajar mengajar agar hasil yang diperoleh siswa juga dapat sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pendidik dalam proses belajar mengajar tersebut.
5. Pengertian Matematika
Kata Matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya dari bahasa yunani mathematike yang berarti mempelajari, yang
berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, Science). Kata mathematike juga berhubungan juga dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (Berpikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya mathematika berarti Ilmu Pengetahuan yang didapat dengan berfikir/Bernalar. Sedangkan dalam bahasa belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti¸ yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Hasan S. N, 2016).
Dalam kamus Bahasa Indonesia matematika diartikan ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (depdiknas) (Hamzah dan Muhlisrarini, (2014). Nasution mengungkapkan kata matematika berkaitan dengan bahasa sanskerta yaitu “medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, dan intelegensi. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakter tertentu, karakteristik matematika sangat memerlukan kemampuan mental yang tinggi dan perhatian suatu teorema atau defenisi, dalam mempelajari mata pelajaran matematika memerlukan waktu yang relatif lama dan memerlukan ketekunan serta kesungguhan untuk dapat memahami materi (M. Syahrur, 2017). Pada hakikatnya, matematika merupakan ilmu deduktif, terstruktur tentang pola dan hubungan, bahasa, simbol, serta sebagai ratu dan pelayanan ilmu.
Beberapa orang mendefinisikan matematika berdasarkan struktur matematika, pola pikir matematika, pemanfaatannya bagi bidang lain, dan
sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa definisi tentang matematika yaitu (Hamzah dan Muhlisrarini, (2014)):
a. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi b. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak c. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-
hubungannya
d. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-strukur, dan hubungannya yang dia atur menurut urutan yang logis.
e. Matematika adalah ilmu deduktif
f. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Berdasarkan beberapa penjelasan istilah matematika tersebut maka dapat dipahami bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana proses berfikir secara rasional dan masuk akal dalam memperoleh konsep. Matematika dikatakan sebagai suatu ilmu karena keberadaanya dapat dipelajari dari berbagai fenomena.
6. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar (Ahmad. S, 2016).
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran matematika, baik pendidik maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif (Ahmad. S, 2016).
Pembelajaran matematika di SD adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kelas atau sekolah yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar. Dan juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha mencari pengalaman tentang matematika, agar pelajaran matematika tidak hanya sebagai pelajaran hafalan atau sekdar rumus saja tetapi mengerti cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehati-hari (Hasan S. N, 2016).
7. Tujuan Pembelajaran Matematika
Secara umum tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika.
Tujuan Pembelajaran Matematika di SD dapat dilihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti,atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemmapuan memahami masalah, merancang model matematika,menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel .diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Merda J., 2019).
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika sekolah dasar yaitu:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagi latihan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika
c. Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang pendidik hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangakan lebih lanjut (Merda J., 2019).
8. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pada dasarnya, pembelajaran matematika di SD sangat berbeda dengan pembelajaran matematika di SMP ataupun SMA. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari bentuk karakteristik siswa SD itu sendiri. Anak SD memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: senang bermain, senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Matematika juga merupakan mata pelajaran yang sangat penting diajarkan di SD karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa dan diperlukan sebagai
dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata pelajaran lainnya (Putri H. F, 2017).
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah proses yang dirancang untuk menciptakan suasana lingkungan kelas atau sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar matematika, untuk mengembangkan keterampilan serta kemampuan siswa berfikir logis dan kritis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha mencari pengalaman tentang matematika, agar pelajaran matematika tidak hanya sebagai pelajaran hafalan atau sekedar rumus saja tetapi juga siswa diharapkan bisa mengerti bagaimana cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Hasan S. N., 2016).
Dalam tahapannya matematika di Sekolah Dasar masih dalam tahap operasi konkrit artinya pendidik harus menyajikan masalah konkrit sehingga dapat dibayangkan oleh siswa. Dengan begitu siswa dalam memecahkan masalah matematika bukan hanya sekedar menghafal tetapi juga mengerti akan masalah yang dihadapi dan dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD diantaranya:
a. Pembelajaran Matematika menggunakan Metode Spiral (Berkaitan) b. Pembelajaran Matematika Bertahap
c. Pembelajaran Matematika Bermakna
d. Pembelajaran Matematika menggunakan Metode Induktif
1. Pembelajaran Matematika Realistik
a. Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Pendidikan Matematika Realistik tidak dapat dipisahkan dari institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada dibawah Universitas Utrecht, Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905-1990), seorang Penulis, Pendidik, dan Matematikawan berkebangsaan jerman/belanda. Sejak tahun 1971 Institut freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematic Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi atau diolah). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri (Sutarto, 2017).
Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) menjadi salah satu teori pembelajaran dalam bidang matematika, bahwa matematika merupakan suatu kegiatan manusia yang berarti matematika dapat dipelajari dengan mengerjakannya (Isrok dan Amelia, 2018).
Dalam Pembelajaran Matematika Realistis Indonesia (PMR) ini ditegaskan bahwa matematika esensinya ialah sebagai aktivitas manusia (human activity). Dalam pembelajarannya, siswa bukan sekedar penerima yang pasif terhadap materi matematika yang siap saji, tetapi siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan matematika melalui praktik yang mereka alami sendiri.
Salah satu prinsip utama Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah siswa harus berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Siswa harus diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri. konsep- konsep matematika yang bersifat abstrak perlu ditransformasikan menjadi hal-hal yang bersifat real bagi siswa. Hal ini yang menjadi alasan mengapa disebut pembelajaran matematika realistis.
PMR tidak harus menggunakan masalah dalam kehidupan yang nyata tetapi masalah matematika yang bersifat abstrak dapat dibuat menjadi nyata dalam fikiran siswa. Menurut suherman dalam Merda J., (2019), dalam pembelajaran Matematika yang menggunakan PMR ini menganut prinsip-prinsip, sebagai berikut:
a. Didominasi masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
b. Perhatian diberikan kepada pengembangan model-model, situasi, skema, dan symbol-simbol.
c. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika d. Intertwining (membuat jalinan) antartopik atau antar pokok bahasan
atau antar standar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas peserta didik sehingga ia menemukan sendiri konsep-konsep dasar matematika itu sendiri. Pada pembelajaran realistik untuk menemukan konsep dari matematika tidak terpokus pada dunia nyata tetapi berdasarkan pengalaman, situasi dan menggunakan contoh- contoh yang dapat di bayangkan oleh siswa sebagai kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan dan membagun sendiri pengetahuan yang dia perlukan
b. Konsep Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Di dalam PMR, Pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang riil sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna.
dalam proses tersebut peran pendidik hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan konsep matematika. Pembelajaran matematika Realistik (PMR) meliputi aspek- aspek sebagai berikut (Merda J., 2019):
a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna.
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan.
d. Pengajaraan berlangsung secara interaktif; siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya, setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
Di dalam model PMR diharapkan siswa tidak sekedar aktif, tetapi ada aktivitas bersama diantara mereka, yang disebut dengan interaktivitas. Untuk mendorong interaktivitas tersebut, pendidik tidak boleh terpaku hanya pada materi yang tertulis dalam kurikulum, tetapi selalu melakukan up-dating materi dengan persoalan-persoalan baru dan menantang, pendidik dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaraan. Jadi, peran pendidik dalam model PMR dirumuskan sebagai berikut (Merda J., 2019):
a. Guru hanya sebagai fasilitator belajar
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persolaan riil.
d. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persolaan riil
e. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, malainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Treffers merumuskan lima karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), yaitu:
a. Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistic digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematiika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Manfaat penggunaan konteks di awal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
b. Penggunaan model untuk metematisasi progresif
Model progresif ini bertujuan untuk menghubungkan pengetahuan dari siswa menuju ke pengetahuan yang bersifat formal.
c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Siswa ditempatkan sebagai subyek belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga
d. Interaktivitas
Proses pembelajaran digunakan secara bersamaan adalah suatu bentuk proses sosial, proses belajar siswa yang secara bersama akan menjadikan pemahaman menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
f. Keterkaitan
Pembelajaran matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Karena melalui keterkaitan diharapkan suatu pembelajaran bisa membangun lebih dari satu konsep secara bersamaan tetapi tetap ada konsep yang dominan (Aryadi, 2012).
Beberapa hal yang perlu dicatat dari kareakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) diatas adalah bahwa pembelajaran matematika realistik termasuk cara belajar siswa aktif karena pembelajaran matematika dilakukan melalui belajar dengan cara mengerjakan, PMR termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka, sedangkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, PMR termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena peserta didik dikondisikan untuk menemukan kembali konsep dan prinsip matematika, PMR termasuk pembelajaran kontekstual
d. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Langkah-langkah dalam proses Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah sebagai berikut.
a. Memahami masalah kontekstual
Pendidik memberikan masalah/soal kontekstual dan siswa diminta untuk memahami masalah tersebut. Langkah ini merupakan karakteristik PMR yang pertama.
b. Menjelaskan masalah kontekstual
Pendidik menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan cara memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud soal.
c. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Pendidik memotivasi siswa dengan memberikan arahan berupa pertanyaan-pertanyaan penuntun yang mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian masalah tersebut.
d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pendidik memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu bagi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari secara berkelompok. Setelah itu hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi kelas yang dipimpin oleh pendidik. Pada tahap ini siswa dapat melatih keberanian mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan teman lain atau bahkan dengan gurunya.
e. Menyimpulkan
Dari hasil diskusi pendidik mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep, atau prosedur terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Selanjutnya, pendidik menjelaskan konsep yang termuat dalam soal itu (Kartika dan Maulana, 2017).
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Menurut Suwarsono terdapat beberapa kelebihan model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yakni sebagai berikut (isrok dan Amelia, 2018):
a. PMR memberikan pengertian yang jelas dan oprasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umunya kepada manusia.
b. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang pakar dalam bidang tersebut.
c. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus dengan cara tunggal dan tidak harus sama antar siswa, artinya siswa diberi kebebasan menggunakan berbaagi macam cara untuk menyelesaikan masalah kontekstual.
d. PMR bersifat lengkap (Menyeluruh, Mendetail, dan Operasional. Hal ini berarti pembelajaran matematika tidak terpisahkan antar topik bahasan materi dan pristiwa didalam kehidupan.
Selain mempunyai kelebihan, model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) juga mempunyai beberapa kekurangan atau kelemahan. Berikut kelemahan Pendekatan PMR yaitu:
a. Pemahaman tentang PMR dan pengimplementasian PMR membutuhkan paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai bebagai hal. Misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan kontekstual. Perubahan paradigma ini tidak mudah untuk dipraktekan karena paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar.
b. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa. Terlebih karena soal tersebut masing-masing harus bisa diselesaikan dengan berbaagai cara. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan setiap soal juga merupakan tantangan tersendiri.
c. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal, dan proses matematisasi vertikal juga bukan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa dalam menemukan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.
d. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip PMR (Merda J., 2019).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian relevan yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun hasil penelitian relevan tersebut diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Novita dan Srikandi (2023) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Teori Belajar Bruner. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa dari sebelum diterapkan pembelajaran matematika realistik berbasis teori Bruner yaitu 20,8% siswa yang tuntas dengan rata-rata nilai 56,3 mengalami peningkatan pada siklus I dan II. Pada siklus I persentase ketuntasan klasikal siswa mencapai 50% dengan nilai rata-rata kelas 63,3 dan pada siklus II sudah memenuhi kriteria ketuntasan yaitu mencapai 70% karena sudah mencapai 79,2% dengan nilai rata-rata kelas 75,4. Diharapkan para guru dapat menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan agar dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2020) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Pendidikan
mateamtika siswa kelas II SDN Delegan 2. Berdasarkan tes pada siklus I nilai ratarata meningkat dari 64,48 menjadi 73,2 dengan ketuntasan belajar meningkat dari 40% menjadi 68%. Pada siklus II, dengan adanya perbaikan pada memfokuskan perhatian siswa dengan membaca ulang permasalahan, membagi siswa dalam kelompok yang lebih kecil, memberikan bimbingan dan motivasi, memberikan pertanyaan, dan menunjuk siswa untuk menyampaikan kesimpulan. Nilai ratarata menjadi 82,52 dengan ketuntasan belajar 92%. Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I mencapai 70% dan pada siklus II menjadi 95%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Armiyanti (2019) dengan judul Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan antara aktivitas siswa yang pembelajarannya menggunakan model PMR dengan aktivitas belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional; (2) terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model PMR dengan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD Negeri 9 Lakudo masih tergolong rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya
memilih pendekatan, metode, maupun media belajar yang sesuai untuk menarik minat belajar siswa. Proses pembelajaran masih bersifat teacher- center dimana pendidik menjelaskan materi, siswa duduk mencatat, dan mengerjakan soal latihan yang diperintahkan siswa. Akibatnya interaksi siswa selama proses pembelajaran sangat kurang. Keadaan ini belum sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan dapat menekankan kepada aktivitas peserta didik yang tinggi.
Berdasarkan masalah di atas, maka pendidikan perlu adanya suatu pendekatan yang cocok sehingga dapat meningkatkan pembelajaran matematika di kelas V di SD Negeri 9 Lakudo. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat menjadi alternatif bagi pendidik dalam memberikan materi pelajaran matematika kepada siswa. Hal ini dikarenakan, PMR merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan dunia nyata atau dunia yang mudah dipahami oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran Matematika, serta memerlukan adanya keaktifan, kerja sama yang disertai dengan mengaitkan pengalaman siswa dalam menciptakan pemahaman konsep agar pembelajaran menjadi bermakna. Hasil Belajar menggunakan Metode PMR dilaksanakan dalam II siklus.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran.
Peserta didik tertarik bekerja sama.
Menumbuhkan keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran.
Peserta didik cepat bosan dan kurang
memperhatikan pembelajaran di kelas.
Hasil belajar matematika rendah.
Pembelajaran matematika pada peserta didik kelas V SD Negeri 9 Lakudo Meningkat.
Kondisi Akhir
Pendidik menerapkan model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Tindakan
Pendidik belum menggunakan model
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).
Pendidik belum mengaitkan/mengg unakan masalah yang ada di sekitar peserta didik.
Kondisi Awal
D. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran Matematika Realistik adalah pembelajaran matematika yang menggunakan realitas sebagai titik awal dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendukung siswa dalam membangun dan menemukan kembali Matematika melalui masalah kontekstual.
Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa selama proses pembelajaran maematika yang diperoleh dari soal evaluasi pada akhir siklus yang berbentuk pilihan ganda.
E. Definisi Operasional
Agar tifak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan, berdasarkan istilah perlu didefinisikan secara operasional.
1. Belajar adalah suatu proses perilaku sebagai hasil usaha individu bersadarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Pendekatan Realistic Matematics Education adalah suatu cara yang ditempuh guru dalam pembelajaran matematika dengan mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika.
3. Prestasi belajar adalah menunjuk pada keberhasilan dalam upaya mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki peserta didik melalui suatu kegiatan yang diikutinya.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Wardani (2011), penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Jenis ini merupakan jenis PTK kolaboratif partisipatif dimana peneliti terlibat langsung untuk kemudian mencatat, memantau, mengumpulkan data serta menganalisis data yang diperoleh. Peneliti juga berkolaborasi dengan guru dalam dengan bekerja sama dalam aktivitas penelitian.
B. Seting dan Karakteristik Penelitian 1. Seting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SD Negeri 9 Lakudo tepatnya di Jl. Gersamata, Kel. Lakudo, Kec. Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil (Semester I) Tahun Ajaran 2024/2025.
2. Karakteristik Penelitian
Penelitian ini menekankan pentingnya mengaitkan konsep matematika dengan situasi nyata yang dialami siswa sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami.
belajar siswa. Observasi dan analisis dilakukan untuk memahami bagaimana siswa berinteraksi dengan materi dan satu sama lain selama pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat diperhatikan. Siswa didorong untuk berpasitipasi aktif, memberikan pendapat, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 9 Lakudo berjumlah 13 siswa. Berdasarkan hasil observasi, siswa kurang mengerti dan kurang aktif pada saat proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan dan diperoleh data nilai matematika dikelas tersebut rendah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat alat pengumpulan data: yaitu wawancara, observasi, tes dan dokumentasi.
1. Wawancara yaitu instrumen untuk mengumpulkan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan oleh pewawancara kepada responden, dan pertanyaan tersebut dijawab secara lisan (Uno, 2011).
2. Observasi yaitu penulis menggunakan teknik observasi ini untuk mengamati keadaan siswa sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran melalui penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) berlangsung.
matematika melalui penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75.
4. Dokumentasi yaitu metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang nama siswa Kelas V SD Negeri 9 Lakudo dan gambar/foto pada saat kegiatan pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan yaitu teknik deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa dengan tindakan, serta membandingkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada siklus. Data dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Nilai rata-rata hasil belajar siswa
Rumus rata-rata hasil belajar siswa (Sudjana, 2014 : 109)
Keterangan: X = Nilai rata-rata
∑𝑥= Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa
b. Data tentang hasil observasi untuk penilaian tingkat aktivitas pada proses pembelajar. (Sudjana 2010.131)
Σ𝑥 𝑁 𝑋
Σ Skor Maksimal
Nilai = Σ Skor Perolehan
100% x
c. Data ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan hasil belajar di hitung dengan menggunakan rumus deskriptif presentase sebagai berikut :
Keterangan :
% : Presentase
N : Jumlah skor maksimal
n : Jumlah skor yang di peroleh dari data d. Lembar observasi
Lembar observasi guru dan siswa dalam penelitian ini di gunakan untuk melihat aktivitas pada proses pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan skala likert dengan rentang dari 4 sampai 1. Apabila dalam aktivitas proses pembelajaran dibagi dalam empat kategori, maka kativitas dengan skor : 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, dan 4=sangat baik.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan McTaggart.
Menurut buku Penelitian Tindakan Kelas yang ditulis oleh Parnawi (2020:12), model ini terdiri dari empat kompenen untuk setiap siklus perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, banyak siklus spiral seperti ini dapat meningkatkan pemahaman tentang tindakan yang dilakukan dan kondisi praktis pembelajaran yang dilakukan. Bentuk atau langkah-langkah penelitian
% = Nn x 100%
Gambar 2 Desain Siklus Model Kemmis dan McTaggart dalam Parnawi, (2020:12)
Tahapan-tahapan pada kegiatan penelitian ini dalam setiap siklus yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyusun alat evaluasi kepada siswa yang akan memperoleh tindakan berupa soal-soal yang akan diberikan setelah pemberian materi pembelajaran.
3) Membuat lembaran pengamatan aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
4) Membuat respon siswa terhadap proses belajar mengajar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan pembelajaran yang PERENCANAAN
REFLEKSI
OBSERVASI
OBSERVASI
REFLEKSI
PERENCANAAN
TINDAKAN TINDAKAN
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipadukan dengan pendekatan pembelajaran yang telah diterapkan, sehingga dapat dilihat dari belajar siswa dengan menggunakan tindakan.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada proses pengamatan ini peneliti mencatat semua hal yang berhubungan dengan aspek yang menjadi fokus penelitian di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi merupakan upaya evaluasi yang dilakukan oleh partisipan yang terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Tahap refleksi ini didasarkan pada hasil observasi dan evaluasi terhadap pencapaian belajar siswa.
2. Siklus II
Jika kriteria ketuntasan belum dicapai selama pelaksanaan siklus I, siklus II akan dilaksanakan dengan menggunakan langkah- langkah pelaksanaan yang sama.
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan tindakan kelas dalam penelitian ini meliputi indikator dalam peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran matematika realistik. Hasil belajar siswa dinyatakan tuntas jika 75% dari jumlah seluruh siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SD Negeri 9 Lakudo adalah sebuah Institusi Pendidikan SD Negeri yang berlokasi di Jln. Gersamata No.10 Gu, Kab. Buton Tengah. SD Negeri 9 Lakudo pertama kali berdiri pada tahun 1973, pada waktu ini SD Negeri 9 Lakudo memakai panduan kurikulum belajar SD 2013. SD Negeri 9 Lakudo memiliki sosok kepala sekolah yang bernama Ertina dan operator sekolah bernama Rahman. Akreditas SD Negeri 9 Lakudo adalah Grade A dengan nilai 91 (akreditas tahun 2017) dari BAN-S/M (Badan Akreditas Nasional) Sekolah/Madrasah.
Tabel. Jumlah Siswa SD Negeri 9 Lakudo
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Siswa
1. Kelas 1 8 6 14
2. Kelas 2 7 8 15
3 Kelas 3 9 7 16
4. Kelas 4 10 10 20
5. Kelas 5 7 6 13
6. Kelas 6 10 9 19
Jumlah Total 51 46 97
SD Negeri 9 Lakudo memiliki Visi yaitu: “Terwujudnya Sekolah yang Berprestasi Menghasilkan Peserta Didik yang Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Terampil, Disiplin dan Berbudaya”. Misi yaitu:
1) Melakukan proses belajar yang berkualitas dan efektif, 2) Meningkatkan
kerja yaitu memiliki intergritas, kreatif dan inovatif, demokratif, transparan dan akuntabel.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi awal, data yang diperoleh dari sekolah jumlah siswa kelas V adalah 13 siswa, dimana jumlah siswa 6 dan jumlah siswi 7. Kondisi awal di kelas V SD Negeri 9 Lakudo, ditemukan beberapa masalah dalam kelas mengenai hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru kurang kreatif dalam menggunakan model mengajar sehingga siswa kurang fokus atau melakukan observasi seperti bermain-main, bercerita dengan teman sebangku dan lain sebagainya.
Tabel 4.1 Presentase Ketuntasan Belajar (pretest) Siswa No
. Nama Siswa KKM Nilai
Keterangan Tuntas Tidak
Tuntas
1. AR 75 75 √
2. CW 75 65 √
3. DH 75 80 √
4. FAD 75 60 √
5. FA 75 60 √
6. FAR 75 75 √
7. MFA 75 80 √
8. MA 75 65 √
9. SUM 75 50 √
10. SPH 75 75 √
11. WA 75 80 √
12. NUR 75 60 √
13. NOV 75 75 √
Jumlah 900 7 6
Nilai Rata-Rata 69,23
Presentase Ketuntasan 53%
Dengan kata lain, perolehan hasil belajar siswa pada pra siklus masih menunjukkan hasil yang kurang. Selain itu, pada tabel 4.1 masih banyak siswa yang nilainya masih di bawah KKM yaitu 75. Hasil pra siklus tersebut memberikan makna bahwa masih terdapat siswa yang harus mendapat perhatian dalam meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan perbaikan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Matematika Realistik.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2024 membahas materi tentang “Sifat-sifat dan Jenis bangun datar”. Pertemuan II adalah tes siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Oktober 2024.
1. Pertemuan pertama dan kedua a) Kegiatan Awal
1) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal berikut:
a) Meyiapkan Modul Ajar
Modul ajar di susun sebelum kegiatan tindakan dilaksanakan.
b) Menyiapkan Lembar Observasi Guru dan Siswa
Lembar pengamatan di susun sebagai instrument penelitian.
Lembar observasi yang di buat adalah observasi untuk guru dan siswa.
Lembar observasi untuk guru dijadikan pedoman pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi siswa digunakan sebagai pedoman pengamatan observasi siswa.
c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa di buat oleh peneliti berkolaborasi dengan guru yang di sesuaikan dengan materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan untuk mengetahui tingkat kognitif (kemampuan) siswa atas pemahaman materi yang di jelaskan.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan Tindakan pada siklus I dapat dideskriptifkan sebagai berikut:
Pelaksanaan tindakan pada siklus I membahas materi tentang
“Sifat-sifat dan jenis bangun datar”. Tes siklus I dilaksanakan pada tanggal, 9 Oktober 2024.
a) Kegiatan awal
Kegiatan awal ini di mulai dari siswa masuk kelas, setalah masuk kelas, dan dengan tata tertib siswa menempati tempat duduk masing- masing kemudian mengucampkan salam, membaca do'a yang di pimpin oleh ketua kelas. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran, kemudian guru melakukan apersepsi, memotivasi siswa sebelum memulai proses pembelajaran, serta menyampaikan, menjelaskan materi pelajaran yang akan di pelajari, model belajar yang di tempuh yaitu menggunakan model
b) Kegiatan Inti
1) Memberikan penjelasan kepada siswa agar dapat memahami masalah kontekstual;
2) Menjelaskan kepada siswa mengenai masalah kontekstual;
3) Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri;
4) Siswa memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu bagi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari secara berkelompok;
5) Dari hasil diskusi pendidik mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep;
6) Memberikan pertanyaan terkait materi yang diberikan (evaluasi).
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah di sampaikan, setelah selesai guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan mengingatkan untuk mempelajari materi yang akan di bahas di pertemuan selanjutnya maupun mempersiapkan diri mennghadapai tes akhir pertemuan selanjutnya, guru bersama siswa menutup pembelajaran dan berdoa.
3) Observasi
Kegiatan observasi dalam hal ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk menelaah dan mengungkapkan berbagai dinamika atau permasalahan dalam kegiatan pembelajaran,
digunakan dalam penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu observasi atau pengamatan terhadap aktivitas guru dan observasi atau pengamatan terhadap observasi siswa yang mana setiap pertemuan memiliki perbedaan disesuaikan dengan kegiatan yang di lakukan di setiap pertemuan.
Hasil pengamatan pada siklus I, dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan siklus I pertemuan kedua diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Lembar Observasi Guru
Hasil observasi guru dengan menggunakan model Matematika Realistik pada siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Lembar Observasi Guru Siklus I
No. Aspek yang di Observasi Keterangan
1 2 3 4
1. Guru mempersiapkan siswa dalam proses pembelajaran agar kondusif, memberi apersepsi dan
menjelaskan materi pembelajaran. √
2. Guru ikut menyempurnakan hasil kegiatan siswa dengan cara memberi umpan balik agar siswa bisa mengontruksi bagaimana menyelesaikan masalah sendiri dengan baik.
√ 3. Guru ikut menyempurnakan hasil kegiatan siswa
dengan cara memberi umpan balik agar siswa bisa mengontruksi bagaimana menyelesaikan masalah sendiri dengan baik.
√ 4. Guru memberikan motivasi berupa semangat
dan pujian kepada siswa. √
5. Guru meminta kelompok siswa menyajikan hasil penyelesaian di depan kelas dengan hasil yang
didapatkan. Hasil penyajian masing-masing √
Jumlah Skor 17
Skor Maksimal 28
Presentase 61%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa observasi guru dalam pembelajaran menggunakan model Matematika Realistik pada siklus I pertemuan kedua sudah tergolong baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel tersebut dimana presentase terlaksananya mencapai nilai 61%. Hal ini terjadi karena guru sebelumnya sudah mempersiapkan semuanya dengan sungguh- sungguh.
2) Hasil observasi kegiatan siswa
Hasil observasi kegiatan siswa dengan menggunakan model Matematika Realistik pada siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Lembar Observasi Siswa Siklus I
No. Aspek yang di Observasi Keterangan
1 2 3 4
1. Siswa mempersiapkan untuk belajar yang kondusif.
Menerima pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan guru tentang materi pembelajaran serta memahami masalah kontekstualnya.
√ 2. Mengamati arahan guru agar siswa mudah
memahami masalah kontekstual. √
3. Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menyelesaikan dari masalah kontekstual, kemudian menyajikan hasil pekerjaannya.
√ 4. Merespon hasil kerja yang teman sajikan di depan
kelas, kemudian di bahas Bersama teman kelompok √ 5. Mengamati dan merespon penjelasan guru. √ 6. Guru mengevaluasi pembelajaran siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. √
Jumlah Skor 15
Skor Maksimal 24
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa observasi siswa dalam pembelajaran menggunakan model Matematika Realistik. pada siklus I pertemuan kedua belum maksimal, presentase keterlaksanaannya hanya sebesar 63%. Keadaan seperti ini sangat logis terjadi karena siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran yang diberikan guru, sehingga mereka kurang mengerti untuk melaksanakan setiap kegiatan pembelajaran.
3) Evaluasi
Hasil evaluasi siklus I dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Presentase Ketuntasan Siklus I No
. Nama Siswa KKM Nilai
Keterangan Tuntas Tidak
Tuntas
1. AR 75 80 √
2. CW 75 65 √
3. DH 75 85 √
4. FAD 75 60 √
5. FA 75 65 √
6. FAR 75 80 √
7. MFA 75 80 √
8. MA 75 65 √
9. SUM 75 75 √
10. SPH 75 85 √
11. WA 75 80 √
12. NUR 75 70 √
13. NOV 75 80 √
4) Refleksi
Setelah pembelajaran siklus I di selesai dilaksanakan, peneliti dan kolaborator mengadakan refleksi permasalahan yang timbul selama pembelajaran siklus I sekaligus merencanakan pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus II.
Hasil refleksi tersebut dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Refleksi Pembelajaran Siklus I
No. Permasalahan Saran Perbaikan
1. Jam pelajaran yang hanya berkisar 60 menit, kurang cukup bagi guru untuk memanfaatkan
waktu pelajaran agar
pembelajaran yang telah di rencanakan dapat tercapai sepenuhnya.
Gunakan waktu secara disiplin sesuai dengan rencana yang telah di buat.
2. Tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran, mereka masih tampak ragu untuk mengungkapkan pendapat mereka.
Guru harus aktif merangsang dan memotivasi siswa agar bisa aktif dalam proses pembelajaran.
3. Kondisi kelas yang tidak terkontrol pada saat mengerjakan tugas evaluasi.
Guru harus lebih
memperhatikan siswa yang sedang menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Pelaksanaan tindakan siklus II
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka direncanakan suatu tindakan yang menekankan pada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Matematika Realistik dalam proses pembelajaran. Dari tindakan ini diharapkan mampu meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa.
a. Pertemuan pertama dan kedua 1) Perencanaan
Perencanaan pada siklus II pertemuan kedua merupakan kegiatan pembelajaran yang didasarkan dari kelemahan yang terdapat pada siklus I dan pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran siklus II pertemuan kedua sebagai berikut : Peneliti bersama kolaborator juga telah mempersiapkan Modul Ajar yang terlampir pada lampiran, media yang di gunakan papan tulis, penghapus, spidol, dan lembar observasi guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran serta alat dokumentasi yang diperlukan sebelum memulai proses belajar mengajar.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 oktober 2024 berlangsung selama 60 menit (2x30). Dan pada tanggal 16 oktober 2024 dilaksanakan tes siklus II mengenai materi memahami dan memberikan contoh luas keliling bangun datar. pada Pertemuan kedua ini dihadiri oleh 13 siswa dari jumlah keseluruhan 13 siswa. Dengan tindakan sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
Kegiatan awal ini di mulai dari siswa masuk kelas, setalah masuk kelas, dan dengan tata tertib siswa menempati tempat duduk masing- masing kemudian mengucapkan salam, membaca do'a yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran, kemudian guru melakukan
belajar yang ditempuh yaitu menggunakan model Matematika Realistik dan menjelaskan langkah-langkahnya.
b) Kegiatan Inti
1) Memberikan penjelasan kepada siswa agar dapat memahami masalah kontekstual;
2) Menjelaskan kepada siswa mengenai masalah kontekstual;
3) Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri;
4) Pendidik memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu bagi siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari secara berkelompok;
5) Dari hasil diskusi pendidik mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep;
6) Memberikan pertanyaan terkait materi yang diberikan (evaluasi).
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan, setelah selesai guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan mengingatkan untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya maupun mempersiapkan diri mennghadapai tes akhir pertemuan selanjutnya, guru bersama siswa menutup pembelajaran dan berdoa.