Penelitian ini merupakan jenis penelitian Ex-post Facto yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perumusan hipotesis siswa di SMA Muhammadiyah 3 Makassar. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Buku Pelajaran Fisika Siswa yang berisi tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis, terdiri dari 12 soal yang memenuhi kriteria valid. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis masih termasuk dalam kategori sedang.
Makalah berjudul “Kualitas Perumusan Hipotesis Pada Siswa Kelas XI MIA I SMA Muhammadiyah 3 Makassar atas kesediaannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan penelitian
- Manfaat penelitian
Bagaimana kualitas merumuskan hipotesis deskriptif fisika pada siswa MIA kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Makassar. Bagaimana kualitas perumusan hipotesis perbandingan fisika pada siswa MIA kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Makassar. Untuk mengetahui kualitas perumusan hipotesis deskriptif pada kelas fisika siswa XI MIA SMA Muhammadiyah 3 Makassar.
Untuk mengetahui kualitas perumusan hipotesis komparatif pada kelas fisika siswa MIA kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Makassar. Untuk mengetahui kualitas perumusan hipotesis asosiatif pada kelas fisika siswa XI MIA SMA Muhammadiyah 3 Makassar.
KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA
Lndasan Teori
- Arti Pendidikan Fisika
- Arti kemamampuan
Hipotesis penelitian adalah hipotesis kerja (Hipotesis Alternatif Ha atau H1), yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian dan tidak berdasarkan fakta dan dukungan data nyata di lapangan. Apabila data yang dikumpulkan memuat data kependudukan atau sensus sebesar 0,9 ton/ha, maka hipotesis yang diajukan diterima, yaitu terdapat perbedaan antara perkiraan dengan data yang diperoleh (perkiraan 5 ton/ha, diperoleh 3,9 ton/ha). Hipotesis hubungan simetris adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan timbal balik antara dua variabel atau lebih, namun tidak menunjukkan sebab akibat.
Hipotesis hubungan interaktif merupakan hipotesis tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang saling mempengaruhi. Berdasarkan contoh hipotesis di atas jelas bahwa rumusan hipotesis penelitian baik berupa hipotesis kerja maupun hipotesis alternatif ada pada tiga tingkatan, yaitu; tingkat gambaran atau peluang keadaan suatu variabel, perbedaan antara dua variabel atau lebih, dan hubungan antara dua variabel atau lebih.
METODE PENELITIAN
Defenisi Operasional Variabel
Pembagian buku pelajaran fisika kepada siswa kelas XI MIA di SMA Muhammadiyah 3 Makassar. Seluruh soal tes yang telah disiapkan diberikan kepada responden kelas XI MIA Muhammadiyah 3 Makassar. Menganalisis kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis melalui Buku Pelajaran Fisika Siswa yang berisi instrumen tes, yang diselesaikan oleh siswa.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, yaitu dengan mengamati kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis. Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis yang terdapat dalam Buku Kajian Merumuskan Hipotesis dengan cara mengevaluasi setiap butir tes yang diukur. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Buku Ajar Pembentukan Hipotesis Siswa.
Instrumennya berupa pertanyaan berbentuk kasus dimana siswa diminta merumuskan hipotesis dari kasus tersebut. Pengembangan instrumen tes perumusan hipotesis Buku pelajaran perumusan hipotesis siswa yang terdiri dari 21 soal. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil validasi ahli diperoleh 12 soal tes kemampuan merumuskan hipotesis yang dinyatakan valid.
Uji kemampuan merumuskan hipotesis terhadap suatu benda fisik yang telah dibuat terlebih dahulu divalidasi oleh ahlinya kemudian dilakukan uji lapangan untuk mengetahui keabsahan butir tersebut. Validitas instrumen dalam penelitian ini diuji menggunakan validitas konstruk dengan mencari pendapat dari expert judgement. Teknik analisis yang dapat digunakan untuk menguji validitas pertanyaan yang diajukan dalam tes adalah teknik analisis korelasi poin biserial.
Teknik Analisis Data
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori kemampuan merumuskan hipotesis siswa SMA Muhammadiyah 3 Makassar dalam penelitian ini adalah penggunaan skala lima berdasarkan perolehan skor ideal dengan kategori sangat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 21 soal yang diajukan pada tes kemampuan siswa merumuskan hipotesis yang disertakan dalam buku teks berupa soal esai, terdapat 12 soal valid dan 9 soal tidak valid. Secara umum rangkuman hasil analisis statistik deskriptif mengenai kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis fisika terlihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes berupa soal esai.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa dari 13 siswa yang menjadi sampel penelitian, 1 orang peserta berada pada kategori sangat rendah yaitu 7,70. Bila diagram nilai tes kemampuan mengelompokkan siswa, akan terlihat seperti ini: Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis adalah 31,30.
Jika rata-rata nilai siswa dihubungkan dengan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1, maka rata-rata nilai kemampuan merumuskan hipotesis kelas adalah Gambaran siswa berdasarkan jenis-jenis kemampuan merumuskan hipotesis, yang antara lain meliputi , kemampuan merumuskan hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 13 siswa, 7 siswa mempunyai nilai kategori sedang dengan persentase 53,85%. Jadi dapat dikatakan kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis deskriptif masih bagus. dalam kategori menengah.
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 13 siswa terdapat 5 siswa yang mempunyai nilai dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 38,46%, sehingga dapat dikatakan kemampuan merumuskan hipotesis komparatif siswa masih dalam kategori sedang. Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 13 siswa terdapat 8 siswa yang mempunyai nilai dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 61,53%, sehingga dapat dikatakan kemampuan membuat hipotesis komparatif cukup baik. rumus siswa masih dalam kategori sedang. Maka kemudian dinyatakan bahwa kemampuan merumuskan hipotesis asosiatif adalah kemampuan merumuskan hipotesis yang paling mudah bagi siswa, kemudian yang kedua adalah kemampuan merumuskan hipotesis komparatif dan yang terakhir adalah kemampuan merumuskan hipotesis deskriptif.
Pembahasan
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Puji Astuti dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan merumuskan hipotesis, karena dalam model pembelajaran ini terdapat 5 tahapan yang dapat digunakan siswa yaitu orientasi. siswa terhadap masalah tersebut. , mencari landasan atau informasi untuk memecahkan masalah, merumuskan hipotesis, mengajukan hipotesis dan menarik kesimpulan. Sehingga dapat menyebabkan peningkatan siswa dalam merumuskan hipotesis, karena kemampuan siswa dalam mengkaji masalah juga terlatih. Penyebab rendahnya kemampuan merumuskan hipotesis pada siswa yang berada pada kategori sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sesuai dengan pernyataan Khaerunnisa (Ningsih, Siswoyo dan Astra, 2015) diantaranya kurikulum dan sistem pendidikan, pilihan pembelajaran. metode dan model dari guru, sarana dan prasarana, sarana pembelajaran, sumber belajar dan lain-lain.
Hal senada juga diungkapkan oleh Jack (Rahmasiwi, Santosari dan Sari yang menyatakan bahwa kemampuan merumuskan hipotesis siswa pada kategori sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan sekitar, motivasi dan kurangnya fasilitas pendukung dalam meningkatkannya. kemampuan merumuskan hipotesis terhadap benda fisik peserta Siswa memerlukan metode dan model yang sesuai Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Khaerunnisa (2015) yang menyatakan bahwa model pemecahan masalah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap siswa, begitu pula dengan penerapan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran. Pembelajaran fisika dapat meningkatkan kemampuan merumuskan hipotesis pada siswa SMA.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara keseluruhan menunjukkan bahwa kemampuan formulasi siswa masih berada pada kategori sedang yang artinya masih jauh dari perolehan nilai pada kategori sangat tinggi. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan klasifikasi siswa adalah kurangnya rasa ingin tahu dan rendahnya tingkat literasi. Semakin meningkat aktivitas literasi maka semakin luas wawasan siswa, maka semakin matang pula siswa dalam membuat hipotesis karena modal dalam merumuskan hipotesis adalah pengetahuan yang luas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa kemampuan merumuskan hipotesis siswa kelas XI Mia Muhammadiyah 3 Makassar sebagian besar berada pada kategori “tinggi”. Hal ini disebabkan pendidik sebagai fasilitator di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Saran
Dalam rangka penyusunan disertasi yang berjudul “Analisis Kemampuan Siswa Merumuskan Hipotesis Dalam Fisika”. Penilaian dilakukan dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai pada matriks deskripsi aspek yang dinilai. Balon berisi udara yang digosok dengan wol akan menyebabkan potongan kertas kecil menempel pada balon.
Sebuah kelereng digulingkan pada permukaan yang halus, namun ketika kelereng tersebut melewati permukaan yang kasar, kecepatan kelereng tersebut berkurang drastis. Jika berat di bumi 60 kilogram, maka di bulan 10 kg. Rumuskan hipotesis Anda untuk kasus di atas. Ira mendekatkan sendok besi ke stopkontak yang terhubung dengan aki sepeda motor, namun Ira merasakan tangannya tersengat listrik. Ira kemudian mencoba menggunakan sendok mainan plastik milik adiknya dan mencolokkannya ke baterai yang sama, namun dia tidak tersengat listrik.
Vira merendam dua butir telur, telur pertama direndam dalam wadah berisi air, dan telur kedua direndam dalam wadah berisi air dan larutan garam. Saat kita mendengar sirene melaju ke arah kita, kita akan mendengar suara yang meninggi. Jika kita bercermin datar, kita akan melihat pantulan diri kita seolah-olah merupakan saudara kembar dari diri kita sendiri.
Banyaknya arus listrik yang masuk suatu rangkaian listrik melalui suatu titik cabang sama dengan banyaknya arus yang keluar melalui titik cabang tersebut. Banyaknya arus listrik yang masuk suatu rangkaian listrik melalui suatu titik cabang sama dengan banyaknya arus yang keluar melalui titik cabang tersebut.
Rubrik penilaian
Pada permukaan tanah kasar yang dilalui kelereng terdapat gaya kecil yang menghambat kecepatan kelereng, sehingga dapat dikatakan bahwa pada kasus di atas kecepatan kelereng dipengaruhi oleh kekasaran. 6 Anak panah yang tumpul sulit mengenai sasarannya, tetapi setelah diasah, anak panah tersebut menjadi tajam. Berdasarkan tabel di atas, total skor dan rata-rata skor masing-masing jenis kemampuan merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut;
Berdasarkan data poin-poin di atas, maka kriteria penafsiran poin-poin kemampuan merumuskan hipotesis deskriptif dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini. Berkat Rahmat Ilahi sang Rabbi serta kerja keras dan doa yang tak henti-hentinya, penulis berhasil menyelesaikan penelitian dengan karya ilmiah berjudul “Kualitas” dalam Perumusan Hipotesis Siswa Kelas XI MIA SMA Muhammadiyah 3 Makass.