• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nekton (Ikan Bertulang Keras)

N/A
N/A
muqtadiratur rafiah

Academic year: 2024

Membagikan " Nekton (Ikan Bertulang Keras)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Biologi Laut

NEKTON (IKAN BERTULANG KERAS)

BIOLOGI LAUT

Dosen Pengampu: Dr. Magdalena Litaay, M. Sc.

PRANANDA DIAN ASIH M (H041231096)

EVI SULVIANTI (H041231097)

MUQTADIRATUR RAFIAH (H041231098)

NURUL ATIKAH (H041231099)

EKA KARTINA (H041231101)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Nekton (Ikan Bertulang Keras)" tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Laut di bawah bimbingan Dr. Magdalena Litaay M.Sc.

Makalah ini membahas salah satu kelompok organisme laut yang dikenal sebagai nekton, dengan fokus khusus pada ikan bertulang keras (Osteichthyes). Pada makalah tersebut, kami menguraikan tentang adaptasi morfologi, tingkah laku, serta fisiologi ikan bertulang keras terhadap lingkungan laut yang dinamis. Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat mengenai keanekaragaman biota laut dan pentingnya peran ikan bertulang keras dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik berupa materi maupun moral, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makassar, 13 September 2024

Kelompok 7

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Nekton... 3

B. Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)... 4

C. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)...4

a) Bentuk Tubuh Ikan...5

c) Tipe Ekor...11

d) Tipe Sisik... 14

D. Tingkah Laku Ikan Bertulang Sejati...16

E. Fisiologi Ikan Bertulang Sejati...17

BAB III...22

PENUTUP...22

A. Kesimpulan...22

DAFTAR PUSTAKA...23

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)...4

Gambar 2. Bentuk Tubuh Ikan... 5

Gambar 3. Torpedo (Fusiform)...5

Gambar 4. Pipih (Compressed)...6

Gambar 5. Picak (Depressed)...6

Gambar 6. Memanjang (Anguiliform)...6

Gambar 7. Tali (Filiform)...7

Gambar 8. Pita (Taeniform)...7

Gambar 9. Panah (Sagittiform)...7

Gambar 10. Bola (Globiform)...8

Gambar 11. Kotak (Ostraciform)...8

Gambar 12. Bentuk Non Simetris... 8

Gambar 13. Tipe Mulut...9

Gambar 14. Tipe Terminal pada Ikan Baronang...9

Gambar 15. Tipe Subterminal pada Ikan Kuro...9

Gambar 16. Tipe Inferior pada Ikan Hiu...10

Gambar 17. Tipe Superior pada Ikan Layur...10

Gambar 18. Tipe Ekor...10

Gambar 19. Tipe Rounded... 11

Gambar 20. Tipe Truncate...11

Gambar 21. Tipe Pointed... 11

Gambar 22. Tipe Truncate...12

Gambar 23. Tipe Double Emarginate...12

Gambar 24. Tipe Forked...12

Gambar 25. Tipe Lunate... 12

Gambar 26. Tipe Sisik Ikan... 13

Gambar 27. Tipe Ctenoid... 13

Gambar 28. Tipe Ganoid...13

Gambar 29. Tipe Cycloid... 14

Gambar 30. Tipe Placoid...14

Gambar 31. Sistem Pernafasan kelas Osteichthyes (Respirasi)...17

Gambar 32. Sistem Pencernaan kelas Osteichthyes...17

Gambar 34. Sistem Eksretori kelas Osteichthyes...18

Gambar 35. Sistem Otot kelas Osteichthyes...19 iii

(5)
(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laut merupakan ekosistem yang sangat kompleks dan kaya akan kehidupan. Di dalamnya, terdapat berbagai makhluk hidup yang sangat beragam, mulai dari organisme mikroskopis bersel satu hingga organisme raksasa seperti ikan paus yang dapat mencapai panjang lebih dari sepuluh meter. Meskipun kehidupan laut memiliki variasi yang sangat luas, biota laut umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu plankton, nekton, dan bentos. Pengelompokan ini tidak didasarkan pada klasifikasi ilmiah, ukuran, atau apakah mereka termasuk tumbuhan atau hewan, melainkan berdasarkan kebiasaan hidup mereka, termasuk cara bergerak, pola hidup, serta sebaran ekologi mereka.

Salah satu dari ketiga kelompok utama biota laut adalah nekton. Nekton merupakan organisme akuatik yang memiliki kemampuan bergerak bebas di dalam kolom air. Ikan bertulang sejati merupakan salah satu kelompok nekton terbesar dan paling beragam di lautan, dengan lebih 27.000 spesies yang teridentifikasi. Mereka berbeda dari ikan kartilaginous (Chondrichthyes) karena memiliki kerangka tulang yang sejati, bukan tulang rawan.

Keberadaan nekton sangat penting dalam ekosistem laut karena mereka berperan sebagai konsumen pada tingkat trofik yang lebih tinggi, serta berkontribusi pada keseimbangan ekosistem laut. Nekton telah mengembangkan berbagai bentuk adaptasi, seperti adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Spesies nekton terbatas dalam distribusi areal dan vertikal mereka oleh hambatan suhu, salinitas, pasokan nutrisi, dan jenis dasar laut. Jumlah spesies nekton dan individu berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman di lautan.

Adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku pada ikan bertulang sejati sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka dalam lingkungan laut yang dinamis dan sering kali ekstrem. Setiap bentuk adaptasi memiliki fungsi spesifik untuk membantu ikan beradaptasi dengan kondisi fisik, kimia, dan biologis di perairan. Hingga saat ini, meskipun banyak spesies yang telah teridentifikasi, para ilmuwan masih terus menemukan spesies-spesies baru di lautan, terutama di wilayah yang sulit dijangkau seperti perairan sekitar pulau-pulau kecil yang belum terjamah oleh manusia. Keanekaragaman dan kemampuan adaptasi nekton terhadap lingkungan laut yang dinamis menjadikan kelompok ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.

(7)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Nekton?

2. Bagaimana Morfologi Ikan Bertulang Sejati?

3. Bagaimana Tingkah Laku Ikan Bertulang Sejati?

4. Bagaimana Adaptasi Ikan Bertulang Sejati?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud nekton.

2. Untuk mengetahui morfologi ikan bertulang sejati.

3. Untuk mengetahui tingkah laku ikan bertulang sejati.

4. Untuk mengetahui adaptasi ikan bertulang sejati.

(8)

BAB II PEMBAHASAN A. Nekton

Nekton adalah kelompok fauna yang hidup bergerak bebas di dalam kolom air, tidak terbatas oleh arus. Nekton laut umumnya terdiri dari vertebrata, terutama ikan. Ikan dalam kategori nekton mencakup dua kelompok besar, yaitu ikan bertulang rawan (seperti hiu dan pari) serta ikan bertulang keras (seperti tuna, mackerel, dan cod). Selain ikan, kelompok nekton laut juga mencakup beberapa reptil laut, seperti ular laut dan penyu, yang mampu beradaptasi dengan lingkungan laut. Dari kelompok mamalia laut, nekton meliputi spesies seperti dugong, lumba-lumba, paus, dan anjing laut.

Nekton (hewan) laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :

 Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga didukung oleh tulang atau tulang rawan.

 Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.

 Crustaceae, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.

Nekton sangat bergantung pada tiga hal yaitu, kondisi perairan yang menjadi habitat dan lingkungannya, sumber daya makanan yang ada di lingkungannya, dan organisme- organisme lain yang menjalin interaksi dengan nekton itu sendiri. Terkait dengan kondisi perairan maka hal-hal yang ikut menentukan kondisi perairan itu adalah turbulensinya, tekanannya, kerapatan, suhu, kandungan bahan kimianya, dan sifat optiknya. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kehidupan nekton secara langsung maupun secara tidak langsung.

Misalnya pengaruh langsung dari turbulensi adalah adanya pengaruh terhadap pola adaptasi morphologi, pemanfaatan dan efisiensi energi dan agregasi hewan laut termasuk nekton lautan.

Peranan organisme lain dalam menentukan keberadaan dan kelimpahan nekton ditentukan juga oleh pola-pola interaksi yang terjalin antara organisme lain dengan nekton.

B. Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)

Osteichthyes berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu osten yang berarti tulang dan ichthys yang berarti ikan. Berbeda dengan kelas Chondrichthyes, ikan yang tergabung dalam kelas ini sudah memiliki tulang sejati. Ukuran panjang juga cukup beragam mulai dari 1 cm hingga yang panjangnya hingga beberapa meter. Ikan ini memiliki kulit yang ditutupi oleh sisik dan ada juga sebagian yang tidak bersisik. Osteichthyes bernapas dengan insang yang ditutupi oleh operkulum (tutup insang). Jumlah anggota dari kelas Osteichthyes memiliki jumlah jenis

3

(9)

yang paling banyak dibandingkan dengan kelas yang lain seperti Agnatha dan Chondrichthyes.

Contoh ikan yang masuk dalam golongan Osteichthyes: Ikan kerapu (Cephalopholis spiloparaea) dan ikan kakap (lutjanus lunulatus), dll.

C. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes)

Morfologi ikan merupakan penampakan luar bagian-bagian tubuh ikan. Mempelajari morfologi ikan bertujuan untuk memberikan gambaran dari bentuk luar ikan yang dapat digunakan sebagai ciri-ciri khusus ikan untuk dapat diidentifikasi. Morfologi tubuh eksternal ikan dibagi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Bagian luar tubuh ikan yang terlihat adalah mata, hidung, mulut, sirip, dan sisik.

Gambar 1. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes) Secara umum tubuh ikan dibagi atas 3 bagian, yaitu:

 Caput: Bagian Kepala

Bagian ini meliputi ujung moncong terdepan sampai ujung tutup insang (operculum) paling belakang. Bagian kepala ikan terdiri dari mulut, rahang atas, rahang bawah, hidung, mata, insang, gigi, tutup insang, otak, jantung dan sebagainya.

 Trucus: Bagian Badan

Bagian ini dimulai dari ujung tutup insang belakang sampai permulaan sirip dubur. Di dalam trucus terdapat sirip dada, sirip punggung, sirip perut dan organ-organ dalam (hati, empedu, lambung, gonad, usus, ginjal, limpa, dan sebagainya)

 Cauda: Bagian Ekor

Bagian cauda dimulai dari permulaan sirip dubur hingga ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ini terdapat anus dan sirip ekor.

(10)

a) Bentuk Tubuh Ikan

Bentuk tubuh ikan sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh tempat dan cara mereka hidup. Ikan perenang cepat yang hidup di perairan terbuka mempunyai bentuk tubuh yang ramping dengan potongan lintang dorsoventral berbentuk elips dan pangkal ekor menyempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk yang seperti itu bisa dikatakan merupakan bentuk torpedo yang sempurna, yakni suatu bentuk yang dapat mengurangi pengaruh gesekan tubuh dengan media air menjadi sekecil mungkin, sehingga ikan tersebut dapat bergerak/berenang secara cepat.

Adapun variasi bentuk tubuh ikan diantaranya, torpedo (fusiform), pipih (compressed), picak (depressed), memanjang (anguiliform), tali (filiform), pita (taeniform), panah (sagittiform), bola (globiform), kotak (ostraciform), dan bentuk non simetris.

Gambar 2. Bentuk Tubuh Ikan

Torpedo (Fusiform)

Gambar 3. Torpedo (Fusiform)

Bentuk tubuh ikan yang sangat streamline, ikan yang mempunyai bentuk ini bisa bergerak tanpa hambatan di suatu medium. Bentuk ini mempunyai ciri tinggi dan lebar tubuh hampir sama dan panjang tubuh beberapa kali dari tinggi tubuh. Serta

5

I

J

(11)

kedua ujung tubuhnya meruncing. Bentuk tubuh torpedo banyak dijumpai pada ikan yang hidup pelagis di perairan terbuka. Bentuk tubuh ini mengurangi daya gesek dengan air dengan kecepatan tinggi sehingga memudahkan pergerakan dalam air untuk mengejar mangsa, contohnya ikan tuna (Thunnus obesus), ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), dll.

Pipih (Compressed)

Gambar 4. Pipih (Compressed)

Bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Cirinya tinggi badan lebih besar jika dibandingkan dengan lebar tubuh. Dan lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang tubuh. Bentuk tubuh yang pipih dan lebar untuk memudahkan pergerakannya untuk +-mencari makan atau untuk berlindung, contohnya ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), ikan kapas-kapas (Gerres oyena), ikan peperek bondolan (Gazza minuta), ikan karang, dll.

Picak (Depressed)

Gambar 5. Picak (Depressed)

Bentuk tubuh ikan ini gepeng ke bawah. Kebalikan dari bentuk pipih, dimana tinggi badan jauh lebih kecil dari lebar tubuh. Pada bentuk tubuh gepeng, tubuh ikan memipih segitiga melebar ke samping sehingga sirip dada terdapat di kedua tepi.

Bentuk tubuh ini dapat membuat ikan dapat berkamuflase mengubur diri dalam dalam perairan untuk mencari mangsa dan menghindari predator, contohnya ikan pari (Dasyatis sp.).

Memanjang (Anguiliform)

(12)

Gambar 6. Memanjang (Anguiliform)

Ikan ini memiliki bentuk memanjang dengan penampang lintang yang sedikit silindris dan kecil serta di bagian ujung meruncing. Memiliki otot kuat dengan kulit tebal berlemak tanpa sisik, celah insang bulat dan kecil. Sirip punggung dan perut memanjang dan menyatu dengan bagian ekor yang meruncing, contohnya pada ikan sidat kembang (Anguilla marmorata).

Tali (Filiform)

Gambar 7. Tali (Filiform)

Dinamai bentuk tali, karena ikan ini mempunyai bentuk menyerupai tali. Tubuhnya dilindungi oleh serangkaian tulang berbentuk cincin. Mulutnya panjang berbentuk tabung, sedangkan sirip ekor berbentuk seperti kipas/bulat meruncing, contohnya ikan banded pipefish (Dunckerocampus dactyliophorus) dan slender snipe eel (Nemichthys scolopaceus).

Pita (Taeniform)

Gambar 8. Pita (Taeniform)

Bentuknya menyerupai pita dan memanjang, contohnya ikan layur (Trichiurus sp.) dan pholis laeta (Crescent gunnel).

Panah (Sagittiform)

Gambar 9. Panah (Sagittiform)

Bentuk tubuh ikan menyerupai anak panah, memanjang dengan sirip-sirip tunggalnya terletak jauh ke arah belakang dekat dengan ekor contohnya pada dan

7

(13)

ikan cendro (Tylosurus crocodilus). Pada ikan yang memiliki bentuk tubuh anak panah ada juga bagian depan tubuh meruncing sedangkan bagian depan membesar, contohnya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

Bola (Globiform)

Gambar 10. Bola (Globiform)

Memiliki bentuk ikan yang mirip dengan bola, tidak terdapat sirip perut dan punggung sehingga kurang dapat berenang dengan baik. Bentuk tubuh ikan ini tidak langsung terlihat ketika ikan dalam keadaan normal. Ketika jenis ikan kelompok ini berada dalam keadaan bahaya, maka pada saat itulah ikan jenis ini akan mengembangkan tubuhnya yang elastis sebesar mungkin, melalui pengembangan lambungnya, sehingga tubuhnya berbentuk bulat seperti bola dan mengapung di atas permukaan air, contohnya ikan buntal landak (Diodon hystrix).

Kotak (Ostraciform)

Gambar 11. Kotak (Ostraciform)

Bentuk tubuh ini berbentuk kotak. Contohnya pada ikan buntal kotak (Ostracion cubicus), tubuhnya ditutupi oleh lempengan perisai berbentuk segi 5 atau 6 yang kaku dan merupakan bentuk pertahanan dirinya.

Bentuk Non Simetris

Gambar 12. Bentuk Non Simetris

Bentuk tubuh ikan ini pada umumnya sama dengan bentuk tubuh pipih biasa, tetapi matanya terdapat di satu sisi tubuh, mulut terletak di samping sehingga terlihat tidak simetris, contohnya pada ikan sebelah.

(14)

b) Tipe Mulut

Gambar 13. Tipe Mulut

Mulut ikan mempunyai berbagai ukuran, bentuk, dan orientasi, yang masing- masing menceritakan banyak hal tentang apa dan di mana ikan itu makan, serta sesuatu tentang perilakunya. Adapun tipe mulut ikan bervariasi yaitu, terminal, subterminal, superior, dan inferior.

Tipe Terminal

Gambar 14. Tipe Terminal pada Ikan Baronang

Tipe terminal (posisi celah mulut terletak tepat di ujung moncong mulut (rostrum), kedua ujung menutup secara simetris dan umumnya pada ikan herbivora, contoh ikan baronang (Siganus canaliculatus). Mulut ikan terletak di dekat ujung hidung, ikan dengan mulut terminal memiliki mulut yang condong ke depan, memungkinkannya untuk mendorong rahang ke depan untuk menangkap makanan.

Tipe Subterminal

Gambar 15. Tipe Subterminal pada Ikan Kuro

Mulut ikan terletak di dekat ujung hidung agak bawah, dimana mulut bagian bawah lebih pendek dari bagian atas, umumnya pada ikan yang mencari makanan di dasar perairan, contohnya ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum).

Tipe Inferior

9

(15)

Gambar 16. Tipe Inferior pada Ikan Hiu

Ikan ini memiliki mulut yang letaknya di bawah hidung. Umumnya rahang bawah lebih pendek dibandingkan rahang atas. Celah mulut terletak jauh di bawah dari ujung rostrum. Ikan dengan tipe mulut ini bersifat karnivora, contohnya pada ikan hiu (Charcharinus sp).

Tipe Superior

Gambar 17. Tipe Superior pada Ikan Layur

Ikan dengan posisi mulut superior memiliki orientasi ke atas. Mulut ikan terletak di bawah hidung. Rahang bawah lebih panjang dibandingkan rahang atas. Biasanya makanan ikan ini berada di permukaan seperti serangga maupun jenis ikan lainnya yang berenang di dekat permukaan. Ikan superior akan menunggu di bawah perairan dan menyerang tiba-tiba dari bawah, contohnya ikan layur (Trichiurus sp.).

c) Tipe Ekor

Gambar 18. Tipe Ekor

(16)

Bentuk ekor ikan bervariasi. Terdapat beberapa tipe ekor, diantaranya rounded (membulat), truncate (berpinggiran tegak), pointed (meruncing), wedge shape (berbentuk baji), emarginated, double emarginated, forked (bercagak), lunate (sabit), epicercal, dan hypocercal.

Rounded

Gambar 19. Tipe Rounded

Tipe ekor ini memiliki sirip yang menyatu berbentuk kipas dengan tepi/ujung datar atau membulat, contohnya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

Truncate

Gambar 20. Tipe Truncate

Berpinggiran tegak, contohnya ikan tambangan (Lutjanus johnii).

Pointed

Gambar 21. Tipe Pointed

Tipe ini memiliki sirip ekor yang meruncing. Sirip punggung umumnya menyatu dengan sirip ekor dan perut, memanjang di setiap sisi tubuh. Contohnya pada ikan sembilang (Plotosus lineatus).

Emarginate

11

(17)

Gambar 22. Tipe Truncate

Emarginate merupakan bentuk ekor ikan yang kedua ujungnya memiliki panjang yang sama dengan bagian tengah ekor sedikit menekuk ke bagian dalam hampir menyerupai bentuk forked, contohnya ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus).

Double Emarginate

Gambar 23. Tipe Double Emarginate

Double emarginate, kedua ujungnya mirip seperti bentuk emarginate, namun terdapat dua lekukan pada bagian tengah ekor dan menyerupai seperti selaput pada kaki bebek ataupun fin, contohnya ikan ketang-ketang (Scatophagus argus).

Forked

Gambar 24. Tipe Forked Bercagak, contohnya ikan cipa-cipa (Atropus atropos).

Lunate

Gambar 25. Tipe Lunate

Berbentuk seperti sabit, contohnya ikan tuna mata besar (Thunnus obesus).

(18)

d) Tipe Sisik

Gambar 26. Tipe Sisik Ikan

Sisik merupakan turunan dari bagian dermis kulit yang tumbuh ke arah luar membentuk pelindung, adapun beberapa tipe sisik pada ikan diantaranya yaitu ctenoid, ganoid, cycloid, dan placoid.

Ctenoid

Gambar 27. Tipe Ctenoid

Bentuknya agak oval, terdapat garis-garis pertumbuhan, dan bergerigi di salah satu sisinya. Ciri khas sisik ctenoid adalah adanya duri-duri kecil yang tersusun berderet deret seperti sisir yang terdapat pada bagian posteriod dari sisik, contohnya ikan kakap (Lates calcarifer).

Ganoid

Gambar 28. Tipe Ganoid

Sisik ganoid, berbentuk mirip dengan bangun belah ketupat yang mengalami penebalan pada bagian tengahnya. Sisik bagian atas dilapisi oleh zat dentin yang disebut ganoid enamel. Dimiliki oleh ikan alligator (Lepisosteus osseus).

Cycloid

13

(19)

Gambar 29. Tipe Cycloid

Sisik cycloid, berbentuk oval dengan adanya garis-garis pertumbuhan. Sisik ini dimiliki oleh ikan salmon.

Placoid

Gambar 30. Tipe Placoid

Sisik placoid berasal dari penebalan bagian bagian kulit yang mengeras dengan bentuk tidak teratur. Sisik plakoid, bentuknya meruncing mirip duri halus, terbentuk dari dentin dan dilapisi dengan enamel, dimiliki oleh ikan hiu (Charcharinus sp.) dan pari (Dasyatis sp.).

Selain karakteristik penting di atas, beberapa jenis ikan mempunyai ciri-ciri khusus pada tubuhnya, ciri-cirinya yaitu:

 Finlet, yaitu sirip kecil yg terdapat dibelakang sirip punggung dan perut. Berfungsi untuk mengatasi turbulensi air pada saat berenang dalam kecepatan tinggi sehingga daya hambat dalam air bisa di kurangi, contohnya pada ikan kembung (Restrelliger sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.).

 Scute, yaitu kelopak tebal yang mengeras tersusun seperti genteng, fungsinya adalah untuk memperkuat batang ekor sehingga mampu menghasilkan daya gerak ekor yang kuat. Sisik ini umumnya dijumpai pada jenis ikan dari famili Carangidae, contohnya ikan selar kuning (Selarvides leptolepis).

 Keel, rigi-rigi kecil yang terdapat pada bagian ekor, berperan mengurangi turbulensi air yang timbul pada saat ikan berenang dengan kecepatan tinggi. Bentuknya seperti tonjolan garis yang agak keras, contohnya ikan tongkol (Scombridae sp.).

 Adifosefin, sirip tambahan yg berupa lapisan lemak yg terdapat dibelakang sirip

(20)

 Duri pada ikan berfungsi sebagai organ tambahan untuk pertahanan diri dari serangan pemangsa, umumnya berasal dari perpanjangan jari-jari keras pada sirip punggung dan perut. Pada jenis tertentu, duri ikan akan mengalami modifikasi untuk menyalurkan bisa, sehingga pertahanan diri lebih efektif. Misalnya: ikan lepu tembaga (Sinanceja verrucosa) dan ikan buntal duren (Diodon bystrix).

D. Tingkah Laku Ikan Bertulang Sejati

Tingkah laku ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe:

1. Ketika umpan dilempar. ikan akan langsung memakan umpan tanpa mengidentifikasinya terlebih dahulu.

2. Ikan yang terlebih dahulu mengidentifikasi umpan. segera mendekati umpan untuk dimakan atau tidak.

3. Ikan yang membiarkan umpan jatuh sampai ke dasar bak kemudian mengidentifikasi umpan tersebut untuk memakan atau tidak memakan umpan tersebut.

Ikan yang tertangkap pada pancing ulur yang di pasang umpan dalam penelitian ini didominasi oleh ikan-ikan pelagik. Ikan-ikan pelagik melakukan migrasi harian baik secara horizontal maupun vertikal. Ikan melakukan migrasi karena adanya dorongan faktor internal maupun eksternal. Intersal salah satu contohnya adalah untuk makan. Tingkah laku ikan terhadap alat tangkap berumpan seperti bubu dasar yang digunakan dalam penelitian ini, sangat dipengaruhi oleh umpan itu sendiri selama proses tertangkapnya ikan. Ketika ikan menyadari atau terangsang dengan kehadiran umpan, maka ikan akan berupaya mencari posisi sumber rangsangan, dan ketika menemukan sumber rangsangan, ikan akan menyerang umpan, kemudian respon diakhiri dengan masuk ke bubu untuk menelan umpan dan ikan tertangkap atau menolak masuk ke bubu sehingga ikan tidak tertangkap. Teknik pemberian minyak cumi pada umpan untuk bubu ternyata memberikan hasil yang lebih baik daripada umpan yang sama tanpa ekstrak cumi.

Banyak kandungan air dalam umpan maka akan mempercepat proses dispersi dan distribusi bau dalam air, sehingga ikan dapat cepat merespon bau yang ditimbulkan.

Kandungan air yang cukup tinggi akan membantu dalam proses dispersi zat kimia, sehingga ikan akan dapat dengan cepat memberi respon terhadap bau umpan. Jumlah hasil tangkapan bubu sangat dipengaruhi oleh bau umpan, tekstur, ketahanan serta kecepatan dispersi bau umpan di perairan. Faktor-faktor tersebut akan memiliki hubungan erat dengan aspek tingkah laku makan target tangkapan.

Tingkah laku ikan saat fase mendekati umpan ada 4, yaitu

15

(21)

1. Arousal, Fase dimana ikan sudah mulai bergerak/mencari-cari tempat dimana umpan berada.

2. Searching. Fase dimana ikan sudah menemukan posisi umpan namun masih mengelilingi daerah sekitar umpan untuk memastikan tidak ada ancaman.

3. Finding, Fase dimana ikan sudah mulai mendekati umpan.

4. Uptake, Fase dimana ikan mulai memakan umpan.

E. Fisiologi Ikan Bertulang Sejati

Sisten organ yang terdapat pada spesies kelas Osteichthyes adalah sebagai berikut:

a. Sistem Pernafasan

Sistem respirasi spesies kelas Osteichthyes dilakukan oleh insang yang terdapat dalam empat pasang kantong insang yang terletak disebelah pharynx di bawah operculum. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan masuk menuju faring kemudian keluar lagi melewati celah insang. Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air.

Tiap bilah insang terdiri atas lembaran ganda filamen. Tiap filamen tersusun atas banyak plat transversal yang dibungkus olch lapisan ephitelium yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler yang berada di antara afferent brancialis dan efferent branchialis (lengkungan insang) dan pada perbatasannya terdapat sisir duri yang berfungsi menahan makanan dan benda-benda keras lain lewat celah insang pada saat pernafasan berlangsung.

Waktu bernafas operculum menutup melekat pada dinding tubuh, archus branchialis mengembang ke arah ventral. Air masuk melalui mulut, kemudian klep mulut menutup, sedang archus branchialis berkontaksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Selanjutnya air mengalir ke luar melalui filamen. Pada saat itulah darah mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Gelembung udara atau gelembung renang (Vesica pneumattica) berdinding tebal terdapat dalam rongga tubuh sebelah dorsal. Gelembung ini mempunyai hubungan dengan pharynx melalui ductus pneumattica. Saluran ini hanya terdapat pada beberapa ikan tertentu saja.

(22)

Gambar 31. Sistem Pernafasan kelas Osteichthyes (Respirasi) b. Sistem Pencernaan

Alat pencemaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Pada umumya, saluran pencernaan ikan berturut-turut dimulai dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, dan anus. Sedangkan sel atau kelenjar pencernaan terdapat pada lambung, hati, dan pankeas. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung. Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang jelas dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus tersebut bermuara pada anus.

Gambar 32. Sistem Pencernaan kelas Osteichthyes c. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada ikan berupa sistem sikulasi tunggal. Jantung ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung dipompa menuju ke insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel. Darah sebelum masuk ke dalam atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah menuju ventrikel.

17

(23)

Gambar 33. Sistem Sirkulasi kelas Osteichthyes d. Sistem Ekskretori

Sistem urogenital terdiri atas dua bagian yaitu sistem ekskresi dan sistem urogenital.

Sistem ekskresi ikan berfungsi untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Sehingga berkembang 3 tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk ke dalam kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh. Sistem ini ada yang berubah karena variasi kebutuhan hidup ikan.

Gambar 34. Sistem Eksretori kelas Osteichthyes e. Sistem Otot

Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ tubuh. Gerak otot pada ikan terutama untuk membuka dan menutup mulut, menggerakan mata, membuka dan menutup insang, menggerakan sirip dan gerakan ke atas atau ke samping atau melawan arus air. Gerakan tersebut hanya memerlukan sistem otot sederhana. Jenis otot pada ikan adalah otot lurik, polos, jantung. Kerja sistem otot pada ikan dikontrol oleh rangsang saraf. Beberapa spesies ikan memodifikasi urat daging menjadi organ listrik pada 250 spesies ikan terutama ikan-ikan laut, di daerah tropis dan sub-tropis. Fungsi modifikasi tersebut adalah untuk

(24)

pertahanan diri (voltase listrik yang dihasilkan tinggi) dan untuk mencari makan (voltase rendah).

Tipe otot tubuh ikan masih menampakkan susunan segmen dengan septa. Jika tubuh ikan di potong tegak lurus dengan punggung akan tampak bahwa otot-otot tersusun menurut lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari arah kranial berbentuk kerucut. Ikan bertulang rawan dan ikan bertulang sejati, otot aksial dipisahkan oleh septum lateral (septum horizontal) menjadi otot epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial di bagian ventral. Otot epaksial diinervasi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot hipaksial diinervasi oleh percabangan ventral saraf spinal.

Gambar 35. Sistem Otot kelas Osteichthyes f. Sistem Saraf

Otak terletak pada bagian yang lebih tinggi daripada cyclostome. Empat bagian penting yaitu cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), bagian penglihatan, dan medulla. Otak mempunyai saraf otak sebagai organ perasa dan bagian lain pada anterior dari tubuhnya.

Saluran saraf merupakan pusat dari tulang belakang dan melalui saraf arches dari vertebrata.

g. Sistem Reproduksi

Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang paling menonjol: 1) memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia 2) memijah dalam proporsi ketersediaan energi 3) memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain. Oleh karena itu ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda.

Pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Testis tersebut terletak ventral dari ren. Pada ujung caudal mulai vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis.

Pada ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang mengarah ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduct yang bermuara ke dalam sinus

19

(25)

urogenitalis. Ovum dibungkus dengan suatu membrane tebal (zona radiata). Zona ini dibentuk dari lapisan superficial protoplasma.

Umumnya ovarium vertebrata tidak langsung dihubungkan dengan oviduk, maka secara teoritik telur masuk ke rongga tubuh dan berakhir pada ostium. Kenyataannya, hubungan antara dua struktur tersebut tertutup dan sedikit ada perubahan untuk masuknya telur ke rongga tubuh. Beberapa ikan tulang sejati prodihious yaitu sejumlah telur diproduksi selama musim kawin yang pendek, ovariumnya berhubungan dengan oviduk untuk mencegah telur lari ke dalam rongga tubuh. Juga pada beberapa Teleostei adalah ovipar, tetapi ada beberapa yang mengerami telur di dalam tubuhnya.

(26)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nekton, terutama ikan bertulang keras (Osteichthyes), memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Mereka beradaptasi dengan lingkungan perairan melalui berbagai mekanisme morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Keanekaragaman bentuk tubuh, tipe mulut, serta adaptasi terhadap kondisi fisik dan kimia laut menunjukkan kemampuan ikan bertulang keras untuk bertahan hidup di berbagai kondisi perairan.

Keberadaan ikan bertulang keras sebagai konsumen dalam rantai makanan laut berperan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Namun, perubahan lingkungan seperti pencemaran laut dan perubahan suhu air dapat berdampak negatif terhadap populasi nekton.

Oleh karena itu, penting untuk terus melakukan penelitian dan upaya konservasi demi keberlanjutan ekosistem laut dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya

21

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. (2016). Nekton. Encyclopedia Britannica.

Rajawali, P. (2021). Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria. PT. RajaGrafindo Persada.

Boolootian, R. A. (1979). Zoology. New York: MacMillan Pub.

Fujaya dan Yushinta. (1999). Fisioligi Ikan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Jasin dan Maskoeri. (1984). Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Munaf dan Herman. (2006). Taksonomi Vertebrata. Padang: FMIPA UNP.

Radiopoetro. (1996). Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.

Tapilatu, R. F. dan Kusuma, A. B. (2022). Biodiversitas Ikan Ekonomis Penting Papua Barat. Penerbit Cahya Ghani Recovery.

Sitorus, H. (2024). Ekologi Perairan. CV. Azka Pustaka.

Gambar

Gambar 1. Morfologi Ikan Bertulang Keras (Osteichthyes) Secara umum tubuh ikan dibagi atas 3 bagian, yaitu:
Gambar 2.  Bentuk Tubuh Ikan
Gambar 3.  Torpedo (Fusiform)
Gambar 4.  Pipih (Compressed)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperoleh hasil perekaman spektrum suara pergerakan ikan Guppy ( Poecilia reticulata ) dengan tingkah laku

Geografi budaya , menelaah sekitar tingkah laku manusia yang ditimbulkan karena adanya usaha adaptasi dan pemanfaatan lingkungan alam.. dan lingkungan sosial

Gambar 6c Pola tingkah laku ikan (3). Pola gerak tingkah laku ikan yang pertama dapat dilihat pada Gambar 6a, yang digambarkan dengan anak panah, dimulai dengan melakukan

Pada pengamatan tingkah laku pemijahan ikan kerapu tikus di BBAP Situbondo dan tingkah laku pemijahan ikan kerapu tikus pada beberapa literatur menunjukkan bahwa tidak ada

Mata kuliah tingkah laku ikan merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang respon ikan terhadap stimulus yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang berupa

Makalah ini membahas penggunaan probiotik untuk meningkatkan efisiensi makan ikan

Makalah ini membahas tentang pembuatan pakan pelet untuk ikan

Makalah ini membahas tentang luka bakar akibat air keras, meliputi pengertian, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, komplikasi, pertolongan pertama, risiko, jenis-jenis air keras, dan langkah-langkah yang dapat dilakukan saat terkena air