Makalah Biologi Laut
NEKTON (IKAN BERTULANG KERAS)
BIOLOGI LAUT
Dosen Pengampu: Dr. Magdalena Litaay, M. Sc.
PRANANDA DIAN ASIH M (H041231096)
EVI SULVIANTI (H041231097)
MUQTADIRATUR RAFIAH (H041231098)
NURUL ATIKAH (H041231099)
EKA KARTINA (H041231101)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2024
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Laut merupakan ekosistem yang sangat kompleks dan kaya akan kehidupan. Di dalamnya, terdapat berbagai makhluk hidup yang sangat beragam, mulai dari organisme mikroskopis bersel satu hingga organisme raksasa seperti ikan paus yang dapat mencapai panjang lebih dari sepuluh meter. Meskipun kehidupan laut memiliki variasi yang sangat luas, biota laut umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu plankton, nekton, dan bentos. Pengelompokan ini tidak didasarkan pada klasifikasi ilmiah, ukuran, atau apakah mereka termasuk tumbuhan atau hewan, melainkan berdasarkan kebiasaan hidup mereka, termasuk cara bergerak, pola hidup, serta sebaran ekologi mereka.
Salah satu dari ketiga kelompok utama biota laut adalah nekton. Nekton merupakan organisme akuatik yang memiliki kemampuan bergerak bebas di dalam kolom air. Ikan bertulang sejati merupakan salah satu kelompok nekton terbesar dan paling beragam di lautan, dengan lebih 27.000 spesies yang teridentifikasi. Mereka berbeda dari ikan kartilaginous (Chondrichthyes) karena memiliki kerangka tulang yang sejati, bukan tulang rawan. Keberadaan nekton sangat penting dalam ekosistem laut karena mereka berperan sebagai konsumen pada tingkat trofik yang lebih tinggi, serta berkontribusi pada keseimbangan ekosistem laut. Nekton telah mengembangkan berbagai bentuk adaptasi, seperti adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Spesies nekton terbatas dalam distribusi areal dan vertikal mereka oleh hambatan suhu, salinitas, pasokan nutrisi, dan jenis dasar laut. Jumlah spesies nekton dan individu berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman di lautan.
Adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku pada ikan bertulang sejati sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka dalam lingkungan laut yang dinamis dan sering kali ekstrem.
Setiap bentuk adaptasi memiliki fungsi spesifik untuk membantu ikan beradaptasi dengan kondisi fisik, kimia, dan biologis di perairan. Hingga saat ini, meskipun banyak spesies yang telah teridentifikasi, para ilmuwan masih terus menemukan spesies-spesies baru di lautan, terutama di wilayah yang sulit dijangkau seperti perairan sekitar pulau-pulau kecil yang belum terjamah oleh manusia. Keanekaragaman dan kemampuan adaptasi nekton terhadap lingkungan laut yang dinamis menjadikan kelompok ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Nekton?
2. Bagaimana Morfologi Ikan Bertulang Sejati?
3. Bagaimana Tingkah Laku Ikan Bertulang Sejati?
4. Bagaimana Adaptasi Ikan Bertulang Sejati?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud nekton.
2. Untuk mengetahui morfologi ikan bertulang sejati.
3. Untuk mengetahui tingkah laku ikan bertulang sejati.
4. Untuk mengetahui adaptasi ikan bertulang sejati.
BAB II PEMBAHASAN A. Nekton
Nekton adalah kelompok fauna yang hidup bergerak bebas di dalam kolom air, tidak terbatas oleh arus. Nekton laut umumnya terdiri dari vertebrata, terutama ikan. Ikan dalam kategori nekton mencakup dua kelompok besar, yaitu ikan bertulang rawan (seperti hiu dan pari) serta ikan bertulang keras (seperti tuna, mackerel, dan cod). Selain ikan, kelompok nekton laut juga mencakup beberapa reptil laut, seperti ular laut dan penyu, yang mampu beradaptasi dengan lingkungan laut. Dari kelompok mamalia laut, nekton meliputi spesies seperti dugong, lumba- lumba, paus, dan anjing laut.
Nekton (hewan) laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :
Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga didukung oleh tulang atau tulang rawan.
Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.
Crustaceae, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.
Nekton sangat bergantung pada tiga hal yaitu, kondisi perairan yang menjadi habitat dan lingkungannya, sumber daya makanan yang ada di lingkungannya, dan organisme-organisme lain yang menjalin interaksi dengan nekton itu sendiri. Terkait dengan kondisi perairan maka hal-hal yang ikut menentukan kondisi perairan itu adalah turbulensinya, tekanannya, kerapatan, suhu, kandungan bahan kimianya, dan sifat optiknya. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kehidupan nekton secara langsung maupun secara tidak langsung. Misalnya pengaruh langsung dari turbulensi adalah adanya pengaruh terhadap pola adaptasi morphologi, pemanfaatan dan efisiensi energi dan agregasi hewan laut termasuk nekton lautan. Peranan organisme lain dalam menentukan keberadaan dan kelimpahan nekton ditentukan juga oleh pola-pola interaksi yang terjalin antara organisme lain dengan nekton.
B. Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)
Osteichthyes berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu osten yang berarti tulang dan ichthys yang berarti ikan. Berbeda dengan kelas Chondrichthyes, ikan yang tergabung dalam kelas ini sudah memiliki tulang sejati. Ukuran panjang juga cukup beragam mulai dari 1 cm hingga yang
panjangnya hingga beberapa meter. Ikan ini memiliki kulit yang ditutupi oleh sisik dan ada juga sebagian yang tidak bersisik. Osteichthyes bernapas dengan insang yang ditutupi oleh operkulum (tutup insang). Jumlah anggota dari kelas Osteichthyes memiliki jumlah jenis yang paling banyak dibandingkan dengan kelas yang lain seperti Agnatha dan Chondrichthyes. Contoh ikan yang masuk dalam golongan Osteichthyes: Ikan kerapu (Cephalopholis spiloparaea) dan ikan kakap (lutjanus lunulatus), dll.
C. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)
Morfologi ikan merupakan penampakan luar bagian-bagian tubuh ikan. Mempelajari morfologi ikan bertujuan untuk memberikan gambaran dari bentuk luar ikan yang dapat digunakan sebagai ciri-ciri khusus ikan untuk dapat diidentifikasi. Morfologi tubuh eksternal ikan dibagi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Bagian luar tubuh ikan yang terlihat adalah mata, hidung, mulut, sirip, dan sisik.
Secara umum tubuh ikan dibagi atas 3 bagian, yaitu:
Caput: Bagian Kepala
Bagian ini meliputi ujung moncong terdepan sampai ujung tutup insang (operculum) paling belakang. Bagian kepala ikan terdiri dari mulut, rahang atas, rahang bawah, hidung, mata, insang, gigi, tutup insang, otak, jantung dan sebagainya.
Trucus: Bagian Badan
Bagian ini dimulai dari ujung tutup insang belakang sampai permulaan sirip dubur. Di dalam trucus terdapat sirip dada, sirip punggung, sirip perut dan organ-organ dalam (hati, empedu, lambung, gonad, usus, ginjal, limpa, dan sebagainya)
Cauda: Bagian Ekor
Bagian cauda dimulai dari permulaan sirip dubur hingga ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ini terdapat anus dan sirip ekor.
a) Bentuk Tubuh Ikan
Bentuk tubuh ikan sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh tempat dan cara mereka hidup. Ikan perenang cepat yang hidup di perairan terbuka mempunyai bentuk tubuh yang ramping dengan potongan lintang dorsoventral berbentuk elips dan pangkal ekor menyempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk yang seperti itu bisa dikatakan merupakan bentuk torpedo yang sempurna, yakni suatu bentuk yang dapat mengurangi pengaruh gesekan tubuh dengan media air menjadi sekecil mungkin, sehingga ikan tersebut dapat bergerak/berenang secara cepat.
Adapun variasi bentuk tubuh ikan diantaranya, a) torpedo (fusiform), b) pipih (compressed), c) picak (depressed), d) memanjang (anguiliform), e) tali (filiform), f) pita (taeniform), g) panah (sagittiform), h) bola (globiform), i) kotak (ostraciform), dan j) bentuk non simetris.
Torpedo (Fusiform)
I
J
Bentuk tubuh ikan yang sangat streamline, ikan yang mempunyai bentuk ini bisa bergerak tanpa hambatan di suatu medium. Bentuk ini mempunyai ciri tinggi dan lebar tubuh hampir sama dan panjang tubuh beberapa kali dari tinggi tubuh. Serta kedua ujung tubuhnya meruncing. Bentuk tubuh torpedo banyak dijumpai pada ikan yang hidup pelagis di perairan terbuka. Bentuk tubuh ini mengurangi daya gesek dengan air dengan kecepatan tinggi sehingga memudahkan pergerakan dalam air untuk mengejar mangsa, contohnya ikan tuna (Thunnus obesus), ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), dll.
Pipih (Compressed)
Bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Cirinya tinggi badan lebih besar jika dibandingkan dengan lebar tubuh. Dan lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang tubuh.
Bentuk tubuh yang pipih dan lebar untuk memudahkan pergerakannya untuk mencari makan atau untuk berlindung, contohnya ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), ikan kapas-kapas (Gerres oyena), ikan peperek bondolan (Gazza minuta), ikan karang, dll.
Picak (Depressed)
Bentuk tubuh ikan ini gepeng ke bawah. Kebalikan dari bentuk pipih, dimana tinggi badan jauh lebih kecil dari lebar tubuh. Pada bentuk tubuh gepeng, tubuh ikan memipih segitiga melebar ke samping sehingga sirip dada terdapat di kedua tepi. Bentuk tubuh ini dapat membuat ikan dapat berkamuflase mengubur diri dalam dalam perairan untuk mencari mangsa dan menghindari predator, contohnya ikan pari (Dasyatis sp.).
Memanjang (Anguiliform)
Ikan ini memiliki bentuk memanjang dengan penampang lintang yang sedikit silindris dan kecil serta di bagian ujung meruncing. Memiliki otot kuat dengan kulit tebal berlemak tanpa sisik, celah insang bulat dan kecil. Sirip punggung dan perut memanjang dan menyatu dengan bagian ekor yang meruncing, contohnya pada ikan sidat kembang (Anguilla marmorata).
Tali (Filiform)
Dinamai bentuk tali, karena ikan ini mempunyai bentuk menyerupai tali. Tubuhnya dilindungi oleh serangkaian tulang berbentuk cincin. Mulutnya panjang berbentuk tabung, sedangkan sirip ekor berbentuk seperti kipas/bulat meruncing, contohnya ikan banded pipefish (Dunckerocampus dactyliophorus) dan slender snipe eel (Nemichthys scolopaceus).
Pita (Taeniform)
Bentuknya menyerupai pita dan memanjang, contohnya ikan layur (Trichiurus sp.) dan pholis laeta (Crescent gunnel).
Panah (Sagittiform)
Bentuk tubuh ikan menyerupai anak panah, memanjang dengan sirip-sirip tunggalnya terletak jauh ke arah belakang dekat dengan ekor contohnya pada dan ikan cendro (Tylosurus crocodilus). Pada ikan yang memiliki bentuk tubuh anak panah ada juga bagian depan tubuh meruncing sedangkan bagian depan membesar, contohnya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
Bola (Globiform)
Memiliki bentuk ikan yang mirip dengan bola, tidak terdapat sirip perut dan punggung sehingga kurang dapat berenang dengan baik. Bentuk tubuh ikan ini tidak langsung terlihat ketika ikan dalam keadaan normal. Ketika jenis ikan kelompok ini berada dalam keadaan bahaya, maka pada saat itulah ikan jenis ini akan mengembangkan tubuhnya yang elastis sebesar mungkin, melalui pengembangan lambungnya, sehingga tubuhnya berbentuk bulat seperti bola dan mengapung di atas permukaan air, contohnya ikan buntal landak (Diodon hystrix).
Kotak (Ostraciform)
Bentuk tubuh ini berbentuk kotak. Contohnya pada ikan buntal kotak (Ostracion cubicus), tubuhnya ditutupi oleh lempengan perisai berbentuk segi 5 atau 6 yang kaku dan merupakan bentuk pertahanan dirinya.
Bentuk Non Simetris
Bentuk tubuh ikan ini pada umumnya sama dengan bentuk tubuh pipih biasa, tetapi matanya terdapat di satu sisi tubuh, mulut terletak di samping sehingga terlihat tidak simetris, contohnya pada ikan sebelah.
b) Tipe Mulut
Mulut ikan mempunyai berbagai ukuran, bentuk, dan orientasi, yang masing- masing menceritakan banyak hal tentang apa dan di mana ikan itu makan, serta sesuatu
tentang perilakunya. Adapun tipe mulut ikan bervariasi yaitu, terminal, subterminal, superior, dan inferior.
Tipe Terminal
.
Tipe terminal (posisi celah mulut terletak tepat di ujung moncong mulut (rostrum), kedua ujung menutup secara simetris dan umumnya pada ikan herbivora, contoh ikan baronang (Siganus canaliculatus). Mulut ikan terletak di dekat ujung hidung, ikan dengan mulut terminal memiliki mulut yang condong ke depan, memungkinkannya untuk mendorong rahang ke depan untuk menangkap makanan.
Tipe Subterminal
Mulut ikan terletak di dekat ujung hidung agak bawah, dimana mulut bagian bawah lebih pendek dari bagian atas, umumnya pada ikan yang mencari makanan di dasar perairan, contohnya ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum).
Tipe Inferior
Ikan ini memiliki mulut yang letaknya di bawah hidung. Umumnya rahang bawah lebih pendek dibandingkan rahang atas. Celah mulut terletak jauh di bawah dari ujung rostrum. Ikan dengan tipe mulut ini bersifat karnivora, contohnya pada ikan hiu (Charcharinus sp).
Tipe Superior
Ikan dengan posisi mulut superior memiliki orientasi ke atas. Mulut ikan terletak di bawah hidung. Rahang bawah lebih panjang dibandingkan rahang atas. Biasanya makanan ikan ini berada di permukaan seperti serangga maupun jenis ikan lainnya yang berenang di dekat permukaan. Ikan superior akan menunggu di bawah perairan dan menyerang tiba-tiba dari bawah, contohnya ikan layur (Trichiurus sp.).
c) Tipe Ekor
Bentuk ekor ikan bervariasi. Terdapat beberapa tipe ekor, diantaranya rounded (membulat), truncate (berpinggiran tegak), pointed (meruncing), wedge shape (berbentuk baji), emarginated, double emarginated, forked (bercagak), lunate (sabit), epicercal, dan hypocercal.
Rounded
Tipe ekor ini memiliki sirip yang menyatu berbentuk kipas dengan tepi/ujung datar atau membulat, contohnya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
Truncate
Berpinggiran tegak, contohnya ikan tambangan (Lutjanus johnii).
Pointed
Tipe ini memiliki sirip ekor yang meruncing. Sirip punggung umumnya menyatu dengan sirip ekor dan perut, memanjang di setiap sisi tubuh. Contohnya pada ikan sembilang (Plotosus lineatus).
Emarginate
Emarginate merupakan bentuk ekor ikan yang kedua ujungnya memiliki panjang yang sama dengan bagian tengah ekor sedikit menekuk ke bagian dalam hampir menyerupai bentuk forked, contohnya ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus).
Double Emarginate
Double emarginate, kedua ujungnya mirip seperti bentuk emarginate, namun terdapat dua lekukan pada bagian tengah ekor dan menyerupai seperti selaput pada kaki bebek ataupun fin, contohnya ikan ketang-ketang (Scatophagus argus).
Forked
Bercagak, contohnya ikan cipa-cipa (Atropus atropos).
Lunate
Berbentuk seperti sabit, contohnya ikan tuna mata besar (Thunnus obesus).
d) Tipe Sisik
Sisik merupakan turunan dari bagian dermis kulit yang tumbuh ke arah luar membentuk pelindung, adapun beberapa tipe sisik pada ikan diantaranya yaitu ctenoid, ganoid, cycloid, dan placoid.
Ctenoid
Bentuknya agak oval, terdapat garis-garis pertumbuhan, dan bergerigi di salah satu sisinya. Ciri khas sisik ctenoid adalah adanya duri-duri kecil yang tersusun berderet deret seperti sisir yang terdapat pada bagian posteriod dari sisik, contohnya ikan kakap (Lates calcarifer).
Ganoid
Sisik ganoid, berbentuk mirip dengan bangun belah ketupat yang mengalami penebalan pada bagian tengahnya. Sisik bagian atas dilapisi oleh zat dentin yang disebut ganoid enamel. Dimiliki oleh ikan alligator (Lepisosteus osseus).
Cycloid
Sisik cycloid, berbentuk oval dengan adanya garis-garis pertumbuhan. Sisik ini dimiliki oleh ikan salmon.
Placoid
Sisik placoid berasal dari penebalan bagian bagian kulit yang mengeras dengan bentuk tidak teratur. Sisik plakoid, bentuknya meruncing mirip duri halus, terbentuk dari dentin dan dilapisi dengan enamel, dimiliki oleh ikan hiu (Charcharinus sp.) dan pari ( Dasyatis sp.).
Selain karakteristik penting di atas, beberapa jenis ikan mempunyai ciri-ciri khusus pada tubuhnya, ciri-cirinya yaitu:
Finlet, yaitu sirip kecil yg terdapat dibelakang sirip punggung dan perut. Berfungsi untuk mengatasi turbulensi air pada saat berenang dalam kecepatan tinggi sehingga daya hambat dalam air bisa di kurangi, contohnya pada ikan kembung (Restrelliger sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.).
Scute, yaitu kelopak tebal yang mengeras tersusun seperti genteng, fungsinya adalah untuk memperkuat batang ekor sehingga mampu menghasilkan daya gerak ekor yang kuat. Sisik ini umumnya dijumpai pada jenis ikan dari famili Carangidae, contohnya ikan selar kuning (Selarvides leptolepis).
Keel, rigi-rigi kecil yang terdapat pada bagian ekor, berperan mengurangi turbulensi air yang timbul pada saat ikan berenang dengan kecepatan tinggi. Bentuknya seperti tonjolan garis yang agak keras, contohnya ikan tongkol (Scombridae sp.).
Adifosefin, sirip tambahan yg berupa lapisan lemak yg terdapat dibelakang sirip punggung contoh ikan jambal (Pangasius sp.).
Duri pada ikan berfungsi sebagai organ tambahan untuk pertahanan diri dari serangan pemangsa, umumnya berasal dari perpanjangan jari-jari keras pada sirip punggung dan perut. Pada jenis tertentu, duri ikan akan mengalami modifikasi untuk menyalurkan bisa, sehingga pertahanan diri lebih efektif. Misalnya: ikan lepu tembaga (Sinanceja verrucosa) dan ikan buntal duren (Diodon bystrix).
D. Tingkah Laku Ikan Bertulang Sejati
E. Adaptasi Ikan Bertulang Sejati
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2016, September 6). nekton. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/nekton
Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria - Rajawali Pers. (2021). (n.p.): PT. RajaGrafindo Persada.