• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hormat Kepada Orang Tua dan Guru

N/A
N/A
Sukahar

Academic year: 2024

Membagikan "Hormat Kepada Orang Tua dan Guru"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU 1. QS. AL-ISRA’ [17] : 23-24

ْوَا اَمُهُدَََحَا َرَََبِكْلا َكَدََْنِع ّنَغُلْبَي اّمِا ًنٰسْحِا ِنْيَدِلاَوْلاِبَو ُهاّيِا ّلِا آْوُدُبْعَت ّلَا َكّبَر ىٰضَقَو ۗا ۞ اًمْيِرَك ًلْوَق اَمُهّل ْلُقَو اَمُهْرَهْنَت َلّو ّفُا اَمُهّل ْلُقَت َلَف اَمُهٰلِك

ّلّذََلا َحاَََنَج اَمُهَل ْضِفْخاَو ٢٣

ًرْيِغَص ْيِنٰيّبَر اَمَك اَمُهْمَحْرا ّبّر ْلُقَو ِةَمْحّرلا َنِم ۗا ٢٤

Terjemah Kemenag 2019

23. Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.426)

426)Sekadar mengucapkan kata ah (atau kata-kata kasar lainnya) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih kasar.

24. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,

“Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”

Jalalain

23 (Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya janganlah) lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian menyembah selain Dia dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya) yaitu dengan berbakti kepada keduanya.

(Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa adalah fa`il (atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna dibaca yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal daripada alif lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan ah kepada keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau uffi dan uffa; lafal ini adalah mashdar yang artinya adalah celaka dan sial (dan janganlah kamu membentak mereka) jangan kamu menghardik keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.

24(Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua) artinya berlaku sopanlah kamu terhadap keduanya (dengan penuh kesayangan) dengan sikap lemah lembutmu kepada keduanya (dan ucapkanlah, "Wahai Rabbku! Kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana) keduanya mengasihaniku sewaktu (mereka berdua mendidik aku waktu kecil.").

َنيِمآ" :َلاَََق َرَََبْنِمْلا َدِع َََص اّمَل ملََسو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا َلوُسَر ّن َأ :ِهِرْيَغَو ٍسَنَأ ْنَع

ُدّمَحُم اَََي :َلاَََقَف ُلََيِرْبِج يِناَت َأ" :َلاَق ؟ َتْنّمَأ َمَلَع ،ِهّللا َلوُسَر اَي :اوُلاَقَف :"َنيِمآ َنيِمآ

َمِغَر :َلاَق ّمُث .َنيِمآ : ُتْلُقَف .َنيِمآ :ْلُقَف ،َكْيَلَع ّلَصُي ْمَلَف ُهَدْنِع َتْرِكُذ ٍئِرْما ُفْن َأ َمِغَر

ّمُث .َنيِمآ ُتْلُقَف .َنيِمآ :ْلََُق ،ُهَل ْرَفْغُي ْمَلَو َجَرَخ ّمُث َناَضَمَر ُرْه َش ِهْيَلَع َلَخَد ٍئِرْما ُفْن َأ : ُتْلُقَف .َنيِمآ :ْلََُق ،َةّنَجْلا ُه َلِخْدََُي ْمَلَف اَمُهَدَََحَأ ْوَأ ِهََْيَوَبَأ َكَرْدَأ ٍئِرََْما ُفََْنَأ َمِغَر :َلاَََق )"َنيِمآ ٣

(

dari Anas dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ naik ke atas mimbar, kemudian beliau mengucapkan kalimat Amin sebanyak tiga kali. Maka ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau aminkan?" Maka Nabi ﷺ menjawab: Jibril datang kepadaku, lalu mengatakan, "Hai Muhammad, terhinalah seorang lelaki yang namamu disebut di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat untukmu. Ucapkanlah 'Amin'. Maka saya mengucapkan Amin lalu Jibril berkata lagi, "Terhinalah seorang lelaki yang memasuki bulan Ramadan, lalu ia keluar dari bulan Ramadan dalam keadaan masih belum beroleh ampunan baginya. Katakanlah, 'Amin'. Maka aku ucapkan Amin. Jibril melanjutkan perkataannya,

(2)

"Terhinalah seorang lelaki yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah seorangnya, lalu keduanya tidak dapat memasukkannya ke surga.

Tafsir Lengkap Kemenag

23. (23) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada seluruh manusia, agar mereka memperhatikan beberapa faktor yang terkait dengan keimanan. Faktor-faktor itu ialah:

Pertama, agar manusia tidak menyembah tuhan selain Allah. Termasuk pada pengertian menyembah tuhan selain Allah ialah mempercayai adanya kekuatan lain yang dapat mempengaruhi jiwa dan raga selain yang datang dari Allah.

Semua benda yang ada, yang kelihatan ataupun yang tidak, adalah makhluk Allah. Oleh sebab itu, yang berhak mendapat penghormatan tertinggi hanyalah Zat yang menciptakan alam dan semua isinya. Dialah yang memberikan kehidupan dan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya. Maka apabila ada manusia yang memuja benda ataupun kekuatan gaib selain Allah, berarti ia telah sesat, karena semua benda-benda itu adalah makhluk-Nya, yang tak berkuasa memberikan manfaat dan tak berdaya untuk menolak kemudaratan, sehingga tak berhak disembah.

Kedua, agar manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapak mereka. Penyebutan perintah ini sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah mempunyai maksud agar manusia memahami betapa pentingnya berbuat baik terhadap ibu bapak. Juga bermaksud agar mereka mensyukuri kebaikan kedua ibu bapak, betapa beratnya penderitaan yang telah mereka rasakan, baik pada saat melahirkan maupun ketika kesulitan dalam mencari nafkah, mengasuh, dan mendidik anak-anak dengan penuh kasih sayang. Maka pantaslah apabila berbuat baik kepada kedua ibu bapak dijadikan sebagai kewajiban yang paling penting di antara kewajiban-kewajiban yang lain, dan diletakkan Allah dalam urutan kedua sesudah kewajiban manusia beribadah hanya kepada-Nya.

Allah berfirman:

۞ اًناَس ْحِا ِنْيَدِلا َوْلاِب ّو أًـْيَش ٖهِب ا ْوُك ِرْشُت َل َو َ ااا اوُدُبْعا َو

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (an-Nis±'/4: 36);Sebaliknya, anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dinyatakan sebagai orang yang berbuat maksiat, yang dosanya diletakkan pada urutan kedua, sesudah dosa orang yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain.

Allah swt berfirman:

۞ ۚاًناَس ْحِا ِنْيَدِلا َوْلاِب ّو أًـْيَش ٖهِب ا ْوُك ِرْشُت ّلَا ْمُكْيَلَع ْمُكّبَر َمّرَح اَم ُلْتَا ا ْوَلاَعَت ْلُق

Katakanlah (Muhammad), ”Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu.

Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, dan berbuat baik kepada ibu bapak. (al- An‘±m/6: 151);Allah swt memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua karena beberapa alasan berikut:

1. Kasih sayang dan usaha kedua ibu bapak telah dicurahkan kepada anak-anaknya agar mereka menjadi anak-anak yang saleh, dan terhindar dari jalan yang sesat. Maka sepantasnyalah apabila kasih sayang yang tiada taranya itu, dan usaha yang tak mengenal susah payah itu mendapat balasan dari anak-anak mereka dengan memperlakukan mereka dengan baik dan mensyukuri jasa baik mereka.

2. Anak-anak adalah belahan jiwa dari kedua ibu bapak.

3. Sejak masih bayi hingga dewasa, pertumbuhan dan pendidikan anak-anak menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka seharusnyalah anak-anak menghormati dan berbuat baik kepada orang tuanya.;Secara singkat dapat dikatakan bahwa nikmat yang paling banyak diterima oleh manusia ialah nikmat Allah, sesudah itu nikmat yang diterima dari kedua ibu bapak. Mereka juga penyebab kedua adanya anak, sedangkan Allah adalah penyebab pertama (hakiki). Itulah sebabnya maka Allah swt meletakkan kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak pada urutan kedua sesudah kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allah.

Sesudah itu Allah swt menetapkan bahwa apabila salah seorang di antara kedua ibu bapak atau kedua-duanya telah berumur lanjut, sehingga mengalami kelemahan jasmani, dan tak mungkin lagi berusaha mencari nafkah, mereka harus hidup bersama dengan anak-anaknya, agar mendapatkan nafkah dan perlindungan. Menjadi kewajiban bagi anak-anaknya untuk memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta menghormati mereka sebagai rasa syukur terhadap nikmat yang pernah diterima dari keduanya.

Dalam ayat ini terdapat beberapa ketentuan dan sopan santun yang harus diperhatikan anak terhadap kedua ibu bapaknya, antara lain:

(3)

1. Seorang anak tidak boleh mengucapkan kata kotor dan kasar meskipun hanya berupa kata “ah” kepada kedua ibu bapaknya, karena sikap atau perbuatan mereka yang kurang disenangi. Keadaan seperti itu seharusnya disikapi dengan sabar, sebagaimana perlakuan kedua ibu bapaknya ketika merawat dan mendidiknya di waktu masih kecil.

2. Seorang anak tidak boleh menghardik atau membentak kedua ibu bapaknya, sebab bentakan itu akan melukai perasaan keduanya. Menghardik kedua ibu bapak ialah mengeluarkan kata-kata kasar pada saat si anak menolak atau menyalahkan pendapat mereka, sebab tidak sesuai dengan pendapatnya. Larangan menghardik dalam ayat ini adalah sebagai penguat dari larangan mengatakan “ah” yang biasanya diucapkan oleh seorang anak terhadap kedua ibu bapaknya pada saat ia tidak menyetujui pendapat mereka.

3. Hendaklah anak mengucapkan kata-kata yang mulia kepada kedua ibu bapak. Kata-kata yang mulia ialah kata-kata yang baik dan diucapkan dengan penuh hormat, yang menggambarkan adab sopan santun dan penghargaan penuh terhadap orang lain. Oleh karena itu, jika seorang anak berbeda pendapat dengan kedua ibu bapaknya, hendaklah ia tetap menunjukkan sikap yang sopan dan penuh rasa hormat.

24. (24) Kemudian Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar bersikap rendah hati dan penuh kasih sayang kepada kedua orang tua. Yang dimaksud dengan sikap rendah hati dalam ayat ini ialah menaati apa yang mereka perintahkan selama perintah itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan agama. Taat anak kepada kedua orang tua merupakan tanda kasih sayang dan hormatnya kepada mereka, terutama pada saat keduanya sangat memerlukan pertolongan anaknya.

Ditegaskan bahwa sikap rendah hati itu haruslah dilakukan dengan penuh kasih sayang, tidak dibuat-buat untuk sekadar menutupi celaan atau menghindari rasa malu pada orang lain.

Sikap rendah hati itu hendaknya betul-betul dilakukan karena kesadaran yang timbul dari hati nurani.

Di akhir ayat, Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk mendoakan kedua ibu bapak mereka, agar diberi limpahan kasih sayang Allah sebagai imbalan dari kasih sayang keduanya dalam mendidik mereka ketika masih kanak-kanak.

Ada beberapa hadis Nabi saw yang memerintahkan agar kaum Muslimin berbakti kepada kedua ibu bapaknya:

. ْدــِها َجَف اــَمِهْيِفَف َلاــَق ،ْمَعَن ُتْلُق ؟َكاَدــِلا َو ّيَحَأ َلاَقَف ِداَهِجْلا ىِف ُهُنِذْأَتْسَي َمّلَس َو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ّيِبّنلا ىَلِإ َءاَج ًلُجَر ّنَأ :َلاَق َرَمُع ِنْب ِا ِدْبَع ْنَع بدلا ىف يراخبلاو ملسم هاور))

Diriwayatkan dari ‘Abdull±h bin ‘Umar bahwa sesungguhnya telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw meminta izin kepadanya, agar diperbolehkan ikut berperang bersamanya, lalu Nabi bersabda, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Orang laki-laki itu menjawab,

“Ya.” Nabi bersabda, “Maka berjihadlah kamu dengan berbakti kepada kedua orang tuamu.”

(Riwayat Muslim dan al-Bukh±r³ dalam bab al-adab)

ةريره يبأ نع هريغ و ملسم هاور) .ُهَقِت ْعَي َو ُهَي ِرَتْشَيَف اًك ْوُلْمَم ُهَدِجَي ْنَأ ّلِإ ُهَدِلا َو ٌدَل َو ْي ِز ْجَي َل))

Seorang anak belumlah dianggap membalas jasa kedua ibu bapaknya, kecuali apabila ia menemukan mereka dalam keadaan menjadi budak, kemudian ia menebus mereka dan memerdekakannya. (Riwayat Muslim dan lainnya dari Abu Hurairah)

هاور) .ِنْيَدــِلا َوْلا ّرــِب َلاــَق ؟ّيَأ ّمُث ُتْلُق ،اــَهِتْق َو ىَلَع ُةَل ّــصلا َلاــَق ؟ِهِل ْو ُــسَر َو ِا ىَلِإ ّبَحَأ ِلــَمَعْلا ّيَأ َمّل َــس َو ِهــْيَلَع ُا ىّل َــص ِا َل ْو ُــسَر ُتْلَأَس دوعسم نبا نع ملسم و يراخبلا)

Saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Amal yang manakah yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya?” Rasulullah menjawab, “Melakukan salat pada waktunya.” Saya bertanya,

“Kemudian amal yang mana lagi?” Rasulullah menjawab, “Berbuat baik kepada kedua ibu bapak.” (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari Ibnu Mas‘µd)

Di dalam ayat yang ditafsirkan di atas tidak diterangkan siapakah yang harus didahulukan mendapat bakti antara kedua ibu bapak. Akan tetapi, dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan daripada kepada bapak, seperti diriwayatkan dalam ¢a¥³¥

al-Bukh±r³ dan Muslim:

َلاــَق ؟ ْنَم ّمُث َلاــَق .َكّمُأ َلاــَق ؟ ْنَم ّمُث َلاــَق .َكّمُأ َلاــَق ؟ ْيِتَبا َحَص ِنْسُحِب ِساّنلا ّقَحَأ ْنَم َلِئُس َمّلَس َو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ِا َل ْوُسَر ّنَأ َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع ناخيشلا هاور) .َك ْوُبَأ َلاَق ؟ ْنَم ّمُث َلاَق .َكّمُأ)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw ditanya, “Siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan yang paling baik dariku?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?”

(4)

Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab,

“Bapakmu.” (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim);Berbakti kepada kedua orang tua, tidak cukup dilakukan pada saat mereka masih hidup, akan tetapi terus berlanjut meskipun keduanya sudah meninggal dunia. Adapun tata caranya disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu M±jah:

ُراَف ْغِت ْــسِ ْلا َو اــَمِهْيَلَع ُةَل ّــصلا :ٌعَبْرَأ ٌلاَصِخ ،ْمَعَن َلاَق ؟اَمِهِت ْوَم َدْعَب اَمُهّرِبَأ ٌئْيَش ّي َوَبَأ ّرِب ْنِم َيِقَب ْلَه :َلِئُس َمّلَس َو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ِا َل ْوُسَر ّنَأ نبا هاور) .اــَمِهِت ْوَم َدــْعَب اــَمِهّرِب ْنِم َكــْيَلَع َيِقَب ىِذّلا اَذ ــاهَف ،اــَمِهِلَبِق ْنِم ّلِإ َكَل َمِحَر َل ىِتّلا ِمِحّرلا ُةَل ِص َو اَمِهِقْيِدَص ُماَرْكِإ َو اَمِهِدْهَع ُذاَفْنِإ َو اَمُهَل ديسأ يبأ نع هجام)

Bahwa Rasulullah saw ditanya, “Masih adakah kebaktian kepada kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah saw menjawab, “Ya, masih ada empat perkara, mendoakan ibu bapak itu kepada Allah, memintakan ampun bagi mereka, menunaikan janji mereka, dan meng-hormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal dunia.” (Riwayat Ibnu M±jah dari Abu Usaid)

ٌمْيِظَع ٌمْلُظَل َكْر ّشلا ّنِا ِهّٰللاِب ْكِر ْشُت َل ّيَنُبٰي ٗهُظِعَي َوُهَو ِنْب ِل ُنٰمْقُل َلاَق ْذِاَو ۗ ٖه اَنْيّصَوَو ١٣

ْيَدََِلاَوِلَو ْيِل ْرُك ََْشا ِنَا ِنْيَماَع ْيِف ٗهُلاَصِفّو ٍنْهَو ىٰلَع اًنْهَو ٗهّمُا ُهْتَلَمَح ْيَدِلاَوِب َناَسْنِ ْلا

َۗك ِۚه

ُرْي ََِصَمْلا ّيَلِا اَََمُهْعِطُت َلَف ٌمْلِع ِب َكَََل َسْيَل اَََم ْيِب َكِر ََْشُت ْنَا ىٰٓلَع َكٰدَََهاَج ْنِاَو ٖه ١٤

اَََمِب ْمُكُئّبَنُاَََف ْمُكُعِجْرَََم ّيَلِا ّمُث َلِا َباَََنَا ْنَم َلْيِب َََس ْعِبّتاّو اًفْوُرْعَم اَيْنّدلا ىِف اَمُهْبِحاَصَو ّۚي ۖ َنْوََُلَمْعَت ْمُتْنُك ىِف ْوَا ٍةَرْخ َََص ْيِف ْنُكَتَف ٍلَدْرَََخ ْنّم ٍةّبَح َلاَََقْثِم ُكَََت ْنِا اَََهّنِا ّيَنُبٰي ١٥

ٌرََْيِبَخ ٌفََْيِطَل َهّٰللا ّنِا ُهّٰللا اَهِب ِت ۗ ْأَي ِضْرَْلا ىِف ْوَا ِتٰوٰمّسلا

ْرََُم ْأَو َةوٰل ََّصلا ِمِقَا ّيَنُبٰي ١٦

ِرْوُمُ ْلا ِمْزَع ْنِم َكِلٰذ ّنِا َباَصَا اَم ىٰلَع ْرِبْصاَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْناَو ِفْوُرْعَمْلاِب َۗك ١٧

Tafsir Lengkap Kemenag

13. (13) Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Lukman kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu ialah, “Wahai anakku, janganlah engkau memper-sekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang sangat besar.”

Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak sanggup memberikan semua itu. Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang besar karena yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada-Nya.

Diriwayatkan oleh al-Bukh±r³ dari Ibnu Mas µ‘ d bahwa tatkala turun ayat:;

ْمَلَو اْوُنَمٰا َنْيِذّلَا َنْوُدَتْهّم ْمُهَو ُنْمَ ْلا ُمُهَل َكِٕى وُا ٍمْلُظِب ْمُهَناَمْيِا آْوُسِبْلَي ۤال

;Orang-orang yang beriman dan

tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (al-An ±‘ m/6: 82) ;timbullah keresahan di antara para sahabat Rasulullah saw. Mereka berpendapat bahwa amat berat menjaga keimanan agar tidak bercampur dengan kezaliman. Mereka lalu berkata kepada Rasulullah saw, “Siapakah di antara kami yang tidak mencampuradukkan keimanan dengan kezaliman?”

Maka Rasulullah menjawab, “Maksudnya bukan demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Lukman, ‘Hai anakku, jangan kamu menyekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar’.”

Dari ayat ini dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat menempuh jalan yang benar, dan terhindar dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:;

ْمُكَسُفْنَا آْوُق اْوُنَمٰا َنْيِذّلا اَهّيَآٰي

ُةَراَََجِحْلاَو ُساّنلا اَهُدْوُقّو اًراَن ْمُكْيِلْهَاَو

;Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (at- Ta¥r³m/66: 6) ;Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lukman melarang anaknya menyekutukan Tuhan. Larangan ini adalah sesuatu yang

(5)

memang patut disampaikan Lukman kepada putranya karena menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa yang paling besar.

Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai orang tua selama hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, di samping budi pekerti yang luhur, anak-anak diharapkan mewarisi dan memiliki semua nilai-nilai yang diikuti ayahnya itu di kemudian hari. Lukman telah melakukan tugas yang sangat penting kepada anaknya, dengan menyampaikan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur. Cara Lukman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.

14. (14) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya dan mewujudkan keinginannya. Pada ayat-ayat lain, Allah juga memerintahkan yang demikian, firman-Nya:;

ًنٰسْحِا ِنْيَدِلاَوْلاِبَو ُهاّيِا ّلِا آْوُدُبْعَت ّلَا َكّبَر ىٰضَقَو

ۗا

;Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar

kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. (al- Isr±'/17: 23) ;Hal-hal yang menyebabkan seorang anak diperintahkan berbuat baik kepada ibu adalah:

1. Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan. Selama masa mengandung itu, ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia me-lahirkan. Kekuatannya baru pulih setelah habis masa nifas.

2. Ibu menyusui anaknya sampai usia dua tahun. Banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anaknya. Hanya Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.;Dalam ayat ini yang disebutkan hanya alasan mengapa seorang anak harus taat dan berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa sebab-nya seorang anak harus taat dan berbuat baik kepada bapaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan penderitaan ibu dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anaknya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam memelihara anaknya.

Penderitaan itu tidak hanya berupa pengorbanan sebagian dari waktu hidupnya untuk memelihara anaknya, tetapi juga penderitaan jasmani dan rohani. Seorang ibu juga menyediakan zat-zat penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya selama anaknya masih berupa janin di dalam kandungan.

Sesudah lahir ke dunia, sang anak itu lalu disusukannya dalam masa dua tahun (yang utama). Air susu ibu (ASI) juga terdiri dari zat-zat penting dalam darah ibu, yang disuguhkan dengan kasih sayang untuk dihisap oleh anaknya. Dalam ASI ini terdapat segala macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dan rohani anak, dan untuk men-cegah segala macam penyakit. Zat-zat ini tidak terdapat pada susu sapi. Oleh sebab itu, susu sapi dan yang sejenisnya tidak akan sama mutunya dengan ASI. Segala macam susu bubuk atau susu kaleng tidak ada yang sama mutunya dengan ASI.

Seorang ibu sangat dihimbau untuk menyusui anaknya dengan ASI. Janganlah ia menggantinya dengan susu bubuk, kecuali dalam situasi yang sangat memaksa.

Mendapatkan ASI dari ibunya adalah hak anak, dan menyusukan anak adalah suatu kewajiban yang telah dibebankan Allah kepada ibunya.

Dalam ayat ini, Allah hanya menyebutkan sebab-sebab manusia harus taat dan berbuat baik kepada ibunya. Nabi saw sendiri memerintahkan agar seorang anak lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibunya daripada kepada bapaknya, sebagaimana diterangkan dalam hadis:

ُتْلُق َكّمُا َلاَََق ّرَََبَا ْنَم ِهََللا َلْو ََُسَر اَي ُتْلُق :َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهْيِبَا ْنَع ٍمْيِكَح ِنْب ِزْهَب ْنَع . ُبَرْقَلْاَََف ُبَرََْقَلْا ّمُث َكْوََُبَا َلاَََق ْنَم ّمُث ُتْلُق َكّمُا َلاَق ْنَم ّمُث ُتْلُق َكّمُا َلاَق ْنَم ّمُث يذمرتلاو دواد وبا هاور)

)

Dari Bahz bin ¦ak³m, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata, “Aku bertanya ya Rasulullah, kepada siapakah aku wajib berbakti?” Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku bertanya,

“Kemudian kepada siapa?” Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku bertanya, “Kemudian kepada siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku bertanya, “Kemudian kepada siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Kepada bapakmu. Kemudian kepada kerabat yang lebih dekat, kemudian kerabat yang lebih dekat.” (Riwayat Abµ D±wud dan at-Tirmi©³) ;Adapun tentang lamanya menyusukan anak, Al-Qur'an memerintahkan agar seorang ibu menyusukan

(6)

anaknya paling lama dua tahun, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat ini, dengan firman-Nya, “dan menyapihnya dalam masa dua tahun.” Dalam ayat lain, Allah menentukan masa untuk menyusukan anak itu selama dua tahun. Allah berfirman:;

َنْعِضْرُي ُتٰدِلاَوْلاَو

َةَعا َََضّرلا ّمِتّي ْنَا َداَرَا ْنَمِل ِنْيَلِماَََك ِنْيَلْوَََح ّنُهَد َلْوَا

;Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. (al- Baqarah/2: 233) ;Firman-Nya lagi:;

اًرْه َش َنْوُثٰلَث ٗهُلٰصِفَو ٗهُلْمَحَو

;

Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan. (al-A¥q±f/46: 15)

;Pengertian ayat di atas adalah waktu yang dibutuhkan seorang ibu mengandung anaknya minimal enam bulan, dan masa menyusui dua puluh empat bulan atau dua tahun. Jika keduanya dijumlahkan akan ketemu bilangan 30 bulan.

Al-Qur'an mengajarkan bahwa seorang ibu hendaknya menyusui anaknya dalam masa dua tahun. Pada ayat 233 surah al-Baqarah diterangkan bahwa masa menyusui dua tahun itu adalah bagi seorang ibu yang hendak menyusukan anaknya dengan sempurna. Maksudnya, bila ada sesuatu halangan, atau masa dua tahun itu dirasakan amat berat, maka boleh dikurangi.

Masa menyusui dua tahun mengandung hikmah lainnya, yaitu untuk menjarangkan kelahiran.

Dengan menjalankan pengaturan yang alami ini, seorang ibu hanya akan melahirkan paling cepat sekali dalam masa tiga tahun, atau kurang sedikit. Sebab dalam masa menyusui, seorang perempuan pada umumnya sukar untuk hamil kembali.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa maksud dari “berbuat baik” dalam ayat ini adalah agar manusia selalu bersyukur setiap menerima nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan bersyukur pula kepada ibu bapak karena keduanya yang membesarkan, memelihara, dan mendidik serta bertanggung jawab atas diri mereka, sejak dalam kandungan sampai mereka dewasa dan sanggup berdiri sendiri. Masa membesarkan anak merupakan masa sulit karena ibu bapak menanggung segala macam kesusahan dan penderitaan, baik dalam menjaga maupun dalam usaha mencarikan nafkah anaknya.

Ibu-bapak dalam ayat ini disebut secara umum, tidak dibedakan antara ibu bapak yang muslim dengan yang kafir. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa anak wajib berbuat baik kepada ibu bapaknya, apakah ibu bapaknya itu muslim atau kafir.

Di samping apa yang disebutkan di atas, masih ada beberapa hal yang mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik kepada ibu bapak, antara lain:

1. Ibu dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Cinta dan kasih sayang itu terwujud dalam berbagai bentuk, di antaranya ialah membesarkan, mendidik, menjaga, dan memenuhi keinginan-keinginan anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan tanpa mengharapkan balasan apa pun dari anak-anaknya, kecuali agar mereka di kemudian hari menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

2. Anak adalah buah hati dan jantung dari ibu bapaknya, seperti yang disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah bersabda, “Fatimah adalah buah hatiku.”

3. Sejak dalam kandungan, lalu dilahirkan ke dunia hingga dewasa, kebutuhan makan, minum, pakaian, dan keperluan lain anak-anak ditanggung oleh ibu bapaknya.

Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa nikmat yang paling besar yang diterima oleh seorang manusia adalah nikmat dari Allah, kemudian nikmat yang diterima dari ibu bapaknya. Itulah sebabnya, Allah meletakkan kewajiban berbuat baik kepada kedua ibu bapak, sesudah kewajiban beribadah kepada-Nya.

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan bahwa manusia akan kembali kepada-Nya, bukan kepada orang lain. Pada saat itu, Dia akan memberikan pembalasan yang adil kepada hamba- hamba-Nya. Perbuatan baik akan dibalas pahala yang berlipat ganda berupa surga, sedangkan perbuatan jahat akan dibalas dengan azab neraka.

15. (15) Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Sa‘ad bin Ab³ Waqq±¡, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya

(7)

sampai ibu mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.’ Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliau pun mau makan.”

Dari sebab turun ayat ini dapat diambil pengertian bahwa Sa‘ad tidak berdosa karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali kepada agama syirik. Hukum ini berlaku pula untuk seluruh umat Nabi Muhammad yang tidak boleh taat kepada orang tuanya mengikuti agama syirik dan perbuatan dosa yang lain.

Ayat ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk menyekutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan.

Selanjutnya Allah memerintahkan agar seorang anak tetap bersikap baik kepada kedua ibu bapaknya dalam urusan dunia, seperti menghormati, menyenangkan hati, serta memberi pakaian dan tempat tinggal yang layak baginya, walaupun mereka memaksanya mempersekutukan Tuhan atau melakukan dosa yang lain.

Pada ayat lain diperingatkan bahwa seseorang anak wajib mengucapkan kata-kata yang baik kepada ibu bapaknya. Jangan sekali-kali bertindak atau mengucapkan kata-kata yang menyinggung hatinya, sekalipun hanya kata-kata “ah”. Allah berfirman:

ّفُا اَََمُهّل ْلََُقَت َلَف

;…maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. (al-Isr±'/17: 23) ;Pada akhir ayat ini kaum Muslimin diperintahkan agar mengikuti jalan orang yang menuju kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak mengikuti jalan orang yang menyekutukan-Nya dengan makhluk. Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan dari Allah bahwa hanya kepada-Nya manusia kembali, dan Ia akan memberitahukan apa-apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia.

16. (16) Lukman berwasiat kepada anaknya agar beramal dengan baik karena apa yang dilakukan manusia, dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang tampak dan yang tidak tampak, yang terlihat dan yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Oleh karena itu, Allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang luput sedikit pun dari pengetahuan-Nya.

Allah kemudian melukiskan dalam firman-Nya tentang penimbangan perbuatan manusia:;

ًَََْٔي َش ٌسْفَن ُمَلْظُت َلَف ِةَََمٰيِقْلا ِمْوَيِل َطْسِقْلا َنْيِزاَوَمْلا ُعَضَنَو

ۗا

;Dan Kami akan memasang

timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. (al- Anbiy±'/21: 47)

17. (17) Pada ayat ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut:

a. Selalu mendirikan salat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridai Allah. Jika salat yang dikerjakan itu diridai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.

Nabi saw bersabda:

ملسمو يراخبلا ةياور) .َكاَرَي ُهّنِاَف ُهاَرَت ْنُكَت ْمَل ْنِاَف ُهاَرَت َكّن َأَك هللا اوُدُبْعُا

)

Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim) ;b. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai ke-beruntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Allah berfirman:

َهىّٰكَز ْنَم َحَلْفَا ْدَََق ۖا َهى ََّٰسَد ْنَم َباَََخ ْدَََقَو ۗا ٩

١٠

;Sungguh beruntung orang yang

menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (asy-Syams/91: 9- 10);c. Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk ke-sengsaraan dan penderitaan.;Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan tiga hal tersebut di

(8)

atas karena merupakan pekerjaan yang amat besar faedahnya bagi yang mengerjakannya dan memberi manfaat di dunia dan di akhirat.

Referensi

Dokumen terkait

- Peserta didik menanya hal-hal yang terkait dengan slide/video tentang suatu kasus yang berhubungan dengan Hadits Menghomati orang tua..

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan Kerja sama Guru dan Orang Tua relatif baik yaitu saling bekerja sama dalam memotivasi siswa untuk dapat belajar lebih giat lagi,

Anak-pun telah diperingati oleh Tuhan untuk menaati orang dan menghormati orang tua agar memperoleh hidup yang menyenangkan Tuhan dan orang tua juga tidak boleh membangkitkan

Dalam berbakti kepada orang tua, kita mengenal istilah “Birrul Walidaini” yang artinya yaitu berbuat baik dan bakti kepada orang tua melalui pemenuhan hak-hak kedua

islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat terhomat dalam al- quran.prilaku kepada keduanya merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi anaknya.jika seorang anak

Melalui ayat ini Allah SWT menganjurkan sekaligus mengajarkan kepada kita agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua lebih-lebih kepada ibu.. Ayat di atas mengajari kita

“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah

Artinya, orang tua tidak sepenuhnya memberikan tanggung jawab perolehan hasil belajar yang baik hanya kepada guru, namun lebih dari itu, orang tua dapat melanjutkan apa yang telah